Perkenalkan Agan-agan, namaku Roger, usia 28 tahun, sudah bekerja dan
belum berkeluarga. Bisa dibilang cukup mapan, karena pekerjaanku
hanyalah dirumah dan melayani biro penjualan bahan aneka tambang. Nah
karena besarnya klien yang aku supply membuat aku sering berpetualang
didunia perlendiran dengan alasan mempererat hubungan bisnis yang aku
miliki. Hal ini membuatku berpengalaman dalam menangani gadis-gadis dan
sering kami melakukan hubungan sex jika sudah horny. Maklum Gan, rumah
saya sudah punya sendiri dan jauh dari ortu.
Nah inilah awal pertualangan saya ketika saat ada pembantu yang bernama
Lis(samaran) dirumah. Awalnya karena sering harus keluar kota dan pulang
malam, membuat saya harus memperkerjakan pembantu baru, lagian Mbok tua
yang lama juga pensiun karena mengasuh cucu. Waktu bertemu di biro
pembantu saya melihat wajahnya kaya Jupe, tapi coklat kehitaman
kulitnya, tapi bodinya mantab Gan, dada 38, umur baru 16 tahun. Jadilah
saya pinang gadis montok ini untuk bekerja dirumah.
Setelah sebulan bekerja, Lis rupa-rupanya orang yang supel dan gampang
bergaul, enak diajak ngomong, sering juga saya ajak ke mall berbelanja,
apalagi Lis suka kadangkala menggoda saya. Pak Roger(panggilan saya)
tadi malam ngapain sama Mbak Nita haayooo, kok acak-acakkan kamarnya,
katanya. O, tadi malam saya main gulat sama dia, kamu kecil-kecil kok
mau ikutan, huss digedein dulu dadanya sana. Uda gede kok katanya
sambil mendekat mencubit pentil susu saya. Dalam hati saya berpikir kok
cewek ini mulai berani ya. Apa doyan ngesex kali? Hari-hari berikutnya
Lis jadi makin berani dan manja sama saya, maklum hanya kami berdua saja
yang ada dirumah. Dia jadi makin suka mencubit tidak cuma dada saya,
putting susu sayapun kerap jadi sasaran. Wah saya jadi gerah pengin
meraba-raba tubuhnya, apalagi memegang payudaranya yang besar dan
kencang itu. Tapi saya harus memastikan Lis juga mau diajak, jadi
mulailah saya mempersiapkan strategi jitu.
Hari-hati kemudian saya mulai membalas setiap cubitan yang Lis lakukan
dengan mesra kearah pinggangnya karena disitulah letak titik geli
kebanyakan wanita, hingga suatu hari tiba-tiba saya meremas payudaranya
dari luar baju kulot(daster yang terdiri dari atasan dan bawahan
celana). Lis terperangah dan berkata :Bapak mulai nakal ya, Habis
saya dinakali duluan ama kamu, kata saya sambil tersenyum. Tiba-tiba
Lis menyerang kembali dengan cubitan yang lebih ganas kearah putting
susu saya lagi dan saya hanya membiarkan dan kembali bukan lagi meremas
tapi sudah memegang payudaranya. Keadaan ini rupa-rupanya membuat nafas
Lis jadi tidak karuan, saya melihat dia agak menikmati remasan dan
berusaha menghindar dengan berlari kearah salah satu kamar kami. Saya
tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dan langsung mengejarnya dan
menubruknya diatas ranjang dengan posisi saya diatas dan dia dibawah.
Saya pura-pura mengelitik hingga Lis tertawa geli sambil mulai
menjelajahi perut dan pinggangnya dari balik bajunya. Ditengah-tengah
kondisi seperti ini ternyata membuat penis saya jadi menegang hingga
menekan vagina Lis dari balik baju. Kondisi ini saya menfaatkan untuk
menekan kearah vaginanya dengan berlahan-lahan dari balik celana
dasternya berulang-ulang sambil terus menggelitik kearah payudaranya.
Lis ternyata kebingungan dalam menghadapi serangan ini, antara geli dan
kenikmatan yang mulai menjalar dari alat kelaminnya akibat kegesekan
saya. Saya kemudian merekuh payudaranya dan sambil terus menggesekkan
penis, Lis mulai menggumam Bapak, ah ah, Bapak ah ah. Rupa-rupanya, Lis
sudah mulai hanyut dalam kenikmatan dan pasrah bahkan ketika sodokan
saya tambah keras, mulut Lis mulai mengeluarkan erangan-erangan, apalagi
ditambah remasan tangan saya yang dengan leluasa mengerayangi kedua
payudaranya yang montok. Sayapun mulai melepasi satu persatu kancing
baju daster dan mencopot bh Lis tanpa perlawanan apa-apa. Ketika
terbuka saya sungguh takjub, melihat kedua gunung yang besar dan
terpampang indah, montok, ukuran 38 sejati, kulitnya yang berwarna
coklat dan putingnya yang berwarna coklat kehitaman menjulang gagah
seperti jarang dijamah orang. Secara refleks Lis berusaha menyilangkan
tangannya dan menutupi kedua payudaranya. Ah Bapak jangan, Lis malu,
Saya justru memeluknya sambil berbisik ditelinganyaPayudaramu indah
Lis, lalu mulai menciumi leher gadis ini sambil terus menggesekan alat
kelamin kami meskipun masih memakai celana. Nafas Lis menjadi semakin
tidak teratur, bahkan ketika saya mulai melepaskan kaosku, tangannya
sudah tidak menutupi kedua susunya, tapi mulai memeluk dengan penuh
napsu. Ciuman saya dari leher mulai naik kearah bibirnya yang sensual
kayak Jupe. Awalnya mulut Lis hanya terdiam, tapi ketika saya mulai
memakai lidah untuk mencium, mengkulum dan mengelitik lidahnya,
mulailah Lis membalas ciuman dengan penuh hasrat. Mendapat tanggapan
seperti ini, saya mulai menyentuh kedua payudaranya. Kenyal dan padat
sekali, maklum Lis masih gadis dan belum pernah punya anak. Tanganku
mulai meremas dan menggesek-gesek putting Lis dengan berlahan-lahan,
tangan Lis tiba-tiba ikut meremas-remas payudara saya seolah-olah minta
perlakuan yang lebih. Ciuman dari mulut perlahan-lahan saya turunkan ke
lehernya dan mendekati payudara Lis. Ketika tiba diatas dua gunung
kemukus Lis, secara refleks, saya menjulurkan lidah dan mempermainkan
putting Lis dulu. Lis kembali mengerang dan menarik rambut saya dengan
penuh kenikmatan. Hal ini membuat jilatan saya menjadi lebih liar dan
berubah menjadi sedotan dan gigitan nikmat pada kedua putingnya. Mulut
Lis mendesis menjadi tidak karuan, Bapak, oh, enak sekali Pak, oh terus
Pak,
Tidak puas sampai disitu saja, saya mulai menurunkan tangan meraba
perutnya masuk melalui celana dasterya. Ketika sampai diatas bukit
kenikmatan Lis, saya dapat merasakan adanya cairan yang sudah membasahi
CD nya. Lis, aku buka ya celananya, sambil terus melumat payudaranya.
Awalnya Lis mencoba untuk menolak, sambil memegang celana dasternya.
Saya menyadari Lis butuh jamahan yang lebih untuk merelakan celananya.
Tidak kurang akal saya tetap sabar menciumi payudaranya dan mulai
menggunakan tangan untuk meningkatkan kenikmatan dengan mulai meraba
daerah selangkangan gadis ini. Mulai dari membelai pahanya dan meremas
pantat yang padat gadis ini. Hasilnya Lis mulai terbuai dengan
kenikmatan lagi, apalagi ketika saya mulai membelai Miss V nya dari luar
CD. Tangan jariku mulai menggesek belahan mekinya, badan Lis menjadi
bergerak mengikuti irama belaian jari-jari saya diatas lubang
kenikmatannya. Sayapun mulai berani memasukkan jari-jari melewati
sela-sela celana dalam Lis, terasa lembab dan berlendir serta ada bau
kewanitaan Lis yang mulai terasa. Tanganku mulai bergerilya mencari
klitoris dan mulai mempermaiankannya. Ahh
..
aahh....hhhhmmmm....ssstttthhh Lis mengerang, mungkin seumur hidupnya
belum pernah terangsang dengan demikian hebatnya. Gumpalan cairan vagina
Lis semakin bertambah deras hingga, dengan tidak sadar ternyata celana
daster Lis sudah tersingkap kebawah sebatas Cdnya. Sayapun tidak
menyia-nyiakan kesempatan ini untuk menurunkan celananya beserta celana
dalamnya hingga kebawah. Saya tertegun melihat pemandangan ini, vagina
yang masih jarang bulu-bulunya, dengan warna coklat, tapi masih sempit
meskipun sudah berair. Spontan saya mendekarkan wajah untuk melihat
lebih dalam, luar biasa, masih rapat, bibir-bibir vaginanya masih bersih
tanda jarang dijamah. Sayapun tergoda untuk menciumnya, dengan
berhati-hati saya mulai mencium bibir vagina Lis, mulai dari ciuman lalu
berubah menjadi jilatan lubang vagina, ada terasa cairan asin yang
mulai membanjiri vagina Lis dengan deras, kemudian naik perlahan-lahan
hingga mencari klistorisnya. Saat bersamaan, Lis justru memegang dan
mengempit kepala saya. Pak
.ooouuuw, ssssstttt
enak sekali. Ada
kenikmatan yang dasyat dari vagina Lis yang tak tertahankan naik keatas
sarafnya. Tanpa sadar pinggul mulus Lis terhentak-hentak mengikuti
jilatan lidahku. Lidahku semakin liar menjilati setiap lekukan vagina
Lis, naik turun, kesamping bahkan ini ciuman sedotan kearah klistorisnya
yang paling membuat Lis menggelinjang dan mendesah-desah penuh birahi
menandakan hampir mencapai kepuasan. Seolah-olah tidak mau tahu, lidah
saya justru semakin hebat menyapu klistoris Lis dengan dasyatnya. Lis
kembali merintih dan mengejangkan pinggulnya dengan nikmatnya.
Saat itu tiba-tiba saya menghentikan jilatanku dan mengarahkan penisku
memasuki vagina Lis. Tiba-tiba saya terkejut karena meskipun sudah basah
kuyup, penisku yang berukuran 15 cm masih kesulitan menemukan lubang
kenikmatan Lis. Tak kurang akal, saya kembali menggesekkan penisku dan
mulai membelah bibir vagina Lis yang rapat. Pelan-pelan saya merasakan
adanya celah dan dengan pelan-pelan saya memompa vagina Lis. Lis,
menjerit kecil ketika seluruh batang penisku memasuki seluruh liang
kemaluannya.Terasa hangat dan sempit bahkan penisku dapat merasakan
otot-otot vagina Lis mencengkram dengan berdenyut-denyut. Saya bergerak
dengan semakin liar mendorong dan menarik batang penisku diatas tubuh
Lis yang berkontrasi menyambut datangnya kenikmatan yang memuncak.
Terasa vagina Lis semakin licin, ditambah payudaranya yang kenyal
membuatku semakin mempercepat melesakkan batang kemaluanku ke lubang
kenikmatannya. Lis dengan mata terpejam, mengejangkan tubuhnya serta
memelukku dengan erat, Aaahh, Bapak, mau muncrat Pak. Lis mengalami
orgasme, saya merasakan ada cairan panas yang membasahi batang penisku.
Sayapun juga sudah tidak mampu menahan lagi, kenikmatan yang kudapatkan
dari jepitan kemaluan gadis ini, terasa seperti mencengkram batang
kemaluanku, ada dua kenikmataan yang saya rasakan waktu memasukkan
penisku, yaitu saat memasukkan penis dan saat Lis berkontrasi seperti
memilin penis yang didalamnya, nikmat sekali.
Saat itu juga saya mengerang dan mencabut penisku serta memuntahkan
seluruh ini sperma di perut Lis. Lis dengan terenggah-engah berkata
:Sudah ya Pak, nikmat sekali, kapan-kapan cubit-cubitan lagi ya. Saya
tersenyum dan merebahkan diri disampingnya sambil menyelimuti kami
berdua. Laen kali langsung saja, nda usah cubit-cubitan.
No comments:
Post a Comment