Suatu malam yang dingin… aku sendiri… Bang Johnny dan Kak wenda
sedang berlibur ke Batu ( Malang ) bersama dengan Deasy dan Santi,
sedang Winny adik Kak Wenda sedang tidur di rumah temannya, hari itu
Sabtu malam Minggu, jam menunjukkan pukul 6.45 aku ke depan cari pak
Pardi tukang becak yang biasa mangkal di dekat warung rokok. ” Pak,
tolong panggilin Bik Suti tukang pijit donk… badan saya lagi pada pegel…
” kataku minta tolong.
Jam 7.20 kira-kira pintu depan diketok
orang dan bergegas aku keluar… ternyata yang dateng Pak Pardi dengan
cewec muda lumayan cakep bersih orangnya… bengong aku jadinya. ” Dik
Joss… ini anaknya Bik Suti… terpaksa saya bawa karena ibunya sedang
pulang kampung beberapa hari… tapi dia bisa mijit kok… walaupun ngga’
sepinter ibunya. ” kata pak Pardi cepat sebelum aku tanya dan ngomel
karena tidak sesuai dengan perintahku. ” Ya udah langsung masuk aja ”
kataku mempersilahkan. ” Saya balik dulu kepangkalan Dik ” pamit pak
Pardi.
Seperginya pak Pardi langsung tanpa banyak bicara aku
berjalan ke kamarku dan anak Bik Surti langsung mengekor dari belakang. ”
Siapa nama kamu ? ” tanyaku memecah keheningan. ” Diah Mas ” sahutnya
pendek.
Sampai di kamar aku langsung buka kaos… dengan
bertelanjang dada seperti biasa kalo dipijit sama Bik Suti… namun
biasanya aku buka sarung tinggal CD saja… kali ini aku biarkan sarung
tetep nempel pada posisinya karena tengsin aku sama cewec muda ini. ”
Massage creamnya ada di meja belajar ” kataku sambil langsung tiduran
tengkurap.
Tangannya mulai memegang telapak kakiku… terus kebetis…
memijat sambil megurut… sama persis dengan apa yang dilakukan ibunya
padaku. Bik Surti emang sudah langganan sama keluarga Bang Johnny… jadi
aku juga sudah sering mijit sama dia. Tapi walaupun cara mijitnya sama,
namun serasa berbeda… tangan ini lebih halus dan hangat rasanya. ”
Permisi Mas ” katanya membuyarkan lamunanku yang baru mulai berkembang…
sambil benyingkap sarungku lebih tinggi, hingga ke pangkal pahaku.
Pijitannya sudah sampai pada paha… sesekali agak tinggi menyentuh
pangkal pantatku… agak ke tengah… seerrrrr… rasanya ada ngreng… akupun
terus saja memejamkan mata sambil menikmati pijatan danmembayangkan
kalau terjadi hal-hal yang diinginkan. ” Aduh… ” aku setengah menahan
sakit ( pada hal pura-pura ), soalnya biasanya Bik Suti kalo aku
kesakitan malah dicari yang sakit dan dipijat lebih lama sehingga
enakan… eh… betul juga dia melakukan hal yang sama… tapi karena test
tadi aku ucapkan pada saat dia memijit belakang lututku… maka dia
sekarang memijit lebih lama di sana. Wah bisa kalo gitu pikirku… lalu
aku merancang yang lebih dari pilot project ini. ” Jangan dipijit gitu…
sakit diurut saja pake cream ” kataku sambil tak lupa berpura-pura
sakit.
Dia ambil cream dan mulai mengurut serius di situ. Lama
cukup dia mengurut di situ terus sekarang sudah mulai menjalar lagi…
paha… betis… sampe telapak kaki… pas kembali ke paha dan kali ini agak
terlalu dalem… aku langsung teriak tertahan… seakan kena bagian sakit
lagi… ” Mananya Mas ? ” tanyanya. ” Agak daleman dikit ” kataku sambil
memegang tangannya dan membimbing pada posisi yang aku mau… letaknya
persis di pangkal paha tengah pas jadi kalo dipijit-pijit yang kena
bijiku… sengaja aku mengarahkan ke depanan… biar makin pas… lama dia di
situ… ” Kasih cream donk… ” pintaku… pada saat dia ambil cream… satu
tanganku dengan cepat menyingkap CDku supaya meramku keluar dari CD dan
bebas… benar juga pada saat tangannya mengoleskan crean sudah langsung
ke bijiku… aku agak sedikit supaya bijiku mangkin leluasa dan makin
mudah dipijit… ” Ati-ati jangan kena celananya… nanti kena cream semua… ”
kataku pura-pura bingung kalo CDku kena cream padahal mauku supaya dia
membuka lebih lebar CDku… dengan tangannya… beberapa jenak kemudian dia
bilang ” Maaf Mas… CDnya dibuka aja… soalnya nanti kena cream… saya
sudah coba menghindari tapi susah… Masnya pake sarung aja… ” kata dia
mengagetkanku… kaget karena ngga’ nyangka dia bilang gitu. Akupun
berdiri dan melepas CDku… kembali pada posisi semula aku tengkurap… lalu
Diah menyingkap kembali sarungku… hingga ke pantat… aku menahan pada
posisi agak nunging supaya makin luas bidang yang bisa dicapai tangan
Diah.
Benar juga lama dia mengurut… meemas bjiku… sampe aku
sendiri sudah ngga’ karuan rasanya konak banget… ” Agak bawahan dikit… ”
pintaku… dia rogoh makin dalem sampe pangkal batangku kena pegang…
diurutnya dengan agak susah karena dari pangkal batang sampe setengah
diurut semua… ” Mas kalo bisa balik badan… soalnya susah kalo gini ”
pintanya… dengan senang hati aku turuti. Aku berbalik badan dan meriamku
masih tertutup kain sarung… dengan merogoh dia pegang lagi posisi yang
sama. Diurut-urut… sepertinya aku merasa gayanya seperti setengah
ngocok… tapi pikiran dia kayaknya lagi mijit… dengan matanya melihat
sekeliling kamar… ngelamun kali… aku goyangkan pinggul sedikit supaya
tanganya terpeleset ke atas… ternyata berhasil… dia lebih banyak ngurut
meriamku… tiga empat menit berlalu dia kaya’nya ngga’ sadar… tapi
lama-lama aku merasa dia bukan mijit atau ngurut… melainkan benar-benar
ngocok meriamku… walau tidak digenggam… tapi cukup mantap… Aku sengaja
bergerak sambil sedikit menarik ke atas posisi sarungku… sehingga dapat
terlihat sekarang tangannya yang sedang ngocok meriamku… merasa
tangannya tidak lagi tertutup sarung… dia lihat posisi tangannya dan
saat itu seakan baru sadar dia melihat apa yang selama beberapa menit
ini dipijitnya… tapi dia tidak berhenti… matanya mulai ngelirik ke aku.
Denan
tanpa expresi… dia teruskan mengocok… kali ini tangannya lebih
mengenggam… jadi aku pastikan dia memang sengaja… jadi dengan sedikit
ragu… aku letakkan pada pundaknya… saat memijit tadi… posisi dia
berlutut di samping ranjang jadi kalo aku taruh tangan ke samping
langsung jatuh di pundaknya dan langsung aku geser turun ke dadanya dan
dia diam saja… aku remas dadanya… jadi aksi remas dan kocok berjalan
terus beberapa menit… sampai tiba-tiba kepalanya ditundukkan rpanya
tanpa basa basi lagi dia cium Kabagku… terus dilanjutkan dengan
mengulumnya. Dia sadar bahwa dia dan aku telah sama-sama dikuasai
nafsu…. maka tanpa perlu meminta ijin lebih jauh… aku coba untuk membuka
baju atasnya… malah dia mambantunya… sehingga dia telah terbuka
dadanya… BHnyapun telah dia lepas dan dadanya yang besar disorongkan
kearah mulutku… langsung aja aku hisap putingnya…. wow… hangat….
kelapanya lalu direbahkan pada pundakku… sehingga kami seperti setengah
bergumul karena kakinya masih di bawah… kamipun berciuman hangat… lalu
aku bangkt dan mengangkat tubuhnya menaiki ranjang…. ” Kamu mijitnya
lebih enak dari ibu kamu ya ” kataku ngaco… setelah tau dia seperti itu.
” Ngga’ tau Mas… terlanjur kebawa…. ” dia tak melanjutkan kata-katanya.
Aku asyik menciumi sekitar belakang telinga… samping leher… kadang
mendenguskan nafas hangat ke telinganya. Dia sudah tampak merancu dengan
desah dan erangannya yang makin membuatku di awang… Aku bangit dan
memiringkan tubuhnya… kaki kirinya aku letakkan pada pundak kananku…
denganposisi yang agak miring itu aku gesek Kabagku pada gerbang
DuFannya ( Dunia Fantasi )… beberapa saat aku gesek dia mulai mengerang
pelan… kemudian aku tata kepala meriamku pada gerbang DuFan… yang jelas
sekali sudah sangat lembab dan sedikit basar… aku coba tekan… wah… kok
sempit… tapi beberapa kali coba… akirnya berhasil juga mencapai setengah
badan meriam amblas dalam lorong kegelapan… tampaknya di dalam agak
kering… maklum tumitnya kurus kecil… tandanya kalu barangnya cenderung
kering… Erangannya walau perlahan masih terus tanpa henti sedari tadi…
menambah hangat suasana dan seakan irama lautan teduh… terus aja aku
goyang sampe cukup lama sebelum aku akhirnya minta pindah posisi…
Sekarang
kedua kakinya aku pangul di kedua sisi pundakku… ayunan makin ganas
karena posisi yang lebih leluasa… dan lorong kegelapan makin licin…
rupanya dia telah beberapa kali mengeluarkan pelumas… walau bukan
orgasme… ” Kamu sekarang nungging… ” perintahku. Saat Diah nungging… aku
tekan pundaknya ke kasur dan sisa pantatnya aja yang nungging… dengan
sedikit rubah gerak… aku masukkan lagi meriam jagurku… kali ini lebih
sensasional… aku pegangan pada pinggulnya yang cukup gede… dan ayunan
makin bebas terkendali… beberapa kali hampir terlepas… tapi karena
besarnya si Kabagku maka agak sulit juga terlepas secara keseluruhannya…
lelah dengan gaya *****… aku rebahan dan aku suruh dia menaikiku… dia
naik dengan membelakangi aku… pada saat amblasnya batangku kali ini
diiringi dengan nafas tertahannya… kali ini mentok abis… Diah diam
sesaat sambil merenungi nikmat yang terasa. Aku mulai ambil inisiatif
untuk menggoyang… lalu Diahpun ikut bergoyang…. kali ini putarannya
melingkar… enak sekali… yang aku rasakan… lobang yang sempit… hangat…
dan cenderung kering… tiap kali dia berputar pinggul aku merasa ada
sesuatu nabrak kepala meriamku… pasti mentok dan dia pasti ngga’ akan
lama untu mencapai titik orgasme demikian pikirku. Benar saja dugaanku…
Diah tampak kejang keras sambil mengucapkan kata-kata yang tidak jelas
apa maksudnya… cukup lama juga seperti itu… ” Aaaa…duuuuuuu…….uuuuhhh
Mas… lemes kakiku rasanya… aku ngga’ kuat lagi gerak… ” demikian
katanya. Aku coba untuk bangun dan menunggingkannya… lalu aku hajar
lobangnya dengan lebih keras… sampai panas rasanya meriamku… dan
akhirnya aku sudah hampir nga’ bisa lagi menahan…. lalu aku cabut dan
bilang pada Diah ” Diah… kamu menghadap ke sini… buka mulut kamu…. ” dan
rupanya Diah mengerti yang aku mau… dengan lemas dia berbalik badan dan
membuka mulutnya. Karena ketakutan akan tidak keburu… maka aku segera
saja memasukkan meriamku dalam mulutnya yang mungil itu dan aku goyang
maju mundur… beberapa kali dan keluarlah… creeetttt…. creeeee.tttt….
creettt….
Aku jatuh kecapaian… di sampingnya… ” Diah… gimana
barusan ? ” tanyaku memecah keheningan. ” Enak sekali Mas… sampe lemes
kaki saya… udah ngga’ tau berapa kali keluar… kayaknya berendeng
keluarnya ” jawab Diah sambil males-malesan dalam pelukanku. Dan kamipun
tiduran sejenak dalam penat nikmat yang tersisa. Sampai pada…
Aku
terjaga saat merasakan paha kananku ada sesuatu yang merayap… aku coba
walau males… ‘tuk membuka mataku dan… benar-benar terbelalak jadinya…
saat tau apa yang menyentuh pahaku. Dia Winny… adik ipar kakakku…
Johnny… aku sangka dia ada di rumah temennya… dan yang lebih mengagetkan
adalah… dia lihat aku mendekap cewec dan dalam keadaan bugil berdua.
”
Joss… loe gila ya… beraninya ngga’ ada orang masukin cewec… gue
bilangin Bang John… ” katanya dengan mata melotot. ” Hei… Win… denger
dulu… ” kataku sambil mencoba bangkit dari tidurku… saat itu pula Diah
bangun karena dengar suara orang lain di kamar itu… dia berusaha meraih
kain seadanya untuk emutupi tubuh bugilnya sambil bertanya ” Dia siapa
Mas ? ”
” Dia ini Winny… adik ipar kakakku ” jawabku pendek. ”
Jangan gitu donk… masa loe ngga’ kompak ama gue ” jawabku mohon
pengertiannya. ” Iya boleh aja gue ngga’ bilang Abang asal gue boleh
lihat loe berdua main sekali lagi… gimana ? tanyanya. Ach ni anak
pikirku pasti gampang dech kalo udah gini… paling banter ntar dia pasti
ngga’ kuat nahan nafsunya sendiri…. demikian pikirku.” Okey… Diah… yuk
kita tunjukkan pada Winny… apa yang kita baru kerjakan tadi… kita ulang
lagi yuk ” ajakku… ” Mas malu saya nggak bisa… ” aku rada bangun untuk
mencium Diah… ” Udah kamu merem aja dan anggap hanya kita berdua dalam
kamar ini ” kataku menenangkan. Dan akupun mulai merangsang Diah dengan
ciuman lembut… sambil tanganku berusaha meraba bagian-bagian
sensitifnya… beberapa saat berlalu Diah mulai terbawa… dan mendesar
halus…. aku rasakan tangan Winny mencoba meraih batangku dan
meremas-remasnya, sesekali mengocoknya hingga siap tempur.
Setelah
segalanya siap… akupun mulai ambil ancang-ancang untuk memasuki Diah
untuk sesi kedua… pada saat batangku amblas… Diah dan Winnypun seakan
menahan nafas… rupanya Winny telah terlarut dalam pemandangan depan
matanya. Permainanku dengan Diah berlangsung beberapa gaya… dan tanpa
terasa waktu telah menunjukkan pukul 9.47, saat itu Winny telah
telanjang di samping tubuh Diah yang sedang aku tindih… lalu tangan
kirikupun mulai bergerilya ke dada Winny… wah enak sekali… aku pilin
putingnya dan diapun mengerang. Sambil terus menggenjot Diah… aku cium
juga bibir Winny dan pendek kata… pinggangku ke bawah menghabisi Diah
sedang pinggangku ke atas menyerang Winny…. keduanyapun mengerang seru
malam itu… makin keras erangan mereka berdua bersahutan makin nafsu aku
dibuatnya… terakhir sudah tidak kuat lagi menahan gejolak… aku genjot
makin keras si Diah dan diapun mengerang panjang sambil kejang
mendekapku. Saat itu kami orgasme bersamaan… sedang Winny masih belum
mencapai walau hampir… erangan kami berdua membakar nafsunya… segera
saja Winny memerintahku untuk menghisap memeknya sampai keluar… demikian
perintahnya. Akupun langsung memutar badanku untuk mencapai lobang
Winny yang sudah sangat basah tadi…. tapi meriamku tetap tertanam dalam
Diah. Kumainkan lidahku pada gua vertikalnya dan sesekali pada tombol di
atas lobang tersebut sampe Winny mengejang kejang dan…. lemas puas.
Lima
sepuluh menit kami masih rebahan tumpang tindih sampe aku bangkit dan
mencuci peralatanku… lalu kukenakan pakaianku dan kusulut sebatang rokok
sambil ngeloyor kejalanan… mencari pak Pardi. ” Pak… anaknya Bik Suti
ngga’ usah ditunggu pulangnya… dan tolong bilangin orang rumahnya kalo
dia nngga’ pulang karena disuruh nemenin Winny ” alasanku sengaja aku
tidak sebut nama Diah supaya terkesan masih asing buatku. Setelah itu
aku balik lagi ke rumah dan cuci kaki lalu join bobok bertiga… ntar
malem coba aku gerayangi Winny ach… kali-kali aja dapet nyobain rasanya…
pasti asyik dan berarti pula dalam rumah ini ada beberapa stok lobang
yang bisa dipake bergantian… khan asyik kalo butuh ngga’ nunggu
lama-lama.
No comments:
Post a Comment