Monday 11 June 2018

Fitri, Pembantuku 5

Dan, aku pulang sekarang ya, kamu istirahat..” kata Anis buru-buru meninggalkanku di kamar.

“Nis...” Anis hanya berlalu saat aku memanggil dan perlahan tangannya terlepas dari genggaman.

Perasaanku campur aduk sekarang. Antara kaget, kentang, dan sedih memikirkan Anis yang pergi begitu saja padahal memeknya baru berhasil ku tembus. Baru satu tusukan memang di liang memek Anis, tapi sudah kurasakan kenikmatan berbeda. Sepintas kuingat, betapa mencengkramnya memek anis, tak terlalu becek, lembut, pokoknya legit dan sulit digambarkan. Ditambah, wajah manisnya yang begitu ayu, merem meleknya yang imut, dan gigitan kecil di bibirnya saat perlahan kumasukkan kontolku ke memeknya, membuatku merasa menyesal tak segera ku entot memeknya sampai crot. “Ahh..siaal..” aku hanya mengutuk sendiri dan menggaruk kepalaku meski tak gatal.

Lalu aku ingat Fitri. Ia tadi mungkin mengintipku sedang indehoy dengan Anis cukup lama, namun Anis saja yang baru menyadari. Aku sih sebenarnya, fine-fine aja kalaupun Fitri sedang ngintip. Toh, Fitri juga tiap hari melayani nafsuku, jadi tak perlu ada yang ditutupi.

Aku beranjak dari ranjangku yang kusut, sisa pertempuran tak selesai nan tanggung. Kalaulah, fitri tidak ngintip, sudah pasti berjuta spermaku sedang berenang menuju rahim Anis dan membuahi sel telurnya. Karena memang aku berniat pengen crot di memek anis, biar dia hamil dan bisa menikah denganku. Siapa yang tak mau dengan kemolekan, kemulusan, kenikmatan tubuhnya, ditambah dengan kecerdasannya juga yang bikin aku semakin nyut-nyutan.

Dengan masih telanjang, aku berjalan perlahan menuju kamar Fitri di belakang. Di dapur kudapati Asmi sedang mencuci dan mengiris sayuran, “Mi, Teh Fitri kemana?” tanyaku pada Asmi. Saat Asmi berbalik melihatku, ia sedikit melohok melihat tubuh telanjangku, “eu..euh..ke kamar tadi mah a..” kata Asmi terbata-bata dan sedikit menunduk. “Abis motongin sayur, bawain aa minum ya Mi,” tanpa kupedulikan, aku lalu menuju kamar Fitri.

Aku buka perlahan pintu kamarnya. Tak ku tutup, aku melihat Fitri duduk tertunduk di bibir kasur, meremas-remas kedua jemari tangannya. Aku menghampirinya, dan duduk disampingnya. Untuk beberapa saat, kami berdua terdiam. Kulihat wajahnya semakin tertunduk seolah ketakutan. Kulihat dari pinggir, wajah manisnya sedikit muram. Lalu kemudian, setetes airmata mengalir dari matanya membasahi ujung hidungnya. “Fit, kamu kenapa?” tanyaku sambil mengusap punggung dan rambutnya.

“Hiks..hiks.. Aa kenapa ngentot sama teh Anis..” tanyanya sambil sesenggukan menangis. “Hmm?? Yaa, karena aa pengen, Fit,” jawabku mengerutkan kening. Ada rasa bersalah, ada rasa cuek, juga sedikit kaget, bercampur saat kujawab pertanyaan Fitri. “Aa, kan tiap hari ngentotin memek Fitri, malah tiap malem ampe beberapa kali, kenapa aa gak puas sama Fitri, a? hiks,..hikkss..” Fitri bertanya bernada menyudutkan namun masih berbalut kepolosan.

Aku tau dan bisa kutebak kenapa, aku buru buru menenangkan dan mengusap lembut Fitri. “Bukan gitu sayang, aa kan juga pengen ngerasain memek teh Anis, itu temen aa dari SMP, baru ketemu, aa Cuma pengen ngerasain aja gimana rasa memek teh Anis, kan yang tiap hari aa entot mah tetep Fitri,” aku mengusap lembut air matanya, dan mengelus kepalanya lembut.

“Maafin Fitri, a.. harusnya Fitri ga boleh bilang gini ke aa..” ia memelukku dan menyandarkan kepalanya ke dadaku. Duh, dasar ABG, pake cemburu segala.. pikirku. Tapi, melihat tigkah lucu nya ini, aku malah jadi bergairah. Kontolku yang tadi sempat mengecil, tiba-tiba perlahan bangkit dan mengaceng keras. Otomatis, keadan kontolku yang jadi ngaceng tegak ini terlihat oleh Fitri yang sedang disamping memelukku.

Aku biarkan saja, meski jadi nafsu, tapi aku masih tak enak sama Fitri. Aku hanya diam memeluknya sambil mencium kepalanya. Namun, kurasakan, tangan kiri Fitri berpindah. Perlahan dan lembut, Fitri malah mengelus kepala kontolku yang semakin tegak dengan ujung jarinya penuh kelembutan. Aku hanya mengelus kepalanya saja, belum berani melakukan apa-apa, meski kuakui rasa kentang tadi bersama Anis harus kuselesaikan. Sempat kufikir, kalau Fitri belum mau, ya terpaksa aku crotin di memek Asmi saja.

Namun, Fitri memang luarbiasa pengertian. Ia melepaskan dirinya dari pelukanku, membimbingku berhadapan denganku. Lalu ia mencium bibirku, dengan lembut. Akupun merespon ciumannya yang lembut dengan emutan di bibirnya dengan lembut pula. Perlahan tanganku masuk ke roknya, hendak mengelus memeknya. Aku elus belahan memeknya dengan lembut dibalik celana dalamnya, menelusuri gari memeknya yang basah.

[​IMG]

Lalu ia beranjak menuju tengah-tengah kasur, tanpa sepatah kata dan mata yang masih basah. Ia lalu tidur terlentang. Tangannya lalu memelorotkan celana dalamnya dibalik rok motif bunga-bunga. Ia lalu melemparkan celana dalemnya ke keranjang cucian. Selanjutnya Fitri mengangkat rok panjangnya hingga pinggang, sampai terbukalah celah memeknya yang putih dengan garis memerah mengkilat.

[​IMG]

[​IMG]

Ia belum bicara apa-apa, ia hanya memegang tanganku, dan melihatku yang sedang memandangi tubuhnya. “Hayu, a?” ajaknya dengan wajah polos dan memandang wajahku yang terpesona dengan belahan memeknya yang muda. Padahal memek ini tiap hari ku pakai, kujilat, tapi tetap saja aku terpesona dengan bentuknya yang lucu dan mulus. “euh.. emang aa boleh, Fit?” tanyaku, takutnya ia sakit hati karena tadi. “Mmm, ya boleh atuh a.. ini kan memek punya aa, Fitri tau aa lagi pengen ngentotin memek kan? Tapi Fitri males buka baju a, gapapa ya Cuma angkat roknya aja? Kalo nggak, aa aja ntar yang buka sendiri,” ujarnya dengan nada yang masih saja polos.

[​IMG]

Tak, berlama-lama, aku pun naik ke ranjang untuk menuntaskan hasratku yang sudah diubun-ubun. “Gapapa ga pake pemanasa ya Fit, aa udah tanggung banget pengen buru- buru bucatin mani aa,,,” kataku mulai memasang posisi diantara dua pahanya yang mengangkang. “Iya a, memek Fitri juga udah basah da.. tadi pas liat aa ngentotin teh Anis, Fitri sange banget,sempet elusin memek.. jadi udah becek.. ewe langsung aja a.. Fit juga pengen..” katanya sambil memegang tanganku.

“Ah,, iya sayang.. sini memeknya buka..” aku mulai mendekatkan kontolku ke memeknya. “Ah, iya a... masukin pelan-pelan...aah..” Fitri mulai mendesah saat kontolku mulai masuk ke memeknya yang memang sudah licin. Tak sulit ku tembus memeknya, karena pelumasnya sudah banyak akibat terangsang melihatku tadi. “ahhh..aa... enaakkhhh aaaahhhh....” Fitri mendesah saat sedikit-sedikit kepala kontolku menyeruak memeknya. “ahhh.. aa... aaahhhhhhhh...uuuunggghhh...awwhhh...” kepala Fitri mendongak keatas saat kontolku mulai keluar masuk memeknya.

[​IMG]

“Uhh,,, fit,,,kakinya angkat,..” aku mengangkat kakinya keatas pundakku. Posisiku semi jongkok, dan kontolku menghentak menggenjot memek Fitri yang sempit. “Aduuuhh.. aa... ini enak banget,, aahh dalem banget masuknya... aahhh..aa memek Fitri enak gini,,,sshh uuuhhh aaaahhhh....” ceracau Fitri saat ku entotin memeknya, memang ini adalah posisi favorit Fitri saat ku entotin. Walau sering melakukan gaya ini, aku berikan lansung posisi ini sebagai hadiah agar fitri tak bersedih lagi. “aduuhh aa.. kontol aa enak bangetthh... dalem pisann..aaahhhhhh..cepetiiiiinn aa...uuhh uuhhh,,uuhhh..” aku terus menikmati memek fitri disela desahannya.

[​IMG]

“ahh.. enak Fit..mmhh..ahh.. jangan sedih yah..aahh..” aku mulai mempercepat kocokanku di memeknya. Kecipak-kecipuk tubrukan paha dan kelamin kami, menambah suasana semakin bergairah. “Ahh.. maafin, fitth...aahh,,rii, aa....aa jadi ga ngentot teh Anishh aahh.. tadii.. puashh ahh puassin sama Fitriiiii aajaaaahhh aaaaaahh aa,,,fit bentar lagi keluar aahh,,oohhh terus aa...” Fitri jadi terus berteriak menikmati kontolku dengan gaya favoritnya ini. “ahh..Fit..ahhh ahhh..ahhh Fitriii,,,uuchh...” aku mulai menggenjot memeknya dengan kecepatan tinggi.

[​IMG]

Ditengah genjotanku yang lagi nikmat-nikmatnya, begitupun fitri yang terlihat hampir orgasme, kemudian Asmi ke kamar, “A,,, ini airnya..” sambil melohok melihat kami berdua yang sedang mendesah-desah. Aku otomatis menghentikan genjotanku di memek Fitri, dan kami berdua memandang Asmi yang berdiri di depan pintu. Aku dan Fitri sempat saling pandang sejenak dengan posisi yang sangat erotis. “Duh, Mi, sini sini airnya simpen aja di meja deh.. aa nya lagi ngentotin teteh dulu.. hayu a lanjutin genjot lagi.. aaah..” aku mengerutkan dahi tanpa bicara, dan perlahan kembali mengentoti Fitri lagi karena tanggung hampir crot.

[​IMG]

“Ahhh... aa.. aduuhh enaaaakk..cepetin a.. kuat-kuatin masukinnyah,, uuuhhhh aduuuhhh aa,,, Fitri mau sampe...aduuhhh,,,aahhhhhhh kuatin lagiiii aaahhhhhhhh...ahh ahhhhh...” Fitri hanya lanjut mendesah berteriak saat aku entoti dia lagi. Fitri sepertinya tak peduli ada Asmi, akupun jadi tak terlalu peduli dan terus menikmati memeknya yang mulai berkedut-kedut.

Setelah meletakkan air putihku, Asmi berdiri disamping ranjang melihat kami berdua sedang mendesah-desah. Ia seperti memperhatikan bagaimana ekspresi fitri dan aku, saat kami sedang berhubungan intim ini. “Teh, dientotin teh sakit??” Asmi bertanya dengan polosnya kepada Fitri yang tubuhnya sedang melipat dengan kedua kaki dipundakku dan ku genjot keras memeknya. “Ahhhh... ehhh...engga saakkiith,,ahh enaak banget mi... Ntar asmi rasain sendiri deh.. oooouuuuh aa.. aduhhh aa.. uuuuuuhhh... Asmi, udah sana bawain air buat teteh, teteh bentar lagi keluarrhh,, aaahhh aa...lebih keras aaa..............uuuuuuhhhhhh..” Fitri menyuruh Asmi keluar ditengah desahannya yang tak seperti biasanya. Biasanya fitri menahan-nahan desahan, tapi sekarang jauh lebih liar.

[​IMG]

Kulihat asmi memasukan tangannya ke celananya, entah mengelus memeknya mungkin. Aku tak begitu perhatikan, Asmi lalu perlahan keluar, ia sempat melihat bagaimana kontolku keluar masuk memek Fitri yang nikmat ini.

[​IMG]

“ahhh.. aa... fit mau keluar a,,,, aaahhh ahhhh ahhhh...aduuuhhhh..aa jago banget aaaaaahhhh,,,,” Fitri mulai tak bisa diam dan mendesah-desah khas mulai dekat dengan orgasme. “ahh,,,Fitri... aa juga mau muncrat sayang.. ahhh..” aku pun terus mempercepat entotanku di memek Fitri.

[​IMG]

“Ahh iya aa,,,,ayo barengan aa... aduh aduhh,,aduuuuhhhh,,auuuuhhh fit mau keluar..fit mau keluarrhhhhhh aaaahhhh aa!aaaaaaahhhh” Fitri menggelinjang hebat dan berteriak keras.. “Aduhh.. aa juga mau croottt,,, aaahhhhh...fitttt,,,,,aaaagghhhhhhHH! Uuuhhhhh,,,uuhhhh..” seluruh tubuhku ambruk menindih Fitri yang sedang menggelinjang hebat. Ia memelukku erat, dan mendesah keras, “aaahhhhhh,,,haahh...haahh...haahhh...” Fitri dan aku ngos-ngosan.

[​IMG]

“Hihi.. aa beda sekarang.. semangat banget... karena ga jadi ngentot teh Anis yah.. hihi..ahh...aduhhh.. jangan dikeluarin dulu kontolnya..” Fitri memujiku, menyindirku, dan menahan pantatku untuk mencabut kontolku. Aku hanya tersenyum, mencium bibirnya, dan memeluknya. “aa jago banget.. meski aa mau ngentot sama teh Anis.. Fitri jangan lupa dikasih jatah juga ya a? Jangan dilupain..” katanya lembut sambil mengelus pipiku.

Pikiranku campur aduk, sisa-sisa ejakulasiku masih menyisakan ngilu dan lemas. Kemudian Asmi datang, “Teh udahan ngentotnya? Seneng banget ih teteh kayaknya.. Ntar ajarin Asmi yah..asmi juga pengen ngentot sama aa...” kata Asmi polos, dan menyimpan air putih di meja.

“Udah mi.. lemes ih teteh.. di entot sama aa yang jago ini.. huuw..mmuah,” Fitri mencium pipiku. “Eh..Asmi kenapa bawa-bawa timun kesini?” tanya Fitri. “Eh,, ini..Asmi pengen ngerasain yang teteh rasain, pengen nyoba nyolokin memek ami pake ini.. tapi takut sakit,” Asmi menunjukkan timun dengan polosnya.

Aku dan Fitri saling pandang, dan “hahahahahhaa...” meledaklah tawa kami berdua melihat tingkah lucu Asmi.

Setelah tawa kami mereda, “Iya, asmi siap-siap aja mandi.. cuci memeknya.. ntar malem ikut teteh ngentot sama aa.. boleh kan a?”

“Hah?” aku kaget mendengarnya, Cuma bisa melongo.

“asyik!” Asmi teriak gembira.

No comments:

Post a Comment