Monday 11 June 2018

Fitri, Pembantuku 4

"Dan.. jadi ga mau ketemuan?" itu isi WA dari Anis padaku. Ia tambahkan emot muka memerah, tanda malu-malu. Berhubung hari ini aku tidak enak badan, maka aku hendak batalkan pertemuan hari ini, "Maaf nis, hari ini aku ga enak badan.. ketemuannya di undur besok aja yah? Maaf banget.. aku tepar gabisa kemana-mana" jawabku. "Oiyah?? Kamu kenapa dan?? Sakit? Aku periksa yah???" jawabnya. "hehe, gapapa kok nis, aku Cuma demam dikit," kuberi emot nyengir. "Eh, gapapa Dan, aku ini dokter... kasih alamat kamu, aku yang kesana," aku sumringah membaca WA Anis. Akupun langsung mengiyakan, dan memberinya alamat, dia bilang akan ke rumahku siang nanti setelah dari klinik.

Fitri kembali membawakanku bubur ayam, obat dan segelas air. Dia mengurusku, menyuapiku dengan sepenuh hatinya. Entah kenapa, dia seolah seperti istriku. Kasih sayangnya begitu hangat padaku. Tiap malam, tiada lelah dia melayaniku. Ada semacam kehangatan berbeda, saat Fitri didekatku, padahal awalnya aku hanya ingin menikmati memeknya saja. Setelah beres menyuapiku, Fitri lalu menspons ku, mencukur bulu kontolku, dan juga memakaikanku baju. Disela-sela itu kadang dia belai-belai kontolku, cium bibirku, dan menjilat putingku. "Aa, istirahat yah, jangan dulu pengen hayo,, ntar tambah sakit.." katanya lembut saat aku merogoh dan mengelus-elus memeknya yang tak berbulu.

"Aa, mau ditemenin Fitri apa mau sama Asmi?" tanya Fitri. "Sama kamu aja Fit, Asmi belum terbiasa kayaknya," jawabku. "Oh iya atuh a.. A, gimana tadi memek asmi? Enak gak?" tanyanya polos. "Hehe.. enak lumayan, tapi belum aa masukin..ntar aja deh," kataku sambil memeluk Fitri yang sedang duduk di bibir ranjang. "Iya, a, jangan dulu.. ntar kalo aa pengen ngewe mah, panggil Fitri aja atuh a..." katanya sambil mengelus-elus kepalaku. Aku Cuma tiduran di pahanya, membuka celananya, dan mengelus-elus belahan atas memeknya. Dan aku ketiduran....

Aku terbangun sekitar pukul dua. Saat aku membuka mata, kulihat ada bidadari sedang duduk dipinggir ranjangku. Dia memakai baju dokter, putih, berjilbab gading anggun. Wajahnya begitu putih dan merona, dibalik kacamatanya yang membuat cantiknya begitu mempesona. Susunya menyembul dibalik bajunya yang tertutup. "Eh, ya ampun, Anis! Duh...maaf aku ketiduran," kataku yang agak sedikit sulit mengenali, karena sekarang dia pakai jilbab. Maklum baru pertama ketemu kemarin, dia tidak pakai. "Ssst..udah..udah istirahat yah dan.. tenang aja..aku temenin kamu disini.." jawabnya lembut mencegahku bangun, senyumnya membuatku deg-degan.

"Udah lama nis?"

"Enggak, baru setengah jam lah..gak lama.. sekarang demamnya udah mendingan nih, tadi minum paracetamol ya.. udah bener.. sekarang istirahatin aja, kamu kecapean kayaknya.." Anis lalu memegang keningku.

Saat memegang keningku, aku pegang tangannya yang putih dan lembut. Aku pandang dia dengan dalam. Diapun memandang mataku dalam semu sayu. Perlahan-lahan wajah kami mendekat, semakin dekat, dan... "cupppp...mmmmhhhh" kedua bibir kami bertemu. Aku seperti melayang, bisa mencium perempuan secantik ini. Aku mulai mengemut bibirnya, atas bawah. Ia mulai merespon dengan melakukan hal yang sama, mengemut bibirku dengan lembut. Seolah ini ciuman cinta, tak terburu-buru dan bernafsu.

Anis lalu melepaskan ciumannya padaku. Memandangku, dan melemparkan senyuman padaku. "Istirahat ya.." bisiknya, sambil mengelus pipiku. Aku hanya mengangguk, namun tak melepaskan tangannya. "Nis, kamu cantik banget..." ucapku dengan lembut. Anis hanya tersenyum, dan kembali mengelus pipiku. Kuperhatikan wajahnya seperti aku kenal, ya mirip artis sebuah film.. tapi aku lupa film apa. Oh ya! Wajahnya mirip artis Thailand di Film Jan Dara, Sawika Chaiyadech. Hidungnya mancung, ada muka-muka India. Ahh...begitu menggairahkan.

ILUSTRASINYA:
[​IMG]

[​IMG]

Aku memberanikan diri memeluknya yang sedang membelakangiku membereskan peralatan di tasnya. Wajahku aku sandarkan di pundaknya. "Eh.. bikin kaget aja..." katanya sambil mencubit hidungku. Aku mencium pipinya, dia hanya diam saja. Lalu dia membuka Jas putihnya dan menyimpannya di tas.melihatnya aku jadi horny. Tanpa sepatah kata, aku menariknya untuk berbaring denganku. Tak ada perlawanan, dia hanya memandangku dengan senyuman. Aku mulai kembali menciumnya, mengecup nikmat bibirnya. "mmmuachhh..ssllppmm mmhhh..." dia membalas dengan perlahan pagutanku. Matanya merem menikmati bibirku di bibirnya.

"Nis, aku sayang sama kamu.." ucapku mesra di telinganya. Ia hanya tersenyum dan perlahan mengangguk, seolah tahu apa yang sedang aku inginkan. Perlahan tapi pasti, aku mulai meraba susunya dibalik bajunya. Susunya tak begitu besar sebetulnya, tapi cukup ditelapak tanganku. Aku mulai menyelinap ke balik jilbabnya yang rapih, dan mencium lehernya. Aku menjilatinya dan mencupangnya. "aahh.. daan..euuhh,,,mmmhh," dia hanya merintih lembut saat aku jilat lehernya, dan kuremas susunya.

Aku lalu memandang, wajahnya yang sangat ayu. Ia kembali tersenyum dan mengangguk yang entah apa artinya. Aku kemudian segera membuka celana pendekku. Dan melemparkannya ke samping ranjang. Ia hanya melihatku, memandang wajahku terus, hampir tak melihat kontolku yang mengacung. Aku jadi keburu nafsu ingin segera menikmatinya. Aku mulai mendekat, mengangkat rok hitamnya yang menjulur hingga mata kaki perlahan.

Perlahan-lahan aku melihat kakinya yang mulus dan putih. Kakinya sedikit berbulu halus, tanda nafsunya yang besar. Kulihat wajah Anis yang mAnis, mengedip perlahan seiring aku singkap rok longgarnya sampai pinggang. Betisnya putih dan begitu mulus. Lalu kulihat lutut yang juga putih, dan sedikit demi sedikit ku lihat pahanya yang sangat menggoda. Pahanya tak kalah mulus dan putih membuat kontolku semakin keras mengacung. Terus kuangkat, pahanya semakin keatas semakin mulus saja. Cukup membuatku menelan ludah melihat keindahan makhluk yang satu ini.

Tak lama, aku sampai ke ujung memeknya yang tertutup celana dalam krem berenda. Ditengah celana yang menutupi belahan memeknya, nampak segaris basahan yang keluar dari liang memeknya. Bau semerbak khas dari memek langsung menyeruak menusuk hidung. Membuatku serasa melayang. Akhir-akhir ini aku sering menikmati memek Fitri. Tadi pagi akupun merasakan memek Asmi. Tapi ini berbeda. Tertutup cangcutnya yang seksi, memeknya begitu menyembul, tembem dan jika kubandingkan dengan pangkal pahanya yang begitu putih dan mulus, pastilah memek Anis putih dan mulus juga.

Ada sesuatu yang ganjil memang, biasaya bulu memek terlihat keluar dari sela celana dalam, tapi ini tidak! Oh.. memek yang tembem, meski masih tertutup celana dalam berenda, terlihat begitu indah. Belum lagi bau memek khas yang membuatku semakin bernafsu dan bergairah. Oh.. Anisku, tak tahan rasanya aku menikmati jepitan nikmat memekmu. Kutaksir, pasti nantinya nikmat mencengkram kontol ku yang mengeras berurat. Belum lagi licin yang pasti membuatku kelojotan, karen belum ku colok saja, lendir sudah membasahi celana dalamnya.

Saat roknya sampai di pinggang, Anis memandangku tajam. Dia memegang tanganku yang sedang menyingkap roknya hingga pinggang. Muka Anis begitu sayu, dengan jilbab anggun yang baru aku liat. Entah kenapa hari ini ia pakai, padahal sebelumnya ia tak memakai jilbab. Etah hari ini ada acara khusus, atau karena akan bertemu denganku. Yang jelas, jilbab gadingnya yang rapih, menambah keseksiannya saat roknya sudah terbuka karena ulahku. "Daan..mmhh.." ia menggigit bibir bawahnya sambil memegang tanganku. "Iya, nis? Aku..boleh kan?" tanyaku dengan lembut. Dengan masih berkacamata, ia mengangguk lemah. Seperti pasrah apa yang akan aku lakukan terhadap tubuhnya.

Saat bagian bawah sudah terbuka, aku seketika melongo melihat pahanya yang putih dan juga memek yang tembem menyembul tertutup celana dalam krem berenda. Dicelana dalam bagian belahan itilnya, ada pita berwarna biru langit muda dengan pita bunga berwarna pink. Membuatnya begitu indah. Dengan sedikit gemetar, tanganku menghampiri menyentuh memeknya. Mmmmhh.. begitu kenyal memeknya ku genggam. Mata Anis mulai hilang keatas, tinggal terlihat garis putih hampir tertutup kelopak mata. Tanganku dengan lembut mengelus memeknya yang masih tertutup, menyusuri belahan memeknya yang sangat lembab.

Aku tekan itilnya yang terasa mulai mengeras. "Dan...ssshhh.." desis Anis saat aku menekan itilnya yang tertutup. Jempolku menari menekan-nekan itil dan belahan memeknya. "Hmmmhh..idaaannn,,,hmmmmhhh.." Cuma itu yang dia desiskan saat aku sibuk memainkan memek lembutnya. Tangan Anis, lalu menuju pinggir celananya, hendak membuka celana dalamnya, baru turun sedikit, tanganku mencegah. Aku ingin memelorotkan celana dalamnya olehku sendiri. Anis hanya menggigit bibir bagian bawah, sambil perlahan matanya terpejam.

Akupun kembali mengelus celana dalamnya, dan mulai membuka pertahanan terakhir Anis. Kuturunkan sedikit demi sedikit celana dalamnya, dan Anis membantuku dengan sedikit mengangkat pinggulnya agar aku tak kesulitan membuka cangcutnya. Perlahan kubuka, dan... uuuuuhhhhh memeknya begitu mulus, putih lucu... dan tak ada bulunya! Oh...indahnya memek Anisku ini. Celana dalamnya baru ku loloskan hingga lututnya. Kupandangi belahan memek indahnya. Bentuknya tembem, putih, dan mulus. Dibelahannya yang rapi, mengintip itil berwarna pink dan terlihat mengkilap. Tak ada labia mayora yang keluar dari belahannya, begitu kencang dan mulus.

Belahan memek Anis, terlihat merah muda pucat dan rapet terlihat. Perlahan jariku mulai menyentuh langsung belahan memeknya yang begitu indah. Saat telunjukku mulai menyentuh sembulan itilnya, "aaahhh,,,shhhh daan...mmmhhh" Anis merintih nikmat. Begitu bernafsu pikirku Anis ini. Kuteruskan menekan dan menelusuri belahan memeknya yang lembut dan basah. Ku usap belahan memeknya dari atas itil, sedikit demi sedikit kebawah, terus kebawah, dan jariku mulai terperosok masuk ke liang yang lebih dalam di memeknya. Perlahan aku masukan sedikit demi sedikit jari telunjukku masuk ke liang memeknya.

[​IMG]

"Ouuuuuhhhhhhhhhh,,,,daaannn!hhhhhh" lenguh Anis saat jariku mulai masuk keliang memek pinknya. Jariku terasa begitu basah dan lembab. Memeknya mengerut mencengkram jariku yang tak besar. Baru jari saja, cengkramannya begitu ketat, apalagi kontolku. Kubandingkan dengan milik Fitri yang tiap hari aku entot, sepertinya jauh lebih sempit milik Anis. Saat jariku semakin dalam masuk ke memek lembutnya, pinggul Anis dengan malu-malu sedikit bergoyang. Pahanya sedikit merapat. Lututnya sedikit menekuk, dan kulihat ujung jari kakinya mengerut. "Uuuuuhhh,,,idaaaannnn,,,,uuuhh..." Lenguhan Anis begitu seksi dan manja saat jariku mulai mengorek perlahan liang memeknya yang lembut.

[​IMG]

Kutarik perlahan, jariku keluar memek Anis. "Ahh..." setelah merintih, ia memegang tanganku menahan agar jariku tak keluar. "Lhaagiii..aahh" pinta Anis dengan wajah memohon padaku. Mukanya mulai memerah, sayu matanya dibalik kacamata. Sesuai permintaan Anis, aku mengorek-ngorek lembut liang memeknya, "Aaanggghhh,,,, uuuuuuuhhhhhh,,, iidaaannnhhh,,,uuuuuuhhh..." aku semakin bersemangat mengorek-ngorek bagian atas memeknya yang bertekstur lembut namun banyak benjolan-benjolan yang juga lembut. "aaahhh,,, ouuhhh,,idaaannnn...uhhhuhuhuhu..." rintihannya begitu manja semu menangis merengek saat jariku menari di liang memeknya.

[​IMG]

Aku lalu berbaring disampingnya sambil tak kulepaskan kobelan jariku di memek Anis. Matanya yang setengah terpejam, dan bibir mAnisnya pink yang sedikit terbuka, membuatku panas dingin. Bibirnya sedikit mengering, warnanya semakin pucat, perlahan kudekatkan bibirku ke bibirnya. Dan ku kecup bibir mAnisnya dengan lembut. "Cppppphhhmmmm..." kucium bibir mAnisnya. Aku mulai ngemut belahan bibir bawahnya, iapun merespon dengan mengemut bibir bagian atasku. Lembutnya bibir Anis, "uuunggggh,,,shaayaaangghhh,,,,uunnggghh..." ia melenguh tertahan menikmati kombinasi memeknya yang ku kobel dan bibirnya yang ku kecup mesra.

"ssllpphhh.,,mmmmhhh ssrrppphhh,,mmmmuuahhhhhmmhhh..." kami saling berpagut nikmat saling mencium saling memagut. "mmmuahhh mmhhhh,,,,aauuuuhhhhhhhh,,, pelanin ngorekinnya daaannhh,,,uuhhhhhhhh" kata saat tak sadar aku mengorek memeknya terlalu keras, akibat ciumannya yang mulai liar. "mmmhh..maaf sayang...mmmhhhh" kembali aku mengecupnya dan mengorek lembut memeknya. Tangan Anis perlahan melingkar di leherku. Mengelus pipiku, telingaku, dan kepalaku. Aku menciumnya penuh gairah."mmmuahhmmmpphhh sslllpphhh,,ccpppphhhmmmmmuuahh..sayangghhh.." Aku menikmati permainan Anis yang sangat lembut namun liar ini.

Kakinya mengangkang lebar, diatas kasurku. Aku menghentikan ciumanku, namun tidak dengan kobelan di memeknya. "Dan..ahh,,,aaahhh..uuunggghhh,,,aku nggak tahan daaann...iiihhhhhhhhhhh,,aaahhhhhhh cepppeettthhhiiinnn aaaahhhhhhhhhh,,,, idaaaannnhhhhhh..uuungggghhhh" pinggul Anis bergoyang dengan cepat. Aku terus mengobel-ngobel memeknya dengan jariku dengan cepat, sesekali aku kocok, aku garuk-garuk. Semakin keras saja goyangan pinggul Anis mengimbangi kobelan dan kocokan jariku di memeknya.

"Aduhhh idann..ahhh..aahh,,idaan aduhhh..aaduuhhh akuuuu,,penggeennnn aahhh.. cepetin lagii..iihhhh cepetiiiiinnnnnnn nggaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhh...." Anis merintih dan tak lama kemudian pahanya menjepit tanganku yang masih di memeknya, dan pinggulnya mengangkat bergoyang keras... dan "aaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh,,,, idaaaaaaaaaaaaannnn! Aaaanggggggghhhhhhhhhhhhhhh" Anis berteriak tertahan, tubuhnya menggelinjang dan bergetar keras, tangannya meremas sprei kasurku, dan tubuhnya ia angkat keatas. "ooooohhhhhhhhhhhh.....huuuhh huuuuhhhh...huuuhhhhhhh...." tubuh Anis lalu tergolek lemas, menikmati desiran orgasmenya.

Aku hanya melihat takjub wajah dan tubuh Anis yang sedang menggelinjang. Entah kenapa, aku tak ingin segera mengentot memeknya. Aku ingin memuaskannya saja. "Gimana nis, enak?" tanyaku pada Anis. Anis hanya mengangguk lemah. Celana dalamnya kini ada dipergelangan kakinya. Anis hanya memandangku, matanya berkedip lemah, sesekali terpejam. Mungkin sisa-sisa orgasmenya masih ada. Aku hanya mengelus wajah putih mAnisnya yang kini jadi pucat. Tanganku yang lain, mengelus paha mulusnya.

Pakaiannya masih lengkap, namun sedikit kusut. Cuma roknya saja yang mengangkat hingga pinggang. Jilbabnya juga masih terlihat cukup rapih. Aku tak mau melepasnya, aku rasa inilah yang membuat Anis semakin seksi. Aku memandangi wajahnya yang masih merem melek. Namun perlahan, tangannya dengan malu-malu memegang kontolku yang dari tadi sudah keras. Ohh...tangan lembutnya, mengelus kontolku dengan perlahan. Jempolnya, memainkan kepala kontolku yang jadi licin karena precum yang keluar. Ia mengelus kepala kontolku yang licin. Aku hanya menciumi bibir dan pipinya saja.

"Dan.. Aku sayang sama kamu.." sontak aku kaget mendengar suara lemah itu dari mulut Anis. Aku hanya tersenyum dan berbisik, "aku juga,,," dan kembali mencium lembut bibirnya. Suasananya semakin romantis dan membuat birahiku semakin memuncak. Aku mulai meremas payudaranya yang tegak menyembul dari luar bajunya. Kubuka satu persatu kancing bajunya sampai bra nya terbuka. Ku elus bagian atas payudaranya, sambil menyingkap bra yang menutupi putingnya.

Susunya begitu lembut, putih mulus, dan yang membuatku takjub, putingnya berwarna merah muda yang juga pucat. Payudaranya besar dan ranum. Aku keluarkan satu payudaranya keluar dari sarangnya. Aku elus perlahan dan jempolku memainkan putingnya yang menyembul lucu. "aah..mmhhh" ia hanya merintih kecil saat aku menekan dan memilin-milin puting susunya. Aku meremasnya, mengelus-elusnya. "Dan.. emut.." kata Anis singkat. Aku tersenyum dan mulai mendekatkan bibirku ke putingnya, "aaahhhh....ohh" ia merintih sedikit keras saat aku mulai mengemut putingnya.

Putingnya begitu lembut, begitu kenyal dan nikmat. "slllrppphhh...sslllppphhh mmmppphhhhh..." aku mengemut dan menjilati puting susunya. Tanganku tak henti meremas susunya. Anis menekan dan menjambak rambutku menekan kepalaku saat aku menyedot-nyedot putingnya yang lembut. "ahhh,,,jangan disedot,,ah sakit dan,,,aaahhh" rintih Anis sembari menjambakku. "ahhh..ahhh..." Anis lalu mendesah menikmati mulutku di payudaranya yang besar.

Nafsuku semakin memuncak. Aku tak tahan, aku mulai beranjak meringsut menuju celah pahanya. Kontolku sudah mengacung keras. Ini saatnya, aku menikmati cengkraman memek indah Anis yang cantik. Matanya hanya mengikutiku saat aku mulai ke sela pahanya. Anis mengerti, dan membuka lebar pahanya yang mulus. Anis menggigit bibir, dan melihat aku mulai mendekatkan kontolku di memeknya. "mmmmhh..." aku pun mulai menempelkan dan mengeluskan kepala kontolku di belahan memeknya yang sangat lembut. Anis mulai memejamkan matanya, menikmati elusan kepala kontolku di belahan memeknya yang pink. Bibir Anis sedikit terbuka saat kepala kontolku mengelus itilnya yang mengeras. "ahhhhh...idanh.." matanya matanya sedikit terbuka dan kulihat hanya bagian putihnya mengintip.

[​IMG]

Puas mengoles-oles memeknya dengan kepala kontolku. Perlahan akupun mulai mendorong, menyodok memeknya yang lembut. "aaahhhhhhhhhh,,,,,,,nnnnngghhhhhh" Anis melenguh menikmatinya. Baru kepalanya aku masukkan, aku keluarkan kembali. Aku oles-oles lagi belahan memeknya dengan kepala kontolku. Aku tak terburu-buru memasukkannya, aku suka ekspresinya yang keenakan. "ahh..sshhh" Anis mendesis. Aku masukan lagi kepala kontolku ke liang memeknya yang sempit, "aaaangggghhhhhh uuuuhhhhhhh" ia melenguh manja saat kepala kontol mulai menyeruak belahan memeknya yang sempit.

[​IMG]

Akupun kembali menarik keluar kepala kontolku dan mengeluskannya di belahan memek Anis. "aahh... Idan jahaaaaatt,,,, masukinnn ke memek...ayooo.. iihhhhhh" Anis merengek manja saat aku permainkan nafsunya. Aku hanya nyengir melihat kemanjaan Anis cantikku yang masih berbalut jilbab, namun satu susu mencuat keluar dan bagian bawah yang terbuka mengangkang. Kembali, aku mulai memasukkan kepala kontolku ke liang memeknya yang semakin ketat namun agak becek. "Aaaaahhhhhhhhh...uuuuhhhhhhhh....iiidaaannhhhh...aaaahhh" saat perlahan aku mulai masuk mendorong kontolku ke memek Anis yang rapat.

"awhh..awwhhh..awwhh... sakithh..memek Anis sakit Dan...ahhhh..bentar,,pelanin...aahh" Anis merintih saat perlahan sepertiga kontolku masuk ke memeknya. "Sakit sayang?" aku memandangnya. "Iya dan.. sabar ya, pelan ngewenya...aku udah lama banget ga kaya gini..." kata Anis kepadaku. "Iya sayang.. aku masukin lagi yah?" tanyaku. "Iyah, pelan ya dan.." bisiknya. Aku pun mulai kembali memasukkan kontolku di memek Anis. "Ahhhhhh...shhhhhh uuuuuhhh..." Anis mendesah seiring masuknya kontolku di memeknya.

[​IMG]

Rasanya seperti disurga! Memeknya ketat mencengkram, daging memek bagian dalamnya begitu lembut dan mengempot-ngempot kepala kontolku yang mulai masuk. "ahhhhhh...Aniissshhh..." aku ikut merintih menikmati kelembutan memeknya. Perlahan kontolku semakin masuk. "aaaagggghhhhhhhhhh...." Anis mendesah dan kepalanya menengok kiri kanan seiring masuknya kontolku ke memeknya yang nikmat. "Ahhh..Anis..bentar lagiihh ahhhhh..masukk...euuhh..." aku mulai menyodok semakin dalam ke memek Anis.


Sedikit lagi, semua kontolku masuk menembus memeknya yang nikmaat. "Awwwhhhhhhhhh........ aaaaaaahhhhhhhhhh,,,uuuuuuuuuuuuhhhhh...." Anis mendesah cukup keras saat kontolku semua masuk ke memeknya yang lembut ketat dan mencengkram. Terasa memeknya mengempot-ngempot hangat kontolku. Anis merintih keenakan, dan akupun mulai memejamkan mata menikmati memeknya yang indah dan nikmat. "Ahhhhhhhhhh,,,,,Idaaaannnhhhhhh...aaaaaaahhhhhhhhhh"

Saat mataku terpejam menikmati cengkraman memeknya, "Braaakkkk!" suara pintu kamar tertutup dan kurasakan tangan Anis mendorongku yang sedang mengentotinya. Aku terdorong kesamping, Anis lalu berdiri, memungut celana dalamnya dan memakainya. Ia lalu buru-buru merapikan, bajunya, memasukkan susunya, dan mengancingi bajunya. "Kenapa Nis??" tanyaku kaget. "Fitri liat kita lagi ngentot, Dan!"

"Hah?"

Bersambung...

No comments:

Post a Comment