Friday 8 June 2018

Romansa Masa Remaja 2

[​IMG]

Desahan perempuan menggema di kamar kecil itu. Dengusan nafas laki-laki terdengar samar ditutupi oleh gema desahan kenikmatan. Keringat membasahi punggung laki-laki berkulit putih yang sedang menindih perempuan itu. kedua tangan perempuan itu tidak henti-hentinya mengerumasi rambut laki-laki. Bibir mereka kemudian bertemu, meredam suara desahan si perempuan. Lidah mereka menjulur saling membelit. Tiba-tiba tubuh si lelaki mengejang. Pantatnya terlihat berkedut-kedut tanda sedang menembakkan cairan cinta nya. Tidak lama tubuh keduanya berhenti dan terdiam membisu. Si lelaki berlahan-lahan memisahkan diri dari si perempuan, berguling disamping tubuh perempuan berkulit kuning langsat kecoklatan. Dengan nafas keduanya tersengal-sengal.

Ardi mengatur nafasnya. Tubuhnya bersimbah keringat. Gadis berambut panjang itu bangkit dan melepas kondom yang masih melekat di kontol Ardi. Perempuan itu melihat isi kondom yang setengahnya sudah penuh oleh peju. Seperti biasa Ardi keluarnya banyak.

“mau tambah lagi sayang?” kata perempuan itu. Ia mengelus kontol Ardi yang masih setengah tegang itu.

“sebentar lagi ya, Nov.” Kata Ardi.

Perempuan itu bernama Novia, pacar Ardi. Rambutnya panjang dan tubuhnya semampai. Ardi kini sudah kelas 2 SMA dan sudah hampir 3 bulan berpacaran dengan Novia. Ardi yang mengambil keperawanan Novia, sehingga sejak saat itu Novia jadi hypersex.

Ardi ingat betul hari dimana tante Irene mengajarkan “sex education”, yang bukan hanya teori seperti pelajaran biologi, tapi praktek lapangan dan uji materi. Tapi hanya hari itu saja, sejak saat itu tantenya juga tidak pernah menyentuhnya lagi, bahkan tidak pernah lagi menginap di rumah karena sudah ada Bi Ami yang bekerja di rumahnya. Apalagi tiga tahun belakangan sudah tidak pernah Ardi bertemu tantenya, karena Irene sangat sibuk mengurus pekerjaannya dan harus bolak-balik keluar negeri.

Tapi sejak hari itu Ardi berubah menjadi predator ganas. Apalagi sekarang, dengan modal tubuh atletisnya, dan wajah gantengnya, ditambah ia adalah kapten team basket SMA nya, sangat mudah baginya untuk meniduri perempuan. Sejak masuk SMA total sudah 8 orang perempuan di sekolahnya yang dipacari untuk diambil keperawanannya dan diubahnya menjadi budak seksnya. Ardi yang dulu culun dan pemalu sekarang sudah berubah menjadi Ardi yang flamboyan.

Adi menggeliat kegelian. Novia memang pandai membangkitkan kembali nafsu dengan jilatan di kontolnya.

Ardi jadi teringat jilatan tante Irene di kontolnya. di hari itu dari sore sampai tengah malam Ardi menggauli tantenya, sampai total 5 kali Ardi nge-croot di dalam memek tantenya. Ia sama sekali tidak menyangka kalau tantenya itu hypersex, predator yang sangat ganas.

Ardi memegang kepala Novia tanda supaya gadis itu berhenti. Novia melepaskan sedotannya pada kontol, tangan gadis itu masih menggenggam kontol Ardi yang sudah tegang maksimal itu. kepala kontol Ardi tampak berkilat-kilat karena ludah Novia. Ardi mendorong Novia sehingga gadis itu terlentang dan kemudian tubuhnya ditindih oleh Ardi. Kemudian diposisikannya kontol Ardi di depan lobang memek perempuan itu, digesek-gesekannya kepala kontol besar itu sepanjang garis memek sempit, menyentuh klitoris dan mengirimkan sinyal-sinyal nafsu ke tubuh gadis itu. Novia menggelinjang kegelian.

“Pakai kondom dulu sayang.” Desah Novia genit.

Ardi menghentikan aktivitasnya. Ia bangkit, menuju meja di samping tempat tidur. Ia membuka laci mencari kotak. Ia meraih kotak itu, dibukanya.

“abis kondomnya.” Kata Ardi.

“yah, gimana donk?” Novia tampak kecewa, nafsunya sudah di ubun-ubun. Ia lupa mengecheck persediaan kondomnya. Sejak pacaran dengan Ardi, selalu ia siapkan kondom di kamarnya. Karena sewaktu-waktu rumah kosong, Novia selalu mengajak Ardi untuk berhubungan seks.

Ardi kembali menindih Novia. Sambil menciumi leher jenjang gadis itu menelusuri sampai ke telinga gadis itu. Novia menggelinjang kegelian.

“nggak usah pakai ya?” Ardi berbisik.

“nanti hamil gimana?” bisik Novia.

“aku keluarin diluar.” Kata Ardi.

“bener ya?”

“iya, kan nanti kita nikah kalau sudah lulus SMA.” Kata Ardi menggombal.

Janji gombal palsu yang selalu berhasil, kegombalan yang sama yang sering diumbar Ardi setiap ingin mengambil keperawanan pacar-pacarnya. Hanya saja Ardi memang tidak pernah atau tidak berani mengeluarkan air maninya di dalam memek perempuan-perempuan yang di tidurinya, karena takut hamil, maka ia selalu pakai kondom.

“janji ya?”

Ardi mengangguk meyakinkan kekasihnya itu. Kemudian, Ardi menyelipkan kontolnya memasuki lubang vagina Novia. Perempuan itu mendesah ketika benda keras dan bulat itu mentok di dalam uterusnya. Baru kali ini Ardi merasakan memek Novia tanpa memakai pelindung. Hangat, legit, lembut dan basah. Demikian juga Novia baru merasakan benda keras dan panas milik Ardi, yang menyeruak masuk dan memenuhi liang vaginanya.

“Ntar keluarin dimulut aku aja.” Bisik Novia.

Keheningan ruangan kamar itu mulai kembali di isi oleh desah manja Novia dan suara kecipakan becek dari kedua alat kelamin yang sedang beradu.

Pertempuran sore itu diakhiri dengan semprotan peju Ardi di bibir tipis Novia.
…………………

“gimana besok sabtu nanti jadi?” kata Bule. “kalau mau gue pesenin sekarang.”

Bule, Ardi, Doni, Regi, dan Boncel sedang nongkrong di kantin, saat itu jam istirahat. Mereka berlima memang satu group, teman akrab sejak kelas 1 SMA. Walaupun kemudian mereka berbeda kelas sekarang tetap saja kompak.

Bule perawakannya kurus dan berambut coklat, nama aslinya Yanu. Sedangkan Ardi bertubuh jangkung. Boncel yang bernama asli Hamid, bertubuh gempal dan berkulit hitam. Doni bertubuh tinggi dan gendut, sedangkan Regi bertubuh atletis. Diantara mereka berlima memang Ardi yang paling menonjol prestasinya dalam olahraga, Regi walaupun bertubuh atletis karena sama-sama di team basket, tapi tidak seperti Ardi yang selalu jadi bintang lapangan.

“Jadi lah, positif rumah gue kosong.” Kata Ardi.

“ya udah patungan aja untuk minuman.” Kata Doni.

“lha, cimenk nya kagak patungan juga?” Bule menimpali.

“ya sekalian bro maksud gue.” kata Doni.

“tuan rumah gimana nih?” kata Boncel.

“kan gue udah sediakan tempat, gimana sih?” kata Ardi.

“ajaklah cewek lo salah satu gitu.” Kata Bule. “Biar kita nggak disangka lagi gay party.”

“tai! Siapa juga mau tanya kita mau party apaan.” Kata Ardi.

“Sapa tau digrebek.” Kata Boncel

“ngehe! Diem lo bikin parno aja.” Reggie menendang Boncel. “lo pengen di grebek pas lagi nyimenk?”

“ya kagak lah.” Sahut boncel.

“jangan sampe mulut lo bau, Njing!” kata Ardi “Ntar kejadian beneran.”

“ya udah, kalo ada polisi ntar bilang aja lagi pengajian.” Kata Boncel.

“Ngentot lo! Ngomong lagi polisi..polisi.” Reggie menendangi paha Boncel.

“iye..iye…gue becanda keless.” Kata Boncel.

Teman-temannya mulai memukuli punggung Boncel. Ardi dan Doni memegangi tangan anak bertubuh gempal itu.

“telanjangin-telanjangin.” Doni mulai menyulut.

“weh, anjing lo pada!” Boncel mulai panic. “anjing! Tolong-tolong.”

“bekep mulutnya!” Teriak Bule.

“kancut! kampret! tolong gue di perkosa!” Boncel berteriak-teriak.

Mereka pun berusaha memegangi untuk menelanjangi Boncel. Suara riuh rendah tawa para siswa melihat si Boncel di bully menjadi hiburan di jam istirahat itu.

****

HP Ardi bergetar. Maklum dalam jam pelajaran hp harus di silent. Apalagi saat ini adalah jam pelajaran matematika. Pak Tejo, guru yang paling killer akan menyita hp selama 2 hari kalau sampai ketahuan menggunakan alat komunikasi dalam jam pelajaran. Ardi sembunyi-sembunyi membuka hp dibawah meja sambil matanya sesekali melihat ke papan tulis.

Vini : sekarang yuk! 5 menit lagi.

Ardi : OK.

Ardi mengantungi hp nya lagi. Diliriknya jam di dinding. Masih 25 menit lagi sampai jam pelajaran usai dan digantikan istirahat kedua. Ardi segera bangkit dan berjalan sambil memegangi perutnya.

“pak izin mau ke wc. Sakit perut.” Kata Ardi.

“ya sudah sana.” Kata pak Tejo.

“terima kasih, Pak.” Kata Ardi sopan.

Ardi berjalan meninggalkan kelas. Ia tidak menuju WC melainkan pergi ke gudang OSIS yang letaknya tidak jauh dengan WC. Ardi celingukan supaya tidak ada yang melihat, kemudian ia membuka pintu dan buru-buru menutupnya.

Didalam gudang tampaklah Vini. Vini adalah kakak kelas Ardi yang berambut panjang, kulitnya coklat kemerahan, wajahnya berparas manis. Vini termasuk salah satu kembang di SMA. Apalagi bodynya yang seksi, dibalik seragam putihnya menerawang bra berwarna, sehingga kadang anak-anak lelaki suka taruhan untuk menebak warna bra yang dipakai Vini besok harinya.

Vini menunjukkan anak kunci yang menempel di lubang kunci. Ardi berbalik dan memutar anak kunci tersebut. Kemudian, Vini menjulurkan tangannya, memberikan kondom kepada Ardi. Ardi tahu apa yang harus diperbuatnya, waktunya hanya 15 menit sebelum bel istirahat kedua berbunyi. Apalagi ia harus kembali ke kelas sebelum bel berbunyi.

Vini menyibak rok panjangnya dan melepaskan celana dalamnya sampai ke paha. Kemudian ia menungging. Ardi berdiri di belakang Vini, ia sudah membuka celananya dan mengeluarkan kontolnya.

Ardi mnggesek kontolnya yang masih lemas itu di sepanjang garis memek Vini, bergerak naik turun, sesekali menyentuh lubang pantat perempuan itu. Tangan-tangan Ardi meremas-remas buah dada besar yang berada di balik seragam. Vini kegelian akibat ulah Ardi di sepanjang lubang vaginanya. Sementara kontol Ardi perlahan mulai bangkit seiring bangkitnya nafsu mereka berdua.

Vini merobek bungkus kondom, mengeluarkan isinya. Ia menaruh kondom itu di mulutnya. Kemudian Ia berjongkok, sambil tangannya meraih kontol Ardi yang udah konak kencang itu. Vini memasangkan kondom menggunakan mulutnya, dimasukkannya kontol Ardi kedalam bibir mungilnya. Setelah terpasang, Vini pun menyepong kontol keras itu. tidak lama, Vini kemudian berdiri dan mengambil posisi menungging.

Kegiatan seks disekolah sering sekali di lakukan oleh Ardi dan Vini. Paling sering memang mereka lakukan di ruang gudang OSIS, karena Vini juga menjabat sebagai seksi perlengkapan OSIS, maka dari itu dia pegang kunci gudang. Selain di gudang mereka pernah melakukan di ruang OSIS, lab kimia, dan wc perempuan.



Awalnya, Vini memang tertarik dengan kegantengan Ardi, apalagi ia melihat Ardi waktu pertandingan antar sekolah memperebutkan piala gubernur DKI. Vini yang saat itu masih kelas 2 dan memegang seksi olah raga sebelum digantikan. Mereka mulai akrab sejak pertandingan itu, sampai suatu hari Ardi melancarkan rayuan mautnya, dan ternyata Vini pun juga sama gilanya. Mereka berdua memiliki pacar masing-masing, itulah sebabnya mereka lakukan diam-diam di sekolah. Walaupun beberapa kali Ardi mengajak Vini untuk check in di hotel, tapi karena Vini dari keluarga berlatar belakang militer yang ketat aturannya, maka sulit baginya untuk keluar rumah di waktu senggang. Apalagi tiap pulang sekolah ia ditempel terus sama Bary, pacarnya.

“hmmmph….” Vinny mendesah tertahan pelan hampir tak bersuara ketika kontol Ardi masuk mentok di memeknya.

Ardi mulai menggoyangkan kontolnya keluar masuk memek Vini. Perempuan itu menutup mulutnya, menahan diri agar tidak sampai mendesah kencang. Kontol Ardi memang enak. Keras dan berurat. Bentuk kepala kontolnya terasa bulat dan memijat-mijat seluruh titik g-spot di uterusnya.

Ardi memegangi pinggang ramping itu sambil mengocok kontolnya dengan tempo tinggi. Diimbangi dengan goyangan pinggang Vini yang maju mundur, untuk membantu Ardi supaya permainan mereka cepat selesai. Mereka memang hanya memiliki waktu yang terbatas.

Vini membuka kancing baju seragamnya agar Ardi juga dapat bermain di toketnya yang masih tertutup bra warna pink. Sembari memegangi dua buah dada sekal itu, Ardi mengocok terus di dalam uterus. Vini menggelinjang, tubuhnya mengejang tanda gadis itu mencapai puncak, disusul dengan Ardi yang terkedut-kedut mengeluarkan peju nya di kondom. Keduanya berhenti sejenak sesudah deru orgasme dasyat mereka.

Ardi keluar duluan dari ruangan, dan kembali menuju kelas. Pas, Ia duduk kembali di mejanya, tepat bel tanda jam istirahat berbunyi.

No comments:

Post a Comment