Sebenarnya umurku sudah tidak bisa dibilang muda lagi, bahkan bisa
dibilang sudah kakek-kakek karena saat ini umurku sudah 58 tahun. Namun
demikian banyak orang mengira umurku masih di bawah 40 tahun.
Orang-orang di kantorku mengatakan kalau secara fisik aku memang hebat.
Otot masih kencang dan wajah hampir tidak ada keriput.
Demikian juga isteriku, masih seksi dan kenyal, kulitnya juga masih
kencang. Yang menunjukkan berapa umurku sebenarnya adalah rambutku yang
sudah hampir tidak ada hitamnya lagi. Atas saran isteriku, rambutku aku
cat hitam sehingga lengkap sudah penampilanku bagai lelaki yang masih
berumur 30-an. Mungkin ini khasiat kami rajin berolah raga. Di samping
itu kami selalu menyertakan sayuran atau buah sebanyak mungkin dalam
menu makan kami, di samping sumber-sumber protein utama.
Kehidupan seksualku juga masih normal, walaupun isteriku yang tiga tahun
lebih muda dariku sudah menopause, tapi seminggu tiga-empat kali kami
melakukan hubungan sex. Memang harus memakai lubricant gel agar isteriku
tidak kesakitan ketika ML karena lendir vaginanya sudah tidak produktif
lagi. Tapi semua terasa indah dan bisa kami menikmati. Akupun tak
pernah selingkuh. Bagiku isteriku adalah segala-galanya.
Secara ekonomi hidupku sukses besar. Beberapa perusahaan sudah aku
miliki dan semuanya telah berkembang dengan baik. Dalam kehidupan
berkeluarga pun aku cukup bahagia. Aku punya isteri masih cantik dan
seksi dan dua orang anak laki-laki yang gagah, ganteng, dan cerdas yang
kuberi nama Arga Putra Pratama dan Bagas Putra Sentosa. Mereka sudah
dewasa dan sedang menyelesaikan program S3 di Royal Melbourne Institute
of Technology (RMIT). Di samping anak-anak kandungku, aku juga membiayai
dan menghidupi sejumlah anak asuh. Mereka kebanyakan berasal dari
anak-anak jalanan, anak yatim, dan anak yatim piatu, di samping ada pula
yang berasal dari keluarga lengkap tetapi kurang mampu.
Aku menerapkan syarat yang ketat bagi anak-anak asuhku. Syarat pertama
adalah mereka wajib mengikuti pertemuan anak asuh di rumahku sebulan
sekali. Syarat kedua, mereka tidak boleh menjadi anak jalanan, terutama
bagi mereka yang berasal dari anak jalanan. Bagi yang tidak punya rumah,
termasuk anak jalanan dan yatim piatu, mereka wajib tinggal di rumah
asuh yang aku bangun untuk menampung mereka. Setelah mereka lulus
sekolah atau perguruan tinggi, jika mau, mereka aku beri pekerjaan di
salah satu perusahaanku. Akupun mempersilahkan mereka jika mereka mau
mencari pekerjaan sendiri atau membuka usaha sendiri.
Isteriku sendiri yang secara langsung menangani rumah asuh itu. Metode
yang diterapkan dalam pengelolaan rumah asuh berdasarkan kebutuhan anak,
bukan berdasarkan keinginan kami, selaku penyedia dana dan pengelola
rumah asuh. Tak heran anak asuh yang ada di rumah asuh sangat akrab
dengan isteriku.
Pertemuan dengan anak-anak asuhku, selain bermanfaat untuk memantau
aktivitas mereka, juga bermanfaat untuk mengobati kerinduanku dengan
anak-anak kandungku yang tidak lagi pulang di awal bulan seperti waktu
SMA dulu, tapi mereka pulang sesuka hati mereka. Memang di era informasi
sekarang, komunikasi bisa dilakukan lewat email, chatting dan telepon
tetapi terasa tidak puas jika hanya bertemu anak-anakku lewat layar
monitor.
Hasil pertemuan itu, aku juga bisa akrab dengan mereka. Hubungan kami
lebih sebagai keluarga atau orang tua dengan anak-anaknya daripada
pemberi dan penerima dana. Aku dan isteriku biasa bercanda dengan mereka
dan mereka tidak lagi sungkan untuk sekedar ngobrol dengan kami. Tak
jarang mereka datang di luar jadwal pertemuan untuk sekedar bertemu atau
bersalaman dan mencium tangan kami sambil berkata, Apa kabar Ayah dan
Ibunda? atau Ayah dan Ibunda sehat kan? Kalimat-kalimat yang mereka
ucapkan cukup sederhana, tetapi dalam artinya bagi kami. Bukan karena
merasa dihormati, tetapi kami merasa seolah menemukan kembali anak-anak
kami yang seolah hilang dalam kedewasaan mereka.
Suatu hari isteriku diajak teman-temannya jalan-jalan ke Australia.
Tentu saja isteriku antusias menanggapi ajakan mereka, karena sekalian
menengok Arga dan Bagas anak-anak kami. Dan benar saja (walaupun kalau
minta ijin pasti aku berikan) tanpa minta persetujuanku mereka berangkat
ke Australia. Setengah delapan pagi mereka pamit. Aku tertawa mengiring
kepergian mereka di pintu rumahku.
Dasar nenek-nenek centil
gumamku saat dengan manja isteriku pamitan.
Dia hanya tersenyum mendengarnya. Sambil tetap tersenyum dia melambaikan
tangannya dari balik jendela mobil yang akan membawa ke Bandara Ahmad
Yani.
Setelah mereka berangkat kesepian menyergapku. Kulampiaskan rasa sepi
dengan berlatih fitness di gym pribadiku yang ada di lantai dua. Setelah
warming up dengan cukup, aku memacu treadmill dengan kecepatan agak
tinggi sambil mendengarkan musik lewat ipod. Setengah jam aku berpacu di
atas treadmill. Keringat yang mengucur deras akibat pacuan treadmill
membuat aku gerah. Rupanya aku masih memakai kemeja yang aku pakai waktu
mengiring kepergian isteriku. Tanpa berhenti berlari di atas treadmill
aku lepas bajuku dan kulempar ke sudut ruang gym lalu kulanjutkan memacu
treadmill dengan penuh semangat.
Tiba-tiba dari pantulan cermin di depanku nampak pintu gym pribadiku
terbuka dan muncullah seorang gadis dengan seragam putih abu-abu yang
sangat kukenal. Dia adalah Laras, anak asuhku yang paling aku banggakan.
Selain cantik dia juga cerdas dan cekatan. Rencananya setelah lulus SMA
nanti, Laras akan kubiayai untuk kuliah di RMIT agar bisa aku tempatkan
di salah satu perusahaanku sebagai manajer setelah lulus kelak. Terlalu
sayang kalau anak cerdas dan cekatan seperti Laras tidak mendapatkan
pendidikan yang terbaik. Namun aku tak pernah memberi tahu rencana ini
kepada siapapun kecuali isteri dan anak-anakku.
Ayah
sapanya manja sambil mendekat. Bunda pergi ya..?
Yups sahutku sambil terus memacu treadmill. Darimana kamu tahu?
Mbak Ayu yang kasi tahu, Yah kata Laras sambil duduk di shoulder press machine. Ayu adalah pembantuku.
Baru jam sembilan lebih sedikit kok sudah pulang? Bolos ya..? kataku sambil senyum
Tidak ada kata membolos dalam kamus anak Ayah kata Laras sambil
tertawa. Laras habis uji coba ujian nasional, Ayah. Hari ini hari
terakhir uji cobanya, jadi setelah uji coba selesai, Laras langsung
kemari. Kata Laras menjelaskan. Sayang Laras tidak ketemu Ibunda
katanya dengan wajahnya berubah jadi sedih.
Ada perlu sama Ibunda? tanyaku ketika melihat wajahnya yang sedih
Kangen sama Ayah dan Ibunda. Dua minggu Laras tidak kemari rasanya lama sekali
Bangga dan bahagia merembes dalam hatiku ketika mendengar Laras merasa
kangen pada kami. Aku tatap mata Laras sambil tersenyum. Laras memang
yatim piatu. Orang tuanya bercerai waktu dia masih bayi, dan ibunya
meninggal ketika dia baru berumur dua tahun. Saat itulah aku lewat dan
melihat orang bergerombol di trotoar sebuah taman kota. Ada dua mobil
polisi dan sebuah ambulan. Aku suruh sopir untuk berhenti dan melihat
apa yang terjadi. Ternyata ada seorang tunawisma tewas dengan anak masih
berumur dua tahun. Segera aku turun dari mobil dan menghampiri perwira
polisi yang sedang memberi komando kepada anak buahnya. Ternyata dia
mengenal aku sebagai bapak asuh dari anak-anak jalanan. Ketika aku
bilang agar anak kecil itu di antar ke rumah asuh-ku , mereka langsung
setuju. Sejak saat itu anak tadi aku beri nama Larasati karena tidak ada
catatan tentang nama dia yang sebenarnya. Kini, empat belas tahun
kemudian, anak itu sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik dan ada
di depanku. Seandainya aku punya anak perempuan
Ayah melamun? Tanya Laras mengejutkanku
Ah tidak kataku sambil senyum Kamu sudah besar sekarang
Kelihatannya Ayah sedih..? katanya sambil mendekat.
Enggak
Ayah enggak apa-apa kataku meyakinkan Laras. Oh ya! Suruh Ayu
menyiapkan makan siang sementara Ayah mandi. Banyak keringat.. lengket
nih.. kataku sambil turun dari treadmill.
Laras menghampiri aku dengan membuka tangannya lebar-lebar ingin memeluk.
Hei
Ayah masih berkeringat
bau lagi! kataku sambil berusaha menahan
pelukan Laras. Nanti saja peluknya setelah ayah mandi hehehe
Ahhh.. Ayah
kata Laras sambil merengek. masa obat kangennya nunggu ayah mandi sih..
Akhirnya kudekap Laras dengan penuh kasih sayang. Kasih sayang seorang
lelaki tua yang merindukan anak perempuannya. Kuangkat wajah Laras dan
kucium ubun-ubun dan keningnya. Pelukan Laras makin erat. Kubelai rambut
Laras yang dipotong pendek.
Ih
dada Ayah asin
kata Laras tiba-tiba sambil tertawa
Kamu sih
ngotot minta peluk, Ayah sudah bilang, masih berkeringat
jawabku sambil menjatuhkan kepalan tangan kananku pelan ke atas
ubun-ubunnya. Udah Ayah mandi dulu, setelah mandi kita makan di luar
aja
Ayah bau.. asin dan asem jadi satu kata Laras sambil tertawa ketika berlari menuruni tangga.
Hahaha
Salah sendiri minta dipeluk sahutku setengah berteriak. Aku
segera mengambil baju yang tadi aku lempar dan turun menuju kamar mandi
yang ada di dalam kamarku di lantai satu. Semburan shower benar-benar
menyegarkan tubuhku. Selesai mandi aku keluar dengan handuk melilit
tubuhku. Ternyata Laras ada di dalam kamarku.
Hey
ayo keluar dulu. Ayah mau ganti pakaian kataku.
Laras berdiri sambil tersenyum. Tangannya mengembang dan setengah berlari menubruk aku.
Aku masih kangen.. aku pengen dipeluk Ayah lagi.. kata Laras sambil
memeluk ku. Sekali lagi kubelai rambut Laras yang sedang mengelus-elus
dadaku kiriku sambil menyandarkan kepalanya di bahu kananku.
Berapa sih umur ayah? katanya sambil menatap dada dan six packs di perutku.
Emang kenapa dengan umur Ayah?
Pengen tahu aja.. Kok badannya masih bagus dan kecang. Juga nggak ada di kerutan wajah Ayah
suara Laras seperti kagum.
Tumben nanya-nanya umur
Coba kamu tebak aja
Empat puluh sekian
Ah.. anak Ayah kok jadi oon sekarang.. kataku sambil tertawa. Masa
orang berumur empat puluhan sudah punya anak berumur 32 tahun. Emangnya
ayah nikah umur berapa?
Masa Ayah umurnya lebih dari 50 tahun sih
jawab Laras. tuh..
badannya aja masih kenceng dan berotot gini.. kata laras sambil
berusaha mencubit dadaku, tapi gagal karena ototnya terlalu penuh dan
padat kencang untuk dicubit.
Nyubitnya aja susah
katanya lagi.
Ayah sudah 58 tahun, Laras
Ini semua karena Ayah rajin berolah raga dan selalu makan sayuran dan buah jawabku.
Kurasakan tangan Laras mengelus-elus punggungku. Sementara tangan
satunya mempererat pelukannya. Wajahnya menempel ketat di dadaku.
Mulutnya tersenyum damai sambil matanya terpejam. Laras mengelus
punggungku dengan ujung kukunya dengan lembut. Ujung kukunya terasa
meraba, bukan mengelus dari pangkal leher turun sepanjang tulang
belakangku dan berhenti di bagian bawah pinggangku karena terhalang
handuk, tapi gerakan ujung kuku Laras tidak berhenti tetapi bermain-main
melingkar pinggangku. Gerakan kuku Laras membuat kelaki-lakianku
bangkit. Aku angkat wajah Laras. Aku cium lagi ubun-ubun dan keningnya.
Laras masih terpejam, tapi bibirnya tidak lagi tersenyum melainkan
setengah terbuka.
Ayaahhh
Laras melenguh. Tiba-tiba dia menjilat dadaku dan menggigit putingku sambil memainkan lidahnya.
Sesaat aku sadar. Laras adalah anak asuhku dan sudah aku anggap anak sendiri.
Sudah Laras
Ayah mau pakai pakaian dulu, terus kita makan di resto..
kataku sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan Laras. Bagaimanapun
juga aku harus menghentikan rangsangan yang sudah hampir menghancurkan
akal sehatku. Bukannya melepaskan, Laras malah makin mempererat
pelukannya. Bibirnya dan lidahnya terus bermain di dadaku. Tak lagi aku
mampu mencegah, penisku langsung ereksi.
Apakah aku nggak boleh merasakan kasih sayang Ayah? sahut Laras sambil
terus mengigit-gigit dadaku. Lidahnya menjilat-jilat. Aku sudah tak
lagi mampu membendung nafsuku. Kuangkat wajah Laras, Kucium keningnya,
lalu mata kiri dan kanannya.
Ahhh.. Ayah
Laras sayang Ayah
Ahhh Laras mendesah dengan dengusan nafas yang tersengal.
Matanya terbuka sedikit, tapi hanya putih bola matanya yang nampak.
Bibirnya yang merekah basah mengkilat mengundangku untuk mengulum dan
menghisapnya. Tanpa sadar aku mengecup bibir Laras dan melumatnya dengan
lebut. Laras membalas dengan menghisap bibirku. Lidahnya menjulur masuk
ke dalam mulutku. Menyapu seluruh relung rongga mulutku dan
menggosok-gosok gusiku. Aku hisap lidah Laras sambil aku kaitkan lidahku
pada lidahnya. Agak lama kami bermain-main dengan lidah. Kami saling
hisap, saling gosok rongga mulut, dan saling mengaitkan lidah. Tanganku
meremas pelan payudara Laras dari luar baju seragam. Bra yang dikenakan
cukup tipis membuat aku bisa merasakan kenyal dan lembutnya payudara
Laras.
Aku benar-benar dikuasai nafsu sekarang. Kulepas bibirku dari bibirnya,
lalu aku susuri lehernya yang jenjang dengan bibir dan lidahku.
Kugunakan kedua bibirku untuk menggigit leher Laras. Kemudian kucium dan
kuhisap telinga Laras. Aku korek telinganya dengan lidahku sambil
sekali-sekali menjilat dan menghisap bagian belakang telinganya. Akibat
tindakanku itu Laras menggelinjang. Nafasnya terengah-engah. Mulutnya
berkali-kali mengerang melampiaskan nafsunya yang makin meledak.
Ayaaahhh
sayangi Laras
Yaaahhh
Laras mendesah.
Ayyaahh ssaayyang Larasss
sshhh jawabku sambil terus mencium dan menghisap lehenr dan telinganya.
Tangannya mengapai penisku dari luar handuk lalu meremasnya. Laras
kemudian menyibakkan handuk yang aku pakai dan merogoh penisku yang
sudah sangat tegang. Handuk yang melilit di pinggangku dilepaskannya.
Sejenak dia diam sambil menatap penisku.
Kenapa sayang.. tanyaku saat Laras berdiam diri.
Enggak apa-apa
Cuma heran
kok penis Ayah segede ini ternyata
jawab Laras sambil meraih penisku dan meremas-remas.
Cairan kenal bening sedikit mengalir keluar dari penisku. Laras
menggunakan cairan itu untuk mengusap kepala penisku dengan jempolnya
yang mungil dan halus. Jempol itu diputar-putar di kepala penisku yang
licin karena cairan yang keluar dari ujung penisku. Nikmat sekali
rasanya.
Laraasss.. hhh
aku mendesah karena nikmat.
Segera aku buka kancing baju seragamnya. Tampak bra ukuran 34-B warna
kulit membungkus payudara Laras yang bulat dan kencang. Bra itu terlalu
tipis sehingga mencetak bentu payudara Laras dan putingnya. Aku kecup
dan jilat pangkal payudaranya, kemudian aku gigit dengan bibirku sambil
menghisapnya. Dengan tak sabar segera aku buka baju seragam Laras, lalu
aku raih kait bra yang ada di punggung Laras untuk melepasnya. Laras
telanjang dada sekarang. Payudaranya bulat indah dengan puting yang
mengeras berwarna cokelat muda kemerahan. Kurendahkan tubuhku agar dapat
kukecup puting Laras. Laras memeluku sambil mendesis-desis.
Dengan penuh kelembutan aku nikmati sepenuhnya payudara Laras. Dengan
cara menghisap, menjilat, dan mengulumnya. Lidahku menelusuri tiap
sentimeter payudaranya yang kenyal. Puting yang mengeras aku hisap dan
aku pilin dengan lidahku. Erangan demi erangan keluar dari mulut Laras.
Erangan yang menggairahkan naluri birahiku.
Ahhh.. sshhh
Ayaaahh
nikmaatt
terussss
. Aaahhh
Laras mendesis-desis.
Tangan kanannya menekan kepalaku sementara tangan kirinya meremas dadaku
dan memilin putingku. Berganti-ganti payudara kanan dan kirinya aku
jilat, aku sedot dan aku gigit pelan-pelan. Setelah puas menghisap
payudara Laras, aku arahkan lidahku ke perut Laras. Lidahku menari
dengan penuh perasaan di permukaan perut Laras. Agar tak menghalangi
aksiku, segera kuraih kancing rok seragam Laras dan membukanya. Aku
tarik resletingnya ke bawah. Rok yang dipakai Laras pun melorot dan
lepas. Kini Laras hanya memakai celana dalam berwarna kulit senada
dengan branya. Lidahku berpindah menari di pusarnya. Perlahan lidahku
bergerak ke bawah. Di antara pusar dan karet celana dalamnya aku jilat
dan aku sedot dengan bibirku.
Kemudian sambil jongkok, kulihat celana dalam Laras basah di bagian
vaginanya. Segera aku gigit perlahan-lahan vagina Laras dari luar celana
dalamnya sambil kuletakkan kedua tanganku di pantatnya untuk
meremas-remas pantat yang masih kencang dan padat.
Aahhh Ayaahh
desah Laras sambil menekan kepalaku ke vaginanya.
Pinggulnya bergerak maju mundur perlahan. Sambil meremas pantatnya, aku
selipkan jariku ke dalam celana dalamnya. Aku usapkan jari-jariku di
belahan pantat Laras. Laras menggelinjang lagi sehingga vaginanya
menabrak mukaku dengan agak keras karena kepalaku juga ditarik ke arah
vaginanya. Segera aku pelorotkan celana dalam Laras ke bawah hingga
terlepas. Vagina Laras benar-benar menawan. Vaginanya tebal dan penuh
dengan selakang putih bersih di kanan kirinyanya. Bulu-bulu halus yang
tumbuh di sekitar vagina masih belum sempurna menambah daya tarik vagina
yang baru matang. Ada cairan yang merembes keluar. Rupanya Laras
benar-benar telah terangsang. Aku usap bibir vagina luarnya dengan
jempol kananku. Cairan vaginanya membuat jempolku dengan licin mengusap
vagina Laras. Permainaku aku lanjutkan ke klitoris Laras. Mula-mula aku
usap klitoris Laras dengan jempolku, kemudian sambil menekan
klitorisnya, jempolku bergerak memutar mengitari klitorisnya. Setelah
itu dengan jari dan jempol aku pijit klitoris Laras lalu aku urut dari
atas ke bawah.
Ayahhh.. aku sayang Ayah
Laras mengerang sambil menggelinjang.
Iya.. Ayah juga sayang Laras
Kupuaskan mataku untuk melihat vagina gadis yang baru mekar ini sambil
terus memainkan jempol dan jariku di bibir vagina dan klitorisnya.
Dengan jari-jari dan jempol tangan kiriku, kusibak kedua bibir vagina
Laras. Tampak bagian dalam vagina laras berwarna merah muda yang terus
mengeluarkan cairan sedikit demi sedikit. Jempol kananku kupercepat
mengusap mengitari klitoris Laras. Tiba-tiba Laras menjambak rambutku
dan menariknya mendekatkan wajahku ke vaginanya. Segera aku hisap vagina
Laras. Lidahku perlahan menjilat-jilat vagina dan klitoris Laras
seperti kucing mandi.
Ayah.. uh
nikmat
.
Kujawab lenguhan Laras dengan memainkan lidahku di lubang vaginanya.
Lalu dengan cepat aku sedot klitoris Laras sambil memasukkan lidahku ke
dalam lubang vaginanya. Kugunakan lidahku untuk menusuk dan mengorek
lubang vaginanya. Laras menggerakkan pinggulnya mengikuti gerakan lidah
dan mulutku yang melumat vaginanya. Kusedot vaginanya sambil memutar
lidahku di klitoris Laras. Jambakan pada rambutku makin kencang.
Kepalaku dihentak-hentakkan ke arah vaginanya. Tak kubiarkan gadis yang
masih segar ini untuk berlama-lama tersiksa menanti orgasme. Kutusukkan
lidahku ke dalam vaginanya sambil kugetarkan dengan cepat. Lalu dan
tubuh Laras menggelinjang hebat, dia berdiri sambil meliuk-liuk seolah
pohon cemara yang tertiup puting beliung. Kemudian Tubuhnya mengejang
kemudian dia melolong keras dan panjang.
Ayyyaaahh
. Ah
uh
. Aku mau pipis
teriak Laras sebagai cara menikmati orgasmenya.
Keluarkan saja sayang
supaya Laras merasakan kenikmatannya kataku
memberi instruksi di sela jikatanku di klitorinya yang makin cepat.
Tapi Ayah
. Auw..aahhh
Laras kembali teriak dan mengerang. nikmat banget
Laras puas
puas Yah
Dan
serrr
serrr cairan orgasme Laras mengalir dengan deras. Tubuhnya
membungkuk ke depan kemudian mendongak seperti akan terjatuh ke
belakang. Tubuh Laras makin mengejang. Kembali cairan orgasme Laras
mengucur. Tangan kananku berusaha menopang tubuh Laras yang bergerak
liar sambil kejang-kejang. Sedotanku di vaginanya makin intens, menyedot
habis cairan orgasmenya sambil menjilat-jilatinya.
Setelah beberapa saat, perlahan aku berdiri. Tanganku tetap menopang
tubuh Laras yang kini terkulai lemas dan lututnya menggigil akibat
orgasme yang dia alami. Laras memeluku sambil bergayut dengan terpejam
dan menggigit bibirnya bawahnya sendiri. Segera aku menenangkan Laras
dengan mencium kedua matanya, pipinya, hidungnya dan kemudian aku hisap
bibirnya.
Ayah
. Laras memanggil sambil matanya tetap terpejam.
Ya sayang
?
Ayah sayang Laras..?
Tentu, Ayah sayang Laras jawabku sambil terus menciumi wajahnya.
Laras mempererat dekapannya untuk menjaga keseimbangan agar tak jatuh.
Agar lebih mudah menopangnya, tubuh Laras aku balik sehingga dia
membungkuk membelakangi aku. Sambil tetap bertahan untuk berdiri, aku
peluk tubuhnya dari belakang. Aku kecup tengkuknya. Aku cium sekujur
punggungnya sementara tangan kananku menopang tubuh Laras sedangkan
tangan kiriku bermain-main kecil di vaginanya. Penisku yang masih
berdiri dengan gagah aku gesek-gesekkan di belahan pantatnya. Tapi
rupanya Laras sudah tak mampu berdiri lagi. Segera aku menggendong Laras
sambil mencium bibirnya yang menyunggingkan senyuman. Matanya sayu
menatapku mesra. Aku baringkan Laras pelan-pelan di tempat tidur tanpa
melepaskan hisapan bibirku di bibirnya. Kemudian aku berbaring miring di
samping Laras dengan posisi menghadap ke arahnya.
Sambil menatap gadis muda yang sedang mekar itu. Aku belai wajahnya.
Nafasnya sudah tidak tersengal lagi dan mulai teratur. Sementara itu
ketegangan penis mulai turun. Aku peluk Laras. Wajahnya aku benamkan di
dadaku. Komunikasi tanpa kata-kata ini membuat Laras tersenyum.
Tangannya menggapai meraih wajahku lalu menariknya ke arah wajahnya
kemudian Laras melumat bibirku. Aku mencoba pasif dengan membalas
sekedarnya. Laras menjilat dan menghisap seluruh permukaan wajahku.
Lidahnya lincah menari-nari membuat aku tak tahan bersikap pasif. Aku
pagut bibir Laras dan menghisapnya kuat-kuat. Laras bangkit menindihku.
Kubiarkan aksinya yang liar menjilat sekujur tubuhku. Tangannya meremas
penisku dan mengocoknya. Kemudian ujung penisku dijilat dan dikulum
sambil disedot. Mula-mula dengan halus dan pelan. Aku benar-benar
melayang dibuatnya. Rasa nikmat menjalar dari ujung penis sampai ke
sekujur sumsum tulangku.
Penisku perlahan-lahan kembali tegang. Tak tahan dengan perlakuan Laras
atas penisku, aku bangkit dan kubalik tubuh Laras sehingga dia ada di
bawah kembali. Laras meronta dan protes.
Ayah kok gitu sih
Biarkan Laras di atas dong
Laras ingin Ayah menikmati aja permainan Laras katanya sambil berontak.
Aku ingin sedikit menggoda Laras, oleh karena itu aku tak memberi
kesempatan kepada dia untuk berada di atas. Segera aku kulum puting
Laras dan mengisapnya sambil memutar-mutar lidahku. Kembali Laras
menggelinjang dan tak mampu berontak dan protes lagi.
Ayah nakal... kata Laras sambil melingkarkan tangannya di leherku.
Kepalaku ditekan ke bawah sampai-sampai kepalaku terbenam dalam lembah
di antara payudara Laras. Kemudian tangannya mengapai penisku yang sudah
sangat tegang. Kubiarkan Laras meremas dan mengocok penisku sambil
mengisap payudaranya. Aku ingin menikmati aksi tangannya terhadap
penisku. Sekali lagi cairan yang keluar dari ujung penis digunakan Laras
untuk mengelus kepala penisku dengan jempolnya. Sambil mengelus kepala
penisku Laras mengocok batang penisku.
Mula-mula Laras menggocok maju mundur dengan lembut, lama kelamaan
kocokannya diputar ke kiri dan ke kanan dengan cepat seperti orang
mengulek sambel. Akan tetapi karena posisi Laras di bawah, dia tidak
leluasa dan aku merasa kurang nikmat. Laras minta sekali lagi agar aku
yang berada di bawah. Aku jawab permintaan Laras dengan menjepit
tubuhnya dengan kakiku dan memeluknya erat-erat. Kemudian aku berguling
menjatuhkan diri ke samping kiri sambil mengangkat tubuhnya sehingga dia
ada di posisi atas. Rupanya Laras tidak siap ketika aku berguling.
Auw
Hihihi
Laras memekik lalu tertawa. Ayah bener-bener nakal
Masa Laras dibikin kaget sih
Kan Laras tadi yang minta di atas
sahutku sambil meremas payudaranya dan memelintir putingnya.
Laras menghentikan jawabanku dengan mengulum mulutku. Lidahnya
mencari-cari lidahku. Setelah bertemu lidahku dikait-kait dengan
lidahnya. Aku hanya memberi reaksi seperlunya. Aku biarkan Laras
bermain-main dengan mulut dan lidahku, Sementara vaginanya
digesek-gesekkan ke penisku. Penisku yang sejak tadi tegang dan keras
berkali-kali menyodok klitorisnya. Laras bergerak maju mundur sambil
mendesis-desis. Karena gesekan vagina dan klitoris Laras, penisku terasa
hangat dan basah oleh cairan yang keluar dari vagina Laras.
Ciuman Laras berhenti, bibir dan lidahnya menyusuri wajahku, mencium
telingaku dan leherku. Gerakan lidahnya lincah sekali berpindah
menyusuri kulit dadaku. Bibirnya mengecup dan menghisap-hisap putingku,
sambil terus menggesekkan vagina dan klitorisnya di penisku. Kini Laras
duduk sambil terus bergerak maju mundur sambil menekan penisku dengan
vagina dan klitorisnya. Gerakan Laras makin cepat. Dia nampak merasakan
nikmatnya gesekan vagina dan klitorisnya dengan penisku. Matanya
terpejam sementara bibirnya mendesis dan mengerang. Kubantu Laras
memenuhi kenikmatan yang diperolehnya dengan meremas-remas payudaranya
serta memutar-mutar putingnya.
Aahh.. Ayah
Nikmat sekali
kata Laras sambil mempercepat gerakkannya.
Tubuhnya melengkung bungkuk ke depan, lengannya bertumpu pada dadaku.
Mukanya menunduk dengan mata terpejam. Bibir bawahnya digigit sendiri.
Sesekali Laras mendongak ke belakang, lalu membungkuk lagi. Kugunakan
tangan kananku untuk meremas payudara Laras dan memilin putingnya,
tangan kiriku meremas-remas pantat Laras. Sesekali aku oleskan jariku ke
bagian luar anusnya setelah aku basahi dengan ludahku, dan setiap
jariku mengoles anusnya, Laras memekik. Gerakan Laras makin cepat dan
liar. Rupanya dia segera akan mendapatkan orgasme lagi.
Ayah
ah
ah..uh.. Laras mau pipis lagi
Kembali tubuh laras mengejang beberapa saat, cairan vaginanya keluar
dengan deras kembali. Pantatnya menekan ke bawah menjepit penisku dengan
kedua bibir vaginanya. Klitorisnya terasa berdenyut-denyut kenyal.
Laras yang lemas tak berdaya menjatuhkan diri di dadaku kemudian
memeluku lalu dengan gemas diciumnya leher dan dadaku. Aku diamkan Laras
untuk beristirahat. Sambil membelai dan menciumi kening dan matanya.
Bagaimanapun juga dua kali orgasme tentu membuatnya lelah.
Perlahan-lahan Laras membuka matanya dan tersenyum.
Ayah
Ayah hebat
kata Laras dibarengi senyum. aku bisa keluar dua kali tanpa bersetubuh
Sepertinya Laras merasakan penisku kini kembali tegang dan terasa
mengganjal tertindih tubuhnya, walau tadi sempat menurun kekerasannya
tapi belum sampai benar-benar lembek,. Aku peluk Laras sambil mengelus
punggungnya. Beberapa saat kemudian Laras mencium lagi leherku sambil
disedot dan dijilat. Penisku yang mengganjal vaginanya kembali
tergesek-gesek karena Laras mulai menggoyangkan pinggulnya. Gerakannya
mula-mula pelan dan tidak teratur, lama kelamaan gerakanya kurasakan
memutar ke kiri, kemudian ke kanan. Hal ini membuat penisku terasa
nikmat.
Ah
Laras
aku mendesah. Aku tidak bisa melanjutkan perkataanku karena Laras segera mencium bibirku dan melumatnya.
Ayah nggak boleh boleh nakal lagi
Ayah harus nurut sama Laras. Laras
nggak boleh dibalik di bawah lagi.. kata Laras sambil terus
menggoyangkan pinggulnya.
Aku hanya menggangguk sambil mendesah menikmati gerakan dan gesekan
vagina Laras di penisku. Laras kembali duduk sambil terus menggesekkan
vaginanya di penisku. Kemudia, tanpa dikomando Laras mundur ke belakang
kemudian bersimpuh di antara kedua lututku dan meraih penisku, lalu
dikocoknya sambil kembali mengelus kepala penisku yang basah karena
cairan orgasmenya sendiri dengan jempolnya. Tiba-tiba Laras sudah
mengulum penisku. Lidahnya berusaha menari di dalam rongga mulutnya yang
penuh dengan penisku. Usaha Laras untuk memuaskanku dengan oral cukup
keras. Dia berusaha memasukkan semua penisku ke dalam mulutnya yang
tentu saja tak akan bisa. baru separo saja penisku sudah memenuhi rongga
mulutnya. Berkali-kali Laras hampir tersedak karena penisku menyodok
tenggorokannya dan masuk ke dalam kerongkongannya. Aku merasakan
kenikmatan yang luar biasa ketika penisku masuk dalam kerongkongannya.
Serasa dijepit dan dikocok benda lunak yang kenyal.
Walaupun aku merasakan kenikmatan yang luar biasa dengan cara Laras
meng-oral penisku aku merasa kasihan juga melihat dia berkali-kali
hampir tersedak, aku raih lengan Laras dan aku tarik tubuhnya. Laras
menggelengkan kepalanya sebagai tanda menolak dan ingin bertahan dengan
posisinya.
Aku juga pengen cium vagina Laras.. kataku, tapi Laras tetap bergeming, asyik dengan penisku.
Lama-kelamaan pertahananku hampir jebol. Kocokan mulut dan kerongkongan
Laras membuat penisku berdenyut-denyut. Segera aku duduk dan meraih
badan Laras.
Laras
Ayah udah ga kuat
Kataku sambil meraih kedua lengan Laras.
Penisku yang terlepas dari mulutnya tampak keras dan ujungnya berwarna
kemerah-merahan.
Ayah belum ejakulasi. Aku mau
protes Laras tak berlanjut karma aku aku lumat bibirnya.
Segera aku posisikan Laras di bawah lagi dan dengan lembut aku cium dan
aku hisap payudaranya. Kemudian aku tindih Laras sambil terus mengulum
dan memainkan putingnya. Laras mendesis, dan aku bergerak menyusuri
tubuhnya dengan lidahku. Saat sampai di vaginanya, dengan rakus aku
hisap cairan yang merembes keluar. Lidahku kembali memainkan klitorisnya
lalu memasuki liang vaginanya secara berganti-ganti. Laras menjerit
kecil. Kepalaku dijepit dengan kedua pahanya sambil ditekan dengan kedua
tangannya. Laras kembali terangsang hebat. Aku ingin memasukkan penisku
ke dalam vaginanya
Aku segera bangkit dan kembali menindih tubuh Laras. Penisku yang sudah
sangat tegang berada di bibir vaginanya. Perlahan aku gesekkan kepala
penisku di klitorisnya. Laras mendesis sambil memejamkan mata. Dengan
perlahan gesekan penisku bergeser ke bawah dan ujungnya masuk ke dalam
vagina Laras. Laras menggigit bibirnya sambil meringis. Aku tarik
kembali penisku dan pelan-pelan kembali aku masukkan. Walaupun liang
vagina Laras sudah sangat basah, ternyata sulit juga penisku melakukan
penetrasi. Vagina Laras masih sempit, atau kemungkinan besar masih
perawan. Tusukan penisku kuhentikan. Laras membuka matanya dan
tersenyum.
Ayah
Pelan-pelan masukinnya ya
kata Laras sambil mengelus dan meremas dadaku.
Aku jawab permintaan Laras dengan mendorong penisku sedikit lagi. Laras
menahan nafas sambil berjengit. Sekarang sudah seperempat bagian yang
masuk ke dalam vagina Laras. Aku cium dan aku kulum puting Laras. Laras
membuka matanya. Kembali aku lihat senyuman Laras.
Masukin lagi Yah
Tapi pelan-pelan ya
Ya sayang
Ayah akan pelan-pelan masukinnya. Sakit ya..? tanyaku
sambil mendorong kembali penisku. Kini sudah separo yang masuk.
Enggak sakit
kata Laras sambil menggelengkan kepalanya. Laras ingin
Ayah masukin semuanya ke dalam
Auw
sshhh Laras kembali memekik kecil
ketika penisku aku tarik keluar perlahan dan aku masukkan lagi.
Aku tahu Laras kesakitan ketika penisku maju memasuki vaginanya lebih
dalam lagi. Air matanya meleleh, tapi hebatnya, dia masih menyunggingkan
senyuman. Aku kocok penisku pelan-pelan yang baru masuk setengahnya.
Ayo... masukin lagi Yah
biar tuntas
Laras kembali memintaku untuk memasukkan penisku lebih dalam.
Aku kasihan melihat dia meringis kesakitan ketika penisku keluar masuk,
walaupun baru setengah bagian. Aku luruskan tangan kananku agar bisa
menopang tubuhku dengan posisi setengah tegak. Dengan demikian satu
tanganku bisa leluasa mengelus vaginanya. Aku pijit-pijit dengan lembut
klitoris Laras, kemudian jempolku aku putar-putar di klitorisnya. Laras
melingkarkan kedua kakinya dipinggangku, dan tanpa aku duga, dia angkat
pinggulnya dengan keras dan cepat sambil menekan pantatku dengan kedua
telapak kakinya sehingga penisku masuk semuanya.
Aaww
Laras menjerit kesakitan sendiri akibat tindakannya itu. Wajahnya memerah menahan sakit.
Laras
Sakit ya
? kataku sambil mencium bibirnya untuk menenangkan.
Ayah akan pelan-pelan supaya sakitnya hilang dan berganti dengan
nikmat.
Laras berusaha tersenyum walapun masih terlihat ekspresi kesakitannya.
Aku diam sejenak agar vagina Laras menyesuaikan diri dengan penisku.
Kemudian perlahan aku angkat penisku sampai keluar tiga per empatnya,
lalu aku dorong masuk lagi. Laras masih menahan nyeri, terlihat dia
menggigit bibir sambil meringis. Air matanya merembes keluar lagi. Aku
tarik lagi penisku, lalu aku masukkan lagi berulang-ulang dengan pelan.
Laras membuka matanya menatapku. Kuberi Laras senyuman yang dia balas
dengan rangkulan mesra dan mencium bibirku. Gerakan penisku makin mantap
keluar masuk vaginanya walaupun dengan kecepatan tidak sampai maksimal.
Laras mulai menggoyangkan pinggulnya dan mendesah.
Ayah
terus
Nggak sakit kan sayang
bisikku di telinga Laras sambil menjilatinya.
Laras tersenyum menatapku, kemudian diraihnya kepalaku lalu bibirku
dilumat dan disedot. Lidahnya menari di dalam rongga mulutku. setelah
yakin Laras tidak kesakitan lagi, aku percepat gerakan penisku sedangkan
Laras juga makin mantap memutar pinggulnya. Kakinya tetap melingkar di
pinggangku, sementara telapak kakinya yang ada di atas pantatku
menghentak-hentakkan pinggulku hingga makin dalam tusukkan penisku di
vaginanya. Laras terlihat sangat menikmati persetubuhan ini.
Berkali-kali dia mendesah dan mengerang karena nikmat. Matanya kadang
menatapku sambil tersenyum lalu terpejam menikmati tusukkan penisku di
vaginanya.
Aku juga sangat menikmati goyangan pantat Laras. Vaginanya terasa sempit
dan licin, sehingga menambah rasa nikmat yang muncul di batang penisku.
Vagina Laras seperti mempunyai jari yang meremas penisku. Remasan
vagina Laras makin nikmat ketika dia memutar pinggulnya. Penisku serasa
disedot dan dipijit vagina Laras. Kaki Laras makin erat menjepit
pinggangku dari sisi kanan dan kiri, sementara telapak kakinya makin
kencang menghentakkan pantatku.
Kemudian aku mengambil posisi agak tegak dengan meluruskan tanganku yang
bertumpu di springbed. Kembali aku pompa vagina Laras sambil bertumpu
dengan jari kakiku seperti orang push up. Akibatnya, tusukkan penisku
makin mantap dan makin dalam. Laras berkali-kali menjerit dan mengerang
karena keluar masuknya penisku. Tangan Laras berusaha menggapai
kepalaku. setelah didapatkan, kepalaku ditarik. Aku menjatuhkan diri
perlahan sambil bibirku mengulum putingnya, lalu Laras memelukku dengan
erat sambil meraih kepalaku kemudian menciumi wajahku. Bibirnya dengan
ganas dan liar melumat dan menyedot bibirku, sementara goyangan pinggul
Laras dan hentakan penisku di vaginanya makin cepat, bibir Laras dengan
cepat mengulum telingaku hingga aku menggelinjang nikmat. Lidahnya
menyusup di dalam daun telingaku dan mengkorek-korek lubang telingaku.
Kurasakan vagina Laras sudah sangat basah dan semakin licin sehingga
penisku makin mudah keluar masuk di dalamnya.
Kurasakan kaitan kaki Laras makin erat, hentakan telapak kakinya
dipantatku makin keras, tetapi tidak langsung dilepas seperti tadi,
melainkan waktu penisku menghujam di vaginanya, Laras menekan pinggulku
akan lama dan tentu saja penis agak lama juga berdiam diri di dalam
vagina Laras. Yang kurasakan saat penisku berdiam di dalam vagina Laras
beberpa detik, terasa vaginanya makin hangat dan makin basah, hingga
sampai suatu saat Laras memekik sambil mengangkat pantatnya
tinggi-tinggi. Penisku amblas seluruhnya di dalam vagina Laras. Apalagi
ditambah tekanan telapak kaki Laras di pinggulku juga makin kencang.
Pelukan Laras makin erat. Tiba-tiba kuku tangan kanannya yang tajam
mencengkeram pundak kiriku sementara tangan kirinya mengkait erat
leherku.
Ayah
Sshh
Nikmat sekali Ayah
Laras pipis lagi
teriak Laras di sela-sela orgasme yang ketiga.
Aku percepat kocokan penisku untuk menyempurnakan orgasme Laras. Mulutku
mencari-cari putingnya lalu menghisapnya dengan kuat. Laras melenguh
panjang lalu diam lemas tak bergerak.
Kita istirahat dulu ya, Sayang
Laras capek kan..? kataku sambil
menciumi wajahnya lalu berhenti dengan membiarkan penisku tetap di dalam
vagina Laras.
Nggak mau
Laras merengek manja.
Di tengah kelelahannya, tangan Laras kembali memelukku dengan kencang.
Bibir dan lidahnya menyusuri muka dan leherku, sedangkankan kedua
kakinya kembali melingkar pinggangku dengan erat. Rupanya Laras tak
ingin aku berhenti mempompakan penisku di vaginanya. Kembali aku ayunkan
pantatku untuk memompa vagina Laras.
Ayah belum apa-apa, kan? katanya lagi.
Penisku yang belum tercabut dari vaginanya digoyang dan dikocok vagina
Laras. Gerakan pinggul Laras tak seganas tadi, lebih lebih lembut dan
pelan tapi terasa sangat nikmat. Dengan semangat dan bergairah aku
pompakan penisku ke dalam vaginanya, dan kembali Laras mengerang sambil
meremas rambutku. Berkali-kali bibirnya mencari bibirku kemudian melumat
dan menyedot. Lidahnya mengait lidahku. Kami saling hisap dan saling
menggoyangkan pinggul.
Kembali aku mengambil posisi agak tegak dengan meluruskan kedua
lenganku. Lalu aku raih kaki Laras satu per satu dan aku angkat ke depan
dadaku lalu kurapatkan kedua kakinya kemudian aku tekuk lututnya.
Dengan posisi ini, vagina Laras menyempit dan terasa lebih menjepit
penisku. demikian pula gesekan penisku di vagina Laras lebih terasa.
Laras berkali-kali mengerang dan menjerit.
Ayah
Laras nikmat sekali
Sshh
Aahhh
kata Laras di sela desahannya. Ayah nikmat nggak
?
Iyaahh
nikmat sekali sayang
sahutku.
Aku memompa vagina Laras dengan cara cepat dan pelan berganti-ganti.
Kadang aku mengujamkan dengan keras penisku, kadang aku tarik dengan
cepat tapi tidak sampai lepas kemudian aku hujamkan lagi dengan cepat
dan keras. Erangan, teriakan dan desahan Laras makin sering dan makin
keras terdengar. Hal ini membuat aku makin bergairan menusuk-nusukkan
penisku. Apalagi kemudian badan Laras meliuk-liuk ke kakan dank e kiri
seperti ular yang mengejar mangsanya. Aku percepat gerakan pinggulku
memompa Laras lalu aku pelankan lagi.
Ssshhh
Ayah nakal
ahhh
Laras suka
?
Suka
Nikmat sekali Yah
sahut Laras. Aahhh
Ayah juga suka..? Aahhh
Ayah juga nikmat? tanya Laras kemudian
iyaaahhh
Ayah suka
ssshhh
Nikmat sekali sayang
Aku mencari klitorisnya dengan jari tangan kananku sementara tangan
kiriku menahan kedua kakinya agar tetap tertekuk dan rapat di depan
dadaku. Kemudian, aku elus klitoris Laras sambil terus mengocok penisku.
Reaksi Laras sungguh luar biasa ketika jari dan jempolku mengelus dan
memijit klitoris Laras yang tegang dan licin terkena cairan yang
terus-menerus merembes keluar dari vaginanya. Erangannya makin keras.
Pinggulnya bergoyang makin hebat. Tiba-tiba dengan kuat kedua tangannya
mencengkeram tanganku yang mengesek-gesek klitorisnya sampai kuku-kuku
tangannya menghujam ke dalam kulit lenganku. Rasa sakit dan perih akibat
luka terkena tusukan kuku Laras lak kuhiraukan. Jari dan jempolku
teruis mengelus dan meijit klitoris Laras dengan cepat.
Tubuh Laras meliuk-liuk tak karuan, kadang ke kanan dan ke kiri, lalu
melengkung ke belakang, lalu membungkuk ke depan, lalu ke belakang lagi,
ke depan lagi dan seterusnya. Akhirnya terdengar jeritan Laras yang
sangat keras disertai gerakan tubuhnya yang mengejang dengan kuat sambil
melengkung ke belakang. Kepalanya mendongkak, pinggulnya bergetar hebat
sampai aku dapat merasakan penisku seperti dipijat dan digetarkan, lalu
vagina Laras terasa sangat basah dan hangat. Selanjutnya aku melepas
kedua kaki Laras yang tertekuk dan rapat di depan dadaku. Kaki Laras
kembali membelit pinggangku. Selanjutnya aku peluk Laras sambil
menggeser tubuhku sehingga pangkal penisku berada di bagian atas
vaginanya.
Ini aku maksudkan agar pangkal penisku berada di bagian atas vaginanya
sehingga klitoris Laras makin merasakan tekanan penisku. Genjotanku
makin aku perkuat dan percepat. Jeritan Laras makin menjadi, gerakannya
makin liar, sementara vaginanya makin kuat mencengkeram dan menggetarkan
penisku. Vaginanya seolah memijat dan menghisap penisku. Penisku serasa
diremas kemudian dipilin dengan benda yang sangat kenyal, licin dan
hangat. Akibatnya penisku pun berdenyut-denyut. Rasa nikmat yang luar
biasa mulai aku rasakan di ujung penisku, lalu perlahan menjalar menuju
pangkalnya. Rasa nikmat itu kembali mengalir dari pangkal penisku dan
dengan cepat menuju ujungnya.
Laras
sshhhh
Ayah mau keluarrrr
Kataku mengeksperesikan kenikmatan yang aku rasakan.
Laras menjawab dengan mengaitkan kakinya kembali ke pinggangku kemudian
menariknya sehingga penisku menghujam makin dalam. Aku tekan vagina
Laras dengan penisku dalam-dalam kemudian aku peluk Laras sambil kucari
bibirnya lalu melumat dan menghisapnya kuat-kuat saat spermaku muncrat
di dalam vagina. Laras memekik kecil karena **an spermaku mengenai
dinding liang vaginanya.
Oh
Ayah
nikmat sekali
Iya sayang
nikmat sekali
."
Kemudian kami terkulai dengan posisi aku menindih tubuh Laras. Laras
masih berusaha menciumi wajahku dan menghisap bibirku. Kubuka mataku dan
menatap mata Laras. Kami tersenyum puas lalu kembali Laras mencium
bibirku.
Ayah cabut ya
? kataku
Jangan dulu
Laras masih ingin penis Ayah ada di dalam jawab Laras.
Maka aku biarkan sejenak penisku sampai mengendur dan mengecil di dalam
vagina Laras. Beberapa saat kemudian aku berguling ke samping kiri
Laras.
Ayah puas
? Tanya Laras samil memelukku.
Puas sekali, Sayang
jawabku.
Aku balas pekukan Laras dengan meletakkan tangan kiriku sebagai bantal
kepala Laras sedangkan tanganku membelai wajahnya. Laras menelusupkan
wajahnya di dadaku.
Laras puas nggak..? Tanyaku balik.
Laras tidak menjawab. Dia hanya tersenyum sambil memejamkan mata
kemudian menggigit putingku. Kami beristirahat sambil tiduran
berpelukan. Perlahan kesadaran nalarku pulih. Aku menengok jam weker
didital yang ada di atas nakas. Jam 14.36. Berarti sudah hampir sore.
Aku lirik Laras yang meringkuk dalam pelukanku, ternyata dia sudah
tidur.
Perlahan aku angkat kepala Laras dan aku meletakkan batal di bawah
kepalanya, lalu aku bangun menuju kamar mandi. Tiba-tiba aku melihat
pintu kamarku sedikit terbuka dan ada seorang di balik pintu. Sepertinya
seorang perempuan. Orang itu dengan cepat menghilang dari pintu. Aku
kejar orang itu sambil menyarungkan handuk di pinggangku. Sampai di
pintu aku tidak melihat siapa-siapa. Yang jelas bukan isteriku, tubuh
orang itu lebih pendek dari isteriku.
Ah
Siapa dia? Pembantuku kah? Di rumah ini hanya ada aku dua orang
pembantu, seorang tukang kebun, seorang sopir, dua orang satpam dan
Laras. Selain Laras, wanita di rumah ini hanya Ayu yang bertugas memasak
dan Wiwid yang bertugas membersihkan rumah. Siapa dia? Ayu atau Wiwid?
Aku tidak mungkin mengejar wanita itu lebih jauh. Aku segera menutup
pintu dan menguncinya. Aku kembali ke tempat tidur.
Aku berbaring di samping Laras kembali. Aku tatap Laras yang tidur
dengan nyenyak. Aku mencoba mengingat peristiwa yang aku alami dari pagi
sampai sore ini. Apa yang baru saja aku lakukan? Menyetubuhi Laras,
anak asuhku yang paling aku banggakan? Kenapa Laras mau dengan mudah
menyerahkan kegadisannya? Mengapa Laras sangat ahli memanjakan nafsuku?
Darimana dia belajar hubungan sex? Apa..? Kenapa..? Bagaimana
? Berbagai
pertanyaan muncul di kepalaku dan tak satupun dapat aku jawab.
Berbagai pertanyaan yang berkecamuk membuat aku ingat isteriku. Marahkah
dia jika tahu? Ah, tentu saja isteriku akan marah jika tahu aku sudah
menyetubuhi Laras. Haruskah aku menyesal
? Menyesal setelah menikmati
tubuh perawan yang baru tumbuh? Perawan yang mempercayakan hidupnya
kepadaku karena aku sudah mengangkat dia sebagai anak asuhku
Sungguh
pengecutnya aku kalau sampai hal itu terjadi. Aku tak akan menyesali
persetubuhan ini.
Baiklah Laras
aku akan bertanggung jawab atas perbuatanku...
No comments:
Post a Comment