Saya tidak bisa percaya bagaimana aku bisa bergairah melihat anak
tetanggaku. Saking bergairahnya, kerapkali aku tidak sadar merabai
puting nenenku dan meremasnya di balik T-shirt, ketika menatap mobil
yang dia tumpangi masuk ke halaman rumah atau melihat dia berlari kecil
menemani anjing peliharaannya.
Meski demikian. Aku tidak pernah bertindak semata-mata mengikuti gairah
nafsu. Keluarga Abdi, tetanggaku itu begitu baik kepadaku sejak
kepindahanku 5 tahun yang lalu setelah perceraianku. Tidak bisa aku
membayangkan bagaimana reaksi mereka jika tahu aku bergairah kepada anak
mereka.
Ya ampun!, aku terhenyak dari lamunanku hari itu. Anak itu tidak lebih
dari 23 tahun umurnya. Dia masih di perguruan tinggi. Saat ini, menurut
mamanya, dia pulang untuk menggarap skripsinya, karena lokasi
penelitiannya dekat dengan rumah. Bimo namanya ... pemuda semata wayang
keluarga Abdi.
Hari itu, aku sedang menyapu halaman, di tengah kegiatanku menanam
beberapa tumbuhan di halaman. Sedikit melamun, ketika aku mendengar
suara berat seorang laki-laki.
"Hi Tante Ami, sedang berkebun'?"
"Bimo ... oh Hi." Aku sedikit tergagap karena terkejut. Mudah-mudahan
dia tidak bisa membaca paras mukaku yang memerah karena sedang
berangan-angan tentang dia. "Senang melihatmu
.Bagaimana dengan kampus?.
Tante lihat kamu sering berada di rumah ketimbang di kampus"
"mmmm
kampus oke tante
tetapi di rumah lebih oke," jawabnya sambil
mengerdikkan mata genit. "Bimo selalu rindu rumah. Juga rindu melihat
tante
hehehehehe. " katanya nakal.
"ahhh kamu bisa aja Bim? mau bantu Tante?" kataku sedikit melancarkan
jebakan. Kaget juga aku melihat keberaniannya menggoda perempuan
seumuranku. "Jangan menatap tante seperti itu ah
.nanti bahaya lho,"
kataku sambil tertawa.
eh
eh
nggak koq
katanya tersipu ketahuan.
Aku menuju halaman samping yang bersebelahan dengan halaman rumah dia.
Saat berjalan aku sengaja menggoyangkan pinggulku sedikit lebay biar
berkesan seksi. "Aku harus bersenang-senang dengan dia, pikirku."
eh Bim, kamu punya cetok kecil dan garpu kecil nggak. Punya tante kebesaran buat polybag ini, kataku.
ada tante, di garasi tuh. Bimo ambilkan, katanya. Masuk dulu Tan, gak
enak di depan pintu gini, katanya. Kamipun masuk ke rumahnya.
Sepi Bim,. Mama ke mana? tanyaku.
Mama ke Salatiga, ke tempat Oma, beliau sedikit kurang enak badan.
Pulang baru lusa, katanya sambil mencari cari di rak sebelah garasi.
nah ini dia, katanya. Tante boleh pinjam apapun yang Bimo punya,
katanya dengan senyum genitnya.
mmm, apapun ya...mmm kalo pinjem Bimo boleh nggak...hahahahaha, kataku
memancing sambil menyambut uluran cetok dan garpu tanahnya.
ya kalo Tante mau sih..., dia membalas umpanku. Mau Bimo buatkan
sirup, atau tante mau buat sendiri, gak enak ngobrol sambil berdiri
begini tawarannya. Aku bisa melihat dari sudut mataku ada yang menonjol
di bagian depan celananya. Rupanya dia sudah konak melihat busana yang
aku gunakan saat ini.
Oke, tante buat sendiri dech, biar akrab bukan, hehehee, kataku. Aku
berjalan ke wastafel dan mulai mencuci tangannya. Aku sengaja
memosisikan tubuh sedemikian rupa mempertontonkan pantat bulatku, dan
payudara yang dibungkus bra sport dan kemeja ketat.
Kami terus ngobrol sambil aku mencuci tangan. Aku bercerita tentang
anakku Fira yang segera berangkat ke Amsterdam ke tempat mantan suamiku
dan pekerjaanku sebagai penulis. Aku juga bercerita tentang bapak-bapak
tukang bangunan yang melakukan beberapa pekerjaan di sekitar rumahku;
bagaimana orang-orang itu sedikit kasar, bahkan sering memaki ngentot"
ketika berbicara dengan kawannya.
Saat aku bercerita aku bisa merasakan dia beringsut mendekatiku dari
belakang. Dia mulai menyentuh sekitar bahuku dan berbisik di telingaku.
"Apakah Tante ingin aku untuk menggunakan kata itu?"katanya sedikit
berbisik di belakang telingaku. Aku sadar, dia sudah tidak mampu menahan
konaknya, aku pun yang sudah lama tidak disentuh laki-laki bereaksi
secara alami.
aaa..aappaa ini Bim, kataku berpura-pura melawan namun sama sekali
tidak beranjak posisiku, badanku sedikit gemetar karena hembusan
napasnya di kudukku.
tante, tante tahu nggak kalo dari tadi busana tante mengganggu
kelaki-lakian Bimo, dia membuka bagian atas kemejaku, dan tangan
kirinya meluncur ke depan menemukan kancing-kancing kemeja dan membuka
satu persatu. Aku bergoyang sedikit, mendorong pantatku ke arah tonjolan
di celananya dan sedikit mendesis saat dia terus menggosok bahuku.
Tangannya terus bergerak, perlahan-lahan dan dengan sedikit tekanan di
bahu dan ke bawah garis leherku. Pada titik ini aku memberi tekanan pada
p***snya yang mengeras dengan pantatku. Aku tidak percaya ini terjadi,
tapi aku menikmatinya detik demi detik. Tangannya terus meluncurkan
turun ke lenganku, sedikit menyentuh tepi payudaranya. Aku menoleh ke
belakang. Tangan kirinya sudah berada pada kancing sport-braku yang ada
di depan, tak menunggu lama, kancing itu dia buka, payudaraku yang cukup
besar ukuran 36 C segera menggelantung bebas. Aku bisa melihat
putingku mengeras.
Singkat kata aku dan dia berciuman dengan ganas. Tangannya menangkup
kedua payudaraku yang segera memberikan reaksi alamiahnya. Saat dia
menurunkan tangannya untuk bergerak di bawah celana pendekku aku segera
berbalik menghadapi dia. Sambil menatap matanya aku berkata, "Kamu yakin
tentang hal ini Bim?" aku melanjutkan, usia tante kan hampir
sepantaran mama kamu, sssshhhh aaaacccchhhhh tanganmu nakal Bim....
kataku campur aduk karena dia sudah memilin putingnya.
"Ohhhh, Tante Ami. .., aku selalu ingin merasakan tetek besar tante di
tangan saya," Bimo berbisik ke leherku, sambil terus membelai
payudaraku. "Saya ingin bercinta dengan Tante
.. Tante mau kan?" dia
bertanya sambil menekankan selangkangannya ke sela-sela kakiku.
Aku terkejut, tapi senang, "Tidak, Sayang, Tante nggak keberatan
koq
ssshhhhhh.." Aku tidak mampu meneruskan kalimatku karena
serangnannya di bagian bawah demikian gencar.
"Tutup pintu, dulu sayang dan kerjain Tanteeeehhhhhh."
Bimo menarik gagang pintu di sebelahku dan menguncinya dari dalam, dan terus segera kembali mencumbui aku.
Aku bisa rasakan jemarinya bermain di mrs.V-ku dan segera tidak lama aku
memperoleh O-ku yang pertama. Dia terus ganas mencumbuku. Badanku
sampai lemas dan hampir terjatuh saat aku mendaki O-ku yang kedua.
Untung dengan badan atletisnya, pemuda 23 tahun itu membopong aku ke
meja dapurnya yang lebar. Aku merengek minta agar segera penisnya
menerobosi mrs.v-Ku namun nampaknya dia ingin agar aku menuntaskan O
demi O-ku. Sampai akhirnya aku mendapat O-ku yang panjang dan seakan
tidak terputus-putus.
Dalam lemas akibat terpaan O-ku yang panjang itu aku tersenyum dan
berkata, "kita belum selesai Bim" aku mencoba bangkit dari terlentang di
meja.
"Aku suka ini," katanya sambil membungkuk mengisap putingku dan memelintir dengan lidah panas basahnya. Aku mengelinjang.
giliran tante sayang, kataku terhuyung turun dari meja, mendorong dia
berbalik posisi. Aku menuntun dia. duduk di meja sayang, tante mau
bales apa yang kamu buat dengan tante, kataku.
Aku membungkuk di depannya setelah dia duduk, kancing celana jinsnya
yang sudah terbuka mengeluarkan penis yang bagiku sangat indah. Hampir
19 cm panjangnya, dan tebal. Ia mencopot kemejanya saat aku mencabut
penisnya dari celana... Aku menghela napas panjang saat ia berdiri
telanjang di depanku; sungguh badan pemuda yang atletis cenderung
kurus namun berotot...
Penisnya adalah satu hal yang luar biasa meski setengah ereksi dia cukup
keras dan penuh tonjolan urat. Rupanya dia mencukur bulku kemaluannya,
bola-nya benar-benar dicukur, dan itu adalah hal terseksi yang pernah
saya lihat. Dengan lembut aku raih dengan satu tangan, dan menjulurkan
lidahku untuk menyentuhnya dalam sekejap. Menjilati kepala penisnya, ia
mengerang lembut. Aku menghisap kepala itu ke dalam mulut dan dengan
lembut menurunkan kepalaku menyusuri batangnya sambil lidahku berputar
mengelilingi batangnya. Aku gerakkan kepalaku mula-mula lambat kemudian
mulai cepat naik turun di penisnya.
Bimo meraih kepala saya dengan satu tangan menekankan ke penisnya, dan
mencoba meraih payudaraku dengan tangan lainnya. Vaginaku kembali
berdenyut-denyut dan terbakar. Aku menjilat Bimo dari bola-nya,
sepanjang kemaluannya, dan mencium kepala penisnya.
Tan teeehhhh
uuuuuhhhhhh
.terus
.hisssssaaaaa
..aaaacccrrrhhhhh,
segera penisnya berkejat-kejat. Aku tahu, dia hampir ejakulasi. Aku
percepat gerakan kepalaku yang ditahan setengah dijambak ramburtku
ke penisnya. Tanganku juga ikut sibuk mengurut dan mengocok penisnya
. 5
menit kemudian
..
haaaccchhh
.aaaarcccchhhhhh
. Bimo tak kuasa bersuara. hanya erangan
kerasnya menyertai lompatan-lompatan sperma di mulutku. tangannya
menekan kepalaku lebih dalam dan membuat aku hampir tersedak oleh
semprotan spermanya. ..banyak juga benih anak ini sampai berleleran di
sudut mulutku. Aku telan hampir semuanya dan menyeka sisa yang
berleleran di sudut mulutku. Berberapa saat kemudian aku berdiri menuju
kulkas dan menemukan beberapa kaleng bir di sana. Aku ambil satu dan
meminumnya. sisanya aku bawa kembali ke Bimo dan aku buat cuci penisnya.
Aku sedikit mengocok waktu mencuci penisnya dengan bir.
tan the
hhhh
hebat
, katanya terlentang lemas.
Aku kembali berdiri, dan dengan segera menanggalkan pakaiannya yang
tersisa. Dia dengan lemas menjemputku di pinggangku yang telanjang, dan
mengubah posisi. kita ke kamar Bimo yuk Tan, katanya sambil
menggandengku masuk ke dalam rumah.
Di kamar, Bimo kembali mencumbui aku. Tangan kanannysa meremasi tetekku
kiri dan kanan bergantian. Mulutkami masih terkunci dan lidah kami
bermain satu sama lain. tangan kirinya bermain di bawah sama seperti
tangan kiriku bermain pada penisnya yang layu namun mulai bereaksi. Anak
muda itu tak membutuhkan waktu lama untuk kembali siap tempur. Penisnya
yang keras dan besar tebal berada di celah mrs.V-ku. Dia
menggosok-gosok dan aku bisa merasakan kebasahan yang muncul karenanya.
"Fuck me, Bimo sayang," kukatakan padanya dengan suara serak.
Lututku menekuk menahan gelid an nikmat, Dia raih pinggulku dan
menaikkan satu kakiku ke pinggangnya. Aku pegang kakiku itu tepat di
belakang lutut untuk menahannya. Dia memposisikan penisnya yang hangat
di pintu masuk mrs.V-ku, dan aku bisa merasakan ia perlahan-lahan
tenggelam ke dalam diriku. Bibir mrs.V-ku yang bengkak meregang dan
mengurut batang penisnya ketika dia menarik keluar sampai hanya tersisa
kepala penisnya.
Kemaluannya berkilau dengan basah oleh cairan mrs.v-ku, ia berhenti
sejenak, dan kemudian dengan cepat memasukkan lagi ke lubang
kenikmatanku. Aku terkesiap dan mendesis saat ia mulai memompa masuk dan
keluar dari dengan cepat.
"Unnnhhh, Bimmmmmhhhhh
eeeennnaaaaaccccccchhhhhh" aku merintih sambil
dia terus mem-piston kemaluannya masuk dan keluar dari vaginaku.
Kemilau keringat meliputi tubuh kita berdua. "Oohhh Bim, fuck Tante
fuck
me hard, Bimo,
.ooohhh godnessss.." aku makin mendesis tidak karuan.
Bimo mendengus saat ia pompa. "hhh hhhh hhhh, enak memek tanteeeehhhhh,"
dia bagaikan banteng kesetananan memompa saya. Luar biasa stamina anak
muda ini. Dia memperlambat sedikit, tapi terus merojok mrs.V-ku dengan
konsisten.... Aku hampir tidak kuat menahan ledakan O-ku berikutnya.
Kemudian dia merubah posisi. aku dituntunnya ke tempat tidur dan
didudukkannya di pinggir tempat tidur. Dia memposisikan tangannya di
kedua sisi saya, menekan sisi tempat tidur setengah berlutut. Ia terus
mengocok masuk dan keluar, ia benamkan mulutnya pada tetek kiriku, dan
kemudian bergantian dengan yang kanan. Putingku bereaksi mengeras dan
membuatku mendesis saat lidahnya memilin mereka bolak-balik.
"Tante suka Tan?" ia bertanya, tanpa menghentikan gerakan humping yang mendorong tongkatnya ke dalam vaginaku.
"Oh hhh hhh hhh, Bimo. Kau tahu, tante sudah terlalu lama tidak bercinta
seperti ini sayang." kataku tersedak sedak oleh kenikmatan.
Dia berhenti memompa dan menarik keluar penisnya dari vaginaku. Aku bisa
merasakan basah lengket di gundukanku dan di celah pantatku. Bimo masih
keras seperti batu. Dia membantuku berbaring di tempat tidur dan
membungkuk saya atas. Dia kembali memompa penisnya keluar-masuk
mrs.V-ku. pelan-pelan awalnya sampai akhirnya dengan cepat dia kocokkan.
Tangannya membantu menstimulus clitku. Saat ia kocok itu
"Biimmmm ooooooohhhhhh
.Aaccccchhhh," Aku hampir berteriak saat aku merasakan orgasmeku berikutnya.
Dia terus membajak saya semakin keras. "Ohhh, oh,
Bimmmmm
.aaaarcccchhhh!" Aku benar-benar berteriak dan melayang,
gelombang demi gelombang kenikmatan menelan tubuhku, dan tiba-tiba aku
merasakan ketegangan penis Bimo berkedut-kedut, dan tak berselang lama
air mani panasnya mulai menembak jauh di dalam vaginaku. Dia mengerang
keras saat ia menyembur dalam vaginaku.
Kami berdua berbaring, kelelahan, Bimo masih di dalam tubuhku, menindih
dan memelukku di atas tubuhku. Aku hanya bisa terlentang pasarah memeluk
tubuh mudanya, menunggu pernapasan kami kembali normal. tak berselang
lama ia menarik kemaluannya keluar dari mrs.V-ku.dan tergolek lemah di
sampingku.
Aku berbaring miring ke arahnya dan berkata, "Kau tahu sayang, ini tadi
sungguh luar biasa. Sekarang nggak ada alasan untuk tidak melakukan ini
lagi kapan-kapan." aku membelai penisnya yang terkuali lemah. Perlahan
penisnya mulai bereaksi.
"Terima kasih Tante Ami, ia menyeringai. Karena mama tidak akan pulang
sampai besok malam." dia tidak meneruskan kata-katanya tetapi mencium
aku dengan panas. sejurus kemudian aku melepaskan ciuman kami dan
tertawa ...
"Bimo tidak harus kembali ke kampus sampai bulan depan," kata Bimo
sembari turun dari tempat tidurnya berjalan menuju kamar mandi di dalam
kamarnya. Aku membuka sedikit tirai kamar yang tepat berada di samping
halaman rumahku. Aku lupa mengunci pintu dapurku. Untung saja pintunya
tertutup terlihat dari kamar Bimo.
Bimo keluar dari kamar mandi terus berjalan, telanjang bulat.
Bimo mendekati aku yang kembali terlentang di tempat tidur setelah
mengecek keadaan rumahku dari jendela kamar. Dia mengusap mrs.V-ku yang
basah dengan tissue. Satu tangannya mengurut penisnya yang setengah
tegang. dengan lembut dia membersihkan mrs.V-ku dengan tissue. Aku kagum
saat penisnya mulai membengkak dengan cepat padahal kami baru saja
bercinta.
"Sini sayang, Berbaringlah terlentang," aku berkata kepadanya.
Aku bisa melihat penisnya semakin keras, dan aku mengangkang kearahnya,
condong ke depan, dan memegang penis kaku itu. Aku memposisikan mrs.V-ku
ke wajahnya sementara penisnya aku genggam. Aku mulai bekerja atasnya,
mengisap lembut pada awalnya, kemudian lebih keras, membelai dia dan
menjilati dia seperti permen lolipop. Aku merasakan bagaimana lidahnya
menjilati tepi luar bibir mrs.V-ku.
Penisnya merespon dengan kekerasan sebuah batu, sementara lidahnya
semakin membuat basah mrs.V-ku. lama kami berposisi 69 seperti itu
hingga suatu saat aku tak mampu menahan gelkombang O-ku selanjutnya.
Bimmmhhhhhhh ooooohhhh
aaaacccchhhhh, aku mengeram dengan
mempercepat kocokan gemasku pada penisnya. Sungguh hebat stamina dan
kendali Bimo atas penisnya. Diserang dengan gemas olehku dengan kocokan
cepat tidak membuatnya ejakulasi.
Dengan lemas aku segera berbalik dan membimbingnya ke lubang
kenikmatanku. Aku menurunkan pinggulku, membuat tongkatnya lenyap dalam
lobang surgaku itu. Rasanya seperti dia memenuhi dinding-dindingku,
kemaluannya begitu besar.
Aku mulai menaikkan dan menurunkan tubuhku seperti naik kuda, dengan
kedua kaki di tepi ranjang, aku dapat mengontrol ritme dan mental dengan
mudah. Bimo meletakkan tangan di pinggulku dengan mata tertutup saat
aku geser ke atas dan ke bawah poros nya. Kontraksi otot vagina saya di
kemaluannya, semakin membuat aku menekan penisnya. Desisnya dengan gigi
terkatup saat ia merasakan tekanan dari vagina ketatku. Aku turun dari
dia, dan berbalik kembali.
"makan memek tante, Bimo," Saya menyuruhnya, dan ia dengan cepat
melaksanakannya. Lidahnya melahap vagina ku dan terasa hangat pada
clitku. Perbuatannya membuat aku menggigil hingga ke jari kaki,
terutamama saat ia menjilati dan mengisap itu. Mendekati O-ku yang entah
ke berapa, aku berbalik dan membimbing kemaluannya ke vaginaku.
Beberapa kali tubuh aku goyangkan ketika penisnya di dalamku dia mulai
berkedut-kedut
.
aaaahhh
aaahhhh
aaahhh
Tante
Bimmooo..keeeelllll
.aaaaaaccchhhh tak
sanggup dia meneruskan kalimatnya ketika dia mulai menyemburkan air mani
panas nya. Beberapa saat penisnya di dalam tubuhku, aku mencabutnya dan
menggosokkan ke mrs.v-ku, mengelus clitku sampai aku merasakan
orgasmeku lagi
tergecat-gecat aku bergetar. Bimo hanya menonton saat aku
menjilati maninya yang berleleran dari jari-jari saya.
Kami berdua duduk setelah istirahat beberapa menit.
"Tante perlu istirahat sekarang Bimo, hhhhh, tante capek sayang
.sudah
berulang kali tante O, tapi kamu baru dua kali. Hari ini cukup ya
sayang, kataku sambil membelai dadanya di mana aku tengkurap.
kamu boleh koq gentian ke tempat tante nanti, dan kita bisa
bersenang-senang lagi kali ini di tempat tante." kataku, sambil bangkit,
mengambili bajuku yang berserakan dan masuk ke kamar mandi.
No comments:
Post a Comment