..."peluk latri lagi pah..."
Hmmm...
Aku memutuskan untuk tidak memeluknya kali ini. Lagipula, aku masih ada
janji untuk menghukumnya, dan itu akan ku lakukan. Hehehe…becanda.
Kupegang kedua betisnya, lalu ku kangkangkan kakinya. Dengan gerakan
lemas kakinya mengikuti arah tanganku. Aku meliriknya sekilas sambil
tersenyum simpul. Matanya seolah bertanya apa yang hendak aku perbuat.
Tanpa basa basi ku sorongkan mulutku kearah memeknya dan mulai menjilat,
menyedot bahkan menggigit gigit kecil bukit mini itu dari balik celana
hotpantsnya.
“papah!... agggghhttthtt…” latri bereaksi sepontan saat mulutku mendarat
di permukaan memeknya dari luar celana. Sepontan pula sentoran cairan
panas melanda mulutku. Luapan cairan orgasme ataukah squirt? Aku tidak
peduli, semakin membanjir itu memek, semakin keras aku menyedot. Latri
tersengal, mengejang dan menggelepar gelepar menghadapi gempuranku.
Entah berapa kali anak 17 tahun itu sudah orgasme dari awal ciuman kami.
Tanganku menggenggam kolor hotpantsnya, pelan pelan ku tarik celana itu
ke bawah. Latri membantu dengan sedikit mengangkat dan mengejang
kejangkan pinggulnya. Tak lama kemudian barang itu terpapar di depanku.
Tak ku sangka, vaginanya begitu merah-muda, dengan rambut yang masih
sangat jarang jarang. Sisi luar bibir vaginanya terbelah dengan sempurna
dan menonjol dengan cantik. Elegan namun imut. clitorisnya berwarna
sedikit lebih cerah dari daerah labia minora atau bibir vagina-nya.
Dengan gemetar ku sibakkan bibir vagina itu dengan jempol kananku.
Lorong itu terlihat berkerut kerut eksotis, setiap lekukan mengkilat
dilapisi cairan yang seakan tidak pernah kering. Perlahan ku elus
clitorisnya dan terpampang pemandangan yang membuat darahku berdesir
sampai ke kepala. Memeknya mengedut dengan sentakan-sentakan spontan.
Memeknya…Empot Ayam!
Kepala latri masih tergolek lemas ke samping seakan masih menikmati
orgasme yang barusaja di berikan oleh permainan mulut dan lidahku dari
luar celananya. Tanpa dia sadari, aku sudah melepaskan celanaku dan
mengarahkan penis tegangku ke lobang vaginanya. Sebenernya aku masih
pengin mengenyot barang itu, tetapi kedutan tadi membuatku tidak kuat
menahan lebih lama lagi untuk menusuk dan menjelajah relung yang sudah
menganga pasrah di hadapanku ini. Aku mulai menggesek gesekkan kepala
penisku ke permukaan bibir memeknya. Latri masih tergolek sambil
terpejam, walau memeknya bereaksi dengan mengirim kedutan kedutan erotis
yang membuatku semain gila. Lalu…
BBBBLLLLESSS…
Pelan tapi pasti lobang itu akhirnya aku tembus…
“aaaagggghhhhhh! Paaaaapaaaaah!” erangnya panjang sambil berusaha
menarik kepalanya keatas untuk melihat memeknya yang mulai tertembus
rudalku…sekilas kulihat matanya nanar melotot, menandangku panik saat
merasakan kontholku menyeruak lorong memeknya. Masuk...masuk…mili demi
mili, lebih dalam…dan semakin dalam…
Terlambat latri!! semua sudah terlambat kini… papa brengsekmu ini tidak dapat menahan gejolak libidonya lagi…
Tiba tiba…
JDUK! Eh?
“mentok??” tanyaku di dalam batin…Lalu…
SLUPT…SLUPT…PTETTT…PTETTT…SLEPT…SLEPT…!!!
memeknya bereaksi terhadap benda asing…empot ayam itu secara reflek memeras penisku yang baru ¾ masuk ke lorong memeknya.
Memek yang cetek, empot ayam serta becek banget…Kombinasi aneh tapi luarrr biasa nikmatt…
Dan aku pun mulai memompa!
Kugenjot dia dengan ritme pelan, aku mulai dengan RPM rendah, pinggulku
dengan telaten kugerakkan maju mundur, berputar dan kuselingi gerakan
gerakan zig-zag secara ritmik. Latri sudah tidak sanggup lagi menatapku,
matanya kini membalik ke atas bersamaan dengan lenguhan dan goyangan
kepalanya mengikuti ritme goyanganku. Tangannya menari narik sprei
dengan kuat, dia mendesah, melenguh dan meracau. Aku tingkatkan RPM
goyanganku. Dia mendelik, lenguhannya semakin keras. Memeknya tek henti
henti menyemburkan lendir putih licinnya. Rasa licin, panas disertai
emputan ayam dan pentokan dinding rahimnya di ujung penisku membuatku
serasa melayang. Terbang!
Kuraih pinggulnya dengan kedua tangan untuk memaksimalkan efek goyangan
pinggulku. Masih dalam posisi MOT, aku menghujamnya dengan telaten dan
variatif. Suatu waktu aku bergerak secara konvensional, maju-mundur, di
kombinasi dengan gerakan memutar dan memilin, di lain waktu ku gerakkan
pinggulku dengan arah keatas-bawah seperti mencungkil-cungkil. Sesekali
waktu, aku memberinya kesempatan bernafas dengan menghentikan sebentar
gocekan pinggulku, tempo itu aku gunakan untuk kembali mencecap
putingnya yang semakin menantang itu.
Kepala latri yang tergolek ke samping aku tegakkan, sehingga sekarang
dia terlentang dengan sempurna, penisku masih dengan nyaman bersarang di
relung vaginanya. Dengan gaya kodok, aku masih menelungkupi tubuh
mungilnya, tapi tidak langsung menindihnya. Kuelus kembali rambut
ikalnya, ku singkirkan beberapa helai yang jatuh dan lengket di wajahnya
karena keringat. Matanya sayu membuka, sambil berusaha mengatur nafas
dia tersenyum. Latri mengangkat sedikit kepalanya sambil membuka
bibirnya. Isyarat minta cium.
Dan kami kembali ber French kiss. Dalam dan intim…
Persetubuhan ini memang aku bikin se-relax mungkin, di dalam pikiran
jahatku, aku ingin menanamkan kesan yang dalam di benak latri, agar
prosesi seperti ini bisa berlangsung secara kontinyu. Damn !! Sebut aku
banjingan, tetapi kalau kalian tidak memungkirinya, hal itu juga yang
ada di benak kalian kan?
Cplup…
Bibir kami terlepas dari FK yang dalam
Dan aku mulai mengayuh lagi, aku mulai dengan RPM rendah lagi, hanya
kali ini aku variasikan dengan hentakan hentakan kuat sesekali tempo.
Vagina latri mulai bereaksi kembali, walau pinggulnya masih passive,
mungkin karena lemas, tetapi relung vaginanya benar benar aktif,
mengempot dan memilin penis ku yang menjelajahinya.
“aaaaa…AAGHH!!! …aaaa…AGGHH!!! …aaaa…AGGHH!!! …aaaa…AGGHH!!! …”
Latri mendesah seiring tempo hentakanku. Sebenarnya aku masih ingin
berlama lama, toh tidak ada yang mengharuskan kita terburu buru. Tapi
kelihatannya sudah waktunya menyelesaikan ronde satu, lagipula, aku
sudah tidak menghitung lagi berapa kali tadi vagina kecil itu sudah
menyemburkan cairan orgasmenya. Kupercepat RPM. Menengah! Dan Tinggi!!
Aku meyentak nyentak kuat
CPLOK CPLOK CPLOK CPLOK
Suara testisku terdengar kencang waktu menampar nampar pantat kecilnya seiring genjotanku
“AAAAAAAAAAAAA………………………AAAAAAAAAAAAAAA………………AAAAAA
AAAAAAAAA………….AAAAAAAAAAAAAAAIIIIIIIIIIIIIAAAAAAAA
AAAAAAAAAAAAA….IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIHHHHHHHHH HHH……..”
Desahan latri berubah menjadi lengkingan panjang
Dan aku kayuhan itu semakin kupercepat…
CPAK CPAK CPAK CPAK CPAK
“ARRGGHHH !!!” aku mengeram saat puncak itu berhasil kudaki
Kuhujamkan dalam dalam penisku ke relung vagina latri. Spermaku ku
muntahkan semuanya di sana. Aku mengerang lagi saat merasakan guyuran
cairan panas di sekujur penisku. Dan aku melejang lejang lagi. nafasku
memburu. Kemudian aku limbung, terjatuh tertelungkup di atas tubuh
latri. Nafasnya tak kalah tersengal.
Perlahan aku geser tubuhku ke samping, memberinya kesempatan untuk
menghirup udara. Kupandang wajahnya, latri masih memejamkan matanya,
berusaha mengatur nafas. Beberapa saat kemudian, dia menoleh ke arahku.
Aku sengaja belum bekata kata, kubelai wajahnya dan kembali ku tatap
matanya. Bibirnya mendekat dan kita berciuman kembali. Singkat namun
dalam. Kami berpelukan.
“pah, boleh latri bilang kalau latri…say…eh…enggak jadi ding…” latri
tidak menyelesaikan kalimatnya, dia hanya langsung menyusupkan kepalanya
ke dalam pelukanku.
Aku tersenyum, ayolah, masa aku tidak bisa menebak sih lanjutan
kalimatnya? Tapi aku sengaja tidak menanggapinya secara verbal, aku
hanya menarik wajahnya dan mengecup keningnya. Latri menunduk lagi dan
mempererat pelukannya, dan kami berpelukan kembali dalam kebisuan.
Dibenakku terfikirkan hal-hal yang entah akan dapat aku sampaikan dalam
bentuk kata kata atau tidak di dalam kehidupan ini. Hal seperti: Lat,
aku juga…
Ini gila! Masa aku falling sih? GILAAAA!!!
Aku falling in love?? Kalimat itu masih terus menjerit jerit di batinku,
dan yang paling menyiksaku adalah kenyataan bahwa aku memang
menyayanginya entah dalam konteks apa, aku sendiri juga masih bingung.
Dan yang barusan terjadi, apa itu dia anggap sebagai ekpresi sayang,
atau perwujudan dari nafsu bejad majikannya? Kalau yang barusan adalah
pemerkosaan, kenapa dia malah hampir mengungkapkan perasaannya kepadaku?
Apa memang bener kata-kata rika? Apa aku memang semenarik itu? Ah,
jangan GR lah, bajingan sepertiku seharusnya sudah tidak pantas untuk
terlihat menarik di hadapan wanita manapun…Dan aku semakin dalam
tenggelam dalam lamunanku.
Nafas latri mulai teratur, dinginnya AC di kamarnya mengeringkan
keringat kami dengan cepat. Dan sejuknya seakan membius tubuh lelah
kami. Tak seberapa lama, aku sudah mendengar desisan halus nafas latri.
Rupanya latri sudah tertidur. Ndablek juga cewe satu ini! Padahal… Ah…
Dan aku mempererat pelukanku
Hangat…
---
Epilog
Saat ini latri ada di sebuah kota di luar propinsi yang kami tinggali,
menyelesaikan kuliah manajemennya. Dengan biaya kami tentunya. Dia cukup
dapat mengikuti mata kuliahnya walau masuk dengan ijazah SMA persamaan,
dan kami semua bangga dengannya. Aku hanya sekali itu melakukan
hubungan itim dengannya, karena itulah bisa di bilang hubungan kami
malah jauh semakin akrab tapi sejauh ini juga tidak ada di antara kami
yang menyatakan perasaan. Kadang, kalau ada kesempatan kami hanya
berpelukan, Latri sering minta peluk, katanya pelukanku hangat dan
nyaman. Kami saling menghormati sebagai dua individu dewasa.
Aku mencintai istriku, latri tahu itu, tetapi aku juga mencintai latri,
dan aku kira latri juga tahu itu. Walau kata kata cinta tak pernah
terlontar secara verbal dari mulutku. Setiap kutanyakan apa dia sudah
punya pacar, latri hanya bilang dia sudah memiliki seseorang yang sangat
berarti. Tapi aku tidak berani otomatis mengasumsikan orang itu adalah
aku. Aku selalu menganggap cintaku bertepuk sebelah tangan kepadanya.
Dan itu aku kira bagus. Menjagaku untuk tidak bertindak nekad dan
melamarnya. Wedew, parah kalo itu sampe terjadi!
Hubunganku dengan istriku pun sejauh ini baik baik saja, membaik bahkan.
Komunikasi kami juga semakin intens. Everything is fine between us.
Mbak yun akhirnya menikah lagi, dan sekarang sedang hamil anak ke
tiganya dari suaminya yang ke dua. Semenjak dia kembali ke kampung,
balik lagi ke kotaku, bekerja di sana sampai dia menikah lagi, terhitung
hanya beberapa kali kami melakukan persetubuhan, tanpa komitmen dan
hanya untuk penyaluran kebutuhan, kami berdua sudah dewasa dan kami
menyadari benar pentingnya pemenuhan kebutuhan sexual itu. Lalu kami
memutuskan untuk mengakhirinya, demi masa depan kami sendiri.
Rika?
Si ahli manipulasi itu sampai sekarang belum banyak berubah, baik
wajahnya, lekuk tubuhnya, maupun kelakuannya. Bulan lalu aku menuruti
keinginannya, membelikannya sebuah mobil Toyota Yaris, aku beliin second
sih tapi dia sudah OK kok dengan itu. Kenapa aku sampai bela belain
beliin dia mobil? Ya karena dia adikku, walau adik ipar tepatnya. Tapi
aku menyayanginya seperti adik kandungku sendiri.
OK! Kalau suhu memaksa pengin tahu: ada suatu kejadian sehingga dia bisa ‘memaksaku’ membelikannya. PUAS?!
No comments:
Post a Comment