Saturday 26 May 2018

Cerita Jeng Rahmi #2 Berlanjut dengan Obet Kuda

Ini ceritaku lagi masih dengan Robert – atau Obet Kuda – begitu kawan-kawannya menjuluki. Sejak peristiwa di rumah beberapa waktu lalu, dimana karena birahi dan keisenganku aku memuaskan Obet dengan handjob, Obet sering datang ke rumah dengan berbagai alasan. Aku tahu, sebenernya dia ingin mengulang kejadian beberapa waktu itu, tapi dia takut atau malu kepadaku.

Seperti siang itu misalnya, waktu liburan sekolah dia datang ke rumah. Fira anakku sedang tidak ada di rumah karena dia menghabiskan liburan di tempat Papa-nya di Rotterdam, Belanda.

Aku tahu kalo Obet pura-pura tidak tahu kalo Fira lagi ke luar negeri. Sebab Fira pernah bilang:
“Mam, besok Juliet (kawan Fira – pen) mau ambil buku. Ini bukunya,” kata dia sambil menyeret keluar travelbag-nya. hari itu dia siap ke bandara.
“Emang, nggak ketemu kemarin di rumah Yanu (kawannya yang lain – pen),” kataku
“Enggak, Jul datang telat, jadi aku pulang dia baru datang. Obet yang bilang lewat telpon,” katanya.
“Udah ya Mam, Fi berangkat, mmucah,” katanya sambil mencium pipi.
Jadi Obet pasti tahu kalau Fira ndak ada di rumah.

Kembali ke cerita
Aku saat itu baru saja selesai berbelanja, sudah berganti baju yang nyaman di rumah – favorite tanktop dengan hotpant jeans. Aku sudah tidak punya pembantu. Asih, pembantuku dulu sudah ijin pulang untuk menikah dengan kekasihnya, dan aku piker Aku serta Fira sudah tidak begitu perlu pembantu.

Bel rumah berbunyi dan aku segera beranjak. Dari balik korden aku lihat Obet ada di balik gerbang rumah. Aku keluar dan membukakan gemboknya.
“Hei Bet, apa kabar. masukin aja motornya,” kataku sambil membuka gerbang.
“makasih tante,” katanya sambil menuntun motornya masuk ke halaman.
Aku tutup kembali gerbang dan aku gembok.

“Fira ada tante?” katanya – dan aku tahu dia itu pura-pura
“lho memang nggak bilang ya kalo Fi ke Belanda. Ayo masuk Bet,” kataku membukakan pintu ruang tamu.

“enggggg….e-enggak itu tan,” katanya pura-pura bego….dan ketahuan kalo muka dia memerah.
“iya, Fi bilang kalo bukunya Juliet ada di rumah dan sewaktu-waktu mau diambil. Duduk Bet,” kataku.
“i-iya Tan, terima kasih,’ katanya malu-malu.
“mau minum apa?’ kataku
“apa saja deh tan. yang penting segar…e-e- kayak tante,” katanya bercanda
“ah bisa aja kamu. sebentar ya,” kataku beranjak ke dapur

tak lama kemudian…
Aku keluar membawa segelas es sirup dan camilan. Seperti kukatakan di depan, kostum yang kukenakan sungguh kostum santai, karena pikirku aku akan sendirian di rumah. Karenanya ada banyak bagian terbuka, terutama lengan dan leher tanktop-ku.

Karena harus menunduk ketika meletakkan gelas dan toples, maka Obet dengan leluasa melihat bagian payudaraku yang masih terbungkus Bra. Aku tidak peduli, karena sejak dia datang ada niat iseng dariku mengerjai dia lagi.

“di minum Bet, ayo…jangan bengong aja lihat payudara tante,” kataku menggoda dia
“ah-eh-eee…i-iya tan. Tadi tante ngomong apa,” katanya malu. mukanya makin memerah.
“di minum,… jangan melototin payudara tante aja,” kataku sambil memegang dua buah dadaku
“e-e-e..habisnya tante nunduk dan kelihatan sih,” katanya mulai berani
“mm..kan waktu itu sudah pernah lihat punya tante,” kataku
“e-e-e..i-iya sih tan. tapi nggak banyak…tante kan cuma ngasih lihat sebagian..i-i-ni,” katanya mulai berani menunjuk dadaku.
“jadi pengin lihat semuanya ya? iiihhh…nggak usah ya,” kataku pura-pura cemberut.
“ya-ya-yaaahhhh. sudah Tan, nggak papa sih,” kata Obet terlihat kecewa.

Aku duduk di samping Obet. Aku lihat bagian depan celananya menonjol.
“Bet, tante mau tanya, kenapa sih kamu bisa terangsang begini waktu lihat Tante?” kataku sambil mengelus bagian depan celananya.
“e-e-e…m-m-m…nggak tahu Tan. Obet terangsang aja…u-u-uh..geli Tan, jangan digosok-gosok dong,” jawabnya terus menggeliat kegelian.
“uupss…maaf,” kataku melepaskan tanganku
“e-e-e..mak-mak-sud Obet, jangan cuma digosok, dikeluarin dan dibuat kayak waktu itu juga dong Tan,” katanya sambil menahan tanganku yang aku tarik tadi.
“Tante sudah buat Obet terangsang…jadi tante harus bertanggung jawab,” katanya menuntun tanganku sementara tangannya satu lagi membuka resleting jeans yang dia pakai.

Tanganku dihantarkannya masuk ke dalam jeans untuk mengeluarkan p**s-nya. Ya ampun, ternyata anak ini tidak pakai CD – dan karenanya segera keluar p**s-nya yang setengah bangun. Gila anak ini.

“ke-kenapa kamu nggak pakai CD?” tanyaku penasaran.
“e-e-e..boleh Obet jujur Tante?” tanyanya balik
“iya..kenapa?” kataku sambil mulai mengurut p**s Obet yang sudah keluar dari jeans.
“u-u-usssshhh…a-anu…sebenernya Obet ta-ta-huuuu…kalo Fira tidak di rumah..s-s-sstthhhh…ja-jadi…Oh-h-h-bet sengahhhjaaa datang…si-si-apa tahhuuuu bisa di-dipuas-in tante ka-kaya duhhhh---luuuuuhhh,” katanya terbata menahan nikmat.
“ooohhh…tante tahu koq kalo kamu sudah tahu Fira ke luar negeri,” kataku terus mengurut dengan ritmis.
“tante juga tahu kamu pengin dipuaskan kayak waktu itu…tapiiiiii ada syaratnya…” kataku sambil memandang wajah-nya yang kian memerah
“a-appaaahhh syaratnya tanhhhh,..Obet siap ke-ekoq,” katanya makin belingsatan.
“syaratnyaaaaa…kamu gentian muasin tante,” kataku sambil tersenyum genit


“okkhh keeehh Tan…sssshhhh…,” jawabnya setengah mendesis lirih.
“obb-beth harusss gih-manh-ah?”tanyanya
“gini ajah…sekarang relaks…kamu nikmati aja dulu ini…nanti tante ajarin,” kataku sambil menahan nafsu yang semakin tinggi. Gimana tidak…sembari ngobrol pe**s di tanganku seakan semakin keras dan besar.

Lebih kurang tiga menit aku memperlakukan pe**s Obet dengan tanganku…dan belum ada tanda-tanda keluar sampai menit ke empat.. akhirnya aku coba garap juga dengan mulutku. Aku cium-cium dulu….baru kemudian aku jilati batang pe**snya. Segera Obet menggeliat ketika pertama kali lidahku menelusuri batangnya.

“aaarrrrhhhh…..,”erangnya lirih
Aku lakukan semakin intensif sekitar satu menit sebelum akhirnya aku rapatkan bibirku mengunci batang pe**snya sambil menghisap kuat.
“goooossshhhhhh….aaahhhhhhhh…,”setengah membuka matanya yang tadi terpejam dia melirik aku.
“oocchhh Tanhhh..hhh…Obe-beth tak menyangka tanteeehhhh…jago menghisappp kayak di filmmmmm be-be----ooohhhh,” katanya tak mampu meneruskan ucapannya.

aku semakin percepat hisapan dan kocokanku diselingi urutan ke dua bola Obet. Obetpun makin kelojotan. Beberapa detik kemudian dengan lenguhan keras..pantatnya mengencang dia tahan kepalaku di batangnya.
“inihhh tan-teeehhh..Ob-bethhh keluuu------aaarrrrrrhhhhhhhhh,” lenguhnya

Aku bisa merasakan batangnya berkejat-kejat dan tiga-empat kali tembakan pejuhnya mengenai rongga mulut belakangku. Ku hisap dan aku telan semua…Gila…banyakl banget santan anak muda ini…penuh rasanya mulut dan tenggorokanku…
Di kejatan terakhir meleleh santan di sudut bibir mulutku.

Aku tersenyum melihat Obet terbaring lemas di sofa. Aku tidak khawatir ada orang yang meilihat karena praktis cuma aku dan Obet di rumah. Aku tinggalkan Obet setengah terlelap di sofa menuju toilet dekat ruang keluarga itu.

Di toilet aku segera ke kamar untuk mempersiapkan rangsangan selanjutnya. Termasuk mempersiapkan diriku yang akan dipuasi oleh Obet. Di kamar aku copot tanktopku juga bra-ku. Aku ambil gaun rumah dengan tali bahu satu jari dan….no-bra. karena gaun rumah ku itu panjangnya sampai 10 cm di atas lutut..untuk semakin merangsang kembali Obet aku copot juga jeans hotpant ku hingga aku hanya mengenakan tong-ku.

Aku keluar kamar dan berjalan ke ruang keluarga di mana tadi Obet terkapar. Aku lihat sofa dan ternyata dia sudah duduk sambil mengatur nafasnya.
“gimana…capek ya saying,” kataku dengan suara kumanja-manjakan
“iyah…tan..tante hebat…badan Obet seperti di lolosi,” katanya sambil merapikan kaos dan celananya.
“ah bisa ajah…,”kataku tersenyum.
“ayo di minum lagi..habiskan saja…kalo kurang di kulkas masih ada,” kataku menunjuk minuman di meja dan memalingkan muka ke dapur.
“iya Tan..makasih…fieeehhh….gluk..gluk..ahhhh,” katanya sembari kemudian minum.
“ Tante kenapa ganti pakaian,” katanya meletakkan gelas.
“kenapa…ndak suka,” tanyaku mengerling
“eh..eng…enggak koq….Obet suka…makin hot…apalagi itu kelihatan,” katanya nyengir nakal sambil menunjuk putting payudaraku.
“iihhh…udah berani nakal ya,” kataku pura-pura merengut, membetulkan tali gaun rumahku yang sempat melorot memperlihatkan sedikit pentil susuku.

“mm…Tan…mmm,” katanya kesulitan menemukan kata-kata.
“kenapa sayang,” kataku sambil duduk di sebelah kiri dia. aku tumpangkan kaki kanan ke kaki kiri. gaunku terangkat naik dan memperlihatkan sebagian paha putihku.
“mm..ta-tadi tan-tante bilang mau dipuaskan…gimana caranya sih,” tanyanya sambil memandang bolak balik ke wajah-dada-paha-ku.
“begini lho…sini mendekat tante sini,” kataku sambil menepuk sofa di antara kami. Obet pun beringsut mendekat dan menempel ke aku.

Setelah dia mendekat aku pegang lengannya.
“Bet…kamu tahu kalo perempuan…seperti tante ini…seneng kalo lihat anak muda cakep dan keren seperti kamu,” kataku sambil membelai pipinya
“ke-kenapa memang Tan,” tanyanya heran
“karena…energinya besar….sshhh….dan masih malu-malu…ssshhh…kayak kamu,” kataku separuh mendesis.

Aku kecup pipinya. Matanya memejam. Aku sudah semakin terbakar birahi. Aku rasakan miss V ku makin bergetar dan cairannya semakin banyak. Aku ciumi pipi dan cuping telinganya. Tanganku satu di belakang kepalanya…satu lagi di pahanya dan merayap mencari batang pe**snya. woooowwwww…ternyata segera menggeliat batang besar-nya yang ekstra di banding dengan kawan-kawannya bahkan eks-hubby-ku. Benar-benar anak muda yang energinya besar.

Aku sudahi menciumnya. Aku tersenyum melihat tangannya gemetar tidak tahu harus memegang apa. matanya masih terpejam. Dan waktu matanya terbuka aku tertawa kecil. Mukanya lucu. kegairahan yang terputus.

Kupeluk dan kuelus-elus kepalanya. Perlahan lorotkan tali gaun-ku. Kutarik ke bawah dan kurapatkan pentil teteku ke mulutnya. Obet masih menutup matanya. Tak sabar, kulepaskan pakaianku, hingga aku setengah telanjang. Kugesek-gesekkan kedua buah dadaku ke pipinya.
"Isap tetek tante.." kataku berbisik. Perlahan Obet membuka mulutnya dan mengisap pentil tetekku dengan lembut. Uh... gila bener. Tubuhku terasa bergetar.

Saat itu, kubuka bajunya, hinga Obet juga setengah telanjang. Bergantian kuberikan pentil tetekku untuk diisapnya.
"Kamu pasti mau ini, kan?" tanyaku berbisik. Obet tak menjawab. Dia terus mengisap-isap tetekku.
Aku sudah tak tahan. Kulepas gaun-ku. Aku sudah telanjang bulat. Kuminta Obet melepas celananya pula. Obet dengan sigap mengikuti permintaanku. Aku memeluknya dan perlahan membimbingnya ke karpet dekat kursi tamu. Kurebahkan diriku.
"Naik ke tubuh tante," pintaku. Obet menaki tubuhku. Kutuntun burungnya yang mengeras ke arah lubang vaginaku. Burung berukuran sedang itu dengan cepat hilang tertelan vaginaku. Kubiarkan sesaat. Nyatanya, Obet tak lama bertahan. Dia mulai menarik-cucuk jalan tolnya di vaginaku. Aku merasakan sensasi yang luar biasa. Baru beberapa kali dia menarik-cucuk jalan tolnya itu,. dia sudah merangkulku dengan kuat. AKu tahu dia pasti orgasme. Benar... crooot...croot...croot, maninya tumbah dalam liang vaginaku. Sebenarnya aku sangat kecewa. Tapi aku harus sabar, kalau aku ingin menikmati tubuh Obet. Usianya memang masih sangat mentah.

Obet terkulai di atas tubuhku. Perlahan aku mendorongnya ke samping dan menyelimutinya. Sepuluh menit kemudian dia berdiri dan pipis ke kamar mandi. Aku tersenyum.
"Bagaimana... enak?" tanyaku. Obet tak menjawab. Wajahnya tertunduk. Kubimbing dia naik ke tempat tidur di kamar. Kuselimuti tubuhnya, menungu dia segar kembali. Obet membelakangi tubuhku. Dia menghadap ke dinding. Mungkin dia masih malu dan sungkan. Setelah 20 menit, aku perlahan memeluknya dari belakang dan membelai-belai dadanya. Kurapatkan buah dadaku ke punggungnya.
"Kamu hebat.." kataku. Obet diam saja. Tanganku terus mengelus sekujur tubuhnya. Sampai ke jalan tolnya dan buah jakarnya. Walau Obet masih tetap membelakangi tubuhku, namun aku merasakan jalan tolnya mulai bangkit. Dengan sabar aku terus mengelusnya, sementara, vaginaku sudah basah berlendir. Dan jalan tol Obet sudah mulai keras. Cepat kulepaskan selimutnya. Kutarik tubuhnya agar telentang. Langsung aku menaiki tubuh itu. Kuarahkan jalan tolnya menusuk lubang vaginaku. Aku yang sudah sangat horny, mengguyang tubuhnya dari atas. Sebelah tetekku kuarahkan ke mulutnya dan Obet mengisapnya. Aku sepertai kesetanan. Terus kuguyang dan kugoyang dari atas. Tubuh kami benar-benar rapat bersentuhan dan bergesekan. Akhirnya kutekan semakin dalam tubuhku, hingga jalan tolnya benar-benar hilang dan aku bergetar. Aku benar benar orgasme.
Dengan cepat kubaliknya tubuhku. Kini Obet sudah berada di atas tubuhku. Aku tak mau, dia kehilangan kenikmatan. Kukangkankan kedua kakiku.

Obet mulai menarik-cucuk jalan tolnya dalam lubangku yang sudah basah dan becek. Makin lama, Obet mengocok lubang vaginaku semakin cepat dan cepat. Aku tahu, tak lama lagi dia pasti orgasme. Walau sebenarnya aku sudah lemas, tapi aku tak mau mengecewakan Obet. Kujepit kedua kakiku ke punggungnya.
"Aaaakkkhhh..." Obet berteriak pelan, sembari amenekan jalan tolnya sekuat-kuatnya ke dalam vaginaku dan memelukku kuat sekali. Tanpa sadar, dia menggigit pentil tetekku, membuat aku blingsatan. Croooot...crooot...croot... Terasa mani Obet memasuki rahimku. Kupeluk dia dan kucium pipinya.
"Kamu hebat Obet. Kamu hebat..." bisikku ke telinganya.

--end--

No comments:

Post a Comment