"Dan.. jadi ga mau ketemuan?" itu isi WA dari Anis padaku. Ia tambahkan
emot muka memerah, tanda malu-malu. Berhubung hari ini aku tidak enak
badan, maka aku hendak batalkan pertemuan hari ini, "Maaf nis, hari ini
aku ga enak badan.. ketemuannya di undur besok aja yah? Maaf banget..
aku tepar gabisa kemana-mana" jawabku. "Oiyah?? Kamu kenapa dan?? Sakit?
Aku periksa yah???" jawabnya. "hehe, gapapa kok nis, aku Cuma demam
dikit," kuberi emot nyengir. "Eh, gapapa Dan, aku ini dokter... kasih
alamat kamu, aku yang kesana," aku sumringah membaca WA Anis. Akupun
langsung mengiyakan, dan memberinya alamat, dia bilang akan ke rumahku
siang nanti setelah dari klinik.
Fitri kembali membawakanku bubur ayam, obat dan segelas air. Dia
mengurusku, menyuapiku dengan sepenuh hatinya. Entah kenapa, dia seolah
seperti istriku. Kasih sayangnya begitu hangat padaku. Tiap malam, tiada
lelah dia melayaniku. Ada semacam kehangatan berbeda, saat Fitri
didekatku, padahal awalnya aku hanya ingin menikmati memeknya saja.
Setelah beres menyuapiku, Fitri lalu menspons ku, mencukur bulu
kontolku, dan juga memakaikanku baju. Disela-sela itu kadang dia
belai-belai kontolku, cium bibirku, dan menjilat putingku. "Aa,
istirahat yah, jangan dulu pengen hayo,, ntar tambah sakit.." katanya
lembut saat aku merogoh dan mengelus-elus memeknya yang tak berbulu.
"Aa, mau ditemenin Fitri apa mau sama Asmi?" tanya Fitri. "Sama kamu aja
Fit, Asmi belum terbiasa kayaknya," jawabku. "Oh iya atuh a.. A, gimana
tadi memek asmi? Enak gak?" tanyanya polos. "Hehe.. enak lumayan, tapi
belum aa masukin..ntar aja deh," kataku sambil memeluk Fitri yang sedang
duduk di bibir ranjang. "Iya, a, jangan dulu.. ntar kalo aa pengen
ngewe mah, panggil Fitri aja atuh a..." katanya sambil mengelus-elus
kepalaku. Aku Cuma tiduran di pahanya, membuka celananya, dan
mengelus-elus belahan atas memeknya. Dan aku ketiduran....
Aku terbangun sekitar pukul dua. Saat aku membuka mata, kulihat ada
bidadari sedang duduk dipinggir ranjangku. Dia memakai baju dokter,
putih, berjilbab gading anggun. Wajahnya begitu putih dan merona,
dibalik kacamatanya yang membuat cantiknya begitu mempesona. Susunya
menyembul dibalik bajunya yang tertutup. "Eh, ya ampun, Anis! Duh...maaf
aku ketiduran," kataku yang agak sedikit sulit mengenali, karena
sekarang dia pakai jilbab. Maklum baru pertama ketemu kemarin, dia tidak
pakai. "Ssst..udah..udah istirahat yah dan.. tenang aja..aku temenin
kamu disini.." jawabnya lembut mencegahku bangun, senyumnya membuatku
deg-degan.
"Udah lama nis?"
"Enggak, baru setengah jam lah..gak lama.. sekarang demamnya udah
mendingan nih, tadi minum paracetamol ya.. udah bener.. sekarang
istirahatin aja, kamu kecapean kayaknya.." Anis lalu memegang keningku.
Saat memegang keningku, aku pegang tangannya yang putih dan lembut. Aku
pandang dia dengan dalam. Diapun memandang mataku dalam semu sayu.
Perlahan-lahan wajah kami mendekat, semakin dekat, dan...
"cupppp...mmmmhhhh" kedua bibir kami bertemu. Aku seperti melayang, bisa
mencium perempuan secantik ini. Aku mulai mengemut bibirnya, atas
bawah. Ia mulai merespon dengan melakukan hal yang sama, mengemut
bibirku dengan lembut. Seolah ini ciuman cinta, tak terburu-buru dan
bernafsu.
Anis lalu melepaskan ciumannya padaku. Memandangku, dan melemparkan
senyuman padaku. "Istirahat ya.." bisiknya, sambil mengelus pipiku. Aku
hanya mengangguk, namun tak melepaskan tangannya. "Nis, kamu cantik
banget..." ucapku dengan lembut. Anis hanya tersenyum, dan kembali
mengelus pipiku. Kuperhatikan wajahnya seperti aku kenal, ya mirip artis
sebuah film.. tapi aku lupa film apa. Oh ya! Wajahnya mirip artis
Thailand di Film Jan Dara, Sawika Chaiyadech. Hidungnya mancung, ada
muka-muka India. Ahh...begitu menggairahkan.
ILUSTRASINYA:
Aku memberanikan diri memeluknya yang sedang membelakangiku membereskan
peralatan di tasnya. Wajahku aku sandarkan di pundaknya. "Eh.. bikin
kaget aja..." katanya sambil mencubit hidungku. Aku mencium pipinya, dia
hanya diam saja. Lalu dia membuka Jas putihnya dan menyimpannya di
tas.melihatnya aku jadi horny. Tanpa sepatah kata, aku menariknya untuk
berbaring denganku. Tak ada perlawanan, dia hanya memandangku dengan
senyuman. Aku mulai kembali menciumnya, mengecup nikmat bibirnya.
"mmmuachhh..ssllppmm mmhhh..." dia membalas dengan perlahan pagutanku.
Matanya merem menikmati bibirku di bibirnya.
"Nis, aku sayang sama kamu.." ucapku mesra di telinganya. Ia hanya
tersenyum dan perlahan mengangguk, seolah tahu apa yang sedang aku
inginkan. Perlahan tapi pasti, aku mulai meraba susunya dibalik bajunya.
Susunya tak begitu besar sebetulnya, tapi cukup ditelapak tanganku. Aku
mulai menyelinap ke balik jilbabnya yang rapih, dan mencium lehernya.
Aku menjilatinya dan mencupangnya. "aahh.. daan..euuhh,,,mmmhh," dia
hanya merintih lembut saat aku jilat lehernya, dan kuremas susunya.
Aku lalu memandang, wajahnya yang sangat ayu. Ia kembali tersenyum dan
mengangguk yang entah apa artinya. Aku kemudian segera membuka celana
pendekku. Dan melemparkannya ke samping ranjang. Ia hanya melihatku,
memandang wajahku terus, hampir tak melihat kontolku yang mengacung. Aku
jadi keburu nafsu ingin segera menikmatinya. Aku mulai mendekat,
mengangkat rok hitamnya yang menjulur hingga mata kaki perlahan.
Perlahan-lahan aku melihat kakinya yang mulus dan putih. Kakinya sedikit
berbulu halus, tanda nafsunya yang besar. Kulihat wajah Anis yang
mAnis, mengedip perlahan seiring aku singkap rok longgarnya sampai
pinggang. Betisnya putih dan begitu mulus. Lalu kulihat lutut yang juga
putih, dan sedikit demi sedikit ku lihat pahanya yang sangat menggoda.
Pahanya tak kalah mulus dan putih membuat kontolku semakin keras
mengacung. Terus kuangkat, pahanya semakin keatas semakin mulus saja.
Cukup membuatku menelan ludah melihat keindahan makhluk yang satu ini.
Tak lama, aku sampai ke ujung memeknya yang tertutup celana dalam krem
berenda. Ditengah celana yang menutupi belahan memeknya, nampak segaris
basahan yang keluar dari liang memeknya. Bau semerbak khas dari memek
langsung menyeruak menusuk hidung. Membuatku serasa melayang.
Akhir-akhir ini aku sering menikmati memek Fitri. Tadi pagi akupun
merasakan memek Asmi. Tapi ini berbeda. Tertutup cangcutnya yang seksi,
memeknya begitu menyembul, tembem dan jika kubandingkan dengan pangkal
pahanya yang begitu putih dan mulus, pastilah memek Anis putih dan mulus
juga.
Ada sesuatu yang ganjil memang, biasaya bulu memek terlihat keluar dari
sela celana dalam, tapi ini tidak! Oh.. memek yang tembem, meski masih
tertutup celana dalam berenda, terlihat begitu indah. Belum lagi bau
memek khas yang membuatku semakin bernafsu dan bergairah. Oh.. Anisku,
tak tahan rasanya aku menikmati jepitan nikmat memekmu. Kutaksir, pasti
nantinya nikmat mencengkram kontol ku yang mengeras berurat. Belum lagi
licin yang pasti membuatku kelojotan, karen belum ku colok saja, lendir
sudah membasahi celana dalamnya.
Saat roknya sampai di pinggang, Anis memandangku tajam. Dia memegang
tanganku yang sedang menyingkap roknya hingga pinggang. Muka Anis begitu
sayu, dengan jilbab anggun yang baru aku liat. Entah kenapa hari ini ia
pakai, padahal sebelumnya ia tak memakai jilbab. Etah hari ini ada
acara khusus, atau karena akan bertemu denganku. Yang jelas, jilbab
gadingnya yang rapih, menambah keseksiannya saat roknya sudah terbuka
karena ulahku. "Daan..mmhh.." ia menggigit bibir bawahnya sambil
memegang tanganku. "Iya, nis? Aku..boleh kan?" tanyaku dengan lembut.
Dengan masih berkacamata, ia mengangguk lemah. Seperti pasrah apa yang
akan aku lakukan terhadap tubuhnya.
Saat bagian bawah sudah terbuka, aku seketika melongo melihat pahanya
yang putih dan juga memek yang tembem menyembul tertutup celana dalam
krem berenda. Dicelana dalam bagian belahan itilnya, ada pita berwarna
biru langit muda dengan pita bunga berwarna pink. Membuatnya begitu
indah. Dengan sedikit gemetar, tanganku menghampiri menyentuh memeknya.
Mmmmhh.. begitu kenyal memeknya ku genggam. Mata Anis mulai hilang
keatas, tinggal terlihat garis putih hampir tertutup kelopak mata.
Tanganku dengan lembut mengelus memeknya yang masih tertutup, menyusuri
belahan memeknya yang sangat lembab.
Aku tekan itilnya yang terasa mulai mengeras. "Dan...ssshhh.." desis
Anis saat aku menekan itilnya yang tertutup. Jempolku menari
menekan-nekan itil dan belahan memeknya. "Hmmmhh..idaaannn,,,hmmmmhhh.."
Cuma itu yang dia desiskan saat aku sibuk memainkan memek lembutnya.
Tangan Anis, lalu menuju pinggir celananya, hendak membuka celana
dalamnya, baru turun sedikit, tanganku mencegah. Aku ingin memelorotkan
celana dalamnya olehku sendiri. Anis hanya menggigit bibir bagian bawah,
sambil perlahan matanya terpejam.
Akupun kembali mengelus celana dalamnya, dan mulai membuka pertahanan
terakhir Anis. Kuturunkan sedikit demi sedikit celana dalamnya, dan Anis
membantuku dengan sedikit mengangkat pinggulnya agar aku tak kesulitan
membuka cangcutnya. Perlahan kubuka, dan... uuuuuhhhhh memeknya begitu
mulus, putih lucu... dan tak ada bulunya! Oh...indahnya memek Anisku
ini. Celana dalamnya baru ku loloskan hingga lututnya. Kupandangi
belahan memek indahnya. Bentuknya tembem, putih, dan mulus. Dibelahannya
yang rapi, mengintip itil berwarna pink dan terlihat mengkilap. Tak ada
labia mayora yang keluar dari belahannya, begitu kencang dan mulus.
Belahan memek Anis, terlihat merah muda pucat dan rapet terlihat.
Perlahan jariku mulai menyentuh langsung belahan memeknya yang begitu
indah. Saat telunjukku mulai menyentuh sembulan itilnya, "aaahhh,,,shhhh
daan...mmmhhh" Anis merintih nikmat. Begitu bernafsu pikirku Anis ini.
Kuteruskan menekan dan menelusuri belahan memeknya yang lembut dan
basah. Ku usap belahan memeknya dari atas itil, sedikit demi sedikit
kebawah, terus kebawah, dan jariku mulai terperosok masuk ke liang yang
lebih dalam di memeknya. Perlahan aku masukan sedikit demi sedikit jari
telunjukku masuk ke liang memeknya.
"Ouuuuuhhhhhhhhhh,,,,daaannn!hhhhhh" lenguh Anis saat jariku mulai masuk
keliang memek pinknya. Jariku terasa begitu basah dan lembab. Memeknya
mengerut mencengkram jariku yang tak besar. Baru jari saja,
cengkramannya begitu ketat, apalagi kontolku. Kubandingkan dengan milik
Fitri yang tiap hari aku entot, sepertinya jauh lebih sempit milik Anis.
Saat jariku semakin dalam masuk ke memek lembutnya, pinggul Anis dengan
malu-malu sedikit bergoyang. Pahanya sedikit merapat. Lututnya sedikit
menekuk, dan kulihat ujung jari kakinya mengerut.
"Uuuuuhhh,,,idaaaannnn,,,,uuuhh..." Lenguhan Anis begitu seksi dan manja
saat jariku mulai mengorek perlahan liang memeknya yang lembut.
Kutarik perlahan, jariku keluar memek Anis. "Ahh..." setelah merintih,
ia memegang tanganku menahan agar jariku tak keluar. "Lhaagiii..aahh"
pinta Anis dengan wajah memohon padaku. Mukanya mulai memerah, sayu
matanya dibalik kacamata. Sesuai permintaan Anis, aku mengorek-ngorek
lembut liang memeknya, "Aaanggghhh,,,, uuuuuuuhhhhhh,,,
iidaaannnhhh,,,uuuuuuhhh..." aku semakin bersemangat mengorek-ngorek
bagian atas memeknya yang bertekstur lembut namun banyak
benjolan-benjolan yang juga lembut. "aaahhh,,,
ouuhhh,,idaaannnn...uhhhuhuhuhu..." rintihannya begitu manja semu
menangis merengek saat jariku menari di liang memeknya.
Aku lalu berbaring disampingnya sambil tak kulepaskan kobelan jariku di
memek Anis. Matanya yang setengah terpejam, dan bibir mAnisnya pink yang
sedikit terbuka, membuatku panas dingin. Bibirnya sedikit mengering,
warnanya semakin pucat, perlahan kudekatkan bibirku ke bibirnya. Dan ku
kecup bibir mAnisnya dengan lembut. "Cppppphhhmmmm..." kucium bibir
mAnisnya. Aku mulai ngemut belahan bibir bawahnya, iapun merespon dengan
mengemut bibir bagian atasku. Lembutnya bibir Anis,
"uuunggggh,,,shaayaaangghhh,,,,uunnggghh..." ia melenguh tertahan
menikmati kombinasi memeknya yang ku kobel dan bibirnya yang ku kecup
mesra.
"ssllpphhh.,,mmmmhhh ssrrppphhh,,mmmmuuahhhhhmmhhh..." kami saling
berpagut nikmat saling mencium saling memagut. "mmmuahhh
mmhhhh,,,,aauuuuhhhhhhhh,,, pelanin ngorekinnya daaannhh,,,uuhhhhhhhh"
kata saat tak sadar aku mengorek memeknya terlalu keras, akibat
ciumannya yang mulai liar. "mmmhh..maaf sayang...mmmhhhh" kembali aku
mengecupnya dan mengorek lembut memeknya. Tangan Anis perlahan melingkar
di leherku. Mengelus pipiku, telingaku, dan kepalaku. Aku menciumnya
penuh gairah."mmmuahhmmmpphhh
sslllpphhh,,ccpppphhhmmmmmuuahh..sayangghhh.." Aku menikmati permainan
Anis yang sangat lembut namun liar ini.
Kakinya mengangkang lebar, diatas kasurku. Aku menghentikan ciumanku,
namun tidak dengan kobelan di memeknya.
"Dan..ahh,,,aaahhh..uuunggghhh,,,aku nggak tahan
daaann...iiihhhhhhhhhhh,,aaahhhhhhh cepppeettthhhiiinnn
aaaahhhhhhhhhh,,,, idaaaannnhhhhhh..uuungggghhhh" pinggul Anis bergoyang
dengan cepat. Aku terus mengobel-ngobel memeknya dengan jariku dengan
cepat, sesekali aku kocok, aku garuk-garuk. Semakin keras saja goyangan
pinggul Anis mengimbangi kobelan dan kocokan jariku di memeknya.
"Aduhhh idann..ahhh..aahh,,idaan aduhhh..aaduuhhh akuuuu,,penggeennnn
aahhh.. cepetin lagii..iihhhh cepetiiiiinnnnnnn
nggaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhh...." Anis merintih dan tak lama kemudian
pahanya menjepit tanganku yang masih di memeknya, dan pinggulnya
mengangkat bergoyang keras... dan "aaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh,,,,
idaaaaaaaaaaaaannnn! Aaaanggggggghhhhhhhhhhhhhhh" Anis berteriak
tertahan, tubuhnya menggelinjang dan bergetar keras, tangannya meremas
sprei kasurku, dan tubuhnya ia angkat keatas.
"ooooohhhhhhhhhhhh.....huuuhh huuuuhhhh...huuuhhhhhhh...." tubuh Anis
lalu tergolek lemas, menikmati desiran orgasmenya.
Aku hanya melihat takjub wajah dan tubuh Anis yang sedang menggelinjang.
Entah kenapa, aku tak ingin segera mengentot memeknya. Aku ingin
memuaskannya saja. "Gimana nis, enak?" tanyaku pada Anis. Anis hanya
mengangguk lemah. Celana dalamnya kini ada dipergelangan kakinya. Anis
hanya memandangku, matanya berkedip lemah, sesekali terpejam. Mungkin
sisa-sisa orgasmenya masih ada. Aku hanya mengelus wajah putih mAnisnya
yang kini jadi pucat. Tanganku yang lain, mengelus paha mulusnya.
Pakaiannya masih lengkap, namun sedikit kusut. Cuma roknya saja yang
mengangkat hingga pinggang. Jilbabnya juga masih terlihat cukup rapih.
Aku tak mau melepasnya, aku rasa inilah yang membuat Anis semakin seksi.
Aku memandangi wajahnya yang masih merem melek. Namun perlahan,
tangannya dengan malu-malu memegang kontolku yang dari tadi sudah keras.
Ohh...tangan lembutnya, mengelus kontolku dengan perlahan. Jempolnya,
memainkan kepala kontolku yang jadi licin karena precum yang keluar. Ia
mengelus kepala kontolku yang licin. Aku hanya menciumi bibir dan
pipinya saja.
"Dan.. Aku sayang sama kamu.." sontak aku kaget mendengar suara lemah
itu dari mulut Anis. Aku hanya tersenyum dan berbisik, "aku juga,,," dan
kembali mencium lembut bibirnya. Suasananya semakin romantis dan
membuat birahiku semakin memuncak. Aku mulai meremas payudaranya yang
tegak menyembul dari luar bajunya. Kubuka satu persatu kancing bajunya
sampai bra nya terbuka. Ku elus bagian atas payudaranya, sambil
menyingkap bra yang menutupi putingnya.
Susunya begitu lembut, putih mulus, dan yang membuatku takjub, putingnya
berwarna merah muda yang juga pucat. Payudaranya besar dan ranum. Aku
keluarkan satu payudaranya keluar dari sarangnya. Aku elus perlahan dan
jempolku memainkan putingnya yang menyembul lucu. "aah..mmhhh" ia hanya
merintih kecil saat aku menekan dan memilin-milin puting susunya. Aku
meremasnya, mengelus-elusnya. "Dan.. emut.." kata Anis singkat. Aku
tersenyum dan mulai mendekatkan bibirku ke putingnya, "aaahhhh....ohh"
ia merintih sedikit keras saat aku mulai mengemut putingnya.
Putingnya begitu lembut, begitu kenyal dan nikmat.
"slllrppphhh...sslllppphhh mmmppphhhhh..." aku mengemut dan menjilati
puting susunya. Tanganku tak henti meremas susunya. Anis menekan dan
menjambak rambutku menekan kepalaku saat aku menyedot-nyedot putingnya
yang lembut. "ahhh,,,jangan disedot,,ah sakit dan,,,aaahhh" rintih Anis
sembari menjambakku. "ahhh..ahhh..." Anis lalu mendesah menikmati
mulutku di payudaranya yang besar.
Nafsuku semakin memuncak. Aku tak tahan, aku mulai beranjak meringsut
menuju celah pahanya. Kontolku sudah mengacung keras. Ini saatnya, aku
menikmati cengkraman memek indah Anis yang cantik. Matanya hanya
mengikutiku saat aku mulai ke sela pahanya. Anis mengerti, dan membuka
lebar pahanya yang mulus. Anis menggigit bibir, dan melihat aku mulai
mendekatkan kontolku di memeknya. "mmmmhh..." aku pun mulai menempelkan
dan mengeluskan kepala kontolku di belahan memeknya yang sangat lembut.
Anis mulai memejamkan matanya, menikmati elusan kepala kontolku di
belahan memeknya yang pink. Bibir Anis sedikit terbuka saat kepala
kontolku mengelus itilnya yang mengeras. "ahhhhh...idanh.." matanya
matanya sedikit terbuka dan kulihat hanya bagian putihnya mengintip.
Puas mengoles-oles memeknya dengan kepala kontolku. Perlahan akupun
mulai mendorong, menyodok memeknya yang lembut.
"aaahhhhhhhhhh,,,,,,,nnnnngghhhhhh" Anis melenguh menikmatinya. Baru
kepalanya aku masukkan, aku keluarkan kembali. Aku oles-oles lagi
belahan memeknya dengan kepala kontolku. Aku tak terburu-buru
memasukkannya, aku suka ekspresinya yang keenakan. "ahh..sshhh" Anis
mendesis. Aku masukan lagi kepala kontolku ke liang memeknya yang
sempit, "aaaangggghhhhhh uuuuhhhhhhh" ia melenguh manja saat kepala
kontol mulai menyeruak belahan memeknya yang sempit.
Akupun kembali menarik keluar kepala kontolku dan mengeluskannya di
belahan memek Anis. "aahh... Idan jahaaaaatt,,,, masukinnn ke
memek...ayooo.. iihhhhhh" Anis merengek manja saat aku permainkan
nafsunya. Aku hanya nyengir melihat kemanjaan Anis cantikku yang masih
berbalut jilbab, namun satu susu mencuat keluar dan bagian bawah yang
terbuka mengangkang. Kembali, aku mulai memasukkan kepala kontolku ke
liang memeknya yang semakin ketat namun agak becek.
"Aaaaahhhhhhhhh...uuuuhhhhhhhh....iiidaaannhhhh...aaaahhh" saat perlahan
aku mulai masuk mendorong kontolku ke memek Anis yang rapat.
"awhh..awwhhh..awwhh... sakithh..memek Anis sakit
Dan...ahhhh..bentar,,pelanin...aahh" Anis merintih saat perlahan
sepertiga kontolku masuk ke memeknya. "Sakit sayang?" aku memandangnya.
"Iya dan.. sabar ya, pelan ngewenya...aku udah lama banget ga kaya
gini..." kata Anis kepadaku. "Iya sayang.. aku masukin lagi yah?"
tanyaku. "Iyah, pelan ya dan.." bisiknya. Aku pun mulai kembali
memasukkan kontolku di memek Anis. "Ahhhhhh...shhhhhh uuuuuhhh..." Anis
mendesah seiring masuknya kontolku di memeknya.
Rasanya seperti disurga! Memeknya ketat mencengkram, daging memek bagian
dalamnya begitu lembut dan mengempot-ngempot kepala kontolku yang mulai
masuk. "ahhhhhh...Aniissshhh..." aku ikut merintih menikmati kelembutan
memeknya. Perlahan kontolku semakin masuk. "aaaagggghhhhhhhhhh...."
Anis mendesah dan kepalanya menengok kiri kanan seiring masuknya
kontolku ke memeknya yang nikmat. "Ahhh..Anis..bentar lagiihh
ahhhhh..masukk...euuhh..." aku mulai menyodok semakin dalam ke memek
Anis.
Sedikit lagi, semua kontolku masuk menembus memeknya yang nikmaat.
"Awwwhhhhhhhhh........ aaaaaaahhhhhhhhhh,,,uuuuuuuuuuuuhhhhh...." Anis
mendesah cukup keras saat kontolku semua masuk ke memeknya yang lembut
ketat dan mencengkram. Terasa memeknya mengempot-ngempot hangat
kontolku. Anis merintih keenakan, dan akupun mulai memejamkan mata
menikmati memeknya yang indah dan nikmat.
"Ahhhhhhhhhh,,,,,Idaaaannnhhhhhh...aaaaaaahhhhhhhhhh"
Saat mataku terpejam menikmati cengkraman memeknya, "Braaakkkk!" suara
pintu kamar tertutup dan kurasakan tangan Anis mendorongku yang sedang
mengentotinya. Aku terdorong kesamping, Anis lalu berdiri, memungut
celana dalamnya dan memakainya. Ia lalu buru-buru merapikan, bajunya,
memasukkan susunya, dan mengancingi bajunya. "Kenapa Nis??" tanyaku
kaget. "Fitri liat kita lagi ngentot, Dan!"
"Hah?"
Bersambung...
No comments:
Post a Comment