Perkenalkan Pembaca , nama saya Roger, umur 28 tahun, tinggi 180 cm,
wajah keren abis. Akibat semua pesona cowok saya punya, saya jadi doyan
plesir dan gonta-ganti pacar. Memang secara materi saya sudah memiliki
usaha sendiri dari warisan orang tua yang berkembang dengan permodalan
asing, mobil dan rumah juga sudah memiliki.
Pengalaman saya bermula dari ketika pertama kali saya membeli rumah
disebuah kawasan elit di perbukitan. Memang tetanggaku tidak begitu
banyak dan rata-rata adalah bisnisman yang meninggalkan rumah di pagi
hari hingga menjelang malam. Hari itu tidak seperti biasanya, setelah
semalaman saya berkaroke ria dengan client-client perusahaan, dengan
agak sedikit sakit kepala , saya mulai bangun dan melihat jam dinding
kamar. Astaga , ternyata sudah pukul 09.30, iya sudah, sudah kepalang
tanggung saya memutuskan untuk berangkat agak siangan saja. Sambil
berjalan ke depan dari depan pagar hidup tiba-tiba melintas didepan
saya dengan segarnya seorang cewek yang cantik dengan menggendong jamu
sambil berteriak : " Jamu, jamu mas, biar awet muda dan seger terus",
dia mulai menjajakan jualannya. Saya menjadi terpana melihat bakul jamu
ini, wajahnya cantik seperti umurnya belum 18 tahun, body menggairahkan
dengan pakaian khas jawa, tapi dadanya menggunung dengan ukuran 37 lah.
Sepontan saya memanggilnya :
" Mau Mbak jamunya". Si Mbak dengan senyum manisnya memasuki pagar halamanku dan duduk mendekatiku.
" Mau yang mana Mas? Ada Kunir Asam, beras kencur, temu lawak".
"Apa aja yang manis dan tidak pahit" .
Tiba-tiba si Mbak menyeletuk : " Kalo pahit lihat saya saja Mas, nanti
jadi manis". Wah berani juga si Mbak menggoda pikirku, saya mulai
mengamati si Mbak ini dengan lincahnya memindah botol jamunya, tiba-tiba
ketika membusungkan badan, jantungku berdesir kencang, pagi-pagi uda
dapat pemandangan yang indah, ternyata si Mbak jamu tidak memakai BH
sama sekali dan hanya memakai kain kemben yang agak kedodoran sehingga
saya bisa melihat bentuk buah dadanya yang besar dan ranum itu. Memang
perumahan kami agak diluar kota sehingga kadangkala kami berinteraksi
dengan orang-orang yang masih tinggal taraf hidupnya. Pemandangan ini
saya nikmati dengan leluasa, seirama dengan gerakan tubuh si Mbak,
payudaranya bergoyang-goyang, apalagi ditambah ukuran yang kalo
diperkirakan 37 B membuat saya memutar otak untuk lebih dalam
mengenalnya.
Singkat cerita, pagi itu saya mulai mengenal gadis jamu tersebut bernama
Nana, anak dari desa dibawah bukit, umur ternyata baru 16 tahun. Karena
kondisi ekonomi yang kurang, dia tidak dapat melanjutkan sekolah dari
SMP kelas 2 dan kemudian mulai bekerja membantu keluarganya. "Sayang
cantik-cantik mesti kerja keras, kok nda cari suami yang kaya saja Mbak
Nana?" tanya saya mulai menggodanya. Dengan tersipu-sipu dia menjawab : "
Apa ada yang mau sama saya toh Mas, pacar saya saja kadangkala tidak
setia". "Edan pacarmu, ora(tidak) waras", jawab saya agak ketus. Dalam
hati saya kecewa, ternyata uda ada yang punya, tapi justru saya menyukai
tantangan seperti ini, merebut cewek-cewek yang sudah punya pacar.
Akhirnya saya mulai menyiapkan jurus meluluhkan hati wanita, saya
mengeluarkan uang lima puluh ribuan untuk membayar jamu yang cuman
segelas itu. "Waduh tidak ada kembalinya Mas", jawabnya. "Saya wong nda
minta kembalian kok", jawab saya. Dengan gembira Mbak Nana menjawab :
"Terima kasih ya Mas".
Hari itu karena kesiangan saya baru tahu ada gadis cantik penjual jamu
yang setiap pagi masuk ke perumahan kami. Hari-hari berikutnya saya
sengaja menunggu Mbak Nana ini yang kadang sekedar supaya lebih akrab
bahkan seringkali Mbak Nana mulai betah agak lama di rumahku, karena
saya tinggal seorang diri tapi cakap dalam menjaga kebersihan ruangan.
Kadangkala saya mulai bercanda dan kalau Mbak Nana sudah agak cemberut
dia kadangkala berusaha mencubit aku. Yah pastinya saya tidak lupa untuk
tetap membayar LEBIH buat jamunya.
Setelah sebulan lebih berkenalan, tiba-tiba pada suatu hari, seperti
biasanya, saya memesan jamunya. Tapi hari ini wajah Mbak Nana agak
cemberut dan tertekan sekali. Dia saat itu agak masuk ke ruang tamuku
dan kelihatannya mau curhat denganku. Setelah duduk dibawah , Nana mulai
agak memerah matanya, saya langsung memulai memberikan perhatian : "
Ada apa sih Mbak, kok kelihatannya ada maslah berat?" Tiba-tiba dengan
sesenggukan dia bercerita bahwa cowoknya meninggalkan dia dan mengatakan
kalau telah menemukan gadis yang lebih cantik dari dia. Tak tahan
dengan perasaannya, saya mulai mendekat dan merangkul pundaknya untuk
menenangkannya. Posisi tersebut justru membuatku leluasa dapat melihat
dadanya dari jarak yang lebih dekat. Ternyata tanpa saya duga, Mbak Nana
justru membenamkan kepalanya ke dadaku, secara refleks saya
menyambutnya dengan memeluknya dengan hangat sekali. Ini membuat gairah
saya menjadi naik, tapi karena sudah berpengalaman saya memilih untuk
tidak terburu-buru .
Setelah agak tenang Mbak Nana, dengan agak lirih berkata : " Maaf ya
Mas Roger bajunya basah kena ingus sama air mata Nana". " Nda papa Mbak,
saya sedih melihat Mbak sedih, buat saya Mbak Nana adalah gadis jamu
tercantik dan termanis disini", jawabku. Mbak Nana sedikit tersenyum dan
menengadahkan kepalanya persis didepan mata saya, tangan saya mulai
membelai wajahnya , nafasnya dapat saya rasakan. Tak terasa saya mulai
mendekatkan wajah saya dan mencari mulutnya. Ketika mulut kami mulai
beradu, Nana mulai memejamkan matanya. Dengan penuh perasaan saya mulai
mencium bibirnya yang mungil , sambil menunggu reaksinya, kuatir kalo si
Mbaknya marah. Ternyata Mbak Nana tidak memberontak sama sekali,
sehingga saya mulai memberanikan menciumnya lebih dalam lagi serta
mencari lidahnya. Kami mulai berpelukan lebih erat lagi dan reaksi Mbak
Nana ternyata juga membalas ciumanku dengan ganas. Tak disangka
ternyata Mbak Nana juga sudah memiliki pengalaman pikirku, maka kucoba
untuk bereksperimen lebih jauh lagi. Ciumanku mulai berjalan menuju ke
leher Mbak Nana yang halus dan mendekati kupingnya serta berputar-putar
mencoba mengelitik dan menjilat dengan lidahku. " Ehm eh ah ah" , Mbak
Nana menahan kenikmatan ciumanku. Secara naluri laki-laki saya mulai
merasakan gairah seorang wanita yang sudah saya impikan sebelumnya, tapi
saya pantang untuk bermain cepat, saya cenderung membiarkan seorang
wanita merasakan gairah yang meledak-ledak sebelum bersetubuh. Lidah
saya mulai menjalar menciumi payudara Mbak Nana dari atas dengan meremas
–remasnya dari luar kembennya. Tubuh bagian bawah Mbak Nana
dibalik kebayaknya sudah agak kedodoran dan dia juga menikmati
gesekan-gesekan dari penisku yang mengenai vaginanya.
Frekuensi ciumanku mulai ditingkatkan, ciumanku mulai bermain dengan
bibirnya dan tanganku mulai merambat ke payudaran Mbak Nana yang sintal
itu. Mbak Nana muali merintih dan nafasnya muali tidak teratur.
Tiba-tiba saat itu saya mulai menggendong tubuh Mbak Nana serta
menciuminya menuju ke kamar saya. Tubuh cantiknya saya berdirikan
disamping tempat tidurku, dan kami mulai berciuman lagi. Secara
pelan-pelan saya mulai membuka baju yang dikenakan Mbak Nana, dengan
melepas baju atasnya dan yang paling unik adalah melepas kain kebayanya .
memang terdiri dari lilitan kain sehingga, ketika terlepas, saya
menyaksikan pemandangan yg menakjubkan dari seorang gadis jamu, kuning
kecoklataan tubuhnya, padat berisi dan baunya harum, mungkin karena Mbak
Nana rajin minum jamu setiap hari. Setelah itu tubuh Mbak Nana masih
tertutup dengan penutup dada dan celana dalam. Sampai pada titik itu,
saya dengan lembut membaringkan tubuhnya ke kasurku. Setelah membuka
pakaianku sendiri, saya mulai naik keatas tubuh Mbak Nana dan terara
hangatnya tubuh kami ketika berpadu. Kami bercium lagi dan saya mulai
meraba-raba payudara Nana dari balik penutup payudara tradisional yang
kedodoran itu. Setelah menyentuhnya, saya merasakan kekenyalan dari
bukit idaman lelaki itu, sedangkan Mbak Nana merintih sambil tangannya
mendekati selangkangan dan mencoba untuk memegang penisku. Tanganku
muali menggapai pengait dibelakang penutup dadanya dan menariknya
sehingga dua gundukan payudaranya benar-benar terpampang dihadapanku.
Takjub saya dibuatnya, besar dan ranum, kuning kecoklatan dengan lingkar
puting yang agak besar dan putingnya agak tinggi menantang untuk
dicicipi. Saya mulai menjilat dan mencium dengan penuh perasaan,
sedangkan Mbak Nana mulai mendesah-desah dan menahan kepalaku didadanya.
Tanganku mulai meraba-raba bagian perutnya dan mulai turun ke arah
bukit kecil kenikmatan vaginanya yang masih tertutup celana dalamnya
yang sudah basah oleh lendir. Lidahku mulai menjalar kearah perutnya dan
menuruni lingkar pinggangnya sembari tangan saya meraba-raba bagian
pribadi Mbak Nana. Saya mengerti bahwa Mbak Nana sudah sangat
terangsang, maka dengan satu sentuhan saya perlahan-lahan mulai
menurunkan celana dalam Mbak Nana. Maka terpampanglah dihadapan saya
pemandangan vagina Mbak Nana yang indah, agak sedikit basah,
bulu-bulunya masih jarang, dan saya jadi tergoda untuk mencicipi
keindahan barang pribadinya. Dengan berlahan, saya mulai menjilati
selangkangan Mbak Nana sambil membelai-belai vaginanya. Mbak Nana,
ternyata mulai memegang kepalaku dan meregangkan kakinya. Ketika saya
makin mendekati bibir vaginanya, secara spontan saya menjulurkan
lidahku, membelah dinding vagina Mbak Nana dan mulai menjelajahi area
lubang vaginanya, bibir atasnya dan semakin keatas merambat ke karah
klistorisnya. Cairan lendir berbau khas kewanitaan mulai membasahi dan
terasa dilidahku, disamping itu Mbak Nana merespon dengan menjepit
kepalaku dan merintih : " Ahh, Mas Roger, oooh enak Mas".
Lidahku semakin asyik menjilati klitoris Mbak Nana, mula-mula dengan
bergerak naik dan turun, kemudian dengan berputar-putar di klitorisnya.
Mbak Nana juga kadang-kadang menaikkan pantatnya dan menekan kepalaku
dengan tangannya, seperti memohon untuk menciumi vaginanya lebih dalam
lagi. Setelah semakin cepat jilatanku tiba-tiba Mbak Nana mendesah
dengan agak keras : " Mas Roger, saya nda kuat lagi." Dan dia berorgasme
untuk awalnya dengan disertai cairan yang membanjiri ranjang saya. Saya
memahami dan berusaha untuk membangkitkan gairahnya lagi dengan
melakukan ciuman-ciuman lagi. Sesaat saya mulai menciumi payudaranya
lagi dan menggulumnya dengan lebih dahsyat lagi. Kemudian saya
membalikan tubuhnya dan mulai menjilati daerah bibir pantatnya. Mbak
Nana kembali terangsang rupa-rupanya. Ketika lidahku mulai menjelajahi
bibir anusnya , tangan Mbak Nana mulai meremas-remas sprei kami dan
tidak henti-hentinya merintih-rintih.
Saya sudah mulai ingin merasakan kenikmatan dari vagina Mbak Nana,
dengan lembut saya membalikkan tubuhnya, dan dengan berlahan saya
membimbing penis saya kearah lubang vagina yang sudah basah itu.
Ternyata memang lubangnya agak seret dan masih agak susah ditembus.
Tanpa habis akal saya mulai mengesekkan dengan memaju mundurkan penis
saya di lubang vaginanya secara berlahan-lahan. Mbak Nanapun mulai
mendesah keenakan, hingga tiba-tiba vaginanya terasa melebar dan penis
saya amblas masuk ke dalam rongga vaginanya. Saya kaget, karena rasanya
seperti di cengkram dan masih kencang vagina Mbak Nana. Saya mulai
memompa vagina Mbak Nana, dan makin lama dia juga mengikuti gerakan naik
turun saya. Mulut kami kembali berpautan dan lidah kami kembali
menjelajah di sela-sela mulut dengan ganasnya. Setelah kurang lebih 20
menit memompa, tiba-tiba Mbak Nana kembali menjerit dan sejenak menjadi
lemas, tanda dia telah mencapai orgasme yang kedua. Sayapun juga karena
sudah berdenyut-denyut dalam liang kenikmatan, saya akhirnya cepat-cepat
mencabut penisku dan memuntahkan di luar vagina Mbak Nana. Hal ini
kulakukan karena tidak mau menghamili cewek dulu. Semenjak itu saya
sering melakukan hubungan seks dengan Mbak Nana. Hingga tiba-tiba karena
ada penggusuran lahan Nana harus pindah ke desa lain yang jauh dari
rumahku.
No comments:
Post a Comment