Saturday 26 May 2018

Cerita Jeng Rahmi #4: Kisah Bimo

Mungkin aku lebih suka terhadap perempuan yang lebih tua dari pada yang seusia denganku.*Penampilan yang menggairahkan dan kelembutan mereka senantiasa membuat aku menoleh.*
Aku saat ini 23 tahun, Dari semenjak remaja, aku diajarkan untuk menghormati perempuan.*Aku dibesarkan oleh ibuku setelah ayah meninggal, dan dia pula yang menanamkan rasa hormat kepada perempuan dalam diriku.*Itu saja, aku pikir itulah mengapa aku cenderung untuk memperhatikan perempuan yang lebih tua.*Sebagian besar dari hidupku, aku lebih banyak berkencan dengan perempuan yang lebih tua.*Perbedaan usia mereka denganku bervariasi tergantung pada kepribadian mereka, tetapi sebagian besar berada di kisaran 5 sampai 10 tahun lebih tua.*
Itulah sebabnya mengapa tetangga baruku, janda berusia 49, benar-benar mulai mengganggu imajinasiku.*Dia bertubuh matang, seksi yang tampaknya merindukan sentuhan lembut.*Bisa dikatakan, aku bukan anak lelaki yang memikirkan diri sendiri dan tega meninggalkan seorang perempuan frustrasi hehehehe.*
Sebaliknya, aku ingin membuatnya merasa dihargai, dipahami, dan senang tanpa batas.*Aku bisa menghabiskan waktu berlama-lama membelai lembut bahunya, samping, dan belakang di mana tali bra-nya berada seharian.*Bahkan sampai ke depan payudaranya, untuk menghilangkan ketegangan dari bra-nya hehehehe.
Tante Rahmi, tetanggku, pindah sekitar setahun yang lalu.*Dia senang berkebun di depan dan samping rumahnya, selalu tampak seksi dengan celana pendek, bra olahraga, dan kemeja ketat.*Aku biasa memandanginya berjam-jam setiap minggu hanya untuk berharap mendapatkan sekilas “penampakan” payudara maupun pantat bulat-nya.*Dia nampaknya tidak peduli akan busananya – kaos ketat – dan sepertinya senang menampakkan tubuhnya ketika aku berhenti untuk menyapa ....*Dia memenuhi syarat sebagai MILF, dan mampu membuat para perempuan model majalah "Over 40ies" di Amrik sono cemburu.
Kisahku ini dimulai ketika dia datang meminjam alat untuk berkebun di halaman rumahnya.*Dia datang dengan sedikit keringat di dadanya, dan banyak kotoran di tangannya.*
“Bim, punya cetok tanah kecil gak sama garpu tanah kecil. Punya tante besar dak muat buat pot kecil,” katanya sembari menyeka peluh di dahinya. Ketiaknya yang putih terangkat menebarkan bau sedap tiada terkira.
“ada tante, sebentar ya. Masuk dulu dong, gak enak di depan pintu gini,” kataku. Kamipun masuk ke rumah. Aku meletakkan sepatu yang sedianya akan kupakai untuk pergi ke luar.
“Sepi Bim,. Mama ke mana?” tanyanya
“Mama ke Salatiga, ke tempat Oma, beliau sedikit kurang enak badan. Pulang baru lusa,” kataku sambil mencari cari di rak sebelah garasi.
“nah ini dia,” kataku. “Tante boleh pinjam apapun yang Bimo punya,” kataku sedikit mencari kesempatan.
“mmm, apapun ya...mmm kalo pinjem Bimo boleh nggak...hahahahaha,” katanya menyambut uluran cetok dan garpu tanah-ku dengan tertawa. Gigi putih dan gingsulnya nampak dan menambah manis wajahnya yang sedikit bergurat kedewasaan.
“ya kalo Tante mau sih...,” aku mengambil kesempatan ini mencoba memancing reaksinya.”Masuk Tan, mau Bimo buatkan sirup, atau tante mau buat sendiri,” tawaranku sedikit menjebak. Aku sudah konak melihat keringat dan busana yang dia gunakan saat ini.
“Oke, tante buat sendiri dech, biar akrab bukan, hehehee,” katanya. Dia berjalan ke wastafel dan mulai mencuci tangannya.*Posisi tubuhnya mempertontonkan pantat bulatnya, payudara yang dibungkus bra sport dan kemeja ketatnya semakin menonjol dan membuat aku “keras” dalam sekejap.*
Kami terus ngobrol sambil dia mencuci tangan. Dia bercerita tentang anaknya Fira yang segera berangkat ke Amsterdam ke tempat mantan suaminya dan pekerjaannya sebagai penulis. Pantas saja aku nggak pernah lihat dia keluar rumah untuk kerja, tetapi sebulan sekali dia pasti berbelanja ke dept. store dekat kompleks rumah kami.
Dan entah bagaimana mulanya, ia bercerita tentang bapak-bapak tukang bangunan yang melakukan beberapa pekerjaan di sekitar rumahnya.*Dia bilang orang-orang itu sedikit kasar, bahkan sering memaki “ngentot" ketika berbicara dengan kawannya.*hal-hal semacam itu mengejutkanku, bukan tentang para tukang itu, tapi cara dia berbagi pengalaman.*
Pada titik ini aku tidak tahu apakah dia sedang menguji atau menggoda.*Aku pikir sekarang atau tidak untuk “menggoda” dia, jadi aku pindah di belakangnya sehingga ia bisa merasakan aku ada di sana.*Aku mulai menyentuh sekitar bahunya dan berbisik di telinganya
"Apakah Tante ingin aku untuk menggunakan kata itu?"kataku sedikit berbisik di belakang telinganya.
“aaa..aappaa ini Bim,” katanya namun sama sekali tidak beranjak posisinya, badannya gemetar karena hembusan napasku di kuduknya. Aku beranikan untuk menyentuh pundaknya.
“tante, tante tahu nggak kalo dari tadi busana tante mengganggu kelaki-lakian Bimo,” aku membuka bagian atas kemejanya, dan tanganu kiri meluncur ke depan menemukan kancing-kancing kemeja dan membuka satu persatu.
Dia bergoyang sedikit, mendorong pantatnya ke arah tonjolan di celanaku dan sedikit mendesis saat aku terus menggosok bahunya.*Bau rambutnya dicampur dengan keringat sangat memabukkan.*Tanganku terus bergerak, perlahan-lahan dan dengan sedikit tekanan di bahu dan ke bawah garis lehernya sedikit.Pada titik ini ia memberi tekanan pada p***sku yang mengeras dengan pantatnya.
Aku tidak percaya ini terjadi, tapi aku menikmatinya detik demi detik.*Aku meluncurkan tanganku turun ke lengannya kemudian ke bawah menggosok sisi tubuhnya, sedikit menyentuh tepi payudaranya. Dia menoleh ke belakang. Tangan kiriku sudah berada pada kancing branya yang ada di depan, tak menunggu lama, kancing itu aku buka, payudaranya yang cukup besar segera menggelantung bebas. Aku bisa melihat putingnya yang mengeras.
Sekarang mulutku mencium sisi lehernya saat aku meluncurkan tanganku dan menangkup kedua payudara di tanganku.*Ini jelas lebih daripada harapanku.*Payudaranya begitu berisi, namun sungguh lembut.*Aku memastikan untuk tidak menyentuh putingnya, tapi hanya sekedar meremas sedikit kemudian aku lepaskan.*Aku melakukan ini setidaknya tiga atau empat menit sebelum aku akhirnya menyentuh putingnya.
Sekarang, kami bekerja pada satu sama lain, aku di lehernya dengan mulut dan tangan aku di payudaranya dan ia mendorong lebih keras kembali ke penisku.*Putingnya yang sedikit gelap mengundangku untuk lembut menggosoknya, aku tidak ingin memutar atau menarik terlalu keras. Saat aku menurunkan tangan aku untuk bergerak di bawah bajunya dia menggeliat sedikit dan sekarang berbalik menghadapi aku.
Dia menatap mataku dan berkata, "Kamu yakin tentang hal ini Bim?" dia melanjutkan, “usia tante kan hampir sepantaran mama kamu, sssshhhh aaaacccchhhhh tanganmu nakal Bim....” katanya campur aduk karena aku sudah memilin putingnya.
Aku segera menutup mulutnya dengan mulutku dan lidah kita bertemu. Cukup lama kami berpagutan liar lidah-ketemu lidah. Pada saat yang sama, ia merogoh celana pendekku dan sebaliknya aku ke dalam celana pendek longgarnya.*Dia meraih penisku, menarik mulutnya menjauh dan berkata, "Sudah begitu lama tante nggak berhubungan Bim." dia masih sungkan menggunakan kata ngentot.
Jari-jariku meluncur di bawah kaki celana pendeknya dan bergerak ke arah miss V-nya, sementara dia mengocok penisku bolak balik; cairan pre-cum-ku membuat tangannya juga miss V-nya basah aku bisa rasakan dengan jariku.*Aku bergerak perlahan, mencoba untuk membuat dia semakin panas.*Tante Rahmi membiarkan tanganku masuk ke dalam celana dalam halusnya.*Cukup banyak cairan yang keluar dari miss V-nya. Aku pikir aku akan menuntaskan dan memberi dia orgasme dengan kocokan tanganku.
“hssssstttt...aaaarrrcccchhhh Bim, sudah, masukin penis kamu sayangggghhhh,” katanya dengan mata sayu. Aku tidak mempedulikannya. Aku tahu dia akan segera mencapai orgasme yang berarti langkah mudah selanjutnya untuk posisi lain.
“Bimmmm,,,,aaaaaahhhh, nakallllhhh bener neehhh....aaaarrrhhh ah..ah..ah...ahh...aaarrrrrhhhhhh, tante keluarrrhhhhhhhhh,” dengan erangan panjang penisku tetap digenggamannya, badannya terkejat-kejat aku memeluknya agar tidak jatuh di lantai dapur
Sambil tetap berpelukan aku menggeser posisi dan merebahkannya ke meja dapur rumahku yang lebar. Dia mengerang lembut merasakan sisa orgasmenya dan mencoba santai berbaring di meja.*Aku kemudian sedikit berlutut dan menarik celana pendek Tante Rahmi dan celanaku juga.*Aku mendekatkan wajah ke miss V-nya dan mulai menciumi aroma yang sangat memabukkan!*Aku benar benar tak menduga pagi ini mendapat pengalaman yang lama aku fantasikan. Aku mendekat dan menjulurkan lidahku keluar.*Dimulai pada ujung bawah celah, aku menggoyangkan lidah aku antara bibirnya dan mulai bergerak perlahan-lahan sampai ke klitorisnya.*
“Bim,sssshhhttttt...oooohhhhh kamu pintar sayang.....sudah sering ya,” katanya sambil membelai – tepatnya meremas-remas – rambutku.Aku tidak menjawab, mulutku penuh dengan bibir miss v-nya.
Dia membenamkan jari-jarinya ke rambutku sementara lidahku mulai berputar-putar pada klitorisnya.Aku bisa merasakan dia mengangkat dua kakinya dan memberi ruang lebih untuk aku.*Di sini aku serasa di surga.*Tante Rahmi mulai menggerakkan gundukannya melawan aku dan lidahku.Gerakannya semakin cepat naik turun dan akhirnya gemeratan. Aku bisa memastikan itu salah satu orgasme terbaik yang ia pernah rsakan.
“aaaaarrrhhhhh, Bimmmhhhh, aku keeellllllllllllllll aaaaaahhhhh,” kata-katanya tidak tuntas disapu gelombang orgasme kedua.
Oral adalah keahlianku, beberapa perempuan yang aku kenal memuji kemampuanku ini.
Dalam lemas Tante Rahmi tersenyum dan berkata, "kita belum selesai Bim" Dia lemas tetapi mencoba bangkit dari terlentang di meja.

No comments:

Post a Comment