Segera saja kuselesaikan hisapanku di lubang kemaluan Indah. Kurasa
dengan lubang kemaluan Indah, aku tidak akan merasa kesulitan, lubang
kemaluan Indah kunilai sama dengan punya Anna dan Lia waktu pertama kali
dimasuki batang kejantananku. Yang kupikir, kesulitannya adalah lubang
vagina Devi, selanjutnya kusuruh Indah untuk bersiap-siap juga.
Kuludahi batang kemaluanku agar licin, lalu kuarahkan perlahan kepala
kemaluanku itu ke lubang surganya Devi. Kutekan sedikit, meleset,
kuposisikan lagi, tekan lagi, tetap saja meleset, tidak mau masuk.
Untunglah Anna dan Lia datang, mereka berdua tanggap dengan kesulitan
yang kuhadapi. Lia dengan sigap menepiskan kedua sisi vagina Devi dengan
kedua sisi telapak tangannya. Lubang senggama Devi bisa terkuak, kucoba
masukkan lagi, ternyata masih meleset juga, Anna yang melihat hal itu
tanpa ragu-ragu juga ikut turun membantuku. Anna mengulurkan jari
tanggannya, memijat bagian atas dan bawah lubang senggama Devi, sehingga
secara elastis lubang kemaluan Devi bisa lebih terkuak sedikit. Aku
berkonsentrasi memasukkan kepala kejantananku ke lubang senggama Devi
itu.
Kepala kemaluanku dengan sedikit kupaksakan, bisa masuk ke lubang
surganya Devi, kutahu Devi merasa kesakitan. Devi hanya meringis dan
dari sudut matanya meleleh air matanya. Indah yang dari tadi menunggu
giliran lubang senggamanya ditembus batang kejantananku, karena
mengetahui bahwa aku mengalami kesulitan, akhirnya ikutan pula
membantuku memuaskan Devi. Tanpa malu-malu, Indah menyodorkan puting
susunya ke mulut Devi, layaknya ibu kepada bayinya yang minta susu. Devi
mengulum puting susu Indah dengan kuat. Indah merasakan kalau puting
susunya digigit oleh Devi, Indah diam saja, hanya sedikit menyeringai,
menahan sakit tentunya.
Aku menekan terus, sehingga sudah separuh batang kejantananku masuk ke
dalam lubang senggama Devi. Kepala kemaluanku bagaikan disetrum dan
dihisap oleh suatu tenaga yang luar biasa mengenakan. Kutekan sekuat
tenaga, dan "Blusss..."
Masuknya seluruh batang kejantananku ke dalam lubang kemaluan Devi
diiringi dengan dua jeritan. Yang pertama adalah jeritan Devi sendiri
karena merasa sakit dan enak, matanya sampai meram melek, kadang
membelalak. Satunya lagi adalah jeritan Indah, sebab tanpa Devi sadari,
Devi telah menggigit keras puting susu Indah yang masih dikulumnya itu.
Anna dan Lia hanya tersenyum-senyum saja, kubiarkan batang kejantananku
membenam di dalam lubang senggama Devi. Kurasakan empotan-empotan vagina
Devi. Setelah sekian lama aku menikmati, kumundurkan pantatku, ternyata
bibir kemaluan Devi ikut tertarik. Bibir kemaluan Devi mengikuti
gerakan pantatku, begitu aku mundurkan maka bibir kemaluan Devi akan
mencuat ke atas karena ikut tertarik. Sebaliknya, jika kumajukan lagi
pantatku, maka bibir kemaluan Devi pun ikut mencuat ke bawah dan
terbenam. Sungguh fantastis, aku tidak menyesal merasakan enaknya yang
luar biasa.
Kupercepat gerakan maju mundurku, semakin lama aku merasakan lubang
senggama Devi membasah dan membanjir. Lorong lubang vagina Devi pun
semakin licin, tetapi tetap saja sempit, sampai akhirnya Devi terkuras
tenaganya dan tidak bisa mengimbangiku mencapai puncak kenikmatan. Tubuh
Devi berkali-kali menegang.
"Oommm... Devi pipis lagi... ahhh..." desahnya.
Cairan mani putih dan hangat milik Devi merembes deras keluar dari
celah-celah lubang kemaluannya yang masih disumpal oleh batang
kejantananku.
Devi sudah lelah sekali, aku pun sudah mulai bergetar pertanda puncakku
pun sudah dekat, maka kucabut saja batang kemaluanku dari lubang
senggama Devi.
Begitu kucabut, terdengar bunyi, "Ploppp..." seperti bunyi batang pompa dikeluarkan dari pipanya.
Devi kusuruh istirahat, ternyata Devi suka menyusu juga, karena puting
susu Indah ternyata masih dikulumnya. Devi manja tidak mau melepaskan,
sampai akhirnya, Anna yang sedang duduk-duduk berkata.
"Eh Vi... udah dong neteknya, kasihan tuh Indah, kan sekarang gilirannya
dia." Anna mengingatkan, "Besok-besok kan masih bisa lagi..." tambah
Anna.
"Iya-iya... aku tahu kok..." Devi akhirnya menyadari, lalu melepaskan puting susu Indah dari mulutnya.
"Vi... nih kalo mau... puting susuku juga boleh kamu isepin
sepuasnya..." ujar Anna sambil memijat-mijat sendiri puting susunya yang
membenjol paling besar sendiri.
Devi mau saja memenuhi ajakan Anna, maka kulihat Devi begitu rakusnya
mengulum dan menyedot puting susu Anna. Kadang Devi nakal, menggigit
puting susunya Anna, sehingga Anna menjerit kecil dan marah-marah.
Setelah lepas dari Devi, Indah kemudian menempatkan diri dan
bersiap-siap. Indah mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, sehingga
terkuaklah lubang senggamanya yang sudah cukup basah karena cairan mani
yang meleleh dari dinding di lubang vaginanya. Betul juga, aku berusaha
tanpa melalui kesulitan, berhasil memasuki lubang senggama Indah,
seperti halnya aku pertama kali menerobos lubang kemaluan Lia dan Anna.
Kumasukkan batang kejantananku seluruhnya ke dalam lubang kenikmatan
Indah. Indah menahan perih, karena keperawanannya baru saja kutembus.
Tetapi karena sudah sangat bernafsunya, maka rasa perih itu tidak
dirasakannya lagi, yang ada hanyalah rasa enak, geli dan nikmat. Indah
meram melek merasakan adanya batang kejantananku di dalam lubang
senggamanya.
"Oom Agus, gerakin dong..." Indah memintaku untuk segera memulai.
"Baik Indah, Oom minta Indah imbangi Oom ya...!" Indah tidak menjawab tetapi hanya manggut-manggut.
Kumulai saja gerakan maju mundur pantatku, batang kemaluanku masuk dan
keluar dengan leluasanya, pertama dengan perlahan dan kemudian
kupercepat. Indah sudah banyak belajar dari melihat langsung permainanku
tadi dengan Lia, Anna, maupun dengan Devi. Indah memutar-mutar
pantatnya sedemikian rupa. Aku merasa kalau Indah yang pendiam ternyata
mempunyai nafsu yang besar. Kurasa Indah akan lebih kuat mengimbangiku.
Betul juga dugaanku Indah memang kuat juga, setelah hampir seperempat
jam kuberpacu, Indah masih belun juga mengeluarkan cairan maninya,
sedangkan aku sendiri memang masih bisa menahan puncak orgasmeku,
disebabkan aku telah minum obat dopping 6 pil sekaligus.
"Ayoooo Oomm... Indah merasa enakkk... terusiiinnn..." Indah kembali meracau.
Kuteruskan memacu, aku heran, kenapa Indah bisa selama ini, padahal Indah baru pertama kali merasakan nikmatnya senggama.
"Indah... kamu kok kuat sekali sih...?" tanyaku sambil terus memacu.
"Ini berkat obat Oom lhoooo..." jawab Indah bersemangat sambil
memutar-mutarkan pantatnya ke kiri dan ke kanan, sedangkan kedua
tangannya meremas-remas payudaranya sendiri dan sesekali menarik-narik
puting susunya yang masih menegang.
Aku kaget juga mendengar pengakuan Indah, sampai aku berhenti melakukan gerakan. Ternyata Indah meminum obatku juga, jelas saja.
"Kok berhenti Oom... gantian Indah yang di atas ya?" kata Indah lagi.
Aku diam saja, kami berganti posisi. Kalau tadi Indah dalam posisi aku
tindih, sekarang Indah yang berada di atas dan menindihku. Indah
menaik-turunkan pantatnya, maju mundur, perlahan dan cepat, kadang
berposisi seperti menunggang kuda, liar dan binal.
Permainan dalam posisi Indah di atas dan aku di bawah, ternyata menarik
perhatian Lia. Dari tadi Lia memang hanya melihat pergulatanku dengan
Indah.
"Oom Agus... masa sih kalah sama Indah..." sindir Lia kepadaku.
"Ngga dong... tenang saja Lia..." jawabku membela diri.
Kulihat juga Devi rupanya menyudahi kegiatan menyusunya dari puting susu
Anna. Mereka bertiga rupanya tertarik menontonku. Kadang berkomentar
yang membuatku tersenyum.
"Yaccchhh... Oom Agus ngga adil... Oom Agus curang, sama Indah bisa selama ini, sama Anna kok cepet sekali." Anna memprotes.
"Lho, kan Anna tadi sudah kecapean, maka Oom suruh istirahat, dan cuma Indah sendiri yang belon capek nih..." lanjutku.
Indah sudah berkeringat banyak sekali, aku merasakan ada cairan hangat
yang merembes di batang kejantananku. Aku sendiri mulai merasa adanya
desakan-desakan dari pangkal kemaluanku.
"Oomm... Indah udah ngga kuat nahannya nih... sshh heehh..." kata Indah sepertinya menahan.
Mendengar ini, langsung saja kuganti posisi lagi. Aku kembali di atas dan Indah di bawah, kupercepat gerakanku sampai maksimal.
"Oommmm... Indahhh... aaakkkhhhh... hekkksss aahhh..." Indah menjerit histeris.
Tubuhnya menegang dan memelukku dengan erat, rupanya Indah telah
mencapai puncak nikmatnya, dari dalam lubang senggamanya menyemprot
berkali-kali cairan maninya yang hangat menyiram kepala kejantananku
yang masih berada di dalam lubang vaginanya.
Lubang kemaluan Indah dibanjiri oleh cairan maninya sendiri, becek
sekali vagina Indah. Batang kejantananku sampai terasa licin, sehingga
menimbulkan bunyi berdecak. Indah sudah tidak bisa mengimbangiku,
padahal aku dalam keadaan hampir sampai, katakanlah menggantung. Kucabut
saja batang kemaluanku dari lubang senggama Indah, lalu kutarik Devi
yang sedang duduk bengong, kusuruh Devi tidur telentang dengan kaki di
kangkangkan. Devi tahu maksudku. Segera saja Devi melakukan apa yang
kusuruh. Anna dan Lia langsung riuh berkomentar.
"Yacchhh Oom Agus, kok Devi sih yang dipilih..." rungut Anna.
Sedangkan Lia hanya tersenyum kecut sambil berkata, "Ayoooo Oomm...
cepetan dong... habis ini kita makan... Lia udah buat capek-capek tadi."
sambil menyuruhku menyelesaikan finalnya.
Aku seperti terhenyak. Segera saja kumasukkan batang kejantananku ke
lubang senggamanya Devi yang masih merah. Beruntung sekali, lubang
senggama itu masih basah oleh cairan mani, sehingga hanya dengan
kupaksakan sekali saja langsung masuk. Lubang kemaluan Devi yang begitu
sempit memijat hebat dan menghisap batang kejantananku. Aku ingin
menyelesaikan puncak orgasmeku secepatnya. Makin kupacu gerakanku. Devi
yang tadinya sudah dingin dan kurang bernafsu langsung terangsang lagi.
Tidak sampai lima menit, aku memeluk erat tubuh kecil Devi dan
kumuncratkan cairan maniku di dalam lubang senggama Devi.
"Aaahhh... hiaaahhh... Cruuutttt... Crottt..."
Cairan maniku banyak sekali. Aku langsung lemas seketika. Batang
keperkasaanku pun sudah mulai loyo, sungguh pergulatan yang hebat. Aku
dikeroyok oleh empat gadis kecil dengan hisapan mulut senggamanya yang
luar biasa. Kucabut batang kejantananku dari lubang nikmatnya Devi.
Kemudian kuajak Devi dan Indah mandi sekalian denganku. Habis mandi kami
makan bersama, lumayan enak makanan buatan Anna dan Lia.
Setelah makan, aku mengevaluasi dan bercakap-cakap dengan gadis-gadis
kecil itu. Ternyata Anna, Lia, Indah dan Devi masih bersemangat dan
mereka mengajakku melakukannya lagi. Aku terpaksa menolak, kelihatan
sekali mereka kecewa. Untuk mengobati rasa kecewa mereka, kuberikan
kepada mereka kaset BF tentang lesbian untuk ditonton. Isi ceritanya
tentang hubungan badan wanita dengan wanita yang saling memberi
rangsangan. Aku hanya mengawasi saja, sampai akhirnya mereka
mempraktekkan apa yang baru saja mereka tonton.
Aku dikelilingi oleh gadis-gadis kecil yang haus sex. Besok harinya,
kebetulan adalah hari minggu, aku memuaskan gadis-gadis kecil itu dalam
berolahraga senggama, sampai aku merasa sangat kelelahan, sehari minggu
itu aku bercinta dengan gadis-gadis kecil. Betul-betul enak.
Kejadian ini berlangsung lama. Aku lah yang membatasi diri terhadap
mereka, sampai akhirnya mereka mengalami yang namanya masa datang bulan,
dan mereka juga mengerti kalau apa yang kusebut olahraga ternyata
adalah hubungan sex yang bisa untuk membuat adik bayi, tetapi mereka
tidak menyesal. Jadi jika akan melakukan senggama, kutanyakan dulu
jadwal mereka. Aku tidak ingin mereka hamil. Anna, Lia, Indah maupun
Devi akhirnya mengetahui kapan masing-masing akan mendapatkan jatahnya.
Setelah mereka berempat duduk di bangku SMU kelas 2, bisa dikatakan
telah beranjak dewasa dan matang, begitu juga umurku sudah menjadi 36
tahun. Aku sudah menjalin hubungan serius dengan wanita rekan sekerjaku,
lalu aku menikahinya dan aku membeli rumah sendiri, tidak lagi kost di
tempat Lia. Anna, Lia, Indah dan Devi pun sudah mempunyai pacar, tetapi
mereka tidak mau melakukan hubungan senggama dengan pacarnya. Mereka
hanya mau berbuat begitu denganku saja.
Karena aku sudah beristri, mereka pun memahami posisiku. Hubunganku
dengan mereka tetap terjalin baik. Istriku juga menganggap mereka
gadis-gadis yang baik pula, aku pun berterus terang kepada istriku
mengenai apa yang sudah kualami bersama gadis-gadis itu. Istriku
memakluminya, aku sangat mencintai istriku. Akan tetapi istriku kurang
bisa memenuhi kebutuhan seksku yang memang sangat tinggi. Karena istriku
mengetahui kekurangannya, lalu istriku yang bijaksana mengijinkan Anna,
Lia, Indah, dan Devi untuk tetap bermain seks denganku.
Pernah dalam semalam, aku melayani lima wanita sekaligus, Anna, Lia,
Indah, Devi dan istriku sendiri. Dari keempat gadis kecil itu, yang
paling sering menemaniku dan istriku bersenggama hanyalah Anna dan Lia.
Untuk Anna, disebabkan selain orang tua dan kakak Anna tidak tinggal di
kota ini, Anna takut tinggal sendiri di rumah besarnya. Hampir tiap hari
Anna menginap di tempatku. Untunglah para tetanggaku mengira kalau Anna
adalah keponakan istriku. Sedangkan Lia, masih tetap seperti dahulu,
papanya bekerja di ibukota dan mamanya masih bekerja di otomotif, kadang
justru tidak pulang, jadi jika begitu, Lia ikut pula menginap di
rumahku. Tante Linda masih percaya penuh kepadaku. Walaupun sepertinya
mengetahui hubunganku dengan anak gadisnya, aku santai saja.
TAMAT
No comments:
Post a Comment