Saturday 26 May 2018

Cerita Jeng Rahmi #1 Memuaskan Teman Anakku

Namaku Rahmi – lengkapnya Siti Surahmini – lahir di S***g sekitar 46 tahun lalu. Status saat ini janda cerai. Mantan suamiku Indo yang lahir di Belanda. Kami menikah saat aku berusia 20 tahun.
Aku dikaruniai anak perempuan – sekarang berumur 25 tahun, tinggal bersama bapaknya di Amsterdam untuk alasan pendidikan dan kehidupan yang lebih baik. Dua tahun sekali kami bertemu. Entah di Jakarta atau aku yang ke Belanda.
Oke. Untuk tidak berpanjang lebar. Ini ceritaku bagaimana aku memuaskan kawan anakku.
Ini terjadi saat Fira anakku yang saat itu berusia 18 th duduk di kelas 3 Smu. Sudah kebiasaan kalo rumahku di bilangan Karet Cassablanca menjadi tempat kumpul kawan-kawan Fira – apalagi menjelang ujian. Seperti saat itu sebelum UN.
Saat itu Fira dan 5 orang kawannya – 3 cewek dan 2 cowok datang untuk belajar di ruang keluarga kami yang cukup luas. Kawan cowok Fira keren-keren, maklum anak orang-orang berkedudukan dan kaya. Satu yang menarik perhatianku adalah Robert – yang dipanggil Obet Kuda (aku baru tahu kenapa ada embel-embel kuda beberapa waktu kemudian).
Obet adalah anak pejabat teras DKI – keturunan Maluku-Jawa-Sunda. Tinggi langsing berkulit coklat gelap, tidak begitu cakep. Dia sering mencuri-curi pandang ke arahku jika berkunjung ke rumah ini. Itu dilakukan sejak pertama kali dia ke rumah sekitar setahun lalu.
Siang itu – karena sedang panas di Jakarta – anak-anak itu kemudian bergeser belajar di teras belakang yang teduh dan berangin. Aku – karena kebiasaan kalo sedang panas – menggunakan T-shirt sedikit longgar dan jeans pendek. Aku tidak berpikir kalau akan mengganggu kawan-kawan cowok anakku – toh mereka sudah biasa bertemu.
Seperti biasa aku membawakan mereka minuman dan cemilan. Pada waktu aku menunduk meletakkan baki, T-shirt ku yang memang agak longgar sedikit membuka di bagian leher dan Obet melihat hal itu. Tadinya aku tidak sadar dan cuek saja. Tapi setelah dua kali aku bolak-balik, aku menangkap mata Obet menatap bungkahan payudaraku yang tersingkap dari lubang leher T-shirtku. Dia memalingkan wajah begitu dia tahu aku memergokinya. Malu nampaknya.
Beberapa menit kemudian, ketika aku ada perlu ke dapur aku berpapasan dengan Obet.
“maaf tante. Mau ke toilet. Yang di dalam di pakai Novi (kawan anakku yang lain – pen)”
“Oh ya. Silakan. Pake aja yang dekat dapur itu” kataku sambil melirik kea rah toilet.
Toilet itu adalah toilet pembantu yang kamarnya menjorok ke dalam di dekatnya. Pintunya agak sedikit keropos di beberapa bagian – sebenarnya harus diperbaiki segera – dan pada arah tertentu kita bias melihat beberapa sudut dalam toilet.
Sekitar satu menit aku berada di dapur aku tersadar ada suara-suara seperti kecipak ritmis dari toilet sebelah. Aku tahu itu adalah Obet. Karena penasaran aku hampiri toilet itu dan menempatkan diri dekat kamar pembantuku yang kebetulan aku suruh belanja siang itu.
Astaga….dari celah pintu toilet yang keropos aku bisa melihat Obet memepermainkan p**s-nya – sedang masturbasi. Yang membuatku terbelalak adalah ukuran p**s-nya yang extra untuk ukuran badan dan usia dia – dan baru tahu aku kenama dia dijuluki KUDA. Hampir seukuran suamiku. Dan yang makin mengejutkan adalah racauannya yang memanggil namaku sambil bermasturbasi…..astaga anak itu membayangkan aku…..
“uuuuggghhhhh…..tante Ami…..yeeeaaaccchhhhh….kocok p**s saya…… uuuccchhhh ……. Tetek tante tadi membuat saya ngacengggghhhhhhhh…. Ooooohhhh…tante…. Saya pengin tante emuttttttcccchhhhhh……” demikian racaunya.
Rupanya pemandangan yang tidak sengaja aku suguhkan tadi merangsang dia.
Ada sekitar 3 menit kemudian Obet mempercepat kocokannya dan keluarlah cairan kenikmatannya…astagaaaa….banyak dan kental juga. Aku yang terus mengintip pun tersadar kalau miss V juga berkeringat…
Cepat aku kembali ke dapur.
“eh…tante Ami masih di sini,” katanya
“iya Bet, nunggu si Nah pulang belanja,” kataku.
“eh ya….permisi ke luar tante,” katanya ngeloyor ke teras.
“eh…sebentar Bet. Ada yang mau tante bicarakan,” kataku menahannya
“eeeeehhhh…so…soal apa ya tan?” memerah mukanya
“mmm…soal tadi,” kataku menggoda dia
“tadi yang mana ya tan?” katanya pura-pura bego
Aku mendekati dia sambil berkata, “yang di teras….waktu tante memberi kacang…kamu lihat apa hayo,” kataku sembari menyentuh hidungnya.
“ehhhh…emmm…eeee…itu tan…eeee,” katanya tidak jelas…..
Aku yang sudah “keringatan” miss V-ku makin menggoda dia. Aku pegang tangannya dan aku bawa ke dadaku yang masih dibungkus T-shirt dan push-up Bra.
“ini ya,” sambil meletakkan telapak tangannya ke dada. Aku remaskan sedikit.
“ehhh tan….mmm,” dia kaget dan berusaha menarik tangannya sambil matanya melirik keluar lewat pintu dapur ke arah teras.
“dan ini Bet….kamu mainin ini waktu di toilet kan,” kataku sambil tangan kananku meraba bagian depan celannya.
“tante denger koq dari luar….apalagi kamu sebut nama tante,’ kataku sengaja menutupi kejadian di mana aku mengintipnya.
“ehhhh….tante…maaffffiiiinn Obettthhhh,” katanya lirih seakan menahan sesuatu.
P**s yang aku pegang seketika berkembang..membengkak dan membesar…akupun semakin terkesiap. Besar juga birahi anak ini. Apa karena dia keturunan Maluku ya…. Ya ampun apa yang aku lakukan batinku.
Kepalang tanggung…apalagi aku juga menikmati upayaku menggoda anak ini. Maka aku makin dekatkan mulutku ke cuping telinganya setengah berbisik.
“ Beth…kamu mau tante puaskan,” kataku setengah berbisik.
“ehh..iiiiyyyaaahhhh, tanthhh,” katanya lirih menahan hasrat.
“oke…kalo gitu…besok kamu datang aja jam 11an…kebetulan Fira besok pulang sore karena harus les,” kataku sambil tetap meraba tonjolan depan celananya.
“sekarang…kembali ke kawan-kawanmu sana. Nanti mereka curiga,” kataku sambil mengecup ringan cuping telinganya.
Aku tinggal Obet…terpaku dengan gemetaran. Aku tersenyum.
Singkat cerita…..
Keesokan harinya, seperti yang kukatakan pada Obet, dia datang sekitar jam 11.00 kurang setengah jam malah. Sudah gak sabar rupanya.
Pagi itu aku sudah persiapkan segalamnya. Fira les dan pembantuku aku liburkan karena ini weekend. Praktis aku sendirian di rumah. So aku pakai tank-topku yang paling hot no-bra dengan jeans pendek yang nyaris tidak menutup bongkahan pantatku.
“Hai Bet, masuk,” kataku menyambut ketukan di pintu. Obet masuk dan aku memastikan bahwa pintu pagar sudah aku kunci, maka aku masuk ke rumah sambil menutup pintu ruang tamu.
“minum apa sayang. Jakarta panas hari ini,” kataku menggandeng dia ke ruang keluarga.
“eeehhh, apa saja dech tante…pasti enak kalo tante yang bikin,” katanya mencoba melucu menghilangkan nervous.
Obet duduk di sofa keluarga kami menghadap TV yang masih menyala ketika aku tinggal tadi. Aku ke dapur membuatkan minuman dan menyiapkan camilan.
“gimana kabarmu hari ini,” kataku berbasa-basi sambil menghantar minuman dan camilan. Aku menunduk di meja depan sofa. Dan karena posisiku itu bagian leher tanktop agak membuka dan aku yakin dari posisi Obet dia bisa melihat seluruh payudaraku yang menggantung dari bukaan tanktop itu.
“ehhhmm, baik Tan,” katanya menelan ludah sambil memperbaiki posisi duduk. Aku sengaja sedikit lama menunduk sambil melirik sekilas tonjolan di celananya. Wow…cepat sekali sepaning anak ini…atau karena masih muda ya jadi gampang naik.
“silakan lho, diminum dan dimakan. Sebentar tante ngembaliin baki dulu,” kataku kemudian
Aku kembali dari dapur dan duduk di samping Obet yang sedang nonton TV.
“ada acara yang bagus?’ tanyaku.
“ndak ada tante. Paling cuma gossip dan sinetron siang,” katanya menjelajah chanel dengan remote.
‘coba lihat Fashion Show,” kataku memberi saran sambil memegang remote yang dia genggam. TV di rumah memang menggunakan TV berlangganan.
“ehhh, iya tan, ini,” katanya
Sekejap layar beralih pada acara fashion yang kebetulan menampilkan acara behind stage. Para peragawati di balik panggung masing-masing saling berganti-ganti pakaian. Jelas dalam chanel luar seperti itu tidak ada sensor untuk adegan semacam ini. Aku melirik Obet yang terpaku pada layar. Napasnya berat. Nampaknya jarang sekali dia melihat tubuh perempuan setengah terbuka atau terbuka penuh.
Bagian depan celananya menonjol. Dan dia berulang kali mengubah posisi kakinya.
“kenapa Bet, koq gelisah,” kataku pura-pura bego
“ehhh ndak papa Tan, eeeehhhh itu peragawatinya cantik-cantik,” katanya
“cantikan mana sama pacarmu,” kataku menggodanya
“saya belum punya pacar Tan,” katanya melihatku sekilas.
“ah masak sih, anak sekeren kamu ndak punya pacar,” kataku sambil mengelus-elus lengan bawahnya.
“ehhh…betul Tan,” katanya. Aku bisa rasakan bulu tangannya meremang.
“berarti belum pernah dicium perempuan dong selain mama atau keluarga,” godaku
“be..belum Tan. Ini aja baru kali ini di rumah tante lihat tubuh perempuan,” dia nyengir menahan nervous.
“oooo, pantesannnn, kamu ndak berkedip waktu melirik tetek tante,” kataku sambil satu tanganku meraba payudaraku dari luar tanktop, menggoda dia
“yaaa,,,ehhh, be..belum tan,” katanya sedikit gemetar.
“ya apa belum,” godaku. Aku sendiri sudah sedikit “berkeringat” di bawahku
“i..iya tan. Ha ha bis punya tente kelihatannya bagus,” katanya sedikit berani
“bagus ya? Pantes ini kamu makin besar saja,” kataku sambil mengelus-elus bagian depan celananya.
‘ooohhhhh tannnnn, geliiiii,” katanya langsung menyandarkan diri ke sofa.
“tante buka ya Bet,” kataku sudah nggak tahan ingin melihat barangnya secara langsung.
Obet ternyata tidak memakai CD alih-alih dia memakai boxer. Segera, aku rogoh p**s di balik boxernya...woooowwwww.....benar-benar ekstra untuk anak seusia dia....p**s-nya gemuk dan sedikit lebih panjang dibanding mantan suamiku....
Tak sabar aku segera mengelus-elus barang itu..semakin keras rasanya di tanganku. Aku beri sedikit ludahku untuk melancarkan kocokanku. Dan semakin ritmis aku kocok Obet semakin mengerang... hampir tiga menit dan Obet belum menunjukkan tanda-tanda akan ejac...kuat juga ternyata anak ini... Maka kau putuskan untuk semakin menggoda-nya. Aku turunkan lengan tanktopku sehingga payudaraku terpampang separuh...berkedut p**s Obet terasa di tanganku..semakin ritmis aku mengocoknya... dua menit kemudian aku merasa bahwa harus diserang dengan lebih ganas p**s anak muda ini...
“ooouuccchhhh Tan.....Obetttthhhh ngillluuuu,” rintihnya nyaris tak bersuara
Aku segera mendekatkan mulutku dan menjilat barangnya. Semakin berkedut barang itu dan akupun semakin dibakar birahi untuk merasakan mengulum p**s anak muda ini. Maka aku rapatkan mulutku pada batang itu.
“aaauuuuuccchhhhhhhhhhh.....enaaakkk Tannnnnnnnnnnnh,” erang Obet semakin menjadi
Satu menit kira-kira aku kulum, hisap dan kukocok bergantian. Akhirnya dengan lenguhan panjang kedut-kedut batang p**s Obet mengeluarkan air maninya. “aaaarrrrrrrcccccccccccccchhhhhhhhhhhh.......Tannnnnnnnnnnnnnnn, ….....Obethhhhhh dapetttttttttttttttttt,” Tangannya menahan kepalaku di p**s-nya.
Segera aku hisap sampai tuntas. Aku ndak mau meneteskan dan memberi bekas pada karpet ruang keluarga ini. Banyak juga air mani anak muda ini...aku terkejut bahwa setelah kemarin dia menumpahkan di kamar mandi, masih banyak juga yang tersisa untuk ku siang ini.
Untuk beberapa saat Obet tergolek lemas dengan celana dan boxer teronggok di kakinya.
Beberapa saat kemudia dia ijin membersihkan diri ke toilet. Demikian juga aku.
Aku sudah selesai dengan membereskan sisa-sia pertumpahan mani Obet ketika Fira anakkua muncul di ruang tamu.
“Mama, ada Obet ya. Itu motornya di garasi. Kenapa pintu gerbang mama kunci,” cerocosnya sambil melepas sepatu
“Iya, itu anaknya lagi di toilet. Gerbang mama kunci karena takut ada apa-apa dengan motor Obet,” kataku lega karena aku beberes tepat waktu.
---- the end ----

No comments:

Post a Comment