Monday 11 June 2018

Fitri, Pembantuku 2

Sudah dapat dipastikan, malam itu tak henti aku menikmati tubuh Fitri. Fitri sudah lemas menghadapiku, terlentang menikmati kocokan kontolku semalam suntuk. “aa, memek Fitri ntar dower gera, di ewe terus ku aa.. hhi.. aduh.. ga abis abis nih aa udah lima kali ngewe Fitri..ahh.. Fitri tidur dulu nya, sok we masukin lagi ke memek belum puas mah.. Fitri mah udah lemes... huuuhh...”

Sabtu pagi yang mendekat siang, mataku terbuka. Aku terlentang telanjang sehabis menikmati habis-habisan tubuh pembantu baruku, Fitri. Sesaat mataku terbuka, aku melamunkan kenikmatan yang kureguk semalaman. Entah berapa kali aku menumpahkan benih cintaku di rahim Fitriku yang manis. Seketika, lamunan nakalku membawaku pada hal yang cukup serius. “Bagaimana kalau Fitri hamil?” bisikku sendiri. Aku membayangkan, agak serius jika benar-benar Fitri hamil karenaku. Ah, aku harus siap tanggung jawab, benakku.

Seketika lamunanku tersadar karena pintu kamarku terbuka. “Aa, mau makan sekarang?,” tanya Fitri yang berdiri telanjang di muka pintu, dan tersenyum manis kepadaku. Kontolku yang tertidur, seketika mengacung melihat pemandangan indah itu. Aku segera beranjak mendekati Fitri, lalu memeluknya mesra dari belakang. “mmh..kamu cantik banget fit, mmuah..” bisikku di telinganya sambil aku menempatkan kontolku di belahan pantatnya yang semok. Aku mencium pipinya, meremas susunya, tangan kiriku mengobel-ngobel memeknya. “Aa, mau entotin Fitri lagi? Emam dulu atuh a..bisi lemes.. ahh..jangan keras-keras nyolokin memeknya.. kan smaleman dicolokin terus ku aa..mmh..” sambil tangannya dilingkarkan di leherku dan mencium pipiku.

Mendengarnya aku jadi nafsu, namun saat aku hendak memasukkan kontolku ke memeknya, seketika lamunan serius tadi datang. Aku tak jadi memasukkan kontolku yang kepalanya sudah di mulut memeknya. Akupun mengecup bibirnya mesra. “Kenapa a ga di masukin memek?” tanya Fitri heran. Tak kujawab, aku segera jongkok di depan memeknya. Aku mencium mesra bibir memek Fitri dengan bibirku. Fitri tersenyum manis kepadaku. “Ngangkang fit bentar, aa mau liat..” sambil ku buka selangkangannya. “Iya a,, memek Fitri mau diapain a?” sambil membuka kakinya menyilahkan aku memeriksa liang memeknya. Aku langsung membuka liang memek Fitri yang masih saja rapet meski sudah sering aku coblos. Jariku ku masukkan ke liang memeknya. “Aduh a..ihh.. sambil bobo atuh yu nyoo’ memekna? Bisi aa pengen ngewe lagi..” katanya sambil mengusap keningku.

“Bentar da fit, mau ngobel memek bentar,” kataku menyembunyikan maksudku. Aku memeriksa memeknya Cuma ingin lihat apakah masih ada sperma di liang memeknya. Entah apa, ada kekhawatiran yang membuatku bertindak tak masuk akal. Aku ingin mengeluarkan sperma-sperma yang aku muntahkan di memeknya. Aku segera memasukkan kedua jariku ke memek sempitnya. “ahh..pelan a..uchh..” dia mendesah pelan saat jariku menggaruk2 dinding memeknya. Aku korek2 memeknya dengan dua jariku, seperti menguras lendir-lendir memeknya. “aaww...jangan pake kuku atuh a..agak sakit..hhe..” Fitri sedikit meringis, dan bola matanya agak naik keatas merasakan penjelajahan jariku di memeknya.

Nihil, dan tak tau apa berpengaruh atau tidak. Pagi itu sungguh irrasional. Aku menyudahi kobelan jariku di memeknya. Aku memeluk tubuh telanjangnya. Mencium pipinya, keningnya dan cukup lama mendarat di bibirnya. Aku mencium bibirnya, dan kami berdua sama-sama terpejam, ciuman itu mesra, hanya antar bibir, tak ada pagutan, tak ada penjelajahan lidah di mulut Fitri. Hanya ciuman mesra. Dan seketika aku mulai sadar: aku mencintai Fitriku ini. Cukup lama bibir kami menempel, dan mata terpejam menikmati rasa cinta yang mulai tumbuh. Aku merasakan hal aneh, deg-degan.. dan solar plexus di dadaku bergetar.

Aku menyudahi cumbuanku. Saling memandang, saling senyum manis. Aku lalu mengemut puting Fitri yang berwarna pink. Aku kenyot, jilat, kenyot lagi, sekilas ku lihat Fitri tersenyum manis melihat kelakuanku yang sedang menyusu di payudaranya. Kedipannya lambat dan matanya sayu, entah menikmati, entah mulai mengantuk. “Aa lapar? Makan yuk.. da ga ada susu nya di sedotin juga ai aa..hhe..” Fitri mengusap kepalaku yang sedang mengemut susunya. “hehe.. iya yuk..aa keenakan kalo udah nyusu kaya gini teh,, udah siap makanannya?” tanyaku. “Udah siap kok a..Fitri udah masakin nasi goreng.. Iya atuh ntar juga nyusu lagi a.. aa kan libur, Fitri juga gakan pake baju.. jadi aa bisa nyusu kapan aja..” ujar Fitri. Kamipun sama-sama ke meja makan, dari belakang melihat tubuh mulus Fitri telanjang, aku seperti meleleh.

Kami makann berdua, sambil bercanda tawa dan membahas pertarungan semalam. “Pas aa ewe Fitri yang dari samping gening, yang aa nya dibelakang...kaki Fitri diangkat.. nah itu enak pisan teh a..kontol aa nya teh kerasa di memek Fitri.. apalagi pas dicepetin entotannya.. serasa ngelayang aja weh Fitri teh,, aa hebat banget,, ntar kalo ngentotin Fitri lagi, sempetin gaya gitu ya a...hehe..” celoteh Fitri di tengah-tengah obrolan kami yang tak canggung lagi. “Emang Fitri seneng di ewe ku aa?” sempat kutanya itu. “Ya Fitri mah seneng-seneng aja.. pasrah aja mau diapain juga.. aa udah baik banget sama Fitri, Fitri Cuma bisa bales kaya gini aja ke aa..keliatan aa nya juga seneng,, Fitri seneng bisa bikin aa puas.. Fitri makasih banget ke aa..udah mah baik, tiap hari dikasih kenikmatan lagi ku aa..” katanya setulus hati, sembari menyunggingkan senyum. Sekali lagi, aku meleleh.

Selesai makan, aku minta Fitri berpakaian. “kenapa a? ga akan ngewe dulu emang?” tanya Fitri heran. “udah cepet pake baju aja..pake baju bagus ya, pake rok yang kemarin.. kita keluar..” kataku lalu meninggalkan Fitri yang terheran, aku menuju kamar juga untuk mandi dan berpakaian. “Pake celana dalam jangan, a?” tanya Fitri. “Pake aja fit..” jawabku singkat. Sehabis mandi dan sama-sama berdandan, aku memanaskan mobilku. Fitri lalu menghampiri, dandanannya cantik, anggun, dan membuat dadaku bergetar. Tak kuat karena kecantikannya, di garasi, aku tarik Fitri ke pintu jok belakang, aku tidurkan dia di jok belakang dengan pintu yang terbuka. Kaki Fitri melambai keluar, aku menindihnya dan mencium bibirnya. “ahhh..aa, tuh kan mau di ewe aahhh sshh,, boro Fitri pake celana dalem..aaahh aa.. shhh ahhh..aa..” desahnya saat ku ciumi bibir dan lehernya. “Hehe.. nafsuin banget sih pembantu aa.. mmmuahh..” lalu aku menyudahi percumbuan nikmat ini. “hehe.. loh ga jadi masukin kontol aa?” tanyanya heran. “yu ah, kamu duduk di depan ya samping aa..”

Akupun memacu mobilku, membawa Fitri yang masih penasaran kemana ia mau dibawa. Diperjalanan aku sempatkan mengangkat rok Fitri. Dengan tangan kiri, aku kobel-kobel memeknya. Fitri hanya menggigit jari dan sedikit mendesah memperhatikan jariku yang mengobel-ngobel memeknya. Kakinya mengangkang, meski tak bisa lebar karena celana dalamnya aku buka Cuma sampai lutut atas. “aahh,,aa.. cangcutnya buka aja? Bisi ngobel memeknya kagok..” tanya Fitri yang tak melihatku namun memperhatikan kobelanku di memeknya. “Ga usah sayang..gapapa..bentar lagi nyampe,mmh” kataku sambil membagi konsentrasi antara mengobel dan menyetir. “Kontol aa mau di emut atuh? Kasian itu udah nyembul gitu.. Atau berhenti aja dulu, masukin memek aja dulu kontolnya.. cari tempat sepi, ewean dulu..” ajaknya. “Iya tenang aja sayang, ntar pulangnya aja..” aku teruskan mengobel liang memeknya yang lembut.

Tak lama kemudian, aku memarkirkan mobilku didepan klinik kebidanan yang buka meski hari Sabtu. “Ih, aa mau ngapain kesini?” tanya Fitri sambil mengusap memeknya yang basah karena aku kobel dengan tisu, ia memakai kembali celana dalamya dan merapihkan roknya. “Periksain dulu yah sayang, ke dokter,,” sambil ku kecup keningnya. “Ih, tapi ga akan disuntik kan? Fitri mah mending ku aa entot seharian daripada di suntik mah..” katanya sambil sedikit takut. “Enggak sayang, Cuma diperiksa air pipisnya, diperiksa memeknya.. udah..” kataku menenangkan. “Ih atuh ntar dokter liat memek Fitri? Malu.. gapapa emang aa, memek punyanya aa, diliatin orang?” kata dia sedikit manyun-manyun lucu beralasan. “Haha, enggak apa-apa sayang, bentar aja.. dokternya juga cewe.. diperiksa aja. Percaya deh sama aa, Fitri nurut sama aa,, ga akan diapa-apain kok..” kataku meyakinkannya. “Hmm.. ya udah atuh..” Fitri membuka pintu mobil sambil cemberut.

Aku membawa Fitri ke dalam klinik kebidanan itu. Aku meminta cek full, mulai tes kehamilan hingga tes HIV. Setelah selesai, Fitri masih juga belum berbicara denganku, entah dia marah, takut atau shock karena pertama kali masuk ke klinik bidan. Kami diminta menunggu selama tiga jam untuk melihat hasilnya, sangat kilat untuk tes laboratorium. Sambil menunggu, kami makan bareng, aku makan gule kambing, mengingat aku ingin bercinta dengan Fitri selama mungkin sepulang dari klinik. Kami jalan-jalan sebentar, melihat tukang tanaman yang berjualan di sekitar klinik. Selama makan dan jalan, dia menceritakan apa yang dilakukan dokter dan bidan selama di klinik. Singkat, kami kembali ke klinik untuk melihat hasil dan mendengar saran dokter kandungan.

Dug-dug serr aku menunggu ucapan dokter yang ada didepanku. “Selamat pak!” Deg! Jantungku serasa berhenti lidahku pahit mendengar ucapan selamat yang tiba-tiba itu. “Hasil lab, melihat seluruh keadaan normal, sempat kami dapati sedikit jamur di mulut rahim, tapi ternyata bukan apa-apa, hanya jelaga biasa, semuanya normal tak ada positif HIV atau benih kanker, namun maaf, tes kehamilan belum menunjukkan tanda positif,” haaaahhh, aku bernafas lega.. aku ucapan selamat tadi mengabarkan Fitri hamil, ternyata Fitri tidak hamil setelah aku entot berkali-kali. Aku melihat Fitri yang kelihatannya kebingungan mendengar penjelasan dokter. “Tadi bapak minta dipasang IUD, belum kami laksanakan karena menunggu hasil apakah istri bapak hamil atau tidak.. apakah yakin mau dipasang? Kalau yakin, sekarang juga bisa, waktunya sebentar kok pak.”, Langsung saja ku bilang yakin, dan meminta di pasang KB IUD di rahim Fitri. Proses pun memang tak lama, dan semua hal selesai, kamipun pulang dengan lega.

Di mobil berkali-kali aku berciuman dengan Fitri, seolah merayakan hasil lab tadi. “Fit, aa pengen ngewe memek kamu sayang..mmmuach..” kataku saat berciuman ditengah kemacetan. “Iya ayo aa.. Fitri juga pengen.. cepetin makanya kerumah..pengen di ewe aa..mmmuah..” ujar Fitri sambil menciumiku, dan kelihatan sangat horny. Aku memegang memeknya, meremas susunya, sleting celanaku aku buka dan membiarkan Fitri mengocok dan mengemut kontolku. Aku membagi konsentrasi horny ku dengan menyetir, sambil sesekali melihat lihat tempat kosong, untuk sejenak mengentot Fitriku. Kami terus merangsang nafsu masing-masing, meskipun tak sampai ngentot.

Di ujung belokan aku lihat tempat kosong, ada spot rimbun dibawah pohon yang sela-selanya ditanami bambu. Cukup tertutup dan pas untuk ngentot Fitri barang satu kali crot. Asalkan aku konsen lagi menyetir ke rumah yang lumayan masih jauh. “Aa, ayo disini aja.. entot dulu memek aku.. pengen banget Fitrinya..aah,,plis aa sayaaang..aahh..” goda Fitri sambil menciumi leherku. Aku segera belokkan mobilku di spot memojok itu, kelihatan suasana sepi dan tak ada rumah atau warung. Segera ku parkirkan di tempat sepi dan cukup gelap itu. Rok Fitri sudah mengangkat, payudara terbuka meski baju masih lengkap. Kontolku juga sudah berdiri bebas. Sambil ciuman aku menarik tuas jok agar Fitri terlentang. “ahh.. aa, masukin memek ayooo...pengen di ewe aa ganteng.. hhi.. mmmuah..” goda Fitri yang sekarang mulai berani.

Tak kubuang waktu lagi, karena pemanasan sudah sepanjang jalan, aku segera menindih tubuh bohay Fitri yang kakinya mengangkang dan susunya tegak bebas. Aku menciumnya, sambil memposisikan kontolku di liang memeknya. “ahh aa.. cepet ih, masukin sayang..Fitri ga tahan aa..sshhh ahhh..” desah Fitri sambil memegang kontolku membimbingnya masuk kedalam memek. “Teken a....aaaaachhhhhhh......ooooohhh aa..enaaakkk ahhhhh...aa.. enak banget aa... aaaahhhhhh...” teriak Fitri saat kontolku masuk memeknya, dan langsung ku kocok RPM tinggi. “Aahh sayang, memek kamu enak sayanggg ahhhh ahhhh oooogghh, sshh nikmat Fittt aahhh sayaangg ooohhh...” ceracauku saat aku entot memeknya.

Aku kocok memek Fitri dengan beringas. Aku cium bibirnya, lehernya, emut putingnya dan aku korek2 lembut anus Fitri. “Aaahh aa.. enak aa.. aaauuuchhh aahhh,,,shhh ahhhh.. ngorek liang ee’ nya pelan aa.. agak sakit.. tp enak..aaachhhhhhh aah.. kocok lbh cepet aa..kerasinn aaahhh...” teriak Fitri sambil menggoyangkan pantatnya ikut meremas kontolku yang sedang keluar masuk memeknya. “Iyah sayang... mmhhh ahhh memek aa yang enakkk...ahhh ahhh..shhh ahhhhhh...sayang ooogghhh,,,” aku lebih cepat dan keras mengentot memek Fitri sembari terus mengobel pantatnya.

Tak lama kemudian, mungkin karena tambahan ngorek pantat Fitri, memek Fitri mulai berkedut tanda hendak orgasme. “Aaaaahh aa.. Fitri mau muncrat aa...cepetin aa.. aaaacchhhh,, lebih dalem,,, aaachhhhh lebih kuat aa.. korek liang ee’ nya cepet.. aahh,,,ahhhhh aa,,aa,, aa...aduh aa,, Fitri kluar..Fitri keluar nih,,mau nyampe aa.. mau nyampe... aaaaaaaaaaaachhhhhh ...AA!aaaaaaahhhhhhhhhh,,,,,” kepalanya bergerak kesana kemari, tubuhnya terangkat, melengking, megap-megap dan serrr... kontolku dibasahi cairan orgasmenya..”Aaahhhhh... aa.. fithh,,,ri ga...aaahhh...tahan....aahhhhhhhhhhhhhh..haahh..haahh.hooooh...sshh..” racau Fitri saat gelombang orgasme menggetarkan seluruh tubuhnya.

Melihat rontaan Fitri, akupun terpacu untuk segera memuncratkan maniku di memeknya. Aku kocok dengan cepat memeknya, aku colok memeknya keras-keras..”aaaggghhh sayang, aaaagghhhh aa keluarin nih mani aa.. nih aahhh ahhh ahhh aaaaaggggggggggggghhhhhh!” akhirnya pertahananku jebol juga, serasa berliter-liter mani memenuhi rongga memek Fitri. Kami merem melek menikmati sisa-sisa gelombang orgasme kami berdua. Kami berpelukan erat, saling bernafas berat, ngos-ngosan. “aah, Fitri kamu enak banget sayang..aa cinta sama kamu sayang,,,ooohhhhh...” aku terkulai lemas menindih Fitri. “Fitri juga aa,, kontol aa hebat banget,, Fitri juga cinta sama aa,,.” Fitri ngos-ngosan memelukku erat.

Sejenak kami diam berdua. Mengembalikan kesadaran kami yang dilanda nikmatnya orgasme dalam berhubungan intim. Kesadaranku mulai mendekat, aku mencerna kembali apa yang aku katakan selepas orgasme: aku mencintai Fitri?. Juga aku cerna perlahan kata-kata Fitri: Fitri mencintaiku? Oh.. betapa indah dan senang hatiku saat mencerna dua kalimat tadi. Kontolku masih tertancap di memek Fitri dan perlahan mengecil.

Aku segera kembali ke kursi mengemudi. Menyalakan mesin, mulai ku kemudikan mobilku, celana belum juga aku pasang. Dan kulihat Fitri terlelap kelelahan melayani seranganku, bajunya acak acakan dengan badan terlentang dan paha mengangkang. Mani ku meleleh di sela memek Fitri yang rapet. Tak tau, sepertinya Fitri tertidur, aku sangat puas melihat dia kelelahan melayani entotanku. Dengan lutut yang begitu lemas, aku paksa injak kopling dan rem juga gas, mengemudikan mobil menuju rumah. Aku membayangkan akan menikmati memek Fitri lagi di rumah dengan bebas, tanpa khawatir hamil karena kupasangkan alat kontrasepsi. Sepanjang jalan aku berfantasi, gaya apa yang akan aku praktekkan bersama Fitri.

Dan...”Cekiiiiiittttttttt!” “duk!” fantasiku seketika buyar! Kulihat didepanku seorang gadis kecil pengemis, terserempet mobilku saat menyebrang. Rem aku injak, hingga Fitri terbangun tersentak. Akupun sama, dan kaget. Aku berhenti, dan segera menghampiri sang gadis kecil....

Setelah aku buru-buru merapikan celanaku, dan fitri juga, aku segera keluar menghampiri gadis kecil yang ku tabrak. Gadis kecil itu masih tergeletak di aspal. Aku segera membopongnya ke pinggir jalan. Orang-orang sudah berkerumun, dengan muka marah. Tapi ada juga yang berkomentar mendukungku, karena aku menabrak gadis kecil itu di tengah jalan yang memang tempat mobil berjalan. Aku periksa tubuhnya, ternyata anak itu meringis kesakitan. Ahh... untunglah, tak sampai mati aku pikir. Dan kelihatannya tak ada yang parah, hanya lecet-lecet dan shock.

Aku dan fitri membopongnya masuk mobil, dan membawanya ke klinik terdekat. Hatiku masih degdegan. Fitri, masih memeriksa gadis yang kutabrak. Hingga sampailah aku ke klinik. Ku bopong kembali, meski anak itu enggan dan bisa berjalan sendiri. Sampai di klinik 24 jam, aku tidurkan anak itu di tempat periksa. Perawat, menanyaiku apa yang terjadi. Aku ceritakan apa yang anak ini alami tadi. Perawatpun berlalu, dan mengatakan mau memanggil dokter yang tengah makan siang.

Dan deg! Saat perawat itu kembali, jantungku hampir berhenti berdetak, aku terkejut melihat seseorang yang berjalan bersama perawat itu. Berjalan anggun sesosok perempuan cantik, berwajah putih, berkacamata, dan rambut panjang sedada. Muka cantiknya, mirip artis Sandra Dewi! Oh my god! Cantiknya dokter ini. Namun, sepertinya aku familiar! Sang dokter, yang berjalan pun berhenti dan melongo melihatku. “euhh.. Idan???” tanyanya kepadaku yang masih terpesona. “Hah?? Euhh si..siapa yah??” aku heran bercampur terpesona. Dia membetulkan rambutnya, dan tersenyum manis “ya ampun, masa lupa ih! Ini, Anis ih! Inget engga?? Temen SMP! Yampun ih.. pelupa da dasar..” katanya sambil menyalamiku.

“ooooohhhhhh! Aniiis! Yampuuunn, kamu cantik banget.. ehhh.. maksudnya kamu beda banget, ampir aku lupa loh!” aku gelagapan sampai salah ngomong. Aku baru ingat, perempuan cantik didepanku ini adalah Anissa, temen SMP-ku yang dulu pernah ku taksir. Tapi, aku mundur jelas, karena jauh lah, waktu SMP aku culun banget dan item, sedangkan dia adalah incaran banyak cowok di sekolah. Pada waktu itu, kakak kelasku yang berhasil memacarinya. Maklum cinta monyet, dan aku masih gak berani, jadi perasaanku tak sempat ku ungkap.

Anis lalu, memeriksa anak yang tadi kutabrak. “Ini kenapa Dan bisa ampe gini?” tanyanya sambil memeriksa dan mengobati luka lecet anak itu. Fitri membantunya dan menenangkan anak yang baru kutabrak itu. Aku ceritakan kepada Anis apa yang terjadi, dan ia mendengarkanku sambil sibuk mengobati luka-luka. Tiba-tiba ia bertanya, “Sekarang kamu kerja dimana Dan? Udah nikah??” tanyanya tiba-tiba. “euuhh.. aku di (aku katakan tempat kerjaku), ah belum.. belum nikah ai kamu.. kan nunggu kamu.. hehee” jawabku sambil bercanda. Anis pun tertawa manis. Aku meleleh melihat tubuh sintal dan wajah manisnya. Bisakah bidadari cantik ini ku jamah di atas ranjang ya.. aku jadi berpikiran kotor.

Penasaran, akupun bertanya, “Kalau kamu nis? Udah nikah belum?” tanyaku. “Hehe.. aku belum nikah Dan.. masih belum kepikir..pacar aja nggak punya..” jawabnya. Ah! Ini kesempatan fikirku, setidaknya ada celah untukku memacarinya, urusan dia mau apa nggak gimana nanti, coba dulu aja! Hehee... Aku membayangkan aku menikmati tubuhnya, dan aku melamun ngeseks dengan anis. Ahh.. hari ini aku akan lampiaskan fantasiku ini sama Fitri, membayangkan yang ku nikmati itu anis.. hihi. Okelahh.. “Ini gak apa-apa dan... Cuma lecet biasa, ga usah dikasih obat lah, paling ini aja antibiotik, suruh abisin,” saran anis sontak membuyarkan imajinasi liarku. “euuhh,,mmhh,, oke oke... makasih ya nis..”

Sehabis pemeriksaan akupun sebentar ngobrol-ngobrol dengan cinta monyetku yang manis ini. Fitri dan anak itu, aku suruh menunggu di mobil. “Itu siapa, Dan? Anak kamu?” tanya Anis menanyakan tentang Fitri. “Ih, bukan.. itu pembantu rumah.. sering kubawa buat bantu-bantu.. kan udah bilang aku mah belum nikah..” kataku. “Ohh.. baguslah.. kirain udah punya anak..” jawab Anis keceplosan. Ehh! Ternyata ada harapan! Akupun segera merayu-rayu sedikit, kelihatan Anis senang dan mukanya kemerahan. Sepertinya dia tertarik kepadaku! Ahhh..asyiikk! Akupun meminta nomer kontaknya dan dengan berat hati meninggalkannya.

Saat aku kembali ke mobil, anak itu sedang ngobrol dengan Fitri. “Aa,, tau nggak, ini tuh Asmi anaknya bu Umi.. tetanggaku dulu pas di jalan..aku taunya dulu masih kecil..sekarang udah gede aja,” kata Fitri antusias. Akupun memanggil Fitri keluar, dan lalu berbisik ke telinganya, “Fit, ajak tinggal di rumah.. boleh kok..” bisikku ke telinganya. “Eh..emang boleh? Mmhh.. tapi ntar ku aa di ewe juga? Kasian tau masih kecil.. hhi..” katanya bercanda. “ehh, bukan.. ya kasian aa mah... urusan memek mah, kalo dia mau aja,, hhi..” jawabku. “Dasar ih.. dia masih kecil tau a... tigabelas taun.. kontol aa mah gakan muat.. hihi..” kata fitri sambil cekikikan. “Ya udah, tawarin aja dulu, biar nemenin kamu juga di rumah. Ntar kita ke rumahnya aja ke ibunya,” kataku. Fitripun menyetujui dan menawarkan kepada Asmi.

Fitri mengatakan bahwa kita mau anter dulu Asmi ke rumahnya. Sampai di rumahnya, rumah yang hampir mirip gubuk dibanding rumah, aku bertemu ibunya. Fitri yang menceritakan kejadian, dan untung ibunya mengerti karena Fitri yang menceritakan. Tak kusangka, Fitri sendiri yang menawarkan Asmi untuk aku adopsi di rumahku menemaninya. Ibunya awalnya tampak bingung, tapi karena melihat dandanan fitri sekarang, dan dia katakan bakal digaji juga olehku, Ibu Asmi menyetujui. Asmi pun malah berharap sepertinya. Sehingga akhirnya kami bertiga pulang ke rumah, dengan Asmi sebagai penghuni baru.

Saat dijalan, aku bisikki lagi Fitri, “Fit, ajarin layanin aa nya..hhi...”. “Iya oke a.. asal jatah Fitri jangan dikurangin, hhi.. :p” Fitri mencubitku. Sampailah akhirnya kami di rumahku. Fitri lalu mengantarkan Asmi ke kamar Fitri. Fitri dan Asmi, tidur berdua sekarang. Oleh Fitri, Asmi di perkenalkan berbagai sudut rumah, dan menjelaskan apa yang bisa diperbuatnya di rumah ini. Aku yang ngaceng dari tadi sejak bertemu Anis di klinik, butuh sekali penyaluran. Fitri yang sedang bercengkrama akrab dengan Asmi, teman barunya di rumah ini aku panggil ke kamar. “Fit! Sini bentar..” teriakku kepada Fitri. “Iya aa.. bentar..” Fitri pun menghampiri kamarku, dan langsung membuka pintu. Aku sudah telanjang di ranjang, saat Fitri melihaku dengan kontol yang ngaceng penuh, langsung mengerti. “Bentar ya a.. aku minta Asmi istirahat dulu..” Fitri langsung menutup pintu, dan meminta Asmi istirahat di kamar Fitri.

Fitri pun kembali, sejak di pintu, fitri langsung buka baju dan roknya. Semua yang menempel di badannya ia lepaskan dan siap untuk melayaniku. Melihat kepasrahannya itu, aku jadi semakin horni. Aku langsung menyambut Fitri dengan ciuman dan korekan memek. Memeknya aku colok dengan jari dan ku korek-korek dengan cepat. “ahh...mmmuahh..aa.. ahhh..sshh ahhhh... aa...” Fitri mendesah menikmati seranganku. “Ayo sayang sini, aa pengen ngewe kamu sayang,, mmmuachhh...” aku merangsangnya dan menidurkannya di ranjang. “Ahh.. iya aa.. fit juga pengen di ewe aa,,, mmuuahhh.. puasin aa..mmuahh..” balas Fitri dengan menciumiku dan mengocok-ngocok batang kontolku.

“Ahh.. sini sayang memeknya.. buka.. aa pengen masukin fit..”

“Inih aa,, masukin kontol aa ke memek fitri.. ewenya pelan-pelan aa..” Fitri langsung mengangkang, mengangkat pantatnya seolah menyajikan memeknya untuk ku lahap.

Aku tak tahan, foreplay tadi sudah kulakukan di mobil, jadi aku hanya pengen ngentot Fitri langsung saja. Tak menunggu lama, akupun segera mengarahkan kontolku ke memeknya yang sempit. “aaahhh.. aa...daleminn.. aaahhh... teken yang dalemmm.. aawwhhh aaaahhh aa...” Fitri mendesah saat kepala kontolku mulai menyeruak ke dalam memeknya. “Ahh,, fitt... sedap banget memek kamu sayang,,, aaahhhh sssshhh aaahhhhh ooooohhhhhhhh..” aku mulai mengentot memek fitri pelan pelan. “Awww.. aaahh aa.. cepetiin ngewenya aa... aaahhh...” Fitri teriak saat ku ewe memeknya pelan-pelan.

“Hhi.. katanya pengen di ewe pelan.. hhi,,,aahh sayang enak banget memek kamu..”

“Ihh,,, gatel aa memek fitri.. pengen diewe cepet..kocok aa cepetiinn.. aaww enaaakin lagii... fitri ga tahan” Fitri mendesah manja saat aku menikmati perlahan liang memeknya.

“Ahhh.. aa.. cepetin atuh aa.. aaahhh,, huuu huhuu,,cepetin aaa.. gatell... ewe yang kuat..” Fitri kembali merajuk. Akupun dengan semangat mulai mempercepat kocokanku di memeknya. Sambil ku peluk erat, dan bibirnya ku ciumi, pantatku ku ayun keras mendorong kontolku keluar masuk ke memeknya.

“Ahhh.. ahhh ahhh,, enak banget Fit... aahhh ahhh ahhh ahhh ahhh...”

“aaaahh.,Iya aa,, enaaakk aaahhh..aa sayanggg,,, aa hebaat aaahhhh aa enaakkkk... aaahhh terusshh aa... cepetiiin lagiii aa.. fitri mau keluaaarrrh...mmuaaachhh aahhhhhh” Fitri menggoyang pantatnya membuat kontolku seperti diremas-remas di dalam memek. “ahh fitri iyah gitu terus sayang.. goyang.. aaahh enak banget sayang aaaahhhh!”

“Aaahhh... aa..... Fitt... mmmaauuuhhh aaahhhh keluuaaaaaarrrrrggghhhh aaaaaaagggghhhhhh,,,,” Fitri langsung menggelinjang dan mempercepat goyangan memeknya.

“ahhh aahhh,,, aaahhhh... aoooohhhh sayaanggg,,, kamu keluarrrhh?? Aaahhh beceekkk aahhh ennaakk...aaahhh” aku semakin mempercepat entotanku di memeknya. “aahh.. aa.. lemeess.. aahh fitri keluar.. huuuuhh,,, lemess.. aahhhh..ahh ahh ahh,,,, kuat banget aa.. aahh fit linu memeknya.. aahhh,, awwwhh aahhh ahhh..” fitri memelukku dan masih menikmati entotanku yang semakin cepat.

“Ahhh.. bentar sayang aa belum keluar...aaahhh sshh ahh ahh ahhh ahhh licin bangettt ahhhh..” aku semakin mendesah dan mempercepat kocokanku.

“ahh iya terus aa.. aa hebat ngewenya.. jago banget aa,, aahh ahh ahh terus ah,,, ahh ahh ahhh..” Fitri mulai kembali mendesah menikmati entotanku. Kurang lebih lima menit aku mengocok memek fitri yang sudah basah karena orgasme tadi. Aku rasakan ada yang mau muncrat dari kontolku.

“ahh.. fitt.. aa mau keluar sayang... aahh ahhh ahhh.. ayo goyang lagi..aa mau keluar..aaahh..” aku mulai meracau tak jelas karena hampir orgasme.

“Hayu aa,, aaahhh.. barengan,,, fitri juga pengen bucat,, aahh ahh ahh aaahhh... aa fitri mau bucat.. mau bucatt hayu aa,,,,,aaaahhhhhhhhhhhhhhhh” fitri lalu menjadi liar kembali.

Akupun mulai tak tahan menikmati memek Fitri yang nikmat ini. “aaahhh sayang aa mau kelluar sayang aaaahh..ahh ahh ahh ahhh..aaaaaaoooooooohhhhhhhhhhh aaaarrgggghhhhhhhhhh!” dan crot croootttttt.. akupun muncrat memenuhi memek Fitri.

“aaaaagggggghhh aa.. Fitri juga bucaaaattt aaaaaahhhhhhhhhhhhhhhh!” Fitri kembali menggelinjang menikmati orgasme bersama-sama denganku. Kami saling berpelukan erat, menikmati gelombang orgasme kami yang begitu nikmat dan hebat. Aku dan Fitri ngos-ngosan, akupun melepas pelukanku setelah menciumnya.

Aku tergeletak di samping Fitri. Ngos-ngosan, dan lelah hebat. Akupun mengantuk, namun Fitri langsung bangun “hihi.. si aa jago ih.. kenapa sekarang mah beda, ngewenya asa kuat banget..” katanya sambil memungut baju dan celananya. Entahlah, mungkin karena tadi aku horni kepada Anis, sehingga gairahku jadi berlebihan. Fitri beranjak, “A, aku mau ke si Asmi dulu yah.. mau ngewe lagi mah panggil aja.. Fitri dibelakang sama Asmi..” Fitri pun keluar kamar meninggalkanku yang masih telanjang terlentang diatas kasur.

Aku terlelap dan masih telanjang. Fitri meminta Asmi bersih-bersih rumah, sedangkan Fitri memasak. “Asmi, jangan masuk ke kamar si aa yah.. biar kamar aa mah Fitri yang bersihin..” kata Fitri kepada Asmi. “Kenapa gitu teh? Tadi teteh di dalem ngapain, kok teriak-teriak?” tanya Asmi heran. “Hehe.. Iya mi, soalnya kalo mau bersih-bersih di kamar aa mah, asmi gaboleh pake celana.. hehe Asmi denger ya? Teh Fitri tadi layanin aa.. ntar Asmi kalau mau, teh Fitri ajarin Asmi.. Asmi kalo teh Fitri lagi layanin aa, gaboleh ganggu yah., bisi si aa marah..” jelas Fitri kepada Asmi. Asmi masih polos, belum mengerti apa yang dimaksud melayaniku. Biarlah, pelan-pelan saja, nanti juga ngerti.

“Teh Fitri, si aa baik yah?” kata Asmi. “Iya, makanya kita mesti nurut sama aa,,” kata Fitri. “Oh, jadi kalo mesti buka celana di kamarnya juga mesti nurut gitu teh?” tanya Asmi polos. “hihi.. iya Asmi, kalo si aa maenin memek juga kamu mesti mau..” celetuk Fitri. “Ooh gitu.. iya deh Teh.. emang si aa suka nyo’o (mainin) memek gitu? Atuh kotor?”tanya Asmi lagi. “Haha.. ya da emang si aa mah sukanya maenin memek..biarin aja kotor juga..” seloroh Fitri. “Ohh gitu.. ntar Asmi cuci dulu deh Teh memeknya, bisi aa nyo’o memek Asmi..” kata Asmi. “Haha.. tenang aja Asmi.. biasana si aa mah nyo’o memek Teh Fitri da.. Ntar Asmi mah, kalo Asmi mau aja..”. Asmi mengangguk-ngangguk, antra mengerti dan tidak.

Aku terbangun sekitar pukul 5. Aku lihat handphoneku, dan tak kusangka ada satu pesan, dari Anis! YEEEESSSS... betapa aku girangnya membaca pesan Anis di Whatsapp yang meskipun hanya berisi “Hai Idan!” Aku langsung balas WA-nya, meski sedikit jaim “hi Anis, maaf br bales, td ketiduran.” Anis membalas lagi “Haha, iya gapapa.. maaf yah ganggu, aku udah pulang nih..” Aku balas lagi singkat “Siapa?”, Langsung Anis menjawab “Aku”, aku langsung menjawab “Yang nanya! :p”. Anis langsung memberi ikon cemberut. “Jahat ihh..dasar..” katanya. Kamipun saling berbalas pesan, sampai janjian ketemu di hari malam minggu. Sepertinya aku dan dia saling antusias. Akupun beberapa kali melancarkan rayuan dan di respon Anis dengan positif. Ahhh... betapa beruntungnya diriku punya kesempatan memiliki bidadari cantik ini.

Kehidupan seksku dengan Fitri berjalan wajar saja. Tiap aku pengen, Fitri selalu sedia melayaniku. Walaupun kini kami hanya melakukan kegiatan ngentot kami di kamar, karena ada Asmi di rumah. Kata Fitri, Asmi sudah diajari melayaniku, dan mulai diajari masturbasi. Kadang Fitri menyuruh Asmi memainkan memek biar terbiasa. Atau bahkan Fitri meminta Asmi terbiasa tidur telanjang. Aku sih nggak pernah nyuruh begitu. Dan belum berniat juga mencabuli Asmi. Dengan Fitri saja aku sudah cukup puas. Ditambah, dengan Anis, meskipun hanya WA, kami sudah sangat dekat dan beberapa kali berhasil aku SSI.

Suatu malam, sehabis menggarap memek Fitri. Aku WA anis, aku rayu-rayu untuk mengirimkan foto susunya. Dan dia mengabulkan! Dia mengirim foto susunya kepadaku, dengan syarat jangan diliatin ke orang lain. Sempat aku juga minta foto memeknya, tapi dia belum memberikan. “Ntar aja liat sendiri langsung.. hhihi” jawabannya begitu nakal. Dengan begitu aku bisa simpulkan kalau Anis adalah cewe nafsuan juga. Beberapa kali aku undang Anis ke rumah, kami di WA sudah seperti pacaran meski belum aku menembaknya. Anis mengiyakan, namun kesibukannya membuat beberapa kali rencana batal.

Dan dari percakapanku aku mengetahui kalau anis sudah tak perawan. Perawannya direnggut mantan pacarnya ketika kuliah, namun sejak itu belum pernah lagi berhubungan intim dengan lelaki lain. Aku pernah utarakan kepada Anis, kalau aku ingin ngentot dengannya. Lama dia tak balas, sejam kemudian dia menjawab, “Iya hayu, :p” ahhhh akhirnyaa!

No comments:

Post a Comment