Sunday 5 March 2017

Me & U - PRIVATE SECRET 2

ALFRIZZY YUDHA PRATAMA

[​IMG]


BAB 1 - WELCOME TO MAKASSAR



Sehari sebelumnya...



Sebuah Mobil SUV Range Rover Evoque berwarna merah membelah jalan tol Ir. Sutami di pagi hari ini yang terlihat sangat cerah. Di posisi jok tengah, Al sedang duduk santai. Sebuah lagu berjudul ‘One More Night’ from Maroon Five mengiringi kedatangannya di kampung halamannya yaitu kota daeng.

“Pak singgah nyari sarapan dulu yah,” Ucapnya ke pak supir.

“Mau makan apa Pak?” Tanya pak supir melirik dari kaca spion tengah.

“Hemm... Coto aja deh, udah lama nih gak ngerasain makanan khas Makassar.” Jawab Al membalas senyuman pak Sopir.

Coto nusantara mau gak Pak?”

“Aku ngikut aja, yang penting enak.” Jawab Al yang bernama lengkap Alfrizzy Yudha Pratama (AYP). Sejak kecil seluruh keluarga, teman dan sahabatnya memanggilnya dengan nama Yudha.

Jl. Nusantara berhadapan dengan pelabuhan kota Makassar yang dipagi harinya seperti terlihat biasa saja. Di sepanjang jalan memang terlihat beberapa papan reklame setiap Kios, Diskotik dan lain-lain yang saat ini tertutup dan sedang tidak beraktifitas. Berbeda jika dimalam harinya, karena daerah ini adalah pusat kehidupan malamnya kota daeng.

Akhirnya mereka tiba di depan sebuah warung kecil bertuliskan Coto Nusantara, lalu Pak supir memarkir mobil tak jauh dari warung tersebut.

“Mau makan apa pak Yud?? Dan minumnya juga sekalian,” Tanya pak supir saat mereka telah berada di dalam warung.

“Ngikut aja deh pak,”

“Daeng Daging to' 2 yah... Minta teh botolnya sekalian,” Ucap pak supir memesan ke salah satu pegawai di warung itu.

Tak lama akhirnya pesanan mereka tiba dan karena memang Al sudah lapar, maka segera disantapnya coto pesanan mereka dengan lahap.



~•○●○•~



Rumah bertingkat tiga dengan model minimalis tapi terkesan mewah menjadi hunian kedua orang tuanya dan juga adiknnya paling bungsu yang saat ini masih berstatus mahasiswa di Universitas Hasanuddin Makassar.

“Assalamualaikum,” Ucap Al memberi salam saat masuk kedalam rumah.

“Wa'alaikumsalam,” Jawab semua orang yang berada didalam rumah.

Saat ini semua orang sedang menunggu Al dirumah. Sebelumnya, memang Al telah menginfokan kepada Mamahnya bahwa dia akan pulang ke Makassar pagi ini. Makanya Al meminta tolong sopir keluarga mereka untuk menjemputnya dibandara.



“Kak... Mana ole - ole Eci??” Tanya adik Al yang bungsu.

“Aisshhh... Nih cari aja sendiri” Jawab Al yang langsung memberikan travel bagnya kepada adiknya, Tentu saja si Eci langsung merebut dengan cepat tas kakaknya dan langsung membongkar isi tas tersebut.

“Yud istirahat dulu nak... Pasti kamu capek kan,” Ucap mamanya saat Al menyalim tangan kedua orang tuanya.

“Bentar aja deh Mah... Eh iya kamar Al dimana yah?? Hehe... Maklum dah tiga tahun gak pernah mudik... Dan rumahnya udah berubah.” Jawab Al.

“Ci... Tunjukin kamar kakak kamu tuh.” Ucap papanya. Dengan malas akhirnya Eci mengantarkan Al kekamarnya yang terletak di lantai 2.

Tak lama Al menuju ke ruang tengah dan terlihat papanya sedang menonton berita, sedangkan mamahnya dan Eci sedang sibuk memasak didapur.

“Yud... Kok adek kamu Citra gak ikut balik sih??” Tanya papahnya saat Al baru saja duduk disebelahnya.

“Dia lagi sibuk benahin struktur organisasi perusahaan pah... Ada beberapa yang menurut Yudha sih harus dibenahi dari awal.” Jawab Al menoleh ke papahnya.

“Ohh.. Tapi apa kamu yakin menempatkan dia di posisi HRD Direktur?” Tanya papahnya kembali.

“Sesuai jurusannya kan pah,” Jawab Al tersenyum. “Dan Yudha yakin, kalau Citra mampu di posisi itu.” Lanjutnya.

“Syukur deh kalo kamu yakin kemampuan adek kamu,”

“Oh iya pah... Hari ini Yudha pengen melihat hotel yang rencananya akan di akuisisi dalam waktu dekat.” Ujar Al mengingat kembali rencananya datang ke Makassar.

“Ohhh... Perlu di antar? Clarion kan?” Tanya Papahnya.

“Iya pah... Gak perlu lah, Yudha pengen nyetir sendiri aja.”

“Gak lupa jalannya kan?” Ledek papahnya.

“Hahaha... Gak lah pah, masih sama kan jalannya?”

“Masih lah, hahahaha... Kirain Papah, karena kamu udah kelamaan gak mudik jadi lupa sama jalan-jalan dimakassar.”

“Oh iya pah, sekalian Yudha pengen ke apartement yang baru saja aku beli untuk investasi.” Al kembali menoleh ke pria setengah bayah di sampingnya.

“Pemborosan kamu,” kata papahnya sambal menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Untuk masa depan kan... Hehehe,” Papahnya mendengus pelan saat mendengar jawaban singkat dari putra sulungnya. Ia mengetahui jikalau anaknya telah menginginkan sesuatu, maka sangat susah untuk menentang keinginannya tersebut.

“Terserah kamu lah... Duit kamu kok, tapi ingat.. Jangan kelamaan membujang karena papah dan mamah udah pengen gendong cucu nih... Hehehe,”

“Huufhh... Tuh suruh aja Citra nikah duluan, kan dia udah ada cowok tuh dijakarta,” Jawab Al sedikit kesal.

“Emang kamu rajanya ngeles,”

“Udah ah... Oh iya Yudha pinjem Civic-nya yah pah,”

“Itukan punya kamu, ngapain pake minjem segala.” Jawab Papahnya dan Al hanya nyengir mendengar ucapan papahnya tersebut.

“Hehehe... Iya ding, ya udah aku keluar dulu yah.” Al beranjak dari sofa. “MAH.. CI... Aku pergi dulu yah.” Lanjutnya.



[​IMG]



~•○●○•~



Ternyata hari ini juga hari yang sangat penting untuk Reva,. Karena dia baru saja diterima menjadi Resepsionis disalah satu Hotel bintang 5 di kota Makassar, Dan hari ini adalah hari pertamanya bekerja.

Reva sangat senang bekerja dihotel tersebut. Karena terlihat betapa antusiasnya dia mempelajari semua jobdesc-nya sebagai resepsionis. Apalagi beberapa rekan sekerjanya juga sangat cepat akrab dengannya.

Hari ini hotel tersebut sangat ramai oleh tamu dari instansi pemerintahan yang sedang menginap untuk beberapa hari kedepan.

“Eh Va, kamu tau gak gosip kalo Hotel ini udah di akuisisi loh... Jadi yah siap-siap aja kita-kita bakalan kena PHK” Ucap salah satu teman Reva mengajak ngobrol.

“Masa sih? Baru aja kerja, masa mau di PHK.” Ujar Reva sedikit terkejut.

“Hemm... Tapi infonya kan masih abu-abu, jadi kamu tenang aja.” Ujar teman yang lainnya.

“Semoga,” Ucap Reva.

Dari arah pintu lobby, Terlihat seorang Al sedang melangkah memasuki hotel. Seluruh resepsionis yang melihatnya berdecak kagum dengan wajah tampannya yang siang ini hanya berpenampilan casual. Al melangkahkan kakinya menuju ke meja resepsionis, membuat beberapa wanita yang berada di meja itu terlihat memperbaiki posisi rambut maupun seragamnya.

“Siang Pak, dengan Reva… apakah ada yang bisa dibantu?” Sapa Reva dengan tersenyum.

“Hemm... Mau nanya mba, apakah aku boleh bertemu dengan Pak Toto?” Tanya Al yang ingin bertemu dengan General Manager hotel.

“Bentar yah pak.” Jawab Reva lalu mencoba menghubungi seseorang memakai telpon dihadapannya. “Oh iya, Maaf sebelumnya pak… kalau boleh tau, nama bapak siapa?” Lanjutnya bertanya.

“Bilang aja Al,”

“Oke di tunggu bentar pak Al,” Kata Reva, lalu terlihat sesaat ia sedang berbicara ditelpon dengan seseorang di seberang.

Sambil menunggu, Al meraih Iphone keluaran terbaru dari sakunya yang baru saja dibelikan oleh adiknya sebagai hadiah ulang tahunnya bulan lalu, kemudian Al menelfon Pak toto untuk menginfokan bahwa dia sedang menunggu di lounge hotel yang berada di lantai 2. “Halo… Pak Toto aku tunggu di lounge aja yah,”

Dan setelah di iyakan oleh pak Toto, maka Al melangkah ke arah tangga menuju ke lantai 2.

“Maaf Pak Al.. Apakah bapak gak menunggu pak totonya? Baru saja beliau mengatakan bahwa ia akan menemui bapak,” Ujar Reva yang baru saja menutup telfonnya dan sedikit berlari mendekati pria itu yang sudah meninggalkan meja resepsionis.

“Udah aku telfon kok mba,” Ujar Al dengan wajah datar.

“Oh... Ok deh Pak, makasih,” Ujar Reva mencoba tersenyum. Al menatapnya sesaat, lalu melanjutkan langkahnya menuju ke lounge.

“Eh Va… Tuh cowok cakep banget yah... Hihihi mirip-mirip siapa yah? Hemmm.” Ucap temannya sedikit berfikir saat Reva tiba di meja resepsionis.

“Iya sih... Tapi rada sombong sih orangnya,” Jawab Reva yang masih memperhatikan sosok Al melangkah naik ke lantai 2.

“Hemm... Dj Wingky, Yap mirip sih wingky dia... Tapi dia jauh lebih tinggi sih... Dan jenggot tipisnya itu loh huhhh... Gak kukuh dah gue ngeliatnya,” Ucap teman yang lainnya dan Reva hanya menggelengkan kepalanya melihat kehebohan dari para teman kerjanya.

“Hahahahaha... Dasar,”



Beberapa menit kemudian…



Di Lounge, terlihat Pak Toto sudah tiba dan segera menghampiri Al yang sedang duduk di pojokan. “Selamat siang pak Al.”

“Siang Pak To... Gimana kabar?” Jawab Al sesaat setelah menoleh ke Pak Toto dan segera berdiri untuk berjabat tangan dengan pria itu.

“Alhamdulillah baik pak,” Jawab Pak Toto membalas jabatan tangan Al dan setelahnya segera duduk di kursi depan Al. “Kapan tibanya pak?” Lanjutnya bertanya.

“Tadi pagi pak... Oh iya aku pengen melihat-lihat sekeliling hotel… boleh gak Pak?” Tanya Al tersenyum ramah. “Sekalian di beberapa lantai lah klo boleh,”

“Boleh pak... Silahkan, biar saya yang temanin bapak untuk keliling di seputaran hotel,” Jawab Pak Toto.

“Gak perlu pak... Bapak lanjut aja kerjanya… Paling aku minjem smart cardnya aja untuk akses naik ke beberapa lantai,” Kata Al menolak keinginan Pak Toto.

“Ok lah klo begitu pak… Ini smart cardnya... Kalo bapak butuh bantuan silahkan telfon saya aja Pak,” Ucap pak Toto lalu memberikan sebuah smart cardnya ke Al.

Setelah berbasa-basi sedikit, Akhirnya pak Toto pamit untuk melanjutkan pekerjaannya dan Al juga segera melangkahkan kakinya untuk melihat-lihat sekeliling hotel.

Al berkeliling di sekitaran hotel, mulai dari tempat parkir depan lobby, Naik ke samping dimana terdapat beberapa tempat hiburan malam yang menjadi fasilitas hotel tersebut.

Al mengagumi sisi arsitektur hotel yang bagus. Didominasi dengan warna coklat, hotel yang jumlah kamarnya 585 biji ini ber-arsitektur klasik tetapi tetap modern dan elegan. Kemudian ia kembali ke lobby dan mengambil sebuah brosur untuk menambah wawasannya mengenai hotel yang sebentar lagi menjadi miliknya sebelum acara presentasi dari pemilik sebelumnya yang akan dilaksanakan minggu depan di kantor pusat Jakarta.

Ternyata saat melihat informasi setiap kamar yang dilengkapi oleh Wi-fi gratis, AC, LCD TV dengan jaringan Cable TV, telepon, alat pembuat teh/ kopi, dan meja tulis terlihat Al sedikit lega karena PR-nya nanti hanya sedikit apabila Hotel tersebut telah di akuisisi olehnya.

Bukan cuma itu, kamar mandi dengan shower, perlengkapan mandi, dan pengering rambut-pun disediakan untuk memenuhi kebutuhan para tamu yang akan menginap di hotel Clarion. Semua ini bisa dinikmati oleh para tamu mulai dari harga Rp 850.000 per-malamnya.

“Hufhhh... Pengen liat beberapa lantai lagi kali yah,” Gumam Al pelan. Lalu melangkahkan kakinya menuju lift.



Ting Tong!!! Suara lift berbunyi saat berada di lantai 7 kemudian pintunya terbuka.

Segera Al melangkah keluar lift, koridor Hotel di lantai 7 berbentuk huruf U dan sepertinya hari ini hampir semua kamar Suite di lantai ini terisi full oleh tamu yang memilih menginap di hotel tersebut.

Al menghentikan langkahnya saat sayup-sayup ,mendengar suara seseorang. "Tolongggg," kembali Al mendengar teriakan tersebut dari salah satu kamar, lalu ia memicingkan matanya mencoba focus untuk mendengar arah suara tersebut. Ternyata suara tersebut berasal dari dalam kamar 709 yang tak jauh dari posisi Al berdiri.



Teng tong… Tok..Tok!!! Al menekan bel didepan kamar, lalu mengetuk pintu didepannya dua kali.

“Room service,” Al teriak dari depan pintu kamar 709.



Kriekkk!!! Pintu terbuka. Kemudian seorang gadis berlari keluar dari kamar membuat pasangan prianya terkejut.

Saat ingin mengejar gadis itu, tiba-tiba berhenti didepan Al. dan lebih terkejut saat melihat Al yang sudah berada di depannya memasang wajah amarahnya. Al mengetahui siapa pasangan mesum barusan.



“Eh Kak Yud,” Ucap pria itu yang ternyata adalah kekasih Deacy (Eci) adik Al.

“Mulai detik ini, menjauhlah dari Eci... Dan mengenai ayah kamu, nanti biar aku yang akan jelaskan kenapa kalian harus putus,” Ujar Al dingin. Kemudian mencoba melangkah meninggalkan pria itu yang wajahnya sudah diselimuti oleh rasa ketakutannya.

Pria itu yang bernama Anton anak dari salah satu pengusaha sukses dimakassar tiba-tiba jatuh berlutut memohon sambil memegang kedua kaki Al saat mau melangkahkan kakinya. “Kak Yud kumohon jangan lakukan ini... Aku minta maaf dan ngaku ini semua Kesalahanku.. Saya sangat mencintai Eci kak,” Ujar Anton merengek dikaki Al.



Tiba-tiba...



“Ups... Maaf!” Ternyata, Reva yang baru saja tiba. Merasa terkejut saat melihat adegan yang menurutnya sangat menjijikkan dan langsung menundukkan kepalanya saat akan melewati mereka.

Senyum jahil tampak diwajahnya dan berpikir ini adalah pertengkaran pasangan gay.

Karena merasa kasihan, Reva menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah mereka. “Pak... Anda terlalu kejam membiarkan pasangan anda sampai berlutut memohon agar bapak tidak meninggalkannya,” Ucap Reva menegur Al.

Damn!!!

Al sangat terkejut atas ucapan dari resepsionis itu lalu menghela nafas, Al sangat mengerti apa maksud ucapan gadis itu. Ini adalah sebuah kesalahpahaman, tapi sepertinya Al tidak berminat untuk repot-repot menjelaskannya.

“Lepaskan!!!” Hardik Al sesaat, lalu sekali hentakan dikakinya membuat pegangan Anton terlepas dan secepatnya meninggalkan Anton dan Reva menuju lift.

“Kak... Hikz.. Hikz.. Jangan pergi dulu... Maafin aku kak... Hikz,” Teriak Anton yang sudah menangis dan menyesali semua kejadian barusan.



Reva merasa kasihan dengan Anton, lalu dia-pun menghampiri pria itu untuk membantunya berdiri. “Sabar yah Mas… Mereka bilang bahwa orang yang lebih mencintai pasangannya itu adalah orang yang lebih lemah... jadi biarkan pasangan mas pergi saja karena menurut gue, dia terlalu kejam untuk menjadi pasangan mas-nya,” Anton menatap wajah Reva penuh kesedihan, kemudian terdengar ia makin mengencangkan tangisannya.

Reva yang terkejut, segera meninggalkan Anton dan berjalan menuju lift dengan sebuah senyuman yang sedari tadi ditahannya karena melihat pasangan gay yang sedang diputus cinta. Reva merasa jijik akan orang-orang seperti mereka.



“HAHAHAHAHAHAH,” Tawa Reva meledak saat berada di lift karyawan mengingat kejadian barusan.







_Chapter 1 End_

Still Continued.....

No comments:

Post a Comment