Segera saja kuciumi puting susu Lia yang kiri, Lia merasa geli dan
menggelinjang-gelinjang keenakan, aku merasakan puting susu Lia mulai
mengalami penegangan total. Selanjutnya, aku hisap kedua puting susu
tersebut bergantian. Lia melenguh menahan geli dan nikmat, aku terus
menyusu dengan rakusnya, kusedot sekuat-kuatnya, kutarik-tarik,
sedangkan puting susu yang satunya lagi kupelintir-pelintir.
"Oom, kok enak banget nihhh... oohhh... enakkk..." desah Lia keenakan.
Lia terus merancau keenakan, aku sangat senang sekali. Setelah sekian
lama aku menyusu, aku lepaskan puting susu tersebut. Puting susu itu
sudah memerah dan sangat tegangnya. Lia sudah merasa mabuk oleh
kenikmatan. Aku bimbing tangannya ke batang kemaluanku.
"Lia, kocok dong tititnya Oom Agus." aku meminta Lia untuk mengocok batang kemaluanku.
Lia mematuhi apa yang kuminta, mengocok-ngocok dengan tidak beraturan.
Aku memakluminya, karena Lia masih amatir, sampai akhirnya aku justru
merasa sakit sendiri dengan kocokan Lia tersebut, maka kuminta Lia untuk
menghentikannya. Selanjutnya, kuminta Lia untuk mengangkangkan kedua
kakinya lebar-lebar, tanpa bertanya Lia langsung saja mengangkangkan
kedua kakinya lebar-lebar, aku terpana sesaat melihat vagina Lia yang
merekah. Tadinya kemaluan itu hanya semacam garis lurus, sekarang di
hadapanku terlihat dengan jelas, buah klitoris kecil Lia yang sebesar
kacang kedelai, vaginanya merah tanpa ditumbuhi rambut sedikit pun, dan
yang terutama, lubang kemaluan Lia yang masih sangat sempitnya. Jika
kuukur, hanya seukuran jari kelingking lubangnya.
Aku lakukan sex dengan mulut, kuciumi dan hisap kemaluan Lia dengan
lembut, Lia kembali melenguh. Lenguhan yang sangat erotis. Meram melek
kulihat mata Lia menahan enaknya hisapanku di kemaluannya. Kusedot
klitorisnya. Lia menjerit kecil keenakan, sampai tidak berapa lama.
"Oom, enak banget sih, Lia senang sekali, terussinnn..." pinta Lia.
Aku meneruskan menghisap-hisap vagina Lia, dan Lia semakin mendesah
tidak karuan. Aku yakin Lia hampir mencapai puncak orgasme pertamanya
selama hidup.
"Oommm... ssshhh... Lia mau pipis nich.."
Lia merasakan ada sesuatu yang mendesak ingin keluar, seperti ingin kencing.
"Tahan dikit Lia... tahan yaaa..." sambil aku terus menjilati, dan menghisap-hisap kemaluannya.
"Udah ngga tahan nich Oommm... aahhh..."
Tubuh Lia mengejang, tangan Lia berpegangan ke sofa dengan erat sekali,
kakinya menjepit kepalaku yang masih berada di antara selangkangannya.
Lia ternyata sudah sampai pada klimaks orgasme pertamanya. Aku senang
sekali, kulihat dari bibir lubang perawannya merembes keluar cairan
cukup banyak. Itulah cairan mani nikmatnya Lia.
"Oohhh... Oom Agus... Lia merasa lemes dan enak sekali... apa sih yang
barusan Lia alami, Oom...?" tanya Lia antara sadar dan tidak.
"Itulah puncaknya Lia.., Lia telah mencapainya, pingin lagi ngga?" tanyaku.
"Iya.. iya.. pingin Oom..." jawabnya langsung.
Aku merasakan kalau Lia ingin merasakannya lagi. Aku tidak langsung
mengiyakan, kusuruh Lia istirahat sebentar, kuambilkan semacam obat dari
dompetku, obat dopping dan kusuruh Lia untuk meminumnya. Karena
sebentar lagi, aku akan menembus lubang perwannya yang sempit itu, jadi
aku ingin Lia dalam keadaan segar bugar.
Tidak berapa lama, Lia kulihat telah kembali fit.
"Lia... tadi Lia sudah mencapai puncak pertama, dan masih ada satu puncak lagi, Lia ingin mencapainya lagi kan..?" bujukku.
"Iya Oom, mau dong..." Lia mengiyakan sambil manggut-manggut.
"Ini nanti bukan puncak Lia saja, tetapi juga puncak Oom Agus, ini finalnya Lia" kataku lagi menjelaskan.
"Final?" Lia mengernyitkan dahinya karena tidak paham maksudku.
"Iya, final.., Oom ingin memasukan titit Oom ke lubang memek Lia, Oom
jamin Lia akan merasakan sesuatu yang lebih enak lagi dibandingkan yang
tadi." akhirnya aku katakan final yang aku maksudkan.
"Ooh ya, tapi.. Oom.. apa titit Oom bisa masuk tuh? Lubang memek Lia kan
sempit begini sedangkan tititnya Oom.. gede banget gitu..." Lia sambil
menunjuk lubang nikmatnya.
"Pelan-pelan dong, ntar pasti bisa masuk kok.. cobain ya..?" pintaku lagi.
"Iya deh Oom..." Lia secara otomatis telah mengangkangkan kakinya selebar-lebarnya.
Kuarahkan kepala kemaluanku ke lubang vagina Lia yang masih super sempit
tersebut. Begitu menyentuh lubang nikmatnya, aku merasa seperti ada
yang menggigit dan menyedot kepala kemaluanku, memang sangat sulit untuk
memasukkannya. Sebenarnya bisa saja kupaksakan, tetapi aku tidak ingin
Lia merasakan kesakitan. Kutekan sedikit demi sedikit, kepala kemaluanku
bisa masuk, Lia mengaduh dan menjerit karena merasa perih. Aku
menyuruhnya menahan. Efek dari obat dopping itu tadi adalah untuk
sedikit meredam rasa perih, selanjutnya kutekan kuat-kuat.
"Blusss..."
Lia menjerit cukup keras, "Ooommm... tititnya sudaaahhh masuk... kkaahhh?"
"Udah sayang... tahan ya..." kataku sambil mengelus-ngelus rambut Lia.
Aku mundurkan batang kemaluanku. Karena sangat sempitnya, ternyata bibir
kemaluan Lia ikut menggembung karena tertarik. Kumajukan lagi, kemudian
mundur lagi perlahan tetapi pasti. Beberapa waktu, Lia pun sepertinya
sudah merasakan enak. Setelah cairan mani Lia yang ada di lubang
perawannya semakin membanjir, maka lubang kenikmatan itu sudah sedikit
merekah. Aku menggenjot maju mundur dengan cepat. Ahhh.. inikah kemaluan
perawan gadis imut. Enak sekali ternyata. Hisapannya memang tiada
duanya. Aku merasa keringat telah membasahi tubuhku, kulihat juga
keringat Lia pun sudah sedemikian banyaknya.
Sambil kuterus berpacu, puting susu Lia kumainkan, kupelintir-pelintir
dengan gemas, bibir Lia aku pagut, kumainkan lidahku dengan lidahnya.
Aku merasakan Lia sudah keluar beberapa kali, sebab aku merasa kepala
batang kemaluanku seperti tersiram oleh cairan hangat beberapa kali dari
dalam lubang surga Lia. Aku ganti posisi. Jika tadi aku yang di atas
dan Lia yang di bawah, sekarang berbalik, aku yang di bawah dan Lia yang
di atas. Lia seperti kesetanan, bagaikan cowboy menunggang kuda, oh
enak sekali rasanya di batang kemaluanku. Naik turun di dalam lubang
surga Lia.
Sekian lama waktu berlalu, aku merasa puncak orgasmeku sudah dekat.
Kubalik lagi posisinya, aku di atas dan Lia di bawah, kupercepat gerakan
maju mundurku. Lalu aku peluk erat sekali tubuh kecil dalam dekapanku,
kubenamkan seluruh batang kemaluanku. Aku menegang hebat.
"Crruttt... crruttt..."
Cairan maniku keluar banyak sekali di dalam lubang kemaluan Lia,
sedangkan Lia sudah merasakan kelelahan yang amat sangat. Aku cabut
batang kemaluanku yang masih tegang dari lubang kemaluan Lia. Lia
kubiarkan terbaring di sofa. Tanpa terasa, Lia langsung tertidur, aku
bersihkan lubang kelaminnya dari cairan mani yang perlahan merembes
keluar, kukenakan kembali semua pakaiannya, lalu kubopong gadis kecilku
itu ke kamarnya. Aku rebahkan tubuh mungil yang terkulai lelah dan
sedang tertidur di tempat tidurnya sendiri, kemudian kucium keningnya.
Terima kasih Lia atas kenikmatannya tadi. Malam pun tiba.
Keesokan harinya, Lia mengeluh karena masih merasa perih di vaginanya,
untungnya Tante Linda tidak tahu. Hari berlalu terus. Sering kali aku
melakukan olahraga senggama dengan Lia, tentunya tanpa sepengetahuan Oom
Joko dan Tante Linda.
Kira-kira sudah berjalan setengah tahun lamanya, Lia sudah sangat pintar
untuk ukuran gadis seusianya dalam melakukan olahraga senggama. Aku pun
sangat memanjakannya, uang yang biasa kuhamburkan untuk membayar wanita
malam, kuberikan ke Lia. Untuk menghindari kecurigaan orang tuanya,
uang itu kubelikan hal-hal yang Lia suka, seperti makanan, mainan dan
masih banyak lagi.
Sekarang Lia sudah kelas 2 SMP, naik kelas dengan nilai yang bagus, apa
yang kulakukan dengan Lia tidak mempengaruhi belajarnya. Inilah yang
membuat aku semakin sayang, dan sampai suatu saat, Tante Linda
diharuskan pergi beberapa hari lamanya ke ibu kota untuk menemani Oom
Joko menghadiri resepsi-resepsi pernikahan dari rekan-rekan kerja Oom
Joko yang kebetulan berurutan tanggalnya. Aku ditinggal berdua di rumah
dengan Lia, memang sudah terlalu biasa, sedikit bedanya adalah sekarang
sudah super bebas, tidak mengkhawatirkan kalau-kalau Tante Linda pulang
dari kerja.
Lia pernah menjanjikan kepadaku akan membawa teman-teman akrabnya main
ke rumah untuk diajarkan olahraga senggama. Dan saat yang tepat adalah
sekarang, dimana Tante Linda tidak akan ada di rumah untuk beberapa
hari, dan Lia juga mulai libur karena kelasnya dipakai untuk testing uji
coba siswa kelas 3. Sangat kebetulan sekali kalau hari ini sabtu,
sekolah Lia pulang sangat awal dikarenakan guru-guru sibuk menyiapkan
bahan untuk testing uji coba siswa kelas 3. Lia telpon ke kantorku,
menanyakan apakah aku bisa pulang cepat atau tidak. Lia juga mengatakan
kalau dia membawa teman-temannya seperti yang telah dijanjikannya.
Kontan saja mendengar kabar itu, aku langsung ijin pulang. Sebelum
pulang ke rumah kusempatkan mampir ke apotik untuk membeli sejumlah
obat-obatan yang kuperlukan nantinya, aku ingin penantian yang begitu
lamanya, di hari ini akan terlaksana.
Sesampainya di rumah, benar saja, ada tiga gadis teman akrab Lia, mereka
semua cantik-cantik. Tidak kalah cantik dengan Lia. Gadis pertama
bernama Anna, wajahnya cantik, hidungnya mancung, rambutnya lurus
potongan pendek, tubuhnya tidak terlalu kurus, senyumnya selalu
menghiasi bibirnya yang sensual, payudaranya kelihatan belum tumbuh akan
tetapi satu yang membuat aku heran, dari benjolan bajunya, kutahu kalau
itu puting susunya Anna, sepertinya lumayan besar. Tetapi masa bodo,
yang penting miliknya bisa dinikmati. Anna ini sepertinya tomboy, wow,
kuat juga nih senggamanya, pikiran kotorku muncul mendadak.
Lalu gadis kedua bernama Indah, wajahnya mirip Lia, hidungnya mancung,
rambutnya lurus panjang sebahu, agaknya lumayan pendiam, tubuhnya
sedikit lebih besar dibandingkan dengan Lia dan Anna, payudaranya sudah
sedikit tumbuh, terlihat dari permukaan bajunya yang sedikit membukit,
lumayan bisa buat diremas-remas, sebab tanganku sudah lama tidak meremas
payudara montok.
Gadis yang ketiga, inilah yang membuatku terpana, namanya Devi. Ternyata
Devi ini masih keturunan India, cantik sekali, rambutnya pendek,
hidungnya sangat mancung, dan sepertinya sedikit cerewet. Tubuhnya sama
dengan Lia, kecil dan imut, payudaranya kurasa juga belum tumbuh.
Sekilas, puting susunya saja belum terlihat.
Aku pulang tidak lupa dengan membawa oleh-oleh yang sengaja kubeli, aku
manjakan mereka semua sesuai dengan pesan Lia. Teman-temannya ingin
melihat olahraga senggama yang sering Lia lakukan. Lia memang sedikit
ceroboh, membocorkan hal-hal seperti ini, tetapi Lia menjamin, karena
ketiga gadis itu adalah sahabat sejatinya.
Singkat waktu, malam pun tiba. Ketiga gadis teman Lia itu sudah
berencana untuk menginap di rumah Lia, sebab besoknya adalah minggu,
alias libur, seninnya juga masih libur dan lagi mereka pun sudah ijin
kepada orang tuanya masing-masing untuk menginap di tempatnya Lia,
alasannya menemani Lia yang ditinggal mamanya ke luar kota.
Pertama sekali, aku diperkenalkan Lia kepada ketiga temannya, dan tidak
ada basa-basi seperti apa yang kulakukan kepada Lia dulu. Aku meminta
Lia memutarkan film Tarzan X kesukaannya kepada ketiga temannya itu.
Gadis-gadis kecil itu rupanya sudah menantikan. Menonton pun dengan
konsentrasi tinggi layaknya sedang ujian. Aku takjub melihat mereka, dan
justru cekikikan sendiri melihat adegan demi adegan, sepertinya ketiga
teman Lia itu sudah pernah melihat yang sesungguhnya atau pemandangan
yang nyata.
Setelah film usai, aku lalu beranikan diri bertanya ke mereka. Pertama sekali adalah ke Anna yang aku nilai paling berani.
"Anna, Oom penasaran, kayaknya Anna sering lihat olahraga begituan?" tanyaku penuh selidik.
"Iya benar kok Oom... Anna sering lihat olahraga begitu, terlebih kakak
Anna sama pacarnya, mereka selalu berbuat begituan di rumah" jawab Anna
jujur menjelaskan dan membenarkan.
"Hah? Masak sih di rumah.." tanyaku lagi dengan heran.
"Iya, bener kok Oom, sebab papa dan mama Anna kan ngga tinggal di sini" Anna menjawab keherananku.
"Oohhh..." aku hanya bisa manggut-manggut.
"Emang sih, Anna lihatnya dengan sembunyi-sembunyi, sebab merasa
penasaran sebenarnya apa sih yang kakak Anna lakukan bersama pacarnya?
Ternyata seperti di film Tarzan itu Oom..." Anna menjawab dengan
menerangkan tanpa merasa aneh atau bahkan malu.
Lalu aku selanjutnya bertanya kepada Indah. Indah sedikit tergagap
sewaktu kutanya, ternyata Indah sendiri sudah mengetahui hal begituan
secara tidak sengaja sewaktu sedang menjemur pakaian di loteng rumahnya.
Indah bercerita, tanpa sengaja dia melihat di halaman belakang
tetangganya, ada yang sedang bermain seperti yang dilakukan di dalam
film Tarzan X tersebut. Intinya Indah tahu kalau titit itu bisa
dimasukkan ke lubang wanita.
Terakhir aku bertanya ke Devi, dengan polosnya Devi mengungkapkan kalau
dia mengetahui hal-hal begituan dari melihat apa yang papa dan mamanya
lakukan ketika malam hari. Sama seperti dengan pengalaman Lia pertama
kali melihat hal itu.
Setelah aku mendengar cerita mereka, aku menawarkan, apakah mereka ingin
melihat langsung, kompak sekali mereka bertiga menjawab ya. Lalu aku
bertanya sekali lagi, apakah mereka ingin merasakannya juga, sekali lagi
dengan kompaknya, mereka bertiga menjawab ya.
"Kalo begitu... Oom mulai sekarang ya...?" jantungku berdegup kencang
karena girang yang tiada tara, aku tidak mengira akan semulus ini.
Aku akhirnya melepaskan seluruh pakaian yang kukenakan, sesuai dengan
rencana, aku akan memamerkan olahraga senggama itu berpasangan dengan
Lia, dan sebetulnya Lia yang mempunyai ide merencanakan itu semua.
Bersambung...
No comments:
Post a Comment