Friday 8 June 2018

Romansa Masa Remaja 6

Dengan wajah tegang Sari duduk di samping Bule. Suasana kelas agak sepi karena hampir sebagian besar berada di halaman sekolah. Hanya ada sekitar 10 anak berada di kelas. Sekelompok anak cewek sedang bergosip di pojokan. Ada pula siswa yang tidur, dan ada yang bermain game dari Hp android.

Bule masih ingat kekacauan malam minggu itu setelah ia menyetubuhi Sari. Novia yang berusaha menenangkan Sari yang nangis kejer-kejer. si Boncel sange berat, karena selama di MekDi cuma bisa liat belahan toket tante Irene dan akhirnya coli di WC kos-kosan. Kelima sekawan itu akhirnya pulang jam 4 pagi, setelah Novia berantem dengan Ardi, apalagi mereka akhirnya nggak jadi check in.

“mulai hari ini kamu jadi pacar aku.” Kata Sari dengan nada dingin.

“em…tapi.” Bule agak gugup karena ia merasa bersalah sama Sari.

“kamu nggak mau tanggung jawab?” kata Sari pelan, menatap Bule dengan tatapan sadis. “memek aku masih perih nih, apalagi kalau sampai bunting, aku laporin polisi.” Sari mengancam.

Bule terdiam, ia tidak memikirkan konsekuensi perbuatannya hari itu. Akibat pengaruh alcohol ditambah libido masa remaja membuat Bule tidak berpikir panjang waktu itu. Kalau Reggie dan Diana sih enak, dua anak itu malah kayak orang pacaran sekarang.

“ya udah.” Kata Bule

Ia menjulurkan tangan maksudnya jabat tangan tapi Sari tetap dengan wajah dingin seperti es.

Akhirnya Sari memutuskan untuk meminta pertanggung jawaban Bule setelah dibujuk oleh Novia. Tapi benar juga kata Novia, apa ruginya? Bule sebenarnya disukai anak-anak perempuan yang banyak menyimpan hati mereka untuk anak berdarah campuran itu, selain ganteng, si Bule juga tajir. Ayahnya yang orang asing itu merupakan eksekutif di perusahaan Internasional yang bergengsi. Sedangkan ibunya yang mantan artis, memiliki production house di daerah Kemang.

“kapan lagi lo punya pacar ganteng dan tajir. Bisalah minggu depan lo ajak ke acara reuni SMP lo. lumayan juga buat dipamerin sih. Anak-anak yang dulu suka nge-bully lo pasti langsung pada sawan, begitu liat lo gandeng cowok ganteng dan tajir.” Sari mengingat perkataan Novia.

Bel tanda istirahat berakhir telah berbunyi.

“nanti anter aku pulang!” Kata Sari ketus.

Ia bangkit dari kursi meninggalkan Bule yang masih terdiam mematung dengan tangan masih posisi ngajak berjabatan.

---------------------------------------


“ngapain lo manyun gitu Bro?” kata Ardi kepada Bule.

Sore itu seperti biasa Bule nongkrong di lapangan basket sekolah. Doni, Boncel, Ardi dan Reggie seperti biasa ikut main basket bareng anak-anak tim basket yang latihan. Tapi Bule kali ini tidak ikutan, hatinya masih dipenuhi rasa gundah.

“Gue baru jadian sama Sari.” Kata Bule.

“lho terus? mana ada orang baru jadian tampangnya manyun gitu.” Kata Ardi.

Bule menatap ke lapangan dilihatnya teman-temannya sedang bermain basket. Ardi mengambil botol minumnya, membukanya dan meneguk isinya.

“tapi nada bicara dia kayak masih marah sama gue.” Kata Bule menghela nafas.

“ya elah, ntar juga baik lagi.” Kata Ardi sambil meletakkan botol minumnya.

“gue juga nggak terlalu suka sih sama dia.” ungkap Bule.

“tapi lo ngaceng kan sama dia?” kata Ardi.

“waktu itu kan lagi mabok.”

“taik lah! Gaya lo tong! Lo ngaceng sama dia, itu tandanya lo suka sama dia.”

“eh, gue malah nggak ngaceng lagi tadi liat dia.” Kata Bule.

“ya, lo udah ngentot sama dia. Sekarang ada babak baru dalam hidup lo. Jalanin aja bro, anaknya baik kog dan manis banget. Pantes lah kalo Sari pacarannya sama elo.”

“tapi gue belum siap bro.”

“monyet lo! Kemaren lo ngewe sama dia nggak pakai pikir belum siap.” Kata Ardi. “enjoy lah, jangan kayak Boncel tuh, cuma taunya sabun sama bokep doank! Jangan kayak Doni, badan kekar, brewokan, tapi rada maho!”

Bule mendengarkan walau tampak masih dengan wajah gundah.

“pokoknya, lo besok-besok ajak main lagi, tapi pakai kondom.” Ardi meneruskan perkataannya. “masa muda jangan lo sia-siakan sama tangan doank bro. kata nyokap gue masa sma cuma datang sekali doank. Sekarang lo kagak perlu ngocokin kontol lagi di wc sekolah, udah ada tempat buat buang peju lo.”

Kata-kata Ardi walau terdengar sedikit bejat tapi ada benarnya juga bagi Bule. Ardi menarik tangan Bule.

“ayo ikut main basket!” Kata Ardi.

“nggak deh.” Ucap Bule.

“ngentiaw! Woii, ni anak kagak mau ikut main lagi!” teriak Ardi ke arah lapangan sehingga membuat teman-temannya menengok.

Doni menghampiri Bule dan Ardi.

“udah deh gue lagi nggak mood.” Kata Bule berlagak lemas.

“lo ikut main atau gue telanjangin!” ancam Doni.

Teman-teman lainnya ikut menarik Bule, berusaha memaksa Bule untuk ikut main basket.
Pagi itu, Ardi galau di atas motornya. Antara mau bolos atau masuk. Tapi ia merasa malas masuk sekolah di hari senin itu. malas mengikuti pelajaran matematika 2 jam yang disambung dengan fisika selama 2 jam juga. Selain itu badannya masih pegal setelah tanding basket hari minggu kemarin.

Tiba-tiba terbersit pikiran nakal. Ardi membelokkan motornya menuju arah yang berlawanan dengan sekolahnya. Memasuki jalan kecil yang hanya muat dua mobil berlawanan arah, Ardi memacu motornya.

Sampailah Ardi di depan kos Diana. Tampak gerbang terbuka, dilihatnya penjaga gerbang sedang duduk-duduk di pos nya. Ardi hanya melambaikan tangan ketika penjaga tersebut melihatnya, dan dibalas dengan lambaian tangan si penjaga kos.

Setelah memarkir motornya, Ardi memasuki rumah kos besar berlantai dua itu. halaman kos tersebut sangat luas, bisa untuk parkir kendaraan mobil atau motor. Setau Ardi, lantai 2 diperuntukkan bagi wanita, dan lantai 1 untuk pria. Tapi bebas masuk bagi tamu. Ardi berpapasan dengan seorang gadis kurus berambut coklat panjang di tangga. Wangi parfum tercium begitu gadis itu melewatinya. Ardi melemparkan senyum yang dibalas dengan senyum seadanya oleh gadis itu.

Ardi celingukan, dilihatnya kamar Diana gelap, tanda yang punya kamar sudah berangkat ke sekolah. Tapi bukan itu tujuannya. Diketok nya kamar tante Irene.

Tok-Tok-Tok. Tidak ada jawaban.

“kamu ngapain?”

Sebuah suara mengagetkan Ardi. Rupanya Lucy, teman Diana yang waktu itu ditemui di diskotik. Lucyi tampak baru keluar kamar mandi rambutnya terlihat basah karena habis keramas. Di tangannya tampak gayung berisi peralatan mandi. Lucy hanya memakai daster putih, sehingga lekuk badannya terlihat menerawang. Toket dan putting susu Lucy terlihat menyembul nyeplak dibalik daster putihnya, mengundang untuk diremas.

“aku nyari tante Irene.” Kata Ardi.

“tante?” tanya Lucy. “kamu temannya Diana kan?”

“iya, tapi Irene tante aku.” Jawab Ardi.

“heh lo ngapain disini bro?” sebuah suara mengagetkan Ardi lagi.

Rupanya Jimmy, sepupunya Reggie.

“bang Jimmy ngapain disini?” Ardi menyalami Jimmy.

“biasalah anak muda.” Kata Jimmy seraya berjalan menghampiri dan mengecup pipi Lucy yang baru mandi itu. kemudian Jimmy ngeloyor ke kamar mandi.

Pantesan rambut Lucy basah, habis mandi wajib rupanya. Rupanya sejak kejadian malam itu ternyata Jimmy dan Lucy punya hubungan special.

Pintu kamar Irene terbuka. Terlihatlah wajah tante Irene yang masih sayu dan rambut berantakan karena baru bangun tidur. Namun kecantikan tante Irene terpancar alami sehabis bangun tidur.

“ada apaan?” kata Irene. “kamu ngapain, nggak sekolah?”

Irene kaget karena melihat Ardi berdiri di depan pintu.

“ini ponakan kamu?” tanya Lucy kepada Irene.

Irene mengangguk. “Iya anak kakak aku.”

“oh ini Ardi yang kamu ceritakan waktu itu ya. Ya udah, Aku ke kamar dulu ya.” Kata Lucy sambil lalu.

Ardi bingung, rupanya tante Irene ember juga, cerita tentang masa lalunya. Ardi memperhatikan body Lucy yang lenggak-lenggok berjalan ke kamarnya yang terletak di ujung.

“ayo masuk!” kata Irene sambil membereskan tempat tidurnya, dan melipat selimut. Kamar Irene pakai AC jadi wajar kalau tidurnya pakai selimut.

Irene memakai tank top putih dan celana pendek putih sehingga paha mulusnya terumbar kemana-mana. Apalagi toket besarnya tampak menjendol membulat di balik tank top nya.

Ardi melepas sepatunya diluar dan masuk ke kamar Irene. Kamar yang bersih dan wangi. Segala sesuatu tampak tertata rapih. Tidak begitu besar tapi kamar tersebut sangat nyaman. Ardi duduk di kasur besar, tidak ada ranjang tapi hanya kasur spring bed besar di kamar itu. Irene memberikan segelas air kepada Ardi.

“kamu bolos?” kata Irene.

“iya tante, lagi bosan di sekolah.” Ardi beralasan.

“kalau sering bolos mau jadi apa?” Irene mulai menasihati. Bagaimana pun status nya adalah tante Ardi.

“nggak sering kog tante.” elak Ardi. “Hari ini doank kog. Bener deh.”

Irene jadi ingat kenangan lama, kenangan Ardi waktu masih SMP, jawaban pemuda itu masih polos seperti dulu atau mungkin anak itu menyembunyikan sifat aslinya.

Irene menaruh gelas yang dipegangnya di meja kecil di samping laptopnya.

“terus habis ini mau kemana?” kata Irene. “jam 9 tante mau berangkat kerja lho, ada meeting penting hari ini.”

“numpang tidur disini boleh tante?” kata Ardi.

“ya udah.” Kata Irene. “tapi jangan sering-sering bolos, nanti aku bilangin mama kamu.”

Jangan-jangan ini anak lagi sange, kata Irene dalam hati. Apalagi kalau bukan sange, sejak kejadian 4 tahun lalu memang Irene hampir tidak pernah bertemu Ardi. Ia memang sengaja datang berkunjung ke tempat kakaknya di hari dan jam dimana kemungkinan keponakannya itu tidak ada di rumah, hal itu dia lakukan karena ia tidak ingin Ardi menjadi ketergantungan sex dengannya. Tapi mana tau ternyata Ia malah bertemu dengan Ardi di kos-kosan kecil begini, hanya karena Diana, teman Ardi kos di kamar sebelah.

Irene bangkit dan menutup pintu kamarnya. Belum sempat ia berbalik tiba-tiba Ardi memeluk pinggangnya dari belakang.

“tante, Ardi pengen udah lama banget.” Ungkap Ardi terus terang.

Irene memang tau apa yang di inginkan anak itu di pagi hari ini. bagaimanapun itu adalah karma dari perbuatannya di masa lalu. Perbuatan Irene ketika mengajari Ardi untuk merasakan hubungan seks dimasa pubernya.

Bibir Ardi menciumi pundak putih Irene. Meluncur mengecupi pundak Irene, melewati leher dan berakhir dengan jilatan di kupingnya. Irene menggeliat geli karena perlakuan Ardi. Tangan kiri Ardi sudah menelusup di balik tank top nya, meremas payudara kiri Irene. Dan tangan kanan anak itu sudah berada di balik celana pendeknya, meluncur menuju belahan memek nya. Irene memang tidak pakai dalaman sehingga tangan-tangan nakal Ardi dengan mudah menyentuh bagian-bagian terlarangnya.

Makin badung ini anak, kata Irene dalam hati. Tidak disangka Ardi sangat agresif, tidak seperti anak polos yang dikenalnya 4 tahun lalu.

Jari tengah Ardi bermain di belahan memek Irene, mencari itil perempuan itu, menggesek dan mempermainkan si kecil menggemaskan yang berada di belahan memek Irene. Bibir dan lidah Ardi tidak hentinya menciumi daerah leher Irene. Sedangkan tangan pemuda itu bermain di putingnya, persis seperti yang pernah Irene ajarin dulu. Karena sering dilatih oleh Ardi, maka perlakuannya hari itu sangat professional, dengan mudah membuat Irene kelojotan, dan nafsu perempuan itu mulai naik dengan cepat.

Irene memegang kedua tangan Ardi memberi tanda supaya berhenti. Ia melepaskan Ardi dari pelukannya. Irene berjalan ke arah saklar lampu, ditekannya sehingga kini keadaan ruangan hanya di terangi oleh lampu kecil berwarna merah.

Nafsu keduanya sudah berada di ubun-ubun. Irene buru-buru melepas pakaiannya demikian juga Ardi. Sehingga kini tubuh keduanya bergulat telanjang bulat di atas ranjang.

Bagaikan sepasang kekasih yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Irene menjilati tubuh Ardi yang atletis, bukan lagi Ardi yang kurus dan ceking seperti dulu. Tangan Irene meremas kontol pemuda yang sudah tegang itu. kontol Ardi lebih besar dari yang dulu, sekarang lebih keras dan tampak kokoh. Irene memasukkan kontol Ardi ke dalam mulutnya. Di emut, dihisap dan dijilat, sehingga membuat Ardi merem-melek.

Ardi bangkit dalam posisi duduk, ia membiarkan tantenya melakukan sepongan dashyat tersebut. Hal yang dirindukan Ardi adalah sepongan tantenya yang bisa membuat tubuhnya bergelinjang kegelian. Tangan Ardi menjamah toket bulat kencang yang menggantung bebas itu. Di remas dan dipermainkan putting susu Irene. Satu lagi yang dirindukan Ardi adalah toket besar dan kenyal milik Irene.

Irene menyudahi sepongannya. Ia menciumi perut dan naik ke dada bidang Ardi. Tapi tangan Irene masih mengocok kontol keras Ardi. Ardi memeluk tantenya dan dengan sebuah gerakan memutar tubuh Irene sehingga kini Ardi menindih tubuh bugil mulus Irene. Ardi menjelajahi lekuk tubuh Irene, menjilati seluruh kulit yang putih dan mulus. Irene mendesah-desah kecil, ketika Ardi bermain dengan lidahnya mengitari, dan menggigit-gigit kecil putting susunya yang sudah mengeras, tidak lama kemudian lidah Ardi mengarungi perut Irene yang rata, membuat perempuan itu menggelinjang-gelinjang dan sampailah Ardi di selangkangan Irene yang ditumbuhin bulu-bulu jembut tipis. Jari-jemari Ardi membuka memek tembem Irene, membuka kelentit dan diserbunya memek Irene dengan permainan lidahnya di klitoris Irene.

Irene mendesah, menggelinjang-gelinjang, Ia sampai memutar pinggangnya mengangkat pantatnya. Tidak disangka keponakan sekaligus murid sex-nya sudah sangat jago. Jilatan Ardi di memeknya membuat nafsu Irene meledak-meledak. Tiba-tiba sebuah dorongan hendak keluar dari dalam diri Irene akibat gejolak nafsu yang dideritanya. Tapi kemudian dorongan itu berhenti, Irene hampir mencapai orgasme ketika ia menyadari Ardi menghentikan perbuatannya pada alat kelaminnya. Dilihatnya pemuda itu malah beralih menciumi paha mulus Irene.

Irene segera bangkit mendorong Ardi sampai terlentang di atas kasur. Kemudian Irene menduduki pinggang pemuda itu, menduduki kontol ngaceng Ardi. Digesek-geseknya bibir memek nya dengan kontol keras dan panas itu.

“nakal ya kamu sekarang. Tante hampir keluar malah dibiarin.”

Irene mengangkat badannya di pegangnya kontol Ardi, taruhnya di depan lubang memeknya. Irene medorong tubuhnya untuk melesakkan kontol keras itu ke dalam memeknya. sambil mata perempuan itu terpejam ketika kepala kontol Ardi menyeruak masuk kedalam tubuhnya.

Memek basah hangat dan legit, memek yang selama ini dirindukan Ardi. Dan saat ini kontol Ardi sudah kembali bersarang di dalam memek lembut tante Irene.

Kedua tangan Ardi memegang pinggang ramping Irene, ketika Irene memulai goyangan maju mundur dan memutar-mutar supaya ia dapat mengimbangi goyangan tantenya itu. Ardi mendesak dari bawah, vagina tante Irene terasa mulai becek. Memek itu berdenyut-denyut. Mata Irene terpejam kepalanya mendongak seiring makin kencangnya perlawanan tusukan kontol Ardi dari bawah. Kedua tangannya diletakkan di paha Ardi. Pinggang tante Irene berputar dan maju mundur. Ardi meletakkan kedua tangannya di toket besar menggairahkan yang turut bergoyang seirama dengan goyangan pinggang Irene. Jari-jari Ardi berputar mempermaikan putting Irene yang mulai lancip ujungnya, dan terlihat mengkilap,tanda sudah mengeras.

“arrrrrrrrkkkkkhhhhh….” Irene mengerang. Melepaskan orgasmenya, goyangannya jadi makin tidak beraturan. Ardi merasakan kontolnya serasa di hisap dan dibetot oleh memek basah dan legit itu. tangan Ardi mencengkeram dan meremas toket yang sedang mengeras itu , sambil ia menggerakkan tusukan kontolnya mengisi dan mendesak seluruh liang memek Irene.

[​IMG]

Nafas Irene menjadi tidak beraturan ketika orgasme nya berhenti. Ardi bangkit, kemudian mendorong tubuh bugil mulus itu sehingga terlentang di kasur. Ardi menciumi leher tantenya. sedangkan tangan Irene mengerumasi rambut Ardi. Dari leher menjalar ke pipi, bibir Ardi menyerbu bibir seksi Irene. Tapi Irene malah menjauhkan wajahnya.

“jangan bibir! emangnya aku pacar kamu!” kata Irene ketus.

“kan cuma sex, tante.” bisik Ardi lembut sambil kemudian menciumi kuping Irene.

“badung kamu!” Irene menampar lembut pipi Ardi. “sudah berapa perempuan kamu perawanin?”

“delapan, tante.” kata Ardi.

“banya..a…”

Belum selesai Irene menyelesaikan kalimatnya, bibir Ardi kembali menyerbu bibir Irene. Kini Irene tidak berkutik ketika Ardi melumat dan memasukkan lidahnya ke mulutnya. Akhirnya Irene membalas belitan lidah Ardi. Bibir keduanya pun bertemu seperti sepasang kekasih yang sedang bercinta.

Ardi kembali menggoyangkan pinggangnya. Memompa kontolnya. Menggesek kontolnya di dalam liang vagina yang terasa licin dan hangat. Irene memeluk Ardi sambil meletakkan kedua kakinya di pinggang pemuda itu, pinggul Irene ikut bergoyang memberikan sensasi kepada kontol Ardi yang terus memberikan kocokan dan tekanan serta gesekan kencang memberikan sensasi geli gatal di sekitar g-spotnya. Sedangkan lidah keduanya masih saling membelit liar.

Tubuh Irene kembali mengejang, memeluk Ardi erat-erat, perempuan itu kembali orgasme. Kontol Ardi terasa kembali di betot oleh otot panas yang legit itu, namun Ardi malah mempercepat kocokan kontolnya ketika dirasakannya geli di seluruh kontolnya. Ardi melesakkan kontolnya dan mengeluarkan air mani nya yang bermuncratan membasahi dan mengisi seluruh rahim Irene.

Irene mendesah diantara gemelut ciuman mereka , Ia merasakan rasa panas berhamburan di dalam perutnya. Membanjir dan memenuhi seluruh rongga rahimnya diantara gejolak orgasmenya. Geli gatal nikmat merasuki tubuh Irene. Keduanya sedang berpelukan meresapi kenikmatan orgasme, seakan terbang sampai langit ke tujuh, dan kemudian tubuh bugil keduanya terasa terhempas kencang kembali di atas kasur empuk itu.

Ardi kini sudah menghentikan goyangan pinggangnya. Tapi kontol Ardi yang masih agak keras tetap bersarang di dalam vagina Irene, seakan tidak mau keluar dari liang lembut dan basah itu. Keduanya tidak henti-hentinya saling melumat bibir saling melepaskan rasa rindu yang sudah bertahun tidak dirasakan. Rindu yang berbalut hubungan sex terlarang antara tante dan keponakan. Nafas keduanya tidak beraturan seperti habis lari marathon. Tubuh tante dan keponakan itu saling berpelukan dan banjir keringat padahal AC kamar menyala. Ardi merasakan kembali empuknya toket tantenya di dadanya yang tengah menggagahi tubuh bugil mulus itu.

Tidak berapa lama, kontol Ardi yang masih terbenam di vagina lembut dan legit itu kembali mengeras kencang. Ardi kembali menggoyang pinggangnya, memulai ronde kedua. 

No comments:

Post a Comment