Linggawati adalah seorang sales marketing sebuah produk yang digunakan
oleh perusahaan tempatku bekerja. Ia minta dipanggil Ling-Ling atau
Aling. Kebetulan aku yang menangani pembelian produk yang dipasarkannya.
Kami baru bertemu kira-kira dua minggu yang lalu ketika dia datang ke
kantor untuk menawarkan produk. Panjang lebar ia menjelaskan dan
meyakinkanku tentang produk yang ditawarkannnya. Akhirnya kami sepakat
untuk membeli produk tersebut dengan garansi, apabila produk tersebut
tidak bagus, maka pembayaran mendapatkan potongan 50% dan pembelian
berikutnya dibatalkan.
Setelah produk tersebut dikirimkan ke lapangan dan diuji coba, maka
supervisor lapangan menyatakan bahwa produk tersebut tidak sesuai dengan
apa yang tertera dalam label sertifikasi. Aku segera menelpon Aling dan
memberitahukannya tentang hasil uji coba di lapangan. Ia sangat
terkejut ketika kuberitahu hasilnya kurang memuaskan. Ia berjanji akan
datang ke kantor untuk membicarakan hal tersebut. Kalaupun hasilnya
kurang bagus ia meminta agar dibuat berita acara hasil uji coba di
lapangan.
Ketika ia datang ke kantor, aku sedang berbicara dengan supervisor
lapangan di telepon. Begitu tahu Aling datang maka kusampaikan agar
Aling langsung berbicara dengan supervisor. Aling tampak penuh percaya
diri ketika berbicara dengan supervisor rekanku. Akhirnya dengan lega
Aling menutup telpon dan meminta masuk ke ruang meeting untuk
memberitahukan hasilnya. Perusahaanku memang bukanlah perusahaan besar
dan aku sendiri tidak mendapat ruangan khusus. Hanya Direksi saja yang
mempunyai ruangan tersendiri.
Kamipun masuk ke ruang meeting untuk mendiskusikan masalah ini.
Pak Anto, ternyata ada kesalahan pemakaian produk saya di lapangan dan
saya sudah memberitahu cara pemakaian yang benar. Mungkin hasilnya akan
dapat dilihat seminggu lagi, katanya membuka pembicaraan.
Oh ya, terima kasih kalau rekan-rekan dilapangan sudah diberitahu cara
pemakaian yang benar. Maaf sudah merepotkan dan menyusahkan Ibu Aling.
Ah tidak apa-apa. Itu sudah menjadi bagian tugas saya kok. Kalau
pelanggan puas kan saya senang juga, katanya sambil menatapku.
Aku balas menatapnya dan sekarang baru kulihat bahwa gadis peranakan
China ini punya pesona tersendiri. Tubuhnya yang langsing, dengan tinggi
kukira sekitar 165 cm, rambutnya panjang terurai sampai di punggungnya,
muka oval, bibir tipis, dada yang kencang dan segar membusung di balik
bajunya dan kulitnya yang, so pasti, kuning mulus. Hanya sayang
hidungnya sedikit mancung ke dalam dan ada sedikit bekas jerawat di
pipinya. Tapi overall nilainya kukira dapat 7,5. Dan stocking hitam
membungkus kakinya yang indah. Degup jantungku agak sedikit kencang
ketika melihat kakinya itu. Ia duduk tepat di depanku dan meskipun ia
duduk dengan merapatkan pahanya, namun pikiranku sudah membayangkan apa
yang ada di balik rok span hijaunya.
Aku tiba-tiba aku tersentak ketika tersadar bahwa kami sedang berbicara di dalam ruang meeting.
Oh.. Sorry, sampai di mana tadi ya? tanyaku tergagap.
Bapak ini melamun terus. Malam minggu masih lama, sekarang baru Selasa.
Begini saja Pak, nanti saya tunggu laporannya minggu depan.
Mudah-mudahan puas dengan produk kami dan bisa menjadi customer kami.
Ya tentu saja, mudah-mudahan saja Ibu
Eh maaf, produk Ibu bisa kami pakai,
Aku sengaja memelesetkannya dan menunggu reaksinya. Ia hanya tersenyum
lebar tanpa mengomentari perkataanku. Akhirnya dia mohon diri untuk
kembali dan melaporkan hasil pertemuan ini pada pimpinannya.
Kurang lebih seminggu kemudian aku mendapat laporan dari lapangan bahwa
ternyata setelah diulang sesuai dengan rekomendasi Aling maka hasilnya
lebih baik jika dibandingkan dengan produk yang lama. Aku segera
menelpon Aling untuk memberitahukan tentang hasil uji coba kali ini,
namun menurut operator di kantornya dia sedang pergi ke Bank. Aku hanya
menitipkan pesan supaya nanti ia menghubungiku. Menjelang sore aku baru
dapat telpon dari Aling.
Pak Anto, tadi telepon ke kantor ya? Sorry tadi aku ke Bank sebentar, katanya.
Iya, tadi telpon mau kasih tahu hasil uji coba produknya.
Bagaimana Pak? Masih ada komplain? Atau puas dengan saya
Maksud saya
produk kami? Tanyanya bertubi-tubi dengan nada penuh ingin tahu dan
yang terakhir tadi aku tidak tahu apakah ia sengaja memelesetkan
kata-kata atau sekedar menggodaku saja.
Excited, the great satisfaction.
Baiklah kalau begitu sudah bisa saya siapkan tagihannya dong.
Ibu ini kalau masalah uang cepatnya bukan main. Bagianku mana? kataku menggodanya.
Benar nih Pak? Beritahu saja rekening Bapak, nanti saya transfer.
Ah nggak, cuma bercanda saja kok.
Beneran juga nggak pa-pa, itu biasa. Toh Bapak juga telah membantu untuk menerima produk kami.
Aku tetap menolak, karena idealismeku yang mengharuskanku untuk menolak pemberian dari rekanan. Akhirnya,
Ya sudah kalau Bapak nggak mau, tapi ijinkan saya atas nama perusahaan
dan kalau nanti malam tidak ada acara kami ingin mengajak Bapak makan
malam.
Oke, kalau urusan makan saya tidak berani menolaknya. Aku memang hobi makan, namun badanku juga tidak terlalu overweight.
Setelah jam kantor akupun langsung menuju ke restoran yang sudah
disepakati. Aku sengaja tidak pulang dulu, takut nggak keburu lagi.
Sampai di restoran kurang lebih jam setengah enam, kulihat Aling sudah
duduk sendirian di meja yang terletak di sudut ruangan.
Selamat malam Bu Aling. Sorry terlambat nih, kataku.
Malam juga, nggak kok. Saya juga baru sampai dan lihat-lihat menu. Pak
Anto mau makan apa. Oh ya, pimpinan saya minta maaf tidak bisa ikut,
beliau titip salam untuk Bapak.
Terserah Ibu saja, saya makan apa saja bisa kok. Satu yang nggak bisa
saya makan hanyalah makanan yang nggak enak. Minumnya saya minta orange
juice.
Baiklah kalau begitu, katanya sambil menulis pesanan kami.
Sambil menunggu pesanan kami mengobrol. Mulanya hanya masalah pekerjaan
berkaitan dengan produk yang kami pakai. Lama kelamaan mulai masuk dalam
pembicaraan yang lebih pribadi. Akhirnya kami saling memanggil nama
saja, toh usia kami tidak berbeda jauh. Usianya hanya setahun lebih muda
dariku. Ternyata ia berasal dari Bangka, dan di Jakarta baru dua tahun.
Akhirnya ia bercerita bahwa sebenarnya ia sudah mempunyai seorang anak
di luar nikah karena kecelakaan, dan sekarang anaknya dititipkan ke
Engkongnya di Bangka. Akupun memberikan empatiku dengan mengatakan bahwa
semua orang punya masa lalu yang mungkin saja tidak baik, namun kalau
kita selalu memandang ke masa lalu maka masa depan yang ada di hadapan
kita akan terlewatkan.
Kami makan dengan cepat. Selesai makan, kamipun keluar restoran dan ia
menawariku untuk mengantarku pulang. Aku memang belum dapat jatah mobil
kantor. Ada satu mobil kantor yang nganggur dan biasa kupakai, tapi
sewaktu-waktu diperlukan aku harus rela naik kendaraan umum. Sore ini
mobil tersebut sedang dipakai ke Tanjung Priok untuk mengawasi pemuatan
barang di kapal.
Sambil menyetir Aling pun mulai bercerita lagi tentang dirinya, Aku
masih muda dan bodoh waktu itu. Ketika kekasihku mengajakku untuk
melakukan hal itupun aku tak bisa menolaknya. Aku hamil setelah
melakukannya beberapa kali. Celakanya Ahin, kekasihku menolak untuk
bertanggungjawab dan memilih pergi ke luar negeri untuk melanjutkan
sekolahnya.
Sudahlah, Ling. Itu masa lalu yang mestinya bisa kau kubur. Tidak ada
seorangpun yang menginginkan hal seperti itu terjadi dalam kehidupannya.
Lagipula sekarang ini di Jakarta orang akan lebih menghargai prestasi
seseorang daripada melihat ke masa lalunya.
Rumah Aling ternyata satu jalur dengan rumahku, rumahnya terlebih dahulu dan empat kilometer kemudian barulah rumahku.
To, kita mampir ke apotik sebentar ya! Ada obat yang akan aku beli.
Kalau nggak keberatan mampir ke rumahku dulu, aku masih ingin ngobrol
denganmu. Sepertinya ngobrol denganmu ada satu sudut pandang tersendiri.
Kamu bisa memberikan rasa percaya diri dan mengomentari sesuatu dari
sudut positifnya, katanya sambil memarkir mobilnya di depan sebuah
apotik.
Aku hanya menunggu di mobil saja, karena Aling melarangku turun, katanya
sebentar saja kok. Ternyata memang hanya sepuluh menit Aling sudah
keluar dari dalam apotik.
Sebentar saja kan? Sekalian Anto jagain mobilku, hi
Hi
hikk, ia tertawa ketika masuk ke dalam mobil.
Jam baru menunjukkan pukul setengah delapan ketika kami sampai di
rumahnya. Sebuah rumah kontrakan yang cukup lumayan untuk seorang gadis
muda sepertinya. Kamar tidurnya ada dua, ruangan tamu yang kecil namun
asri dan dapur dengan gaya minimalis. Aku duduk di sofa ruang tamu.
Sebentar To, aku ganti pakaian dulu. Oh ya, mau minum apa? katanya.
Martini satu gelas dengan es batu, kataku menggodanya.
Ihh, nggak ada lah ya. Emangnya disini bar? katanya serius.
Ya sudah kalau nggak ada. Air es juga sudah cukup kok, kataku sambil tertawa.
Dasar. Emang tukang ngegoda.. Sebentar ya, tiga menit lagi minuman sudah siap, katanya sambil berjalan ke dalam kamarnya.
Setelah berganti pakaian Aling keluar dari kamar dan ke dapur. Tak lama
kemudian iapun kembali ke ruang tamu dengan dua gelas air dingin dari
kulkas. Tanpa menunggu ditawari kuteguk isi gelasku sampai habis. Ia
tersenyum dan berkomentar.
Kasihan. Haus ya? Kalau kurang gelas satunya boleh kau minum lagi!
Cukup kok, tapi biar aja gelas satunya lagi untukku.
Aling mengangsurkan gelasnya di depanku.
Untukmu, katanya.
Lho terus minum kamu mana? tanyaku.
Biar aja. Aku nggak begitu haus. Lagian kan gampang saja entar kalau haus. Di kulkas masih banyak air putih.
Aling duduk di depanku. Ia memakai celana pendek santai dengan kaus
oblong putih tipis yang longgar. BH nya yang berwarna merah tampak jelas
membayang di balik kausnya. Dari bawah lengan kausnya kadang-kadang
bisa terlihat pangkal payudaranya yang padat. Sementara pahanya yang
mulus sering terlihat saat ia mengubah posisi duduknya. Pada saat
pangkal buah dadanya atau paha mulusnya tersingkap tentu saja aku merasa
tertantang, namun aku tidak berani memulai atau membawa pembicaraan
kami agar lebih mengarah. Adik kecilku sudah mulai bereaksi, namun tidak
sampai mendesak celanaku.
Akhirnya kami terhanyut dalam obrolan panjang. Ia yang lebih banyak
mendominasi pembicaraan. Aku hanya mendengarkan saja dan sesekali
mengomentari apa yang diucapkannya. Kelihatannya ia senang ada yang
mendengarkan dan menanggapi keluhannya. Ia sering menatapku dengan
pandangan tajam dan menyiratkan suatu keinginan. Aku masih ragu dengan
situasi ini. Kalaupun terjadi hal-hal yang diinginkan, aku harus yakin
bahwa aku menguasai keadaan.
Setelah jam dinding menunjukkan pukul setengah sembilan akupun minta
diri untuk kembali ke rumahku. Ia hanya menatapku tanpa mengiyakan. Aku
berdiri dan sampai di depan pintu sekali lagi aku berpamitan. Kembali ia
hanya diam saja. Aku kebingungan sendiri. Aku merasa bahwa gadis ini
menginginkan sesuatu, namun aku sendiri tidak yakin dengan perasaanku
sekarang ini. Lagipula ia seorang gadis Chinese mana mungkin menghendaki
diriku yang berkulit coklat agak gelap ini. Aku berjalan ke pintu
pagarnya dan kulihat Aling menutup pintunya. Ketika aku membuka pintu
pagar kulihat bayangan di balik korden jendela. Aku putuskan apa
salahnya mencoba keberuntunganku malam ini. Aku akan kembali masuk ke
dalam rumahnya dan berdalih mengambil sesuatu yang tertinggal.
Belum sempat aku mengetuk pintu, Aling telah membuka pintu dan menarik
tanganku ke dalam rumahnya. Aku tahu saat ini aku tidak bisa mengelak
lagi. Begitu pintu tertutup, maka Aling sudah berada dalam pelukanku.
Kalau aku salah tangkap atas sikapmu maafkan aku dan aku akan pulang, namun
, kataku memancingnya.
Belum selesai aku berbicara, Aling telah mencium pipiku dan membalas memelukku.
Kamu sadar Ling, kemana arah kita ini? tanyaku lagi.
Aku sangat sadar dan menginginkanmu malam ini. Please
Anto, ia mendesah.
Kucium bibir tipisnya dengan lembut. Ia membalasnya dan lama kelamaan
ciuman kami sudah menjadi lumatan yang ganas. Lidahku menerobos masuk ke
dalam ke mulutnya dan menyapu langit-langit mulutnya. Aling menggeliat
dan membalas ciumanku dengan membalas mendorong lidahku. Lidahnya
kusedot dan tanganku mulai bekerja di dadanya. Kuremas dadanya dengan
lembut. Payudaranya masih terasa padat. Jariku menjalar dari dada ke
arah perut terus ke bawah hingga ke pahanya. Kuusap pahanya dari luar
celana pendeknya. Lidahku kini beraksi menggelitik lubang telinganya.
Aling mulai membuka kancing kemejaku satu per satu. Ketika semua kancing
kemejaku sudah terlepas, maka ia mengusap dadaku dan merebahkan
kepalanya. Aku memeluknya sambil berjalan ke kamarnya. Sambil berjalan
kuusap pinggulnya. Tubuhnya padat dan kencang.
Sampai di dalam kamar kusapukan bibirku ke lehernya dan pelan-pelan
bergerak ke bawah sambil menciumi dan menjilati leher mulusnya. Aling
semakin merepatkan tubuhnya ke tubuhku, dadanya yang padat menekan keras
dadaku. Dengan perlahan ia melepas bajuku. Kembali diiusap-usapnya
dadaku dan putingku dijilatinya dengan lembut.
Kusingkapkan kausnya dan kubuka lewat kepalanya. Payudaranya tertutup BH
warna merah yang tampak kontras sekali dengan warna kulitnya. Tangannya
menarik ritsluitingku dan kemudian membuka celana panjangku. Tanganku
pun tak mau kalah membuka celana pendeknya. Aku mendorongnya ke ranjang
dan kutindih tubuhnya. Tanganku bergerak ke punggungnya dan membuka
BH-nya. Dadanya kini terbuka polos di hadapanku. Buah dadanya membulat
cukup besar dan kencang dengan putingnya yang berwarna kemerahan
mengeras dan berdiri tegak.
Muluku menyusuri wajah, bibir dan lehernya. Aling mendorong lidahnya
jauh ke dalam rongga mulutku kemudian memainkan lidahku dengan
menggelitik dan memilinnya. Sesekali lidahku membalas mendorong
lidahnya. Kami saling memilin lidah dan berpagutan ganas hendak
menuntaskan gairah birahi yang semakin meninggi. Tanganku memilin puting
serta meremas payudaranya.
Tanganku bergerak ke bawah dan menarik celana dalamnya. Ia sedikit
mengangkat pantatnya agar memudahkanku melepas celana dalamnya.
Payudaranya yang sebelah kiri kuisap dan kujilati, sementara yang
sebelah kanannya kuremas dengan tangan kiriku. Kulakukan demikian
berganti-ganti. Aling mengerang dan merintih ketika putingnya kugigit.
Kuamati sejenak kulit tangannya dan tanganku. Terasa sangat kontras,
kulitku coklat gelap sementara kulitnya putih mulus khas bangsa Chinese.
Upps
Anto. Ououououhhh
Nghgghhh, Anto ayo teruskan
Ouuhhh
Anto Aling melenguh.
Payudaranya kukulum habis. Aling menggoyang-goyangkan kepalanya menahan
desakan kenikmatan. Kucium lehernya sampai ke tengkuk. Akupun sudah
tidak tahan. Kejantananku sudah mengeras, siap untuk menuntaskan gairah
yang terpendam. Tangannya menurunkan celana dalamku sampai ke paha dan
dengan kakinya ia melepas celana dalamku.
Ia berbisik di telingaku, To, pakai kondom. Ambil di bawah bantal.
Sorry, tapi aku tidak mau kejadian yang dulu terulang lagi. Lain kali
aku akan pakai kontrasepsi lainnya, mungkin kurang nikmat namun kali ini
tidak ada cara lain.
Kuambil kondom di bawah bantalnya dengan muka heran. Ia tersenyum,
Jangan berpikiran yang bukan-bukan. Selama ini aku tidak menyimpan
kondom di rumah, tapi kamu ingat kalau aku tadi singgah ke apotik kan?
Kurobek pembungkusnya dan segera kupasang kondom dengan rapi di penisku
yang sudah sangat keras. Kukocok sebentar untuk meyakinkan ketegangan
penisku. Perlahan kumasukkan kejantananku ke dalam liang kemaluannya.
Ketika kepala penisku sudah melewati bibir guanya maka kudorong dengan
satu hentakan keras sehingga ia melenguh.
Uuuhhh
Anto
Auuw, katanya.
Kudorong kejantananku dengan keras dan penuh tenaga. Kini kejantananku sudah bergerak maju mundur di dalam lorong kenikmatannya.
Kucabut kemaluanku, kutahan dan kukeraskan ototnya kemudian pelan-pelan
kugesekkan dan kemudian kumasukkan kepalanya saja ke bibir guanya yang
lembab dan merah. Aling terpejam menikmati kontraksi kemaluanku pada
bibir kemaluannya.
Hgggk
Ouhhh.. Nikmat To
Dia menjerit tertahan ketika tiba-tiba kusodokkan kemaluanku sampai
mentok ke rahimnya. Kumaju mundurkan dengan pelan setengah batang sampai
lima hitungan kemudian kusodokkan dengan kuat sampai semua batangku
amblas. Aling menggerakkan pinggulnya memutar dan naik turun sehingga
kami sama-sama mengalami kenikmatan yang luar biasa. Kusedot payudaranya
sampai ke pangkalnya dan kumainkan putingnya dengan lidahku.
Aku pernah dengar bahwa kemaluan wanita Chinese lebih basah dan becek
dibandingkan milik wanita Melayu. Ternyata memang benar. Vagina Alingpun
terasa becek dan sangat licin. Kuraih tissue di atas kepala ranjang.
Kucabut kejantananku sesaat dan kulap vaginanya dengan tissue. Aling
kelihatannya tidak suka, namun kubisikkan.
Sorry Ling, terlalu basah. Ditambah dengan memakai kondom, sangat jauh kenikmatan yang kuharapkan.
Iapun mengerti, namun dengan cepat ia meraih kejantananku dan langsung
mengarahkannya pada vaginanya. Pantatnya naik menyambut penisku. Kini
keadannya agak lumayan, meskipun belum sepenuhnya memenuhi keinginanku.
Aku lebih mengandalkan kontraksi penisku untuk menstimulirnya.
Kami sama-sama bergerak untuk mendapatkan kenikmatan. Semakin lama
gerakan kami semakin cepat dan liar. Dalam posisi kemaluanku terbenam
seluruhnya aku menciumi bibir, leher dan payudaranya serta menggerakkan
otot kemaluan. Aling bergetar menggigil menahan kenikmatan. Ia menggigit
dadaku dan tangannya memukul-mukul punggungku seperti histeris.
Auuhkhh
Terus
Teruskan.. Anto.. Nikmat.. Ooh
Kakiku bergerak sehingga kedua kakiku berada dalam posisi di luar kedua
kakinya.. Aku menghentikan kontraksiku dan mulai menggenjot lagi. Aling
seperti seekor kuda betina dari padang gurun. Tubuhnya seakan
melonjak-lonjak dan sukar dikendalikan. Akhirnya tidak ada suara apapun
di dalam kamar itu selain desah napas kami yang memburu beradu dengan
suara paha bertemu dan derit ranjang. Keringat sudah membanjir di tubuh
kami. Kupacu kuda betinaku mendaki lereng terjal kenikmatan. Kami saling
memagut, Aku berjalan ke pintu pagarnya dan kulihat Aling menutup
pintunya. Ketika aku membuka pintu pagar kulihat bayangan di balik
korden jendela. Aku putuskan apa salahnya mencoba keberuntunganku malam
ini. Aku akan kembali masuk ke dalam rumahnya dan berdalih mengambil
sesuatu yang tertinggal.
Belum sempat aku mengetuk pintu, Aling telah membuka pintu dan menarik
tanganku ke dalam rumahnya. Aku tahu saat ini aku tidak bisa mengelak
lagi. Begitu pintu tertutup, maka Aling sudah berada dalam pelukanku.
Kalau aku salah tangkap atas sikapmu maafkan aku dan aku akan pulang, namun
, kataku memancingnya.
Belum selesai aku berbicara, Aling telah mencium pipiku dan membalas memelukku.
Kamu sadar Ling, kemana arah kita ini? tanyaku lagi.
Aku sangat sadar dan menginginkanmu malam ini. Please
Anto, ia mendesah.
Kucium bibir tipisnya dengan lembut. Ia membalasnya dan lama kelamaan
ciuman kami sudah menjadi lumatan yang ganas. Lidahku menerobos masuk ke
dalam ke mulutnya dan menyapu langit-langit mulutnya. Aling menggeliat
dan membalas ciumanku dengan membalas mendorong lidahku. Lidahnya
kusedot dan tanganku mulai bekerja di dadanya. Kuremas dadanya dengan
lembut. Payudaranya masih terasa padat. Jariku menjalar dari dada ke
arah perut terus ke bawah hingga ke pahanya. Kuusap pahanya dari luar
celana pendeknya. Lidahku kini beraksi menggelitik lubang telinganya.
Aling mulai membuka kancing kemejaku satu per satu. Ketika semua kancing
kemejaku sudah terlepas, maka ia mengusap dadaku dan merebahkan
kepalanya. Aku memeluknya sambil berjalan ke kamarnya. Sambil berjalan
kuusap pinggulnya. Tubuhnya padat dan kencang.
Sampai di dalam kamar kusapukan bibirku ke lehernya dan pelan-pelan
bergerak ke bawah sambil menciumi dan menjilati leher mulusnya. Aling
semakin merepatkan tubuhnya ke tubuhku, dadanya yang padat menekan keras
dadaku. Dengan perlahan ia melepas bajuku. Kembali diiusap-usapnya
dadaku dan putingku dijilatinya dengan lembut.
Kusingkapkan kausnya dan kubuka lewat kepalanya. Payudaranya tertutup BH
warna merah yang tampak kontras sekali dengan warna kulitnya. Tangannya
menarik ritsluitingku dan kemudian membuka celana panjangku. Tanganku
pun tak mau kalah membuka celana pendeknya. Aku mendorongnya ke ranjang
dan kutindih tubuhnya. Tanganku bergerak ke punggungnya dan membuka
BH-nya. Dadanya kini terbuka polos di hadapanku. Buah dadanya membulat
cukup besar dan kencang dengan putingnya yang berwarna kemerahan
mengeras dan berdiri tegak.
Muluku menyusuri wajah, bibir dan lehernya. Aling mendorong lidahnya
jauh ke dalam rongga mulutku kemudian memainkan lidahku dengan
menggelitik dan memilinnya. Sesekali lidahku membalas mendorong
lidahnya. Kami saling memilin lidah dan berpagutan ganas hendak
menuntaskan gairah birahi yang semakin meninggi. Tanganku memilin puting
serta meremas payudaranya.
Tanganku bergerak ke bawah dan menarik celana dalamnya. Ia sedikit
mengangkat pantatnya agar memudahkanku melepas celana dalamnya.
Payudaranya yang sebelah kiri kuisap dan kujilati, sementara yang
sebelah kanannya kuremas dengan tangan kiriku. Kulakukan demikian
berganti-ganti. Aling mengerang dan merintih ketika putingnya kugigit.
Kuamati sejenak kulit tangannya dan tanganku. Terasa sangat kontras,
kulitku coklat gelap sementara kulitnya putih mulus khas bangsa Chinese.
Upps
Anto. Ououououhhh
Nghgghhh, Anto ayo teruskan
Ouuhhh
Anto Aling melenguh.
Payudaranya kukulum habis. Aling menggoyang-goyangkan kepalanya menahan
desakan kenikmatan. Kucium lehernya sampai ke tengkuk. Akupun sudah
tidak tahan. Kejantananku sudah mengeras, siap untuk menuntaskan gairah
yang terpendam. Tangannya menurunkan celana dalamku sampai ke paha dan
dengan kakinya ia melepas celana dalamku.
Ia berbisik di telingaku, To, pakai kondom. Ambil di bawah bantal.
Sorry, tapi aku tidak mau kejadian yang dulu terulang lagi. Lain kali
aku akan pakai kontrasepsi lainnya, mungkin kurang nikmat namun kali ini
tidak ada cara lain.
Kuambil kondom di bawah bantalnya dengan muka heran. Ia tersenyum,
Jangan berpikiran yang bukan-bukan. Selama ini aku tidak menyimpan
kondom di rumah, tapi kamu ingat kalau aku tadi singgah ke apotik kan?
Kurobek pembungkusnya dan segera kupasang kondom dengan rapi di penisku
yang sudah sangat keras. Kukocok sebentar untuk meyakinkan ketegangan
penisku. Perlahan kumasukkan kejantananku ke dalam liang kemaluannya.
Ketika kepala penisku sudah melewati bibir guanya maka kudorong dengan
satu hentakan keras sehingga ia melenguh.
Uuuhhh
Anto
Auuw, katanya.
Kudorong kejantananku dengan keras dan penuh tenaga. Kini kejantananku sudah bergerak maju mundur di dalam lorong kenikmatannya.
Kucabut kemaluanku, kutahan dan kukeraskan ototnya kemudian pelan-pelan
kugesekkan dan kemudian kumasukkan kepalanya saja ke bibir guanya yang
lembab dan merah. Aling terpejam menikmati kontraksi kemaluanku pada
bibir kemaluannya.
Hgggk
Ouhhh.. Nikmat To
Dia menjerit tertahan ketika tiba-tiba kusodokkan kemaluanku sampai
mentok ke rahimnya. Kumaju mundurkan dengan pelan setengah batang sampai
lima hitungan kemudian kusodokkan dengan kuat sampai semua batangku
amblas. Aling menggerakkan pinggulnya memutar dan naik turun sehingga
kami sama-sama mengalami kenikmatan yang luar biasa. Kusedot payudaranya
sampai ke pangkalnya dan kumainkan putingnya dengan lidahku.
Aku pernah dengar bahwa kemaluan wanita Chinese lebih basah dan becek
dibandingkan milik wanita Melayu. Ternyata memang benar. Vagina Alingpun
terasa becek dan sangat licin. Kuraih tissue di atas kepala ranjang.
Kucabut kejantananku sesaat dan kulap vaginanya dengan tissue. Aling
kelihatannya tidak suka, namun kubisikkan.
Sorry Ling, terlalu basah. Ditambah dengan memakai kondom, sangat jauh kenikmatan yang kuharapkan.
Iapun mengerti, namun dengan cepat ia meraih kejantananku dan langsung
mengarahkannya pada vaginanya. Pantatnya naik menyambut penisku. Kini
keadannya agak lumayan, meskipun belum sepenuhnya memenuhi keinginanku.
Aku lebih mengandalkan kontraksi penisku untuk menstimulirnya.
Kami sama-sama bergerak untuk mendapatkan kenikmatan. Semakin lama
gerakan kami semakin cepat dan liar. Dalam posisi kemaluanku terbenam
seluruhnya aku menciumi bibir, leher dan payudaranya serta menggerakkan
otot kemaluan. Aling bergetar menggigil menahan kenikmatan. Ia menggigit
dadaku dan tangannya memukul-mukul punggungku seperti histeris.
Auuhkhh
Terus
Teruskan.. Anto.. Nikmat.. Ooh
Kakiku bergerak sehingga kedua kakiku berada dalam posisi di luar kedua
kakinya.. Aku menghentikan kontraksiku dan mulai menggenjot lagi. Aling
seperti seekor kuda betina dari padang gurun. Tubuhnya seakan
melonjak-lonjak dan sukar dikendalikan. Akhirnya tidak ada suara apapun
di dalam kamar itu selain desah napas kami yang memburu beradu dengan
suara paha bertemu dan derit ranjang. Keringat sudah membanjir di tubuh
kami. Kupacu kuda betinaku mendaki lereng terjal kenikmatan. Kami saling
memagut, mencium dan menjilati bagian tubuh pasangan kami.
Kubuka lagi kedua kakinya, kini kakinya yang membelit pinggangku.
Matanya terpejam dan mulutnya setengah terbuka seperti ikan di dalam
kolam yang kering. Badannya menggantung di tubuhku. Kini aku siap untuk
menembakkan peluruku.
To
Anto, sebentar lagi Anto
Aku mau sampai.
Ling Ouh
Akupun juga sayang, kita sama-sama
Sekarang To sekarang
Ouuhhh
Aku merasakan aliran yang kuat menerjang keluar dari lubang
kejantananku. Aku mengejang ketika aliran kepuasan tersebut membersit
keluar.
Anto
Agghhh kakinya menjepit kakiku dan mengejang sehingga
kejantananku seperti tertarik mau keluar dari vaginanya. Aku tetap
menekan pinggulku menahan agar penisku tetap berada dalam vaginanya.
Matanya terpejam, tangannya meremas rambutku, mulutnya mengerang
menyebut namaku. Kemaluan kami masih saling berdenyut sampai beberapa
detik. Setelah beberapa saat kemudian keadaan menjadi sunyi menyusul
napas kami yang mulai teratur.
Kami saling membersihkan diri di bawah shower. Ketika kembali ke kamar
ia memintaku untuk menginap di rumahnya saja. Akupun menyanggupinya,
sudah terlanjur basah jadi biar basah sekalian. Toh besok pagi-pagi
masih bisa mandi basah.
Kami tidur berdampingan. Kepalanya disandarkan di bahuku. Berkali-kali ia mengecup pipi dan bibirku.
Thanks untuk malam ini Anto. Aku masih menginginkannya lagi.
Kamu sering melakukannya Ling? Aku bertanya asal saja. Aku tidak
peduli dengan jawabannya, bahkan jika ia tadi siangpun baru bersetubuh
dengan orang lain.
Jujur saja, sejak di Jakarta aku pernah beberapa kali melakukannya
dengan pria Chinese. Namun kali ini luar biasa. Baru sekali ini aku
melakukannya dengan pria Melayu.
Ok, aku akan memuaskanmu malam ini. Kita istirahat dulu sebentar. Satu
hal yang perlu diingat, bahwa kita, atau saya khususnya, melakukan ini
just for fun. Tidak ada komitmen atau ikatan apapun.
Aling hanya diam saja tanpa mengeluarkan komentar.
Ling-ling, kamu tahu artinya kata lingga? tanyaku.
Nggak tuh.
Lingga dalam bahasa Sanskerta artinya adalah penis. Pantas saja penisku ingin merasakannya.
Jahat kamu. Akkhh, jahat sekali kamu! Ia memukul dan mencubitku.
Kami masih ngobrol sampai setengah jam kemudian ketika mulutnya mulai
menciumi dan menyusuri leherku. Ia menindihku dan menciumku dengan
ganas.
Anto
Please, lagi.. Yuk.
Mulutnya terus bergerak ke bawah dan tahu-tahu Aling menjilati batang
kejantananku dan mengisap buah zakarku. Kupalingkan mukaku ke samping
untuk menahan rangsangan dan kugigit ujung bantal.
Tiba-tiba secara refleks meriamku mengencang hingga hampir merapat di
permukaan perutku ketika lidah Aling mulai menjilat kepalanya.
Kukencangkan otot perutku sehingga meriamku juga ikut bergerak dan
berdenyut-denyut.
Hmmm
Keras dan berdenyut. Pantas saja luar biasa nikmatnya, komentar Aling sambil terus melakukan aktivitasnya.
Kuangkat kepalaku dan kulihat Aling sedang asyik menjilat, menghisap dan
mengulum meriamku. Kadang-kadang ia melihat ke arahku dan tersenyum. Ia
memutar badannya sehingga kami dalam posisi 69. Ia semakin lincah
menjilat dan memainkan penisku. Rambut kemaluannya tidak terlalu lebat.
Bibir vaginanya kubuka dengan jariku. Terlihat bagian dalam vaginanya
yang kemerahan. Sementara itu lidahku mulai menyusup di celah guanya,
menjilati dinding dan klitorisnya. Ia terpekik ketika lidahku menekan
keras klitorisnya dan ia semakin liar mengisap penisku. Dinding
vaginanya mulai berair sehingga menimbulkan aroma khas yang segar.
Kujilati lendirnya, terasa agak asin dan lengket. Kujepit klitorisnya
dengan bibirku. Ia menggeliat liar dan menjepit kepalaku dengan pahanya.
Isapannya pada penisku juga semakin kuat sehingga akupun juga harus
menahan agar aku tidak kalah dalam pertarungan ini.
Aling melepaskan kepalanya dari selangkanganku memutar badannya.
Bibirnya menyambar bibirku. Kubalas dengan ganas dan kusapukan lidahku
pada bibir dan masuk dalam rongga mulutnya. Lidah kami kemudian saling
memilin dan mengisap. Tanganku mengembara ke selangkangannya dan
kemudian jari tengahku masuk menerobos liang kenikmatannya sampai
menemukan tonjolan kecil di dinding atasnya. Aling meremas dan mengocok
meriamku. Meriamku semakin tegang dan keras. Kami saling memberikan
stimulasi.
Ouououhhkkk Anto
Nikmat sekali
Puaskan aku sekali lagi, ia memohon dengan suara tertahan.
Kemudian tangannya mengurut dan menggenggam erat meriamku. Tangannya
kemudian mengambil kondom, membuka bungkusnya dan kemudian memasangnya
pada penisku.
Sorry To, namun ini harus kulakukan, katanya sambil menatapku lembut.
Aku hanya mengangguk saja. Tak lama kemudian kondom sudah terpasang
sempurna di penisku. Ia meraih tissue dan kini ia sendiri yang mengelap
vaginanya.
Kurasakan pantat dan pinggul Aling bergoyang menggesek meriamku. Dan
tanpa kesulitan kemudian kepala meriamku masuk ke dalam gua
kenikmatannya.
Akhhh
Anto ayo kita sama-sama nikmati
Oukkkhhh.
Kujilati lehernya dan bahunya. Ia terus menggoyangkan pantatnya sehingga
sedikit demi sedikit makin masuk dan akhirnya semua batang meriamku
sudah terbenam dalam guanya.
Aling bergerak naik turun untuk mendapatkan kenikmatan. Pantatnya
bergerak maju mundur. Gerakannya berubah dari perlahan menjadi cepat dan
semakin cepat sampai akhirnya dia berhenti karena kelelahan. Ia
mengubah gerakannya menjadi ke kanan ke kiri dan berputar-putar.
Pantatnya naik agak tinggi sehingga hanya kepala meriamku berada di
bibir guanya dan bibir guanya kemudian berkontraksi mengurut kepala
meriamku.
Tidak terlalu kuat kontraksi otot vaginanya, hanya sedikit terasa
meremas batang kemaluanku. Kemudian ia menggesek-gesekkan bibir guanya
pada kepala meriamku sampai beberapa kali dan kemudian dengan cepat ia
menurunkan pantatnya hingga seluruh batang meriamku tenggelam
seluruhnya. Ketika batang meriamku terbenam seluruhnya badannya bergetar
dan kepalanya bergoyang ke kanan dan kekiri. Napasnya terputus-putus.
Kuisap putingnya yang sudah keras. Buah dadanya yang bulat dan padat
terasa sangat nikmat di mulutku. Putingnya yang kemerahan tidak begitu
besar namun sudah mengeras. Gerakannya semakin liar dan cepat. Tanganku
memeluk punggungnya dengan erat sehingga tubuh kami merapat total. Ia
juga memeluk diriku rapat-rapat. Kini gerakannya pelan namun sangat
terasa. Pantatnya naik ke atas sampai kemaluanku hampir terlepas,
tinggal ujung kepalanya yang berada di bibir vaginanya, dan ia
menurunkan pinggulnya dengan cepat dan kusambut dengan gerakan pantatku
ke atas. Kembali meriamku menembus guanya. Ia merinding dan menggelepar.
Tangannya meremas rambutku dan mencakar punggungku, punggungnya
melengkung menahan kenikmatan. Mulutnya merintih dengan kata-kata yang
tidak jelas dan mengerang keras.
Anto
Ouhh Anto, aku mau dapat, aku tidak tahan mau kelu
ar, desahnya.
Sshhh
Shhh
Anto sekarang ouhhh
Aku dapat lagi
Sampai
ia memekik. Tubuhnya
mengeras, merapat di atasku dan kakinya membelit betisku. Pantatnya
ditekan ke bawah dengan keras dan vaginanya menjadi sangat basah hingga
terasa licin.
Tubuh Aling mulai melemas. Keringatnya menitik di sekujur pori-porinya.
Kemaluanku yang masih menegang tetap dibiarkan di dalam vaginanya.
Terima kasih jantanku. Kau sungguh hebat sekali. Aku puas dengan
permainanmu. Berikan aku istirahat sebentar, lalu kita arungi lagi
lautan ini
, ia berbisik di telingaku.
Kusambar bibirnya dengan bibirku dan kugulingkan ke samping. Penisku
yang memang belum menuntaskan kewajiannya tentu saja masih keras.
Sebentar sayang, biarkan aku istirahat sebentar saja
Aku tidak menghiraukannya. Kugenjot vaginanya sampai menimbulkan suara
berdecak yang sangat merangsang. Ia diam saja menerima genjotanku,
mungkin ia masih perlu beristirahat sebentar lagi.
Vaginanya terasa sangat licin dan ditambah lagi kondisi otot vaginanya
yang sudah kendor tidak terlatih, maka ronde ini juga tidak memberikan
kenikmatan yang maksimal. Kucabut penisku dan kuambil tissue lagi untuk
mengelap vaginanya supaya agak kering. Aku naik lagi ke atas tubuhnya.
Kembali kuarahkan moncong meriamku ke sasaran. Kudorong pelan, meleset
sampai beberapa kali. Kuangkat kedua kakinya dan kurenggangkan pahanya.
Dengan tenaga penuh kudorong pantatku. Kini berhasil, dan langsung
kugenjot dengan tempo perlahan saja. Lumayan, dalam keadaan dinding
vagina kering begini baru bisa terasa nikmat.
Aling kembali bangkit nafsunya setelah beberapa menit beristirahat.
Iapun kemudian mengimbangi permainanku dengan gerakan pinggulnya.
Kuganjal pantatnya dengan bantal sehingga kemaluannya agak naik. Kami
berciuman dengan penuh gairah. Kaki kami saling menjepit dengan posisi
silang, kakiku menjepit kaki kirinya dan kakinya juga menjepit kaki
kiriku. Dalam posisi seperti ini dengan gerakan yang minimal dapat
memberikan kenikmatan optimal, sehingga sangat menghemat tenaga.
Kami makin terbuai dengan gerakan masing-masing. Kini kedua kakinya
menjepit kakiku. Ia memutar-mutar pinggul dan membuat gerakan naik
turun. Aku meremas, memilin serta mengisap payudaranya. Kami bisa saling
memberikan kenikmatan.
Ouh.. Achch
Mmmhh
Ngngngnhhhk Aling mendesah tertahan.
Kugenjot pinggulku naik turun dengan irama tertentu. Kadang cepat kadang
sangat lambat. Setiap gerakanku kubuat pinggulku naik agak tinggi
sehingga penisku terlepas dari vaginanya, lalu kutekan lagi. Setiap
penisku dalam posisi masuk, menggesek bibir vaginanya ia terpekik kecil.
Kakinya bergerak dan kedua kakinya kujepit dengan kedua kakiku. Dalam
posisi begini aku hanya menarik penisku setengah batang saja saja karena
kalau sampai tercabut keluar susah untuk memasukkannya lagi. Namun
keuntungannya jepitan vaginanya jadi sangat terasa.
Kami mengubah posisi lagi, kembali dalam posisi konvensional. Kedua
kakinya kuangkat ke atas bahuku, lututnya menempel pada perutnya. Dengan
bertumpu pada tangan kubiarkan tubuhku melayang tanpa menempel pada
tubuhnya. Hanya kemaluan kami saja yang saling berpaut.
Anto
Ouhh nikmat sekali, hebat sekali permainanmu
Kuperkirakan sudah setengah jam kami bercinta, tenaga sudah mulai
berkurang sehingga kuputuskan untuk segera mencapai puncak. Kupercepat
gerakanku dan gerakannya juga semakin liar.
Ke atas sedikit Anto
Ya
Ya
Yeassh
Oooh, pintanya. Kuturuti
permintaannya. Aku menggeser tubuhku, sehingga penisku menggesek bagian
atas vaginanya. Gesekan penisku dengan klitorisnya membuatnya merasa
sangat nikmat. Bunyi deritan ranjang, erangan, bunyi selangkangan dan
paha beradu seakan-akan berlomba. Tubuh kami sudah basah oleh keringat
yang membanjir. Dinginnya udara kamar tak terasa lagi. Kurasakan ada
aliran yang menjalar dalam penisku. Inilah saatnya akan kuakhiri
permainan ini. Aling terengah-engah menikmati kenikmatan yang
dirasakannya.
Aling
Ling sebentar lagi aku mau keluar
Gerakanku semakin cepat hingga seakan-akan tubuhku melayang. Lututku mulai sakit.
Ayolah Anto aku juga mmmau kkkel
Uar. Kita sama-sama sam
Pai.
Ketika kurasakan aliran pada penisku tak tertahankan lagi maka
kurapatkan tubuhku ke tubuhnya dan kulepaskan kakinya dari atas bahuku.
Kakinya mengangkang lebar. Dalam posisi konvensional kuhunjamkan
pantatku kuat-kuat sambil memekik tertahan.
Aling
Ling-ling
Ouh
Sekarang
Sekarang aku keluar.
Ouh Anto aku
Juga
Keluar.
Kakinya membelit kakiku, kepalanya mendongak dan pantatnya diangkat.
Kurasakan denyutan dalam vaginanya sangat kuat. Kutembakkan laharku
sampai beberapa kali. Giginya dibenamkan dalam-dalam di dadaku sampai
terasa pedih dan meninggalkan bekas merah. Napas kami masih
tersengal-sengal, kucabut penisku dan menggelosor di sampingnya.
Tangannya memeluk lenganku dan jarinya meremas jariku. Kami masih
berpelukan dengan keringat yang membanjir.
Ling
Hmmh
Sepertinya kamu harus melatih otot vaginamu dengan senam Kegel.
Apa itu?
Kujelaskan cara melatih otot PC dengan senam Kegel untuk meningkatkan
kualitas hubungan intim. Iapun lalu mencoba dan tertawa ketika kusuruh
ia memasukkan jarinya ke dalam vaginanya dan meremas dengan otot PC nya.
Boleh juga pengetahuanmu tentang ini. Tentunya pengalamanmu dengan wanita juga sudah banyak.
Hmmh, ini lagi, aku paling tidak suka melewati pertanyaan ini setiap
kali kujelaskan kepada wanita yang kutiduri tentang pengetahuan dan
teknik bercinta.
Pagi harinya kami masih sempat melakukannya sekali lagi dengan tempo
yang pelan. Setelah mandi dan berpakaian kerja, Aling mengantarku ke
rumah agar aku berganti pakaian. Selanjutnya ia mengantarku sampai ke
kantor. Untung masih pagi sehingga belum ada orang di kantor yang
melihatku turun dari mobilnya.
Kami masih berhubungan sampai beberapa bulan kemudian. Aling melakukan
pengamanan dengan kontrasepsi suntik. Iapun juga melatih otot PC nya
sehingga lama kelamaan kualitas hubungan intim kamipun semakin
meningkat. Ia selalu tersenyum puas ketika kuhentakkan pantatku untuk
mengakhiri permainan. Lendir dalam vaginanya juga sudah berkurang karena
kusarankan ia minum jamu tradisional.
Namun kemudian lama-kelamaan kami mulai mengurangi frekuensi pertemuan.
Ia takut kalau nantinya hubungan kami menjadi serius dan ia justru tidak
bisa melupakanku. Ia sebenarnya mau saja untuk menikah dengan pria
pribumi, namun aku sendiri yang belum ingin terikat. Lagipula
bagaimanapun juga ia sudah memiliki seorang anak. Saat terakhir kami
bertemu, kami melakukannya di sebuah cottage di Ancol. Dua hari dua
malam kami melampiaskan gairah kami.
Setahun kemudian ia menelponku untuk memberitahukan bahwa ia akan
menikah dengan seorang pria Chinese pilihannya. Ia mengucapkan terima
kasih untuk pengalaman dan kenangan bersamaku. Calon suaminya sudah
merasakan permainannya di atas ranjang dan mendapatkan kenikmatan serta
sensasi yang luar biasa, katanya.
No comments:
Post a Comment