Sunday 16 August 2015

Pembantuku itu 11

..."peluk latri lagi pah..."

Hmmm...

Aku memutuskan untuk tidak memeluknya kali ini. Lagipula, aku masih ada janji untuk menghukumnya, dan itu akan ku lakukan. Hehehe…becanda. Kupegang kedua betisnya, lalu ku kangkangkan kakinya. Dengan gerakan lemas kakinya mengikuti arah tanganku. Aku meliriknya sekilas sambil tersenyum simpul. Matanya seolah bertanya apa yang hendak aku perbuat. Tanpa basa basi ku sorongkan mulutku kearah memeknya dan mulai menjilat, menyedot bahkan menggigit gigit kecil bukit mini itu dari balik celana hotpantsnya.

“papah!... agggghhttthtt…” latri bereaksi sepontan saat mulutku mendarat di permukaan memeknya dari luar celana. Sepontan pula sentoran cairan panas melanda mulutku. Luapan cairan orgasme ataukah squirt? Aku tidak peduli, semakin membanjir itu memek, semakin keras aku menyedot. Latri tersengal, mengejang dan menggelepar gelepar menghadapi gempuranku. Entah berapa kali anak 17 tahun itu sudah orgasme dari awal ciuman kami.

Tanganku menggenggam kolor hotpantsnya, pelan pelan ku tarik celana itu ke bawah. Latri membantu dengan sedikit mengangkat dan mengejang kejangkan pinggulnya. Tak lama kemudian barang itu terpapar di depanku.

Tak ku sangka, vaginanya begitu merah-muda, dengan rambut yang masih sangat jarang jarang. Sisi luar bibir vaginanya terbelah dengan sempurna dan menonjol dengan cantik. Elegan namun imut. clitorisnya berwarna sedikit lebih cerah dari daerah labia minora atau bibir vagina-nya. Dengan gemetar ku sibakkan bibir vagina itu dengan jempol kananku. Lorong itu terlihat berkerut kerut eksotis, setiap lekukan mengkilat dilapisi cairan yang seakan tidak pernah kering. Perlahan ku elus clitorisnya dan terpampang pemandangan yang membuat darahku berdesir sampai ke kepala. Memeknya mengedut dengan sentakan-sentakan spontan. Memeknya…Empot Ayam!

Kepala latri masih tergolek lemas ke samping seakan masih menikmati orgasme yang barusaja di berikan oleh permainan mulut dan lidahku dari luar celananya. Tanpa dia sadari, aku sudah melepaskan celanaku dan mengarahkan penis tegangku ke lobang vaginanya. Sebenernya aku masih pengin mengenyot barang itu, tetapi kedutan tadi membuatku tidak kuat menahan lebih lama lagi untuk menusuk dan menjelajah relung yang sudah menganga pasrah di hadapanku ini. Aku mulai menggesek gesekkan kepala penisku ke permukaan bibir memeknya. Latri masih tergolek sambil terpejam, walau memeknya bereaksi dengan mengirim kedutan kedutan erotis yang membuatku semain gila. Lalu…

BBBBLLLLESSS…
Pelan tapi pasti lobang itu akhirnya aku tembus…

“aaaagggghhhhhh! Paaaaapaaaaah!” erangnya panjang sambil berusaha menarik kepalanya keatas untuk melihat memeknya yang mulai tertembus rudalku…sekilas kulihat matanya nanar melotot, menandangku panik saat merasakan kontholku menyeruak lorong memeknya. Masuk...masuk…mili demi mili, lebih dalam…dan semakin dalam…

Terlambat latri!! semua sudah terlambat kini… papa brengsekmu ini tidak dapat menahan gejolak libidonya lagi…

Tiba tiba…
JDUK! Eh?

“mentok??” tanyaku di dalam batin…Lalu…

SLUPT…SLUPT…PTETTT…PTETTT…SLEPT…SLEPT…!!!

memeknya bereaksi terhadap benda asing…empot ayam itu secara reflek memeras penisku yang baru ¾ masuk ke lorong memeknya.

Memek yang cetek, empot ayam serta becek banget…Kombinasi aneh tapi luarrr biasa nikmatt…

Dan aku pun mulai memompa!

Kugenjot dia dengan ritme pelan, aku mulai dengan RPM rendah, pinggulku dengan telaten kugerakkan maju mundur, berputar dan kuselingi gerakan gerakan zig-zag secara ritmik. Latri sudah tidak sanggup lagi menatapku, matanya kini membalik ke atas bersamaan dengan lenguhan dan goyangan kepalanya mengikuti ritme goyanganku. Tangannya menari narik sprei dengan kuat, dia mendesah, melenguh dan meracau. Aku tingkatkan RPM goyanganku. Dia mendelik, lenguhannya semakin keras. Memeknya tek henti henti menyemburkan lendir putih licinnya. Rasa licin, panas disertai emputan ayam dan pentokan dinding rahimnya di ujung penisku membuatku serasa melayang. Terbang!


Kuraih pinggulnya dengan kedua tangan untuk memaksimalkan efek goyangan pinggulku. Masih dalam posisi MOT, aku menghujamnya dengan telaten dan variatif. Suatu waktu aku bergerak secara konvensional, maju-mundur, di kombinasi dengan gerakan memutar dan memilin, di lain waktu ku gerakkan pinggulku dengan arah keatas-bawah seperti mencungkil-cungkil. Sesekali waktu, aku memberinya kesempatan bernafas dengan menghentikan sebentar gocekan pinggulku, tempo itu aku gunakan untuk kembali mencecap putingnya yang semakin menantang itu.

Kepala latri yang tergolek ke samping aku tegakkan, sehingga sekarang dia terlentang dengan sempurna, penisku masih dengan nyaman bersarang di relung vaginanya. Dengan gaya kodok, aku masih menelungkupi tubuh mungilnya, tapi tidak langsung menindihnya. Kuelus kembali rambut ikalnya, ku singkirkan beberapa helai yang jatuh dan lengket di wajahnya karena keringat. Matanya sayu membuka, sambil berusaha mengatur nafas dia tersenyum. Latri mengangkat sedikit kepalanya sambil membuka bibirnya. Isyarat minta cium.

Dan kami kembali ber French kiss. Dalam dan intim…

Persetubuhan ini memang aku bikin se-relax mungkin, di dalam pikiran jahatku, aku ingin menanamkan kesan yang dalam di benak latri, agar prosesi seperti ini bisa berlangsung secara kontinyu. Damn !! Sebut aku banjingan, tetapi kalau kalian tidak memungkirinya, hal itu juga yang ada di benak kalian kan?

Cplup…

Bibir kami terlepas dari FK yang dalam

Dan aku mulai mengayuh lagi, aku mulai dengan RPM rendah lagi, hanya kali ini aku variasikan dengan hentakan hentakan kuat sesekali tempo. Vagina latri mulai bereaksi kembali, walau pinggulnya masih passive, mungkin karena lemas, tetapi relung vaginanya benar benar aktif, mengempot dan memilin penis ku yang menjelajahinya.

“aaaaa…AAGHH!!! …aaaa…AGGHH!!! …aaaa…AGGHH!!! …aaaa…AGGHH!!! …”

Latri mendesah seiring tempo hentakanku. Sebenarnya aku masih ingin berlama lama, toh tidak ada yang mengharuskan kita terburu buru. Tapi kelihatannya sudah waktunya menyelesaikan ronde satu, lagipula, aku sudah tidak menghitung lagi berapa kali tadi vagina kecil itu sudah menyemburkan cairan orgasmenya. Kupercepat RPM. Menengah! Dan Tinggi!!

Aku meyentak nyentak kuat

CPLOK CPLOK CPLOK CPLOK

Suara testisku terdengar kencang waktu menampar nampar pantat kecilnya seiring genjotanku


“AAAAAAAAAAAAA………………………AAAAAAAAAAAAAAA………………AAAAAA AAAAAAAAA………….AAAAAAAAAAAAAAAIIIIIIIIIIIIIAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAA….IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIHHHHHHHHH HHH……..”

Desahan latri berubah menjadi lengkingan panjang

Dan aku kayuhan itu semakin kupercepat…

CPAK CPAK CPAK CPAK CPAK

“ARRGGHHH !!!” aku mengeram saat puncak itu berhasil kudaki

Kuhujamkan dalam dalam penisku ke relung vagina latri. Spermaku ku muntahkan semuanya di sana. Aku mengerang lagi saat merasakan guyuran cairan panas di sekujur penisku. Dan aku melejang lejang lagi. nafasku memburu. Kemudian aku limbung, terjatuh tertelungkup di atas tubuh latri. Nafasnya tak kalah tersengal.

Perlahan aku geser tubuhku ke samping, memberinya kesempatan untuk menghirup udara. Kupandang wajahnya, latri masih memejamkan matanya, berusaha mengatur nafas. Beberapa saat kemudian, dia menoleh ke arahku. Aku sengaja belum bekata kata, kubelai wajahnya dan kembali ku tatap matanya. Bibirnya mendekat dan kita berciuman kembali. Singkat namun dalam. Kami berpelukan.

“pah, boleh latri bilang kalau latri…say…eh…enggak jadi ding…” latri tidak menyelesaikan kalimatnya, dia hanya langsung menyusupkan kepalanya ke dalam pelukanku.

Aku tersenyum, ayolah, masa aku tidak bisa menebak sih lanjutan kalimatnya? Tapi aku sengaja tidak menanggapinya secara verbal, aku hanya menarik wajahnya dan mengecup keningnya. Latri menunduk lagi dan mempererat pelukannya, dan kami berpelukan kembali dalam kebisuan. Dibenakku terfikirkan hal-hal yang entah akan dapat aku sampaikan dalam bentuk kata kata atau tidak di dalam kehidupan ini. Hal seperti: Lat, aku juga…

Ini gila! Masa aku falling sih? GILAAAA!!!

Aku falling in love?? Kalimat itu masih terus menjerit jerit di batinku, dan yang paling menyiksaku adalah kenyataan bahwa aku memang menyayanginya entah dalam konteks apa, aku sendiri juga masih bingung. Dan yang barusan terjadi, apa itu dia anggap sebagai ekpresi sayang, atau perwujudan dari nafsu bejad majikannya? Kalau yang barusan adalah pemerkosaan, kenapa dia malah hampir mengungkapkan perasaannya kepadaku? Apa memang bener kata-kata rika? Apa aku memang semenarik itu? Ah, jangan GR lah, bajingan sepertiku seharusnya sudah tidak pantas untuk terlihat menarik di hadapan wanita manapun…Dan aku semakin dalam tenggelam dalam lamunanku.

Nafas latri mulai teratur, dinginnya AC di kamarnya mengeringkan keringat kami dengan cepat. Dan sejuknya seakan membius tubuh lelah kami. Tak seberapa lama, aku sudah mendengar desisan halus nafas latri. Rupanya latri sudah tertidur. Ndablek juga cewe satu ini! Padahal… Ah…

Dan aku mempererat pelukanku

Hangat…
---

Epilog
Saat ini latri ada di sebuah kota di luar propinsi yang kami tinggali, menyelesaikan kuliah manajemennya. Dengan biaya kami tentunya. Dia cukup dapat mengikuti mata kuliahnya walau masuk dengan ijazah SMA persamaan, dan kami semua bangga dengannya. Aku hanya sekali itu melakukan hubungan itim dengannya, karena itulah bisa di bilang hubungan kami malah jauh semakin akrab tapi sejauh ini juga tidak ada di antara kami yang menyatakan perasaan. Kadang, kalau ada kesempatan kami hanya berpelukan, Latri sering minta peluk, katanya pelukanku hangat dan nyaman. Kami saling menghormati sebagai dua individu dewasa.

Aku mencintai istriku, latri tahu itu, tetapi aku juga mencintai latri, dan aku kira latri juga tahu itu. Walau kata kata cinta tak pernah terlontar secara verbal dari mulutku. Setiap kutanyakan apa dia sudah punya pacar, latri hanya bilang dia sudah memiliki seseorang yang sangat berarti. Tapi aku tidak berani otomatis mengasumsikan orang itu adalah aku. Aku selalu menganggap cintaku bertepuk sebelah tangan kepadanya. Dan itu aku kira bagus. Menjagaku untuk tidak bertindak nekad dan melamarnya. Wedew, parah kalo itu sampe terjadi!

Hubunganku dengan istriku pun sejauh ini baik baik saja, membaik bahkan. Komunikasi kami juga semakin intens. Everything is fine between us.

Mbak yun akhirnya menikah lagi, dan sekarang sedang hamil anak ke tiganya dari suaminya yang ke dua. Semenjak dia kembali ke kampung, balik lagi ke kotaku, bekerja di sana sampai dia menikah lagi, terhitung hanya beberapa kali kami melakukan persetubuhan, tanpa komitmen dan hanya untuk penyaluran kebutuhan, kami berdua sudah dewasa dan kami menyadari benar pentingnya pemenuhan kebutuhan sexual itu. Lalu kami memutuskan untuk mengakhirinya, demi masa depan kami sendiri.

Rika?
Si ahli manipulasi itu sampai sekarang belum banyak berubah, baik wajahnya, lekuk tubuhnya, maupun kelakuannya. Bulan lalu aku menuruti keinginannya, membelikannya sebuah mobil Toyota Yaris, aku beliin second sih tapi dia sudah OK kok dengan itu. Kenapa aku sampai bela belain beliin dia mobil? Ya karena dia adikku, walau adik ipar tepatnya. Tapi aku menyayanginya seperti adik kandungku sendiri.

OK! Kalau suhu memaksa pengin tahu: ada suatu kejadian sehingga dia bisa ‘memaksaku’ membelikannya. PUAS?!

No comments:

Post a Comment