Friday 8 June 2018

Romansa Masa Remaja 8

Reggie, Boncel, Doni, Bule, Sari dan Novia berdiri disekitar ranjang rumah sakit. Mereka memandangi tubuh Ardi yang terbaring di atas ranjang rumah sakit. Hari itu sepulang sekolah untuk kedua kalinya mereka menjenguk Ardi.

Kaki kanan Ardi di gips sedangkan lehernya diberikan penyangga. Kaki Ardi patah dan tulang bahu bergeser karena kecelakaan 2 hari lalu. Bagusnya Ia tidak perlu menjalani operasi pemasangan pen.

“santai men, gue bawain nih Oculus Rift gue deh. Bakal lo maen tiap hari.” Kata Reggie sambil menaruh bungkusan di samping tempat tidur.

“Enak lo bro, kagak ikut ulangan fisika tadi.” Kata Boncel. “gila tuh si Biji kasih soal gak kira-kira.”

(Biji adalah julukan bagi guru Fisika di SMA mereka. Nama lengkapnya adalah Budi Jumadi disingkat jadi BIJI)

“enak apanya pegel tau gue.” Kata Ardi ketus.

Novia tampak mengelus-elus bahu kekasihnya memcoba memberikan semangat.

“Udah lah istirahat aja dulu Di.” Timpal Doni. “gue sama anak-anak kelas lagi cariin tuh orang yang naik motor mau nabrak lo.”

“telat kali! itu orang udah dari kemaren dateng, udah minta maaf.” Timpal Ardi. “sopir mobil box yang kena serempet juga udah kemari tadi pagi.”

“wah udah ya. Telat donk nih.” Kata Doni.

“bacot lo, ah.” Kata Ardi.

“ini kagak ada suster sexy nih.” Kata Reggie.

“lo kira bokep.” Timpal Ardi.

“lah kalo dimandiin sama suster lo ngaceng gak?” kata Boncel.

“ngehe, suster gendut gitu, mana ngaceng gue. Liat aja udah males.” Ardi menyerocos.

“kamu tuh ya.” Kata Novia. “mulutnya dijaga.” Novia menepok Ardi.

Hanya Bule dan Sari yang tampak diam. Sejak jadian keduanya tampak sangat cool, hemat bicara. Entah mungkin mereka mulai belajar menggunakan bahasa telepati. Sedangkan Diana senyum-senyum mesum saja. Wajar saja mungkin karena Diana memegang rahasia kejadian sebelum kecelakaan.

Terdengar suara wanita dari speaker memberitahukan kalau jam besuk sudah habis.

Teman-teman Ardi berpamitan mereka sambil bercanda-canda riang. Ketika Novia ,Diana dan Sari sudah keluar dari pintu Reggie berbisik ke Ardi.

“makanya kalo sex party ajak-ajak.” Kata Reggie berbisik.

“lo tau darimana?” kata Ardi berbisik.

“Diana cerita ke gue.” Kata Reggie cengengesan.

"novi tau?" bisik Ardi.

Reggie menggeleng tanda tidak tahu.

“woy Reg, lo mau pulang gak?” kata Doni sambil melongokkan kepalanya dari depan pintu kamar rawat.

“bentar lagi kasih tau cara pakai occulus rift.” Kata Reggie.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Motor berhenti di depan rumah kecil di lingkungan cluster. Rumah dua tingkat yang bergaya minimalis modern.

Sepulang dari rumah sakit tadi mereka berpencar rombongan yang lain pulang naik mobil Reggie, hanya Bule dan Sari memisahkan diri. Seperti biasa Sari diantar oleh Bule dengan motor setiap pulang sekolah. Begitu saja tiap hari menjadi rutinitas mereka. Dibilang pacaran pun kalau malam minggu cuma WA sekedarnya. Sekalinya nonton malah film horror. Kalau dibilang pacaran pun Bule dan Sari nggak ada mesra-mesranya, malah kayak orang musuhan, diem-dieman nggak jelas.

“aku boleh numpang ke kamar mandi?” kata Bule. “kebelet nih.”

Sari mengangguk. Dengan santainya ia berjalan ke arah pintu rumah.

Bule memarkir motornya dan melepas helm serta jaketnya, kemudian bergegas menuju pintu rumah yang sudah terbuka. Nahan pipis memang nggak enak.

Setelah hampir 3 minggu pacaran, baru kali ini Bule masuk ke dalam rumah sari. Rumah kecil mungil yang agak berantakan. Biasanya ia hanya mengantar sampai halaman depan dan ngeloyor pergi.

Bule memandangi kloset mengeluarkan tetes terakhir air kencing yang ditahannya sejak dari rumah sakit. Lega. Ia pun meraih handle closet, dan suara kloset segera bergemuruh.

Bule keluar dari kamar mandi. Bule kaget. Tampak Sari berdiri, sambil melipat tangannya, dengan tatapan dingin sambil bersandar di tembok tepat di depan pintu kamar mandi. Keduanya berdiri terpaku sambil bertatapan.

“Sari, aku boleh bicara sama kamu.” Akhirnya Bule memberanikan diri memecahkan keheningan setelah keduanya terpaku saling tatap di depan kamar mandi itu.

“mau apa?” kata Sari ketus.

“hmm…kamu masih marah sama aku?” kata Bule dengan perlahan.

“marah kenapa?” kata Sari. “kenapa aku musti marah!?”

“abis kamu kayak dingin gitu.” Kata Bule sambil menggaruk-garuk kepalanya.

“diih! Kamu aja yang baperan!.” Kata Sari. “sana duduk dulu! aku ambilin minum.”

Sari ngeloyor ke arah Dapur yang terletak bersebelahan dengan kamar mandi. Bule berjalan ke ruang tamu. Pintu depan sudah ditutup. Ia duduk di sofa empuk. Mata Bule celingukan memperhatikan sekeliling ruang tamu itu. Rumah Sari tampak sepi.

Sari muncul membawakan dua gelas air jeruk dingin. Ia meletakkan di meja.

“bokap-nyokap kamu nggak ada?”

“ya Bokap kerja lah. Pulangnya malem jam 10. Lagi ada proyek di Cikarang.” Kata Sari sambil menyandarkan tubuhnya di sofa, duduk di samping Bule.

“nyokap?”

“lagi tugas ke semarang, minggu depan juga pulang.” Kata Sari. “diminum dulu gih!”

Bule mengankat gelas berisi air jeruk. Ia meminumnya. Kemudian setelah habis setengah ditaruhnya gelas tersebut di meja.

“Haus bang?” Kata Sari sambil tertawa melihat Bule minum.

Sejak pertama jadian baru kali ini Bule melihat Sari tertawa, sebab selama ini ia melihat Sari dengan tatapan dingin seperti pembunuh bayaran yang lagi BU. Manis juga pikir Bule.

“adik kamu?” Bule meneruskan pertanyaannya.

“aku anak tunggal keles.” Kata Sari. “emang kenapa?”

Baru kali ini Bule menanyakan soal keluarga Sari. Biasanya kalau WA Cuma Tanya udah makan?, Selamat malam?, selamat bobo?, nonton apa? Lagi dimana?. Itu saja yang jadi bahan obrolan mereka.

“kamu punya adik?” Sari balik bertanya.

“ada dua. Cowok semua.” Kata Bule.

“badung kayak kamu donk?” Kata Sari.

“yang bontot iya.” Kata Bule “kelas 3 SD tapi kerjaannya berantem terus disekolah. Emangnya aku badung?”

“iyalah, ambil perawan cewek seenaknya.” Kata Sari.

“tuh kan kamu masih marah kan.” Kata Bule. “maaf aku khilaf waktu itu. Tapi aku tanggung jawab kan?”

“ya kita liat kamu sampai mana mau tanggung jawab.” Kata Sari.

“pokoknya aku terserah kamu deh.” Bule menatap wajah Sari. Keduanya saling berpandangan lagi. “kalau kamu mau terus sama aku seumur hidup nantinya, itu semua terserah kamu. Aku pasrah. Aku salah.”

Sari menatap Bule.

“aku udah dapet kog minggu lalu.” Kata Sari.

Mendengar perkataan Sari membuat Bule menjadi lega. Ia sudah 3 minggu khawatir kalau-kalau Sari hamil setelah kejadian malam itu.

“tapi karena kamu udah bilang perkataan kamu tadi…” kata Sari.

“yang mana?”

“belagak lupa.” Kata Sari. Wajahnya mendadak berubah jadi dingin.

“oh iya.” Kata Bule.

“ya pokoknya terserah aku ya.” Kata Sari. “kalau kamu ingkar bagaimana?”

“ya terserah kamu.”

“aku publish di socmed kalau kamu memperkosa aku.” Kata Sari.

“ya keles.” Kata Bule. “kamu sih kejam amat.”

“ya iya donk, kan terserah aku.”

Bule menyandarkan tubuhnya ke sofa pasrah. Tapi entah kenapa melihat wajah Sari membuat jantungnya berdegup kencang. Ia melirik ke arah pacarnya itu. Ada pesona yang selama ini tidak pernah ia perhatikan. Baru hari ini di ruang tamu ini ia menyadari inner beauty dari gadis yang jadi pacarnya itu. Walaupun di satu sisi gadis ini memancarkan aura seperti pembunuh berantai, tapi entah kenapa kalau Sari sedang tersenyum membuat Bule degdegan.

Sari menaruh gelasnya setelah meminum air jeruk.

“Si Ardi maen sama Diana ya sebelum kecelakaan?” kata Sari memecah keheningan mereka.

“hah? Kata siapa?” Bule menoleh kaget. Ia tidak tahu perihal gossip itu.

“Diana cerita ke aku waktu dengar kabar Ardi masuk rumah sakit.” Kata Sari.

“serius? Si Novi tau donk.” Kata Bule bangkit dari sandarannya.

“nggak lah. Bisa berantem.” Kata Sari. “kalian memang maniak ya. Teman sendiri di sikat juga.”

“si Ardi doank kali.” Kata Bule membela diri.

“kamu jangan bilang-bilang lho. Janji?”

“iya.” Kata Bule. “Terus gimana ceritanya?”

“mereka main berempat di kos Diana,dan paginya Ardi bolos sekolah terus main sama tantenya.”

“Diana main sama Ardi sama siapa lagi? Doni, Boncel, Reggie?” Tanya Bule.

“iya dan kamu nggak diajak.” Kata Sari sambil tertawa. Gadis itu mengambil gelas meminum sedikit air jeruk segar. Bule memperhatikan senyum Sari yang sekilas namun terlihat manis.

"serius nih, aku nanya?"

“nggak lah, maen berempat sama teman-teman kos nya Diana.” Kata Sari sambil meletakkan gelasnya.

“oh gitu.” Bule mengangguk-angguk.

“mikir jorok ya?” Sari menampar kecil wajah Bule. Terasa pipi pemuda itu halus sesuai kulitnya yang putih.

Bule menangkap tangan Sari yang menampar pipinya. Digamitnya tangan gadis itu. Keduanya bertatapan.

“boleh nggak?” kata Bule.

“apa?”

“cium kamu.”

Sari tidak memberikan jawaban, namun wajah keduanya sudah saling mendekat. Bule dan Sari kemudian saling melumat bibir. Baik Bule maupun Sari itu adalah first kiss mereka. Aneh juga, normalnya orang mengalami first kiss kemudian first sex, tapi mereka berdua adalah kebalikannya.

Entah kenapa baik Sari maupun Bule merasakan hal yang sama hari itu. Sari memperhatikan gerak-gerik Bule sejak dari rumah sakit. Entah kenapa pemuda itu memancarkan sesuatu yang tidak pernah ia sadari. Pesona yang tidak pernah diperhatikan walaupun selama 3 minggu status mereka sudah resmi berpacaran. Pesona yang mulai memikat hatinya.
“lo cium dia? Terus lo main lagi?” Tanya Ardi penasaran.

“kagak.” Kata Bule

“lho terus ngapain?” kata Boncel.

“abis itu gue coli di kamar mandi Sari. Terus pulang.” Bule menjawab lugu.

“taik!” Ardi memaki.

“gue timpuk occulus rift nih! Lo tolol banget sih!” timpal Boncel.

Hari itu teman-teman Ardi kembali membesuk. Doni, Sari dan Novia sedang tidak berada di ruang rawat, mereka sedang makan siang di kantin, sedangkan Boncel dan Bule menemani Ardi.

“Ya gue kan berusaha menjalin hubungan yang baik.” Bule membela diri.

“TITIT!!” kata Ardi.

“contoh tuh si Reggie.” Kata Boncel.

“contoh apanya? lah elo sendiri masih jomblo?” kata Ardi.

“eh gue kan jomblo karena serius studi men,” Boncel berkilah.

“bilang aja gak laku.” Kata Ardi meledek.

“taek!” maki Boncel.

“lo kelamaan jomblo jadi pastor ntar.” Ardi terkekeh. “eh ngomong-ngomong si Reggie nggak ikut?”

“nggak, di suruh bersihin WC. Tadi dia berantem sama Rocky anak kelas B.” kata Boncel. “dua-dua nya kena omel si Nonok, pada disuruh bersihin WC sama ngepel lapangan basket.”

(Nonok adalah singkatan nama guru BP mereka, nama aslinya Noni Oktaviani)

“anjrit! Seru donk.” Kata Ardi. “lo pada turun juga?”

“mau turun tapi tadi men to men sih mereka.” Kata Boncel. “teman-temannya nggak ada yang ikutan.”

“kenapa gara-garanya?” kata Ardi.

“si Rocky colek-colek toket Diana di kantin.”

“dia sama genk nya emang kayaknya lagi cari gara-gara deh.” Kata Bule.

“lah, emang kita anak basket ada urusan apa sama genk nya?” Tanya Ardi.

“Biasalah alay, suka iri, pengen eksis.” Kilah Boncel. “iri sama anak basket, wajar kan kalo banyak cewe suka ama anak basket karena prestasinya.”

“prestasi ngentot nya si reggie.” Ardi tertawa.

“kemaren juga si Rocky sama genk nya kan yang mulai ngajak ribut anak sekolah laen?” timpal Bule.

“liat aja deh, si Rocky paling gak lama ntar kena bacok sama anak STM sebelah.”

“lah Diana gak ikutan juga kemari?” Tanya Ardi.

“waduh nggak tau kalo yang itu sih.” Kata Boncel. 

No comments:

Post a Comment