Friday 1 June 2018

Bandung nikmat

Satu waktu aku dapet telpon dari seseorang, nomernya si ku gak kenal. Ya kuterima aja. Dia bilang dapet nomerku dari om ... (gak usah disebut deh ya). Aku inget, tu om pernah garap aku sampe aku lemes banget. Om yang nelpon sekarang mau ngajak aku ke Bandung, dia ada urusan jadi minta ditemeni aja. Aku okein aja ajakannya.

Pada harinya, aku dijemput sekitar magrib. Wah orangnya keren juga, tipe ku banget lah pokoknya. Dia nyetir sendiri, biar bebas aja katanya ketika ku tanya. Aku diajak makan dulu sambil ngobrol ngalor ngidul aja. Dia bilang om ... itu temen bisnisnya. Aku si gak nanya2 bisnis si om apa, dia juga gak usilan nanya2in aku dulu waktu dientot tu om gimana. stengah 8 kita baru jalan, mampir ke supermarket dulu untuk beli cemilan dan minuman. Jalan masi macet. Di mobil aku ngantuk dan tertidur, bangun2 mobil dah melaju kencang di tol. “Sampe mana om”. “Dah masuk tol ke bandung, kamu kalo ngantuk tidur ja, biar ntar malem melek terus”. Aku senyum ja sambil mencubit pinggangnya. “Eh, tangannya mulai nakal deh, kok yang dicubit pinggang, bukannya yang laen”. “Yang laen ntar aja di hotel, ntar nabrak lagi. om gak sabaran amir si”. "Kok amir, siapa tu". "Iya yang gantiin amat om". Dia tertawa. Aku tertidur lagi, tiba2 dia bangunin aku, kulihat dah jam 11 lewat. “Dah masuk Bandung Nez, bentar lagi sampe hotelnya”.

Beberapa menit kemudian kami sudah sampai di hotel. Aku turun dari mobil, si om ngeluarin peralatan kerjanya dari bagasi mobil, aku gak tau itu apa. Aku si cuma bawa satu tas kecil aja, pakean, daleman dan toileteris aja. "Banyak banget bawaannya om". "iya, belon tentu di tempat kerja tersedia, jadi katimbang nti repot nyari2 ya kubawa semua aja. Bentar aku panggil bell boynya aja”. Dia manggil bell boy untuk bantu bawain barang kami, kami cek in dan kemudian dianter menuju ke kamar yang telah di book sebelonnya. “Enak om kamarnya”. “Standardlah”, jawabnya. Buat aku si enak banget, ranjang besar, tv ukuran besar, ada lemari es mini. Kamar mandinya ada bathtubnya selain wc, dan toileteries lengkap. Kalo tau semua disediain aku gak bawa toileteries dari kos. “aku mandi dulu ya nez, ikutan yuk mandi”. “Inez dah mandi tadi pak”. Aku masukin tasku ke lemari trus berbaring di ranjang dan ngidupin tv, walaupun ada parabola nya tapi gak da film mesumnya hi hi. Aku nonton indovison aja, buat ngisi waktu, gak tau filmnya apaan. Lama juga si om mandinya. Keluar dari kamar mandi cuma sarungan pake anduk aja. “Gak mo mandi nez”. Aku ngegeleng. Dia mengeluarkan dua kaleng minuman ringan yang tadi dibeli di supermarket, dan memberikan ke aku satunya.

Aku mengambil satu kaleng tapi tidak kubuka, hanya kupegang-pegang saja. Dia berbaring disebelahku, tanganku dipegangnya dan aku ditariknya ke pelukannya. Dia menciumbibirku dengan penuh napsu. Aku menikmati sekali ciumannya, ketika bibirnya mendarat pas pada bibirku, aku membalas ciumannya dengan tidak kalah napsunya. “om.. Ah.. Ehh .. Ouhh,” aku gelagapan membalas serangannya. Dia melepaskan serangannya sebentar dan menatapku dengan tajam. Aku jadi jengah dan menghindari tatapannya. Ketika mata kami saling bertemu, dia memberi isyarat dengan menganggukkan kepalanya. Akupun mengangguk malu dan menundukkan mukaku. Dia tersenyum sambil melirik pada toketku.

Aku hanya tersenyum, kaki kutaruh di atas pahanya dan aku menyodorkan toketku ke depan mukanya. Tanpa diberi komando dia langsung meremas toketku dengan penuh nafsu. Tangannya kemudian membuka kaus sekaligus dengan bra ku. Dia menciumi toketku dan menghisap pentilku yang mulai mengeras. Toket sebelah kanan disedot dan dikulum, sementara sebelah kirinya diremas dengan tangan kanannya. Tangan kirinya mengusap-usap pipiku dengan lembut. Aku mengerang dan merintih ketika pentilku digigit kecil dan dijilat-jilat. “Ououououhh.. Nghgghh, om.. Ouuhh..”

Toketku yang imut dikulum habis sampai semuanya masuk ke mulutnya. Dia menggunakan jarinya untuk membelai daerah selangkanganku, gak terlalu terasa karena aku masi mengenakan jins yang tebel. “Om, napsu amir si ma inez, padahal toket inez kan gak gede”. “Tapi ngegemesin yang imut gini nez, pentil kamu juga imut, padahal dah sering diemutkan”. Aku menggesek-gesek kontolnya dibalik anduknya, terasa dah ngaceng keras banget. “Aah.. om ss.. Enak.. Teruss.. om.. Ahh”. Mendengar eranganku ketika pentilku diemut2nya, nafsunya sudah tidak dapat ditahan lagi. Dia merebahkan diri sambil menciumi leherku dan naik ke bibirku. Dia melepas ikatan anduknya dan terus menciumi aku dengan penuh nafsu, ditindihnya tubuhku diatas spring bed yang empuk. Dia melirik bayangan di kaca lemari. Badannya yang besar seolah-olah menenggelamkan badanku yang mungil. Sambil mendesah aku tertawa kegelian, “Ahh.. om napsu amat sih..” Dia melepas jins ku. Karena jinsku ketat, aku mengangkat pantatku untuk mempermudah dia melepaskannya, cdku langsung ikut diloloskan dari tubuhku. “Akhh..” Kami saling mengulum bibir dengan penuh napsu, nafas kami mulai tidak teratur. Kakiku menjepit pinggangnya. Dia menciumi leher kemudian turun ke toketku, lalu diisapnya pentilku. Terus turun dan menghisap pusarku, aku tidak tahan diperlakukan demikian, “om.. Akh.. Geli akh..” Dia terus menciumi puserku lalu turun dan saat sampai di depan selangkanganku, dia menurunkan kepalanya, menjilati pahaku dan sesekali menggigitnya. Aku mengganjal kepalaku dengan bantal dan memperhatikannya. Napsuku dah naek sampe ubun2.

Ketika mulutnya akan menyapu memekku aku menarik kepalanya ke atas dan menciuminya. Giliran aku menjilati telinganya. Diapun terangsang hebat. Aku melepaskan diri dari pelukannya dan menjilati dan menciumi tubuhnya. Dari lehernya bibirku kemudian menyusuri dadanya, dan “..Oukhh, nez.. Yachh.. ” dia mengerang ketika mulutku menjilati pentilnya. Dia menolak tubuhku karena tak tahan dengan rangsangan yang kuberikan pada pentilnya dan kemudian aku digulingkan kesamping. Bibirnya menyambar bibirku. Dia mendorong lidahnya menggelitik mulutku. Lidahku kemudian disedotnya. Tanganku menjelajah ke selangkangannya dan kemudian mengocok kontolnya yang semakin tegang dan besar.

“Om, masukin dong, Inez dah horni banget ni”. Tidak lama kemudian aku memegang erat kontolnya dan pantat serta pinggulku bergerak-gerak menggesek kontolnya. Kepala kontolnya kemudian masuk ke dalam lubang memekku yang sempit dan basah. “Akhh.. Oukkhh” Aku mendongakkan kepala dan memberikan kesempatan kepadanya untuk menjilati leherku. Aku memutarkan pantatku dan dengan tusukan keras akhirnya semua batang kontolnya sudah terbenam dalam memekku. Pinggulnya bergerak maju mundur menimba kenikmatan. Kadang gerakannya berubah menjadi ke kanan ke kiri atau berputar berlawanan dengan arah putaran pantatku. Sesekali gerakannya agak pelan dan digantungnya selangkangannya. Pantatku naik agak tinggi sehingga kepala kontolnya berada di bibir memekku dan kemudian dengan cepat diturunkannya pantatnya hingga seluruh batang kontolnya tenggelam ke dalam liang memekku. Punggungku naik dengan bertopang pada sikuku. Dia mengisap pentilku yang sudah mengeras. Gerakannya menjadi semakin liar dan berat. Tanganku kini memeluk punggungnya dan toketkua merapat pada dadanya. Aku meremas dan menjambak rambutnya, aku merintih dan mengerang keras. “Ahh.. Ouhh pak, inez mau nyampai, inez mau kelu.. Ar” “Sshh.. Shh, om sekarang ouhh.. Sekarang” aku memekik. Tubuhku mengejang rapat dan kakiku membelit kakinya. Mulutnya mencari-cari mulutku dan disambar agar aku tidak merintih terlalu keras lagi. Memekku berdenyut kuat sekali. Bibir kami saling bertautan dengan kuat. Mulutku setengah terbuka sambil mendesis-desis. Dia menggerakkan kontolnya dengan perlahan dan kadang dipercepat temponya. Kontolnya kujepit dan kuremas-remas dengan kuat pake otot memekku. Dan hal ini membuat dia semakin tidak tahan, kontolnya sepertinya sudah hampir meledak. Dia terus memompa kontolnya di memekku dengan tempo yang bertambah cepat. Nafasnya mulai memburu. Toketku diremas dan dipencet sehingga pentilku bertambah menonjol. Dijilatinya pentilku dan digigit-gigit dengan bibirnya. Dia menghentak-hentakkan tubuhku ke ranjang dengan kasar saat dia sudah tidak dapat menahan ledakan kontolnya, “Nez.. Akh.. Ouch.. Akh..”. Tubuhku juga mulai bergetar dan bergerak-gerak dengan irama yang liar. Mataku merem melek, bola mataku memutih. Kakiku menjepit pinggangnya. Tubuhnya mengejang dan dia menekan tubuhku hingga tubuh kami semakin merapat. “Akh.. om.. Nikmat sekali.. Sss.” “Yeah nez.. Akh..” “Akh.. Tekan yang cepat dan kuat om.. Akh..”, mataku merem melek menikmati sodokan kontolnya.
Dia kemudian mengangkat kedua kakiku. Dia dalam posisi setengah jongkok dengan tumpuan kedua lututnya. Tangannya memegang pinggangku dan kontolnya menekan dengan irama yang semakin cepat. Memekku terasa basah dan becek, namun kontolnya tetap bagaikan dijepit kuat dengan tang. “Akgh om.. Inez hampir.. Hampir keluarhh lagi..Ouchhgg akhh.”

Direbahkannya tubuhnya diatas tubuhku dan dipeluknya dengan rapat. Dia menikmati ekspresiku saat aku menunggu mencapai orgasme. Dia mendiamkan sejenak gerakan kontolnya. Aku memprotes dan tanganku memegang pinggangnya serta menggerakkannya naik turun. Dia mengehentakkan pantatnya naik turun dengan sedikit kasar. Keringat kami sudah mulai bercucuran. Tanganku meremas-remas pantatnya dan kadang menariknya seolah-oleh kontolnya kurang dalam masuk dalam memekku. Saat dia merasakan hampir meledak dia melambatkan gerakannya dan mengatur nafasnya sambil menghisap pentilku, kemudian mulai bergerak lagi. Tanganku meremas pundaknya dan dengan liar bibirnya mencari bibirku. Aku mendesah dan gerakanku sangat liar. “Yeah.. om.. Akhh. Om belum mau keluar juga.. Akhh ouchh..” aku mengejang dan mengangkat pantatku menekan kontolnya sehingga rasanya sampai di dasar rahimku, tubuhku melengkung dan tanganku mengusap pipinya dengan kuat. Dia menekan pantatnya perlahan namun penuh tenaga. Tubuh kami menggelinjang dengan hebat, kami berteriak dan tidak perduli jika ada orang lain yang mendengarnya. “Akhh.. oommm.. Aakkhh..”. “Nez kamu heba

taunhh.. Akh.. Ouchhakhh.. Akh.. Ouch..” Kami mengelepar menikmati kenikmatan yang kami rasakan bersama. Dia beranjak bangun dari tubuhku saat kontolnya sudah mengecil, Tubuhku bergetar saat dia mencabut kontolnya. “Kau luar biasa nez.. ikutan senam BL ya!” pujinya. “empotan memek kamu berasa banget deh” Aku hanya tersenyum saja dan menggayut di lengannya. Kami tidur berpelukan dengan penuh rasa nikmat.

Ketika aku terbangun, dia masi terlelap. aku heran melihat kontolnya yang ngaceng dengan kerasnya. Aku meraba, mengusap serta memainkan kontolnya sehingga dia terbangun. “wah sarapan paginya nikmat banget Nez”. Aku terus memainkan kontolnya. “Masi subuh om, Inez pengen lagi”. “ayuk”. Dia menciumku dengan lembut, beda sekali dengan semalem yang penuh napsu berahi. Aku meremas kontolnya, Dalam posisi setengah jongkok aku mulai mengulum kontolnya yang dah keras banget itu. aku mengkombinasikan permainan dengan mengocok, menjilat, mengisap dan mengulum kontolnya. Dia memegang erat kepalaku dan digerakkan maju mundur sehingga mulutku bergerak mengulum kontolnya. Aku menyedot kontolnya dengan kuat, “ngilu Nez”. Aku lepaskan kontolnya dari mulutku, tapi tetep kuremas, kuurut dan kukocoknya. Kami masih berciuman dan memagut leher. Kami mulai terangsang dan tubuh kami mulai hangat. Detak jantung mulai cepat dan napas menjadi berat. Dia meremas toketku, memilin pentilku. Kini dia yang mulai menjilati dan memainkan itilku. Aku terguncang-guncang ketika itilku dijilat dan dijepit dengan kedua bibirnya. Beberapa saat kami dalam posisi begitu. Tangan kiriku memegang kepalanya dan menekankan ke selangkanganku. Dia melepaskan itilku trus naek lagi keatas, pentilku digigit-gigitnya, aku mengerang. Tanganku mengocok kontolnya lagi dan menggesekkannya pada memekku. Dia memelukku, menindih tubuhku dan meremas pantatku.

Sebentar kemudian kami kembali bergumul untuk saling memberi dan menerima kenikmatan. Aku berada di atas tubuhnya. Kepalaku ke bawah, ke perut dan terus ke bawah. Kugigit kontolnya dengan gigitan kecil di sepanjang batangnya. Aku kembali mengisap-isap kepala kontolnya dan menjilatinya. Tiba-tiba tubuhnya seperti kena sengatan listrik ketika lidahku menjilati lubang kencingnya. Aku dengan asyik menjilat, menghisap dan mengulum kepala kontolnya. Aku tidak memasukkan seluruh batang kontolnya ke dalam mulutku, melainkan hanya kepala kontolnya saja yang menjadi areal kerjaku. Ditariknya tubuhku dan kini ditindihnya. Aku memeluk dan menciumi daun telinganya. Dia merinding. Dadanya yang kencang dan padat menekan dadaku. Diciumnya bibirku dan diremasnya toketku.

“Om.. Masukk.. in dong”. Tanganku meraih kontolnya dan mengarahkan ke memekku yang sudah basah. Dia menurut saja dan tanpa kesulitan segera ditancapkannya kontolnya dalam liang memekku. “Om. Enak sekali ooommm.. Oukhh” aku memekik kecil, lalu ditekannya kontolnya sampai amblas. Tanganku mencengkeram punggungnya. Tidak terdengar suara apapun dalam kamar selain deritan ranjang dan lenguhan kami. Dicabut kontolnya, ditahan dan pelan-pelan dimasukkan kepalanya saja ke bibir memekku. Aku terpejam menikmati permainannya pada bibir memekku. “.. Hggk.. “ aku menjerit tertahan ketika tiba-tiba disodokkannya kontolnya sampai mentok ke rahimku. Dia maju mundurkan dengan pelan setengah batang sampai tujuh kali kemudian disodokkan dengan kuat sampai semua kontolnya amblas. Aku menggerakkan pinggulku, memutar dan naik turun sehingga kenikmatan yang luar biasa sama-sama kami rasakan. Disedotnya toketku sambil dimainkannya pentilku dengan lidahnya. Aku seperti orang yang mau berteriak menahan sesuatu menikmati hubungan ini. Aku memukul-mukul dadanya dengan histeris. “Auuhkhh.. Terus.. Teruskan.. oommm.. Enak sekali.. Ooh”. Memekku meskipun agak becek namun gerakan memutar seperti menyedot kontolnya.

Dia mulai menggenjot lagi. aku seperti seekor singa liar yang tidak terkendali. Keringat membanjiri tubuh kami. Kami saling meremas, memagut, dan mencium. Dia membuka lagi kedua kakiku, kini betisku melilit di betisnya. Mataku merem melek. “Nez, aku mau keluar.. Sebentar lagi Nez.. Aku mau.. “. “Kita sama-sama om, Ouououhh.. “, aku melenguh panjang. Kami saling bergerak untuk mengimbangi permainan satu dengan lainnya. Dia yang lebih banyak memegang peranan. Aku lebih banyak pasrah dan hanya mengimbangi saja. Dia menusuk memekku, crek.. crek..crek..crek.. crokk .. Berulang kali. Aku hanya bisa mendesah sambil menarik rambutnya. Kami saling bergoyang, hingga tempat tidur pun terasa mau runtuh dan berderit-derit. Setelah hampir setengah jam dari permainan kami yang kedua kali, aku mengejang dan memekku terasa lebih lembab dan hangat. Sejenak dia menghentikan genjotannya.

Dia kembali menggenjot memekku lagi. Kami berdua bergulingan sambil saling berpelukan dalam keadaan merapat. dia memutar badanku sehingga aku dalam posisi pegang kendali di atas. Kini aku yang lebih banyak memainkan peranan. Akhirnya dia hampir mencapai puncak dari kenikmatan ini. “Nez, kayaknya aku nggak tahan lagi, aku mau keluar”. Sesaat kemudian.., “Sekarang Din. Ayo sekarang.. Ouuhh”, dia mengerang ketika pejunya muncrat dengan derasnya menyirami memekku. “Oomm.. Agghh” kakiku menjepit kakinya. Akhirnya tak lama kemudian kami mencapai titik puncak.

Dia menahan agar posisi kontolnya tetap dalam memekku. Mataku terbuka lebar, tanganku mencakar punggungnya, aku menggigit dadanya sampai merah. Setelah beberapa saat kemudian keadaan menjadi sunyi dan tenang. Setelah itu kami terbaring lemas, aku memeluknya dengan toketku menekan perutnya. “Nez terima kasih untuk saat-saat ini” “Nggak usah om.. Inez yang terima kasih, Inez nggak menyangka om sungguh hebat. Inez nggak nyangka om punya tenaga yang besar”. Kami tertidur berpelukan sampe pagi, nikmatnya bersetubuh dengan si om.

No comments:

Post a Comment