Dengan wajah tegang Sari duduk di samping Bule. Suasana kelas agak sepi
karena hampir sebagian besar berada di halaman sekolah. Hanya ada
sekitar 10 anak berada di kelas. Sekelompok anak cewek sedang bergosip
di pojokan. Ada pula siswa yang tidur, dan ada yang bermain game dari Hp
android.
Bule masih ingat kekacauan malam minggu itu setelah ia menyetubuhi Sari.
Novia yang berusaha menenangkan Sari yang nangis kejer-kejer. si Boncel
sange berat, karena selama di MekDi cuma bisa liat belahan toket tante
Irene dan akhirnya coli di WC kos-kosan. Kelima sekawan itu akhirnya
pulang jam 4 pagi, setelah Novia berantem dengan Ardi, apalagi mereka
akhirnya nggak jadi check in.
“mulai hari ini kamu jadi pacar aku.” Kata Sari dengan nada dingin.
“em…tapi.” Bule agak gugup karena ia merasa bersalah sama Sari.
“kamu nggak mau tanggung jawab?” kata Sari pelan, menatap Bule dengan
tatapan sadis. “memek aku masih perih nih, apalagi kalau sampai bunting,
aku laporin polisi.” Sari mengancam.
Bule terdiam, ia tidak memikirkan konsekuensi perbuatannya hari itu.
Akibat pengaruh alcohol ditambah libido masa remaja membuat Bule tidak
berpikir panjang waktu itu. Kalau Reggie dan Diana sih enak, dua anak
itu malah kayak orang pacaran sekarang.
“ya udah.” Kata Bule
Ia menjulurkan tangan maksudnya jabat tangan tapi Sari tetap dengan wajah dingin seperti es.
Akhirnya Sari memutuskan untuk meminta pertanggung jawaban Bule setelah
dibujuk oleh Novia. Tapi benar juga kata Novia, apa ruginya? Bule
sebenarnya disukai anak-anak perempuan yang banyak menyimpan hati mereka
untuk anak berdarah campuran itu, selain ganteng, si Bule juga tajir.
Ayahnya yang orang asing itu merupakan eksekutif di perusahaan
Internasional yang bergengsi. Sedangkan ibunya yang mantan artis,
memiliki production house di daerah Kemang.
“kapan lagi lo punya pacar ganteng dan tajir. Bisalah minggu depan lo
ajak ke acara reuni SMP lo. lumayan juga buat dipamerin sih. Anak-anak
yang dulu suka nge-bully lo pasti langsung pada sawan, begitu liat lo
gandeng cowok ganteng dan tajir.” Sari mengingat perkataan Novia.
Bel tanda istirahat berakhir telah berbunyi.
“nanti anter aku pulang!” Kata Sari ketus.
Ia bangkit dari kursi meninggalkan Bule yang masih terdiam mematung dengan tangan masih posisi ngajak berjabatan.
---------------------------------------
“ngapain lo manyun gitu Bro?” kata Ardi kepada Bule.
Sore itu seperti biasa Bule nongkrong di lapangan basket sekolah. Doni,
Boncel, Ardi dan Reggie seperti biasa ikut main basket bareng anak-anak
tim basket yang latihan. Tapi Bule kali ini tidak ikutan, hatinya masih
dipenuhi rasa gundah.
“Gue baru jadian sama Sari.” Kata Bule.
“lho terus? mana ada orang baru jadian tampangnya manyun gitu.” Kata Ardi.
Bule menatap ke lapangan dilihatnya teman-temannya sedang bermain
basket. Ardi mengambil botol minumnya, membukanya dan meneguk isinya.
“tapi nada bicara dia kayak masih marah sama gue.” Kata Bule menghela nafas.
“ya elah, ntar juga baik lagi.” Kata Ardi sambil meletakkan botol minumnya.
“gue juga nggak terlalu suka sih sama dia.” ungkap Bule.
“tapi lo ngaceng kan sama dia?” kata Ardi.
“waktu itu kan lagi mabok.”
“taik lah! Gaya lo tong! Lo ngaceng sama dia, itu tandanya lo suka sama dia.”
“eh, gue malah nggak ngaceng lagi tadi liat dia.” Kata Bule.
“ya, lo udah ngentot sama dia. Sekarang ada babak baru dalam hidup lo.
Jalanin aja bro, anaknya baik kog dan manis banget. Pantes lah kalo Sari
pacarannya sama elo.”
“tapi gue belum siap bro.”
“monyet lo! Kemaren lo ngewe sama dia nggak pakai pikir belum siap.”
Kata Ardi. “enjoy lah, jangan kayak Boncel tuh, cuma taunya sabun sama
bokep doank! Jangan kayak Doni, badan kekar, brewokan, tapi rada maho!”
Bule mendengarkan walau tampak masih dengan wajah gundah.
“pokoknya, lo besok-besok ajak main lagi, tapi pakai kondom.” Ardi
meneruskan perkataannya. “masa muda jangan lo sia-siakan sama tangan
doank bro. kata nyokap gue masa sma cuma datang sekali doank. Sekarang
lo kagak perlu ngocokin kontol lagi di wc sekolah, udah ada tempat buat
buang peju lo.”
Kata-kata Ardi walau terdengar sedikit bejat tapi ada benarnya juga bagi Bule. Ardi menarik tangan Bule.
“ayo ikut main basket!” Kata Ardi.
“nggak deh.” Ucap Bule.
“ngentiaw! Woii, ni anak kagak mau ikut main lagi!” teriak Ardi ke arah lapangan sehingga membuat teman-temannya menengok.
Doni menghampiri Bule dan Ardi.
“udah deh gue lagi nggak mood.” Kata Bule berlagak lemas.
“lo ikut main atau gue telanjangin!” ancam Doni.
Teman-teman lainnya ikut menarik Bule, berusaha memaksa Bule untuk ikut main basket.
Pagi itu, Ardi galau di atas motornya. Antara mau bolos atau masuk. Tapi
ia merasa malas masuk sekolah di hari senin itu. malas mengikuti
pelajaran matematika 2 jam yang disambung dengan fisika selama 2 jam
juga. Selain itu badannya masih pegal setelah tanding basket hari minggu
kemarin.
Tiba-tiba terbersit pikiran nakal. Ardi membelokkan motornya menuju arah
yang berlawanan dengan sekolahnya. Memasuki jalan kecil yang hanya muat
dua mobil berlawanan arah, Ardi memacu motornya.
Sampailah Ardi di depan kos Diana. Tampak gerbang terbuka, dilihatnya
penjaga gerbang sedang duduk-duduk di pos nya. Ardi hanya melambaikan
tangan ketika penjaga tersebut melihatnya, dan dibalas dengan lambaian
tangan si penjaga kos.
Setelah memarkir motornya, Ardi memasuki rumah kos besar berlantai dua
itu. halaman kos tersebut sangat luas, bisa untuk parkir kendaraan mobil
atau motor. Setau Ardi, lantai 2 diperuntukkan bagi wanita, dan lantai 1
untuk pria. Tapi bebas masuk bagi tamu. Ardi berpapasan dengan seorang
gadis kurus berambut coklat panjang di tangga. Wangi parfum tercium
begitu gadis itu melewatinya. Ardi melemparkan senyum yang dibalas
dengan senyum seadanya oleh gadis itu.
Ardi celingukan, dilihatnya kamar Diana gelap, tanda yang punya kamar
sudah berangkat ke sekolah. Tapi bukan itu tujuannya. Diketok nya kamar
tante Irene.
Tok-Tok-Tok. Tidak ada jawaban.
“kamu ngapain?”
Sebuah suara mengagetkan Ardi. Rupanya Lucy, teman Diana yang waktu itu
ditemui di diskotik. Lucyi tampak baru keluar kamar mandi rambutnya
terlihat basah karena habis keramas. Di tangannya tampak gayung berisi
peralatan mandi. Lucy hanya memakai daster putih, sehingga lekuk
badannya terlihat menerawang. Toket dan putting susu Lucy terlihat
menyembul nyeplak dibalik daster putihnya, mengundang untuk diremas.
“aku nyari tante Irene.” Kata Ardi.
“tante?” tanya Lucy. “kamu temannya Diana kan?”
“iya, tapi Irene tante aku.” Jawab Ardi.
“heh lo ngapain disini bro?” sebuah suara mengagetkan Ardi lagi.
Rupanya Jimmy, sepupunya Reggie.
“bang Jimmy ngapain disini?” Ardi menyalami Jimmy.
“biasalah anak muda.” Kata Jimmy seraya berjalan menghampiri dan
mengecup pipi Lucy yang baru mandi itu. kemudian Jimmy ngeloyor ke kamar
mandi.
Pantesan rambut Lucy basah, habis mandi wajib rupanya. Rupanya sejak
kejadian malam itu ternyata Jimmy dan Lucy punya hubungan special.
Pintu kamar Irene terbuka. Terlihatlah wajah tante Irene yang masih sayu
dan rambut berantakan karena baru bangun tidur. Namun kecantikan tante
Irene terpancar alami sehabis bangun tidur.
“ada apaan?” kata Irene. “kamu ngapain, nggak sekolah?”
Irene kaget karena melihat Ardi berdiri di depan pintu.
“ini ponakan kamu?” tanya Lucy kepada Irene.
Irene mengangguk. “Iya anak kakak aku.”
“oh ini Ardi yang kamu ceritakan waktu itu ya. Ya udah, Aku ke kamar dulu ya.” Kata Lucy sambil lalu.
Ardi bingung, rupanya tante Irene ember juga, cerita tentang masa
lalunya. Ardi memperhatikan body Lucy yang lenggak-lenggok berjalan ke
kamarnya yang terletak di ujung.
“ayo masuk!” kata Irene sambil membereskan tempat tidurnya, dan melipat
selimut. Kamar Irene pakai AC jadi wajar kalau tidurnya pakai selimut.
Irene memakai tank top putih dan celana pendek putih sehingga paha
mulusnya terumbar kemana-mana. Apalagi toket besarnya tampak menjendol
membulat di balik tank top nya.
Ardi melepas sepatunya diluar dan masuk ke kamar Irene. Kamar yang
bersih dan wangi. Segala sesuatu tampak tertata rapih. Tidak begitu
besar tapi kamar tersebut sangat nyaman. Ardi duduk di kasur besar,
tidak ada ranjang tapi hanya kasur spring bed besar di kamar itu. Irene
memberikan segelas air kepada Ardi.
“kamu bolos?” kata Irene.
“iya tante, lagi bosan di sekolah.” Ardi beralasan.
“kalau sering bolos mau jadi apa?” Irene mulai menasihati. Bagaimana pun status nya adalah tante Ardi.
“nggak sering kog tante.” elak Ardi. “Hari ini doank kog. Bener deh.”
Irene jadi ingat kenangan lama, kenangan Ardi waktu masih SMP, jawaban
pemuda itu masih polos seperti dulu atau mungkin anak itu menyembunyikan
sifat aslinya.
Irene menaruh gelas yang dipegangnya di meja kecil di samping laptopnya.
“terus habis ini mau kemana?” kata Irene. “jam 9 tante mau berangkat kerja lho, ada meeting penting hari ini.”
“numpang tidur disini boleh tante?” kata Ardi.
“ya udah.” Kata Irene. “tapi jangan sering-sering bolos, nanti aku bilangin mama kamu.”
Jangan-jangan ini anak lagi sange, kata Irene dalam hati. Apalagi kalau
bukan sange, sejak kejadian 4 tahun lalu memang Irene hampir tidak
pernah bertemu Ardi. Ia memang sengaja datang berkunjung ke tempat
kakaknya di hari dan jam dimana kemungkinan keponakannya itu tidak ada
di rumah, hal itu dia lakukan karena ia tidak ingin Ardi menjadi
ketergantungan sex dengannya. Tapi mana tau ternyata Ia malah bertemu
dengan Ardi di kos-kosan kecil begini, hanya karena Diana, teman Ardi
kos di kamar sebelah.
Irene bangkit dan menutup pintu kamarnya. Belum sempat ia berbalik tiba-tiba Ardi memeluk pinggangnya dari belakang.
“tante, Ardi pengen udah lama banget.” Ungkap Ardi terus terang.
Irene memang tau apa yang di inginkan anak itu di pagi hari ini.
bagaimanapun itu adalah karma dari perbuatannya di masa lalu. Perbuatan
Irene ketika mengajari Ardi untuk merasakan hubungan seks dimasa
pubernya.
Bibir Ardi menciumi pundak putih Irene. Meluncur mengecupi pundak Irene,
melewati leher dan berakhir dengan jilatan di kupingnya. Irene
menggeliat geli karena perlakuan Ardi. Tangan kiri Ardi sudah menelusup
di balik tank top nya, meremas payudara kiri Irene. Dan tangan kanan
anak itu sudah berada di balik celana pendeknya, meluncur menuju belahan
memek nya. Irene memang tidak pakai dalaman sehingga tangan-tangan
nakal Ardi dengan mudah menyentuh bagian-bagian terlarangnya.
Makin badung ini anak, kata Irene dalam hati. Tidak disangka Ardi sangat
agresif, tidak seperti anak polos yang dikenalnya 4 tahun lalu.
Jari tengah Ardi bermain di belahan memek Irene, mencari itil perempuan
itu, menggesek dan mempermainkan si kecil menggemaskan yang berada di
belahan memek Irene. Bibir dan lidah Ardi tidak hentinya menciumi daerah
leher Irene. Sedangkan tangan pemuda itu bermain di putingnya, persis
seperti yang pernah Irene ajarin dulu. Karena sering dilatih oleh Ardi,
maka perlakuannya hari itu sangat professional, dengan mudah membuat
Irene kelojotan, dan nafsu perempuan itu mulai naik dengan cepat.
Irene memegang kedua tangan Ardi memberi tanda supaya berhenti. Ia
melepaskan Ardi dari pelukannya. Irene berjalan ke arah saklar lampu,
ditekannya sehingga kini keadaan ruangan hanya di terangi oleh lampu
kecil berwarna merah.
Nafsu keduanya sudah berada di ubun-ubun. Irene buru-buru melepas
pakaiannya demikian juga Ardi. Sehingga kini tubuh keduanya bergulat
telanjang bulat di atas ranjang.
Bagaikan sepasang kekasih yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Irene
menjilati tubuh Ardi yang atletis, bukan lagi Ardi yang kurus dan
ceking seperti dulu. Tangan Irene meremas kontol pemuda yang sudah
tegang itu. kontol Ardi lebih besar dari yang dulu, sekarang lebih keras
dan tampak kokoh. Irene memasukkan kontol Ardi ke dalam mulutnya. Di
emut, dihisap dan dijilat, sehingga membuat Ardi merem-melek.
Ardi bangkit dalam posisi duduk, ia membiarkan tantenya melakukan
sepongan dashyat tersebut. Hal yang dirindukan Ardi adalah sepongan
tantenya yang bisa membuat tubuhnya bergelinjang kegelian. Tangan Ardi
menjamah toket bulat kencang yang menggantung bebas itu. Di remas dan
dipermainkan putting susu Irene. Satu lagi yang dirindukan Ardi adalah
toket besar dan kenyal milik Irene.
Irene menyudahi sepongannya. Ia menciumi perut dan naik ke dada bidang
Ardi. Tapi tangan Irene masih mengocok kontol keras Ardi. Ardi memeluk
tantenya dan dengan sebuah gerakan memutar tubuh Irene sehingga kini
Ardi menindih tubuh bugil mulus Irene. Ardi menjelajahi lekuk tubuh
Irene, menjilati seluruh kulit yang putih dan mulus. Irene
mendesah-desah kecil, ketika Ardi bermain dengan lidahnya mengitari, dan
menggigit-gigit kecil putting susunya yang sudah mengeras, tidak lama
kemudian lidah Ardi mengarungi perut Irene yang rata, membuat perempuan
itu menggelinjang-gelinjang dan sampailah Ardi di selangkangan Irene
yang ditumbuhin bulu-bulu jembut tipis. Jari-jemari Ardi membuka memek
tembem Irene, membuka kelentit dan diserbunya memek Irene dengan
permainan lidahnya di klitoris Irene.
Irene mendesah, menggelinjang-gelinjang, Ia sampai memutar pinggangnya
mengangkat pantatnya. Tidak disangka keponakan sekaligus murid sex-nya
sudah sangat jago. Jilatan Ardi di memeknya membuat nafsu Irene
meledak-meledak. Tiba-tiba sebuah dorongan hendak keluar dari dalam diri
Irene akibat gejolak nafsu yang dideritanya. Tapi kemudian dorongan itu
berhenti, Irene hampir mencapai orgasme ketika ia menyadari Ardi
menghentikan perbuatannya pada alat kelaminnya. Dilihatnya pemuda itu
malah beralih menciumi paha mulus Irene.
Irene segera bangkit mendorong Ardi sampai terlentang di atas kasur.
Kemudian Irene menduduki pinggang pemuda itu, menduduki kontol ngaceng
Ardi. Digesek-geseknya bibir memek nya dengan kontol keras dan panas
itu.
“nakal ya kamu sekarang. Tante hampir keluar malah dibiarin.”
Irene mengangkat badannya di pegangnya kontol Ardi, taruhnya di depan
lubang memeknya. Irene medorong tubuhnya untuk melesakkan kontol keras
itu ke dalam memeknya. sambil mata perempuan itu terpejam ketika kepala
kontol Ardi menyeruak masuk kedalam tubuhnya.
Memek basah hangat dan legit, memek yang selama ini dirindukan Ardi. Dan
saat ini kontol Ardi sudah kembali bersarang di dalam memek lembut
tante Irene.
Kedua tangan Ardi memegang pinggang ramping Irene, ketika Irene memulai
goyangan maju mundur dan memutar-mutar supaya ia dapat mengimbangi
goyangan tantenya itu. Ardi mendesak dari bawah, vagina tante Irene
terasa mulai becek. Memek itu berdenyut-denyut. Mata Irene terpejam
kepalanya mendongak seiring makin kencangnya perlawanan tusukan kontol
Ardi dari bawah. Kedua tangannya diletakkan di paha Ardi. Pinggang tante
Irene berputar dan maju mundur. Ardi meletakkan kedua tangannya di
toket besar menggairahkan yang turut bergoyang seirama dengan goyangan
pinggang Irene. Jari-jari Ardi berputar mempermaikan putting Irene yang
mulai lancip ujungnya, dan terlihat mengkilap,tanda sudah mengeras.
“arrrrrrrrkkkkkhhhhh….” Irene mengerang. Melepaskan orgasmenya,
goyangannya jadi makin tidak beraturan. Ardi merasakan kontolnya serasa
di hisap dan dibetot oleh memek basah dan legit itu. tangan Ardi
mencengkeram dan meremas toket yang sedang mengeras itu , sambil ia
menggerakkan tusukan kontolnya mengisi dan mendesak seluruh liang memek
Irene.
Nafas Irene menjadi tidak beraturan ketika orgasme nya berhenti. Ardi
bangkit, kemudian mendorong tubuh bugil mulus itu sehingga terlentang di
kasur. Ardi menciumi leher tantenya. sedangkan tangan Irene mengerumasi
rambut Ardi. Dari leher menjalar ke pipi, bibir Ardi menyerbu bibir
seksi Irene. Tapi Irene malah menjauhkan wajahnya.
“jangan bibir! emangnya aku pacar kamu!” kata Irene ketus.
“kan cuma sex, tante.” bisik Ardi lembut sambil kemudian menciumi kuping Irene.
“badung kamu!” Irene menampar lembut pipi Ardi. “sudah berapa perempuan kamu perawanin?”
“delapan, tante.” kata Ardi.
“banya..a…”
Belum selesai Irene menyelesaikan kalimatnya, bibir Ardi kembali
menyerbu bibir Irene. Kini Irene tidak berkutik ketika Ardi melumat dan
memasukkan lidahnya ke mulutnya. Akhirnya Irene membalas belitan lidah
Ardi. Bibir keduanya pun bertemu seperti sepasang kekasih yang sedang
bercinta.
Ardi kembali menggoyangkan pinggangnya. Memompa kontolnya. Menggesek
kontolnya di dalam liang vagina yang terasa licin dan hangat. Irene
memeluk Ardi sambil meletakkan kedua kakinya di pinggang pemuda itu,
pinggul Irene ikut bergoyang memberikan sensasi kepada kontol Ardi yang
terus memberikan kocokan dan tekanan serta gesekan kencang memberikan
sensasi geli gatal di sekitar g-spotnya. Sedangkan lidah keduanya masih
saling membelit liar.
Tubuh Irene kembali mengejang, memeluk Ardi erat-erat, perempuan itu
kembali orgasme. Kontol Ardi terasa kembali di betot oleh otot panas
yang legit itu, namun Ardi malah mempercepat kocokan kontolnya ketika
dirasakannya geli di seluruh kontolnya. Ardi melesakkan kontolnya dan
mengeluarkan air mani nya yang bermuncratan membasahi dan mengisi
seluruh rahim Irene.
Irene mendesah diantara gemelut ciuman mereka , Ia merasakan rasa panas
berhamburan di dalam perutnya. Membanjir dan memenuhi seluruh rongga
rahimnya diantara gejolak orgasmenya. Geli gatal nikmat merasuki tubuh
Irene. Keduanya sedang berpelukan meresapi kenikmatan orgasme, seakan
terbang sampai langit ke tujuh, dan kemudian tubuh bugil keduanya
terasa terhempas kencang kembali di atas kasur empuk itu.
Ardi kini sudah menghentikan goyangan pinggangnya. Tapi kontol Ardi yang
masih agak keras tetap bersarang di dalam vagina Irene, seakan tidak
mau keluar dari liang lembut dan basah itu. Keduanya tidak
henti-hentinya saling melumat bibir saling melepaskan rasa rindu yang
sudah bertahun tidak dirasakan. Rindu yang berbalut hubungan sex
terlarang antara tante dan keponakan. Nafas keduanya tidak beraturan
seperti habis lari marathon. Tubuh tante dan keponakan itu saling
berpelukan dan banjir keringat padahal AC kamar menyala. Ardi merasakan
kembali empuknya toket tantenya di dadanya yang tengah menggagahi tubuh
bugil mulus itu.
Tidak berapa lama, kontol Ardi yang masih terbenam di vagina lembut dan
legit itu kembali mengeras kencang. Ardi kembali menggoyang pinggangnya,
memulai ronde kedua.
No comments:
Post a Comment