Sunday 16 August 2015

Pembantuku itu 9

Aku membalik Koran sabtu itu dengan enggan sambil bertengger di kursi santai samping kolam koi belakang rumah, relax sehabis mandi pagi di hari libur yang tenang itu. Aku memakai celana kombor putih dan baju dalem santaiku. Aku cuek kalau celana gomborku tidak menampung juniorku dengan sempurna. Jadi mahluk tengil itu kubiarkan leluasa menerobos celah di kaki celanaku sambil mengintip matahari pagi. Junior juga kadang pengin berjemur…hehehe…

“ini pah kopinya” suara latri terdengar

“yup taroh aja di situ…” kataku sambil melirik sedikit dan masih sedikit focus ke Koran.

Lirikan sekilas itu ternyata tidak sebanding dengan efeknya. Posisi latri yang membungkuk menaroh kopiku di meja pendek itu membuat bagian leher kaos longgar yang dia kenakan membuka cukup lebar untuk ku dapat melihat BH coklat mungil yang membungkus dada kecil imutnya. Semerta merta junior bangkit. Dan kebangkitannya yang mendadak itu tentunya menghasilkan gerakan yang mengundang perhatian, karena junior memutuskan untuk bangkit di luar celana, menerobos celah lobang kaki celana yang gombrong.

“ah!” latri sepontan sedikit terlonjak, sambil memalingkan muka ketika melihat proses itu.

“halah kaya ga pernah liat punya papa aja kamu lat…dua kali lho papa mergokin latri ngintip papa ama mama berhubungan di sofa ruang tengah” aku membela diri tak kalah sepontan

“eh…iya, abis latri…kaget…eh, anu pah, soal ngintip itu…latri minta maaf, waktu itu…anu pah…mama…mendesah cukup kenceng…jadi kedengeran latri…jadi penasaran…eh…maaf kalau itu membuat mood papa jadi down saat…ngegituin mamah…” jawabnya terbata bata

Aku garuk gruk kepala sambil ‘menyimpan’ si otong kembali ke kandangnya. Kalau ku katakan, aku tambah terangsang waktu liat dia ngintip karena di dalam bayanganku dialah yang ku entot…wedew…

“eh, jadi kamu penasaran, lalu cepet cepet ngambil dildo mamah buat masturbasi sambil ngintipin mamah papah ML? Mmm… ada sesuatu yang bener-bener harus kamu klarifikasi!” kataku dengan akting sok marah

Latri menunduk di depanku, mimik mukanya kelihatan takut, tapi aku tahu matanya masih lirak lirik ke juniorku, aku biarkan itu.

“betulkan?” desakku lebih lanjut, masih akting sok marah

“iya pah, maaf itu memang mainan burung-burungannya mama…latri lancang minjem, tapi sudah latri cuci dan balikin lagi kok…tapi latri salah, latri mohon maaf pah…” jawabnya polos dan sepontan jujur. Satu lagi yang kami suka dari latri, dia jujur dan mau bertanggung jawab. Tidak seperti pembantu lain yang lebih suka ngeles.

“maksud papa…hrmm (dehem krn canggung) walau dildo itu ukurannya sedikit kecil, tapi kalau kamu masukkan semua ke…vagina kamu…itu bisa merobek selaput keperawananmu…”

Latri mendengus dan tersenyum malu malu sambil masih menunduk

“emang latri udah gak perawan pah…” katanya kemudian dengan enteng.

“itulah kenapa…latri malu sekali dengan kata kata latri semalam ke papah, latri…saat itu seperti mengingkari status latri sendiri…yang cuman…pembantu dari desa…yang sudah mendapatkan kasih sayang sedemikan banyak dari keluarga ini…malah masih mau lancang mengharapkan papah…maafin, latri serakah…dan di lagi pula, latri juga tidak ada yang bisa di persembahkan ke papah, misalkan papah…menghendaki…eee… maksud latri…anu…kan latri…” lanjutnya

“ayolah lat, kamu tau kami menyayangimu, kami tidak pernah melihat back ground kamu…eee…kalau kamu tidak keberatan, papa pengin tau masa lalu kamu, kok sampai latri bilang sudah tidak perawan itu gimana? Coba coba dengan pacar kamu, atau…padahal latri kan baru 17 tahun…” ujarku memotong ucapan terbata-batanya sambil menggeser posisi duduk dan menepuk nepuk bantalan kursi yang aku duduki, memberi isyarat kepada latri untuk duduk di situ, berbagi kursi

“ehmm…” latri mulai ceritanya dengan senyuman kecut, dia mengikuti isyaratku dan mulai duduk di sebelahku, berbagi kursi
“latri tidak perawan bukan karena coba coba dengan pacar pah, tapi karena bapak latri…” lanjutnya

“hah!! Maksudnya?” aku kurang mencerna penjelasannya
“kamu di perkosa sama bapak kamu?” aku masih mencari penjelasan, karena setahuku latri sudah yatim sejak beberapa tahun, kalau aku gak salah denger berita, ayahnya meninggal dalam kecelakaan KA. Tapi kalau ada pengalaman kekerasan sexual, mungkin dia termasuk anak yang kedepannya memerlukan perlakuan khusus, biar tidak terjadi trauma. Well, as I told you, kami sekeluarga menyayanginya.

“bukan begitu pah…latri emang sudah tidak perawan dari SMP…karena keperawanan latri di jual sama bapak untuk menutup hutang judinya…” lanjutnya dengan getir “lalu emak tau, emang emak tidak melaporkanya ke polisi, tapi emak langsung minta cerai ke bapak dan melarang bapak mendekati keluarga kami, bapak langsung pergi dan tak berapa lama kemudian kami dengar bapak menjadi korban kecelakaan kereta arah ke Jakarta…”

“eh? Oya?” serius aku terkejut, ternyata latri yang selalu ceria mempunyai masa lalu yang demikian tragis.

“trus? Eh, maksud papa, pas kejadian itu kenapa kamu nurut aja? Kenapa tidak berontak?” tanyaku lebih jauh.

“saat di kamar dengan orang itu, latri marah, takut dan perasaan benci banget sama bapak, latri berontak, menagis dan mencoba lari, tapi dia mengancam akan membunuh latri dan ibu kalau latri tidak menurut…latri lalu menurut karena ancaman itu kelihatannya tidak main main, dia preman dan rentenir yang cukup terkenal ganas di daerah kami dan katanya memiliki backing aparat…lalu saat orang itu menelanjangi latri dan mulai menciumi latri, meraba raba serta menjilati dada larti, latri jadi…eh, anehnya latri jadi tidak takut lagi, malah lebih ke gemetaran yang aneh, trus, malah anehnya latri jadi menurut karena tidak bisa menahan getaran itu…lalu dia mulai kangkangin kaki latri dan berusaha masukin burungnya ke lubang latri…lebih aneh lagi, latri tambah nurut aja, malah seperti penasaran gimana rasanya…”

“eh? Oya?” potongku singkat berusaha mencerna cerita latri

“maksud latri…eh…tapi baru saja burung orang itu masuk sedikit ke…lubang latri…dia langsung…ehm…muncratin…anu…eh, lalu trus dia langsung selesai…dan…jadi malah langsung lemas…jadinya…latri malah jadi…gemes…maksudnya, penasaran gitu…lalu…latri tunggu kali aja dia mencoba lagi, tapi, dia malah langsung keluar kamar dan ngobrol sama bapak, tak lama kemudian latri di ajak pulang…dan karena…eh…itu…latri malah jadi…ketagihan…eh! Emm…maksudnya penasaran…” lanjutnya terbata

Aku bengong…
Padahal kalau pada saat itu benar benar tidak terjadi penetrasi, kemungkinan dia masih perawan…
Tapi aku (entah kenapa) tidak mau mengutarakan kemungkinan itu, well paling enggak latri tidak trauma dan kalau dia tidak menngalami hal yang dia alami tersebut mugkin kejadian ini tidak akan pernah ada.

“trus?” tanyaku penasaran

“ya walau latri penasaran, tapi latri tetap gak berani ngajak gituan sama laki laki pah, karena menjaga nama emak di kampung juga, lalu ada temen latri yang membawa film di HP…tentang cewek yang main mainin miliknya sendiri…katanya namanya masturbasi…latri coba coba…dan ternyata…eh, makanya sejak saat itu…latri jadi ketagihan…eeee…maksudnya keterusan…anu…masturbasi…”

“oya?” aku garuk garuk kepala, dia mengangguk. Seperti cerita fiksi aneh dari film bokep JAV murahan. But what the hell…

“trus, apa yang pernah kamu…eghmm…masukin? Maksudnya pas masturbasi gitu…” tanyaku lebih lanjut, setelah tahu dia tidak mengalami kekerasan sexual yang dapat membuatnya trauma, aku malah jadi penasaran bagian masturbasinya cuy…maklum aku lelaki normal… well, lelaki bejad tepatnya!

“awanya ya cuman jari pah…lalu akhir akhir ini latri menemukan…mainan mamah…”

Aku garuk garuk kepala lagi, dan juniorku semakin ngaceng mendengar cerita itu…

“lat…” kataku sambil menelan ludah.

“ya pah…”

“kamu masih penasaran sama punya cowo yang asli?” Gila! Aku sendiri tercekat ama kata kata yang barusan aku ucapin. Goblok! Bego! Tolol!

“ah, papah…malu ah…”

“kalau papah minta latri pegang punya papah, latri mau gak?” ujarku lebih lanjut.
Terlanjur basah man! Well, dalam hal ini terlanjur kentang! Anjriitt!!! Apa yang gw lakukan???

“mau! mau banget pah!…eh, anu…ee…maksudnya…jangankan cuman disuruh megang punya papah, papah suruh latri megang bara api sekarang juga latri pegang pah! Jasa papah dan keluarga ini besar banget untuk latri bisa bales…” katanya sok diplomatis

Eh?

Latri mulai menggerakkan tangannya (awalnya sedikit canggung) untuk memegang kontolku

“ough! Tangan kamu anget banget lat…” aku berkata sambil menikmati genggaman dia

“ehhh…kok…gueedee bangedd sih pahh…? Latri kira mainan mamah udah gede…burung rentenir yang dulu membeli latri lebih kecil lagi dari burung burungan mamah…” katanya sambil memegang kontolku dengan dua tangan, menyusuri figurnya dari pangkal ke ujung dan melakukan gerakan meremas remas gemas sedangkan matanya melotot melihat siluetnya yang tercetak di balik celana.

Aku hanya tersenyum, tanganku pun tidak diam saja, aku meraih ke depan dan sukses mendarat di dadanya. Aku membelainya pelan. Mungil…imut…kenyal sekaligus lembut…benar benar khas dada ABG… latri mendesah…dan memandangku sayu. Tanganku bergerak ke samping tepat di ketiaknya. Dengan sekali sentakan latri ku angkat lalu ku dudukkan di pangkuanku. Kami berhadapan. Mata kami bertemu. Pandangannya tajam, menantang. Sedangkan aku…kembali di landa keraguan.

Aku berada dalam posisi duduk sekarang. Kakiku menjuntai menapak lantai. Sedangkan latri berada di pangkuan pahaku dengan posisi kedua kaki mengangkang dan menghadap kearahku. Dalam posisi itu, selangkang kami memang belum saling menggesek, tapi jaraknya hanya hitungan centi. Aku memeluk pinggulnya, sedangkan tangannya masih berusaha mengkucel kucel kontolku. Pandangannya lurus ke mataku. Anak 17 tahun ini membuatku grogi. Aneh…

Beberapa lama aku cuman mematung, bimbang antara nafsu dan akal sehat, sampai latri meremas lagi senjataku dari luar celana. Kucengkeram erat pinggulnya. Kutarik maju sehingga posisi selangkangan kami saling menempel, walau barang kami masih ada di dalam celana masing masing.

Latri mendesah tertahan. Tanganku merambat naik ke punggung dia, kurasakan geronjal kecil, tali belakang BH dia. Tanganku terus naik, mengusap dan menggenggam tengkuknya. Lehernya yang kecil hampir muat ku genggam dengan sebelah tanganku. Lalu tanganku bergerak maju, mengusap pipinya, bibirnya yang mungil namun merekah itu tak lepas dari sentuhan jari jariku. Latri mendesah, alih alih dia memejamkan mata, pandangannya malah lebih tajam menusuk mataku. Ku usap rambut bagian belakang dari kepala kecilnya, tanganku bergerak ke dagunya dan perlahan kutrik ke depan untuk mendekatkan bibirnya ke bibirku. Dia belum juga menutup matanya. Sampai bibir kami bertemu dan desahan kecil itu kembali tersedengar dari mulutnya.

Dan kami berciuman.

No comments:

Post a Comment