Satu waktu aku dapet telpon dari seseorang,
nomernya si ku gak kenal. Ya kuterima aja. Dia bilang dapet nomerku
dari om ... (gak usah disebut deh ya). Aku inget, tu om pernah garap aku
sampe aku lemes banget. Om yang nelpon sekarang mau ngajak aku ke
Bandung, dia ada urusan jadi minta ditemeni aja. Aku okein aja
ajakannya.
Pada harinya, aku dijemput sekitar magrib. Wah orangnya keren juga, tipe
ku banget lah pokoknya. Dia nyetir sendiri, biar bebas aja katanya
ketika ku tanya. Aku diajak makan dulu sambil ngobrol ngalor ngidul aja.
Dia bilang om ... itu temen bisnisnya. Aku si gak nanya2 bisnis si om
apa, dia juga gak usilan nanya2in aku dulu waktu dientot tu om gimana.
stengah 8 kita baru jalan, mampir ke supermarket dulu untuk beli
cemilan dan minuman. Jalan masi macet. Di mobil aku ngantuk dan
tertidur, bangun2 mobil dah melaju kencang di tol. “Sampe mana om”. “Dah
masuk tol ke bandung, kamu kalo ngantuk tidur ja, biar ntar malem melek
terus”. Aku senyum ja sambil mencubit pinggangnya. “Eh, tangannya mulai
nakal deh, kok yang dicubit pinggang, bukannya yang laen”. “Yang laen
ntar aja di hotel, ntar nabrak lagi. om gak sabaran amir si”. "Kok amir,
siapa tu". "Iya yang gantiin amat om". Dia tertawa. Aku tertidur lagi,
tiba2 dia bangunin aku, kulihat dah jam 11 lewat. “Dah masuk Bandung
Nez, bentar lagi sampe hotelnya”.
Beberapa menit kemudian kami sudah sampai di hotel. Aku turun dari
mobil, si om ngeluarin peralatan kerjanya dari bagasi mobil, aku gak
tau itu apa. Aku si cuma bawa satu tas kecil aja, pakean, daleman dan
toileteris aja. "Banyak banget bawaannya om". "iya, belon tentu di
tempat kerja tersedia, jadi katimbang nti repot nyari2 ya kubawa semua
aja. Bentar aku panggil bell boynya aja”. Dia manggil bell boy untuk
bantu bawain barang kami, kami cek in dan kemudian dianter menuju ke
kamar yang telah di book sebelonnya. “Enak om kamarnya”. “Standardlah”,
jawabnya. Buat aku si enak banget, ranjang besar, tv ukuran besar, ada
lemari es mini. Kamar mandinya ada bathtubnya selain wc, dan toileteries
lengkap. Kalo tau semua disediain aku gak bawa toileteries dari kos.
“aku mandi dulu ya nez, ikutan yuk mandi”. “Inez dah mandi tadi pak”.
Aku masukin tasku ke lemari trus berbaring di ranjang dan ngidupin tv,
walaupun ada parabola nya tapi gak da film mesumnya hi hi. Aku nonton
indovison aja, buat ngisi waktu, gak tau filmnya apaan. Lama juga si om
mandinya. Keluar dari kamar mandi cuma sarungan pake anduk aja. “Gak mo
mandi nez”. Aku ngegeleng. Dia mengeluarkan dua kaleng minuman ringan
yang tadi dibeli di supermarket, dan memberikan ke aku satunya.
Aku mengambil satu kaleng tapi tidak kubuka, hanya kupegang-pegang saja.
Dia berbaring disebelahku, tanganku dipegangnya dan aku ditariknya ke
pelukannya. Dia menciumbibirku dengan penuh napsu. Aku menikmati sekali
ciumannya, ketika bibirnya mendarat pas pada bibirku, aku membalas
ciumannya dengan tidak kalah napsunya. “om.. Ah.. Ehh .. Ouhh,” aku
gelagapan membalas serangannya. Dia melepaskan serangannya sebentar dan
menatapku dengan tajam. Aku jadi jengah dan menghindari tatapannya.
Ketika mata kami saling bertemu, dia memberi isyarat dengan
menganggukkan kepalanya. Akupun mengangguk malu dan menundukkan mukaku.
Dia tersenyum sambil melirik pada toketku.
Aku hanya tersenyum, kaki kutaruh di atas pahanya dan aku menyodorkan
toketku ke depan mukanya. Tanpa diberi komando dia langsung meremas
toketku dengan penuh nafsu. Tangannya kemudian membuka kaus sekaligus
dengan bra ku. Dia menciumi toketku dan menghisap pentilku yang mulai
mengeras. Toket sebelah kanan disedot dan dikulum, sementara sebelah
kirinya diremas dengan tangan kanannya. Tangan kirinya mengusap-usap
pipiku dengan lembut. Aku mengerang dan merintih ketika pentilku digigit
kecil dan dijilat-jilat. “Ououououhh.. Nghgghh, om.. Ouuhh..”
Toketku yang imut dikulum habis sampai semuanya masuk ke mulutnya. Dia
menggunakan jarinya untuk membelai daerah selangkanganku, gak terlalu
terasa karena aku masi mengenakan jins yang tebel. “Om, napsu amir si ma
inez, padahal toket inez kan gak gede”. “Tapi ngegemesin yang imut gini
nez, pentil kamu juga imut, padahal dah sering diemutkan”. Aku
menggesek-gesek kontolnya dibalik anduknya, terasa dah ngaceng keras
banget. “Aah.. om ss.. Enak.. Teruss.. om.. Ahh”. Mendengar eranganku
ketika pentilku diemut2nya, nafsunya sudah tidak dapat ditahan lagi. Dia
merebahkan diri sambil menciumi leherku dan naik ke bibirku. Dia
melepas ikatan anduknya dan terus menciumi aku dengan penuh nafsu,
ditindihnya tubuhku diatas spring bed yang empuk. Dia melirik bayangan
di kaca lemari. Badannya yang besar seolah-olah menenggelamkan badanku
yang mungil. Sambil mendesah aku tertawa kegelian, “Ahh.. om napsu amat
sih..” Dia melepas jins ku. Karena jinsku ketat, aku mengangkat pantatku
untuk mempermudah dia melepaskannya, cdku langsung ikut diloloskan dari
tubuhku. “Akhh..” Kami saling mengulum bibir dengan penuh napsu, nafas
kami mulai tidak teratur. Kakiku menjepit pinggangnya. Dia menciumi
leher kemudian turun ke toketku, lalu diisapnya pentilku. Terus turun
dan menghisap pusarku, aku tidak tahan diperlakukan demikian, “om..
Akh.. Geli akh..” Dia terus menciumi puserku lalu turun dan saat sampai
di depan selangkanganku, dia menurunkan kepalanya, menjilati pahaku dan
sesekali menggigitnya. Aku mengganjal kepalaku dengan bantal dan
memperhatikannya. Napsuku dah naek sampe ubun2.
Ketika mulutnya akan menyapu memekku aku menarik kepalanya ke atas dan
menciuminya. Giliran aku menjilati telinganya. Diapun terangsang hebat.
Aku melepaskan diri dari pelukannya dan menjilati dan menciumi tubuhnya.
Dari lehernya bibirku kemudian menyusuri dadanya, dan “..Oukhh, nez..
Yachh.. ” dia mengerang ketika mulutku menjilati pentilnya. Dia menolak
tubuhku karena tak tahan dengan rangsangan yang kuberikan pada pentilnya
dan kemudian aku digulingkan kesamping. Bibirnya menyambar bibirku. Dia
mendorong lidahnya menggelitik mulutku. Lidahku kemudian disedotnya.
Tanganku menjelajah ke selangkangannya dan kemudian mengocok kontolnya
yang semakin tegang dan besar.
“Om, masukin dong, Inez dah horni banget ni”. Tidak lama kemudian aku
memegang erat kontolnya dan pantat serta pinggulku bergerak-gerak
menggesek kontolnya. Kepala kontolnya kemudian masuk ke dalam lubang
memekku yang sempit dan basah. “Akhh.. Oukkhh” Aku mendongakkan kepala
dan memberikan kesempatan kepadanya untuk menjilati leherku. Aku
memutarkan pantatku dan dengan tusukan keras akhirnya semua batang
kontolnya sudah terbenam dalam memekku. Pinggulnya bergerak maju mundur
menimba kenikmatan. Kadang gerakannya berubah menjadi ke kanan ke kiri
atau berputar berlawanan dengan arah putaran pantatku. Sesekali
gerakannya agak pelan dan digantungnya selangkangannya. Pantatku naik
agak tinggi sehingga kepala kontolnya berada di bibir memekku dan
kemudian dengan cepat diturunkannya pantatnya hingga seluruh batang
kontolnya tenggelam ke dalam liang memekku. Punggungku naik dengan
bertopang pada sikuku. Dia mengisap pentilku yang sudah mengeras.
Gerakannya menjadi semakin liar dan berat. Tanganku kini memeluk
punggungnya dan toketkua merapat pada dadanya. Aku meremas dan menjambak
rambutnya, aku merintih dan mengerang keras. “Ahh.. Ouhh pak, inez mau
nyampai, inez mau kelu.. Ar” “Sshh.. Shh, om sekarang ouhh.. Sekarang”
aku memekik. Tubuhku mengejang rapat dan kakiku membelit kakinya.
Mulutnya mencari-cari mulutku dan disambar agar aku tidak merintih
terlalu keras lagi. Memekku berdenyut kuat sekali. Bibir kami saling
bertautan dengan kuat. Mulutku setengah terbuka sambil mendesis-desis.
Dia menggerakkan kontolnya dengan perlahan dan kadang dipercepat
temponya. Kontolnya kujepit dan kuremas-remas dengan kuat pake otot
memekku. Dan hal ini membuat dia semakin tidak tahan, kontolnya
sepertinya sudah hampir meledak. Dia terus memompa kontolnya di memekku
dengan tempo yang bertambah cepat. Nafasnya mulai memburu. Toketku
diremas dan dipencet sehingga pentilku bertambah menonjol. Dijilatinya
pentilku dan digigit-gigit dengan bibirnya. Dia menghentak-hentakkan
tubuhku ke ranjang dengan kasar saat dia sudah tidak dapat menahan
ledakan kontolnya, “Nez.. Akh.. Ouch.. Akh..”. Tubuhku juga mulai
bergetar dan bergerak-gerak dengan irama yang liar. Mataku merem melek,
bola mataku memutih. Kakiku menjepit pinggangnya. Tubuhnya mengejang dan
dia menekan tubuhku hingga tubuh kami semakin merapat. “Akh.. om..
Nikmat sekali.. Sss.” “Yeah nez.. Akh..” “Akh.. Tekan yang cepat dan
kuat om.. Akh..”, mataku merem melek menikmati sodokan kontolnya.
Dia kemudian mengangkat kedua kakiku. Dia dalam posisi setengah jongkok
dengan tumpuan kedua lututnya. Tangannya memegang pinggangku dan
kontolnya menekan dengan irama yang semakin cepat. Memekku terasa basah
dan becek, namun kontolnya tetap bagaikan dijepit kuat dengan tang.
“Akgh om.. Inez hampir.. Hampir keluarhh lagi..Ouchhgg akhh.”
Direbahkannya tubuhnya diatas tubuhku dan dipeluknya dengan rapat. Dia
menikmati ekspresiku saat aku menunggu mencapai orgasme. Dia mendiamkan
sejenak gerakan kontolnya. Aku memprotes dan tanganku memegang
pinggangnya serta menggerakkannya naik turun. Dia mengehentakkan
pantatnya naik turun dengan sedikit kasar. Keringat kami sudah mulai
bercucuran. Tanganku meremas-remas pantatnya dan kadang menariknya
seolah-oleh kontolnya kurang dalam masuk dalam memekku. Saat dia
merasakan hampir meledak dia melambatkan gerakannya dan mengatur
nafasnya sambil menghisap pentilku, kemudian mulai bergerak lagi.
Tanganku meremas pundaknya dan dengan liar bibirnya mencari bibirku. Aku
mendesah dan gerakanku sangat liar. “Yeah.. om.. Akhh. Om belum mau
keluar juga.. Akhh ouchh..” aku mengejang dan mengangkat pantatku
menekan kontolnya sehingga rasanya sampai di dasar rahimku, tubuhku
melengkung dan tanganku mengusap pipinya dengan kuat. Dia menekan
pantatnya perlahan namun penuh tenaga. Tubuh kami menggelinjang dengan
hebat, kami berteriak dan tidak perduli jika ada orang lain yang
mendengarnya. “Akhh.. oommm.. Aakkhh..”. “Nez kamu heba
taunhh.. Akh.. Ouchhakhh.. Akh.. Ouch..” Kami mengelepar menikmati
kenikmatan yang kami rasakan bersama. Dia beranjak bangun dari tubuhku
saat kontolnya sudah mengecil, Tubuhku bergetar saat dia mencabut
kontolnya. “Kau luar biasa nez.. ikutan senam BL ya!” pujinya. “empotan
memek kamu berasa banget deh” Aku hanya tersenyum saja dan menggayut di
lengannya. Kami tidur berpelukan dengan penuh rasa nikmat.
Ketika aku terbangun, dia masi terlelap. aku heran melihat kontolnya
yang ngaceng dengan kerasnya. Aku meraba, mengusap serta memainkan
kontolnya sehingga dia terbangun. “wah sarapan paginya nikmat banget
Nez”. Aku terus memainkan kontolnya. “Masi subuh om, Inez pengen lagi”.
“ayuk”. Dia menciumku dengan lembut, beda sekali dengan semalem yang
penuh napsu berahi. Aku meremas kontolnya, Dalam posisi setengah jongkok
aku mulai mengulum kontolnya yang dah keras banget itu. aku
mengkombinasikan permainan dengan mengocok, menjilat, mengisap dan
mengulum kontolnya. Dia memegang erat kepalaku dan digerakkan maju
mundur sehingga mulutku bergerak mengulum kontolnya. Aku menyedot
kontolnya dengan kuat, “ngilu Nez”. Aku lepaskan kontolnya dari mulutku,
tapi tetep kuremas, kuurut dan kukocoknya. Kami masih berciuman dan
memagut leher. Kami mulai terangsang dan tubuh kami mulai hangat. Detak
jantung mulai cepat dan napas menjadi berat. Dia meremas toketku,
memilin pentilku. Kini dia yang mulai menjilati dan memainkan itilku.
Aku terguncang-guncang ketika itilku dijilat dan dijepit dengan kedua
bibirnya. Beberapa saat kami dalam posisi begitu. Tangan kiriku memegang
kepalanya dan menekankan ke selangkanganku. Dia melepaskan itilku trus
naek lagi keatas, pentilku digigit-gigitnya, aku mengerang. Tanganku
mengocok kontolnya lagi dan menggesekkannya pada memekku. Dia memelukku,
menindih tubuhku dan meremas pantatku.
Sebentar kemudian kami kembali bergumul untuk saling memberi dan
menerima kenikmatan. Aku berada di atas tubuhnya. Kepalaku ke bawah, ke
perut dan terus ke bawah. Kugigit kontolnya dengan gigitan kecil di
sepanjang batangnya. Aku kembali mengisap-isap kepala kontolnya dan
menjilatinya. Tiba-tiba tubuhnya seperti kena sengatan listrik ketika
lidahku menjilati lubang kencingnya. Aku dengan asyik menjilat,
menghisap dan mengulum kepala kontolnya. Aku tidak memasukkan seluruh
batang kontolnya ke dalam mulutku, melainkan hanya kepala kontolnya saja
yang menjadi areal kerjaku. Ditariknya tubuhku dan kini ditindihnya.
Aku memeluk dan menciumi daun telinganya. Dia merinding. Dadanya yang
kencang dan padat menekan dadaku. Diciumnya bibirku dan diremasnya
toketku.
“Om.. Masukk.. in dong”. Tanganku meraih kontolnya dan mengarahkan ke
memekku yang sudah basah. Dia menurut saja dan tanpa kesulitan segera
ditancapkannya kontolnya dalam liang memekku. “Om. Enak sekali ooommm..
Oukhh” aku memekik kecil, lalu ditekannya kontolnya sampai amblas.
Tanganku mencengkeram punggungnya. Tidak terdengar suara apapun dalam
kamar selain deritan ranjang dan lenguhan kami. Dicabut kontolnya,
ditahan dan pelan-pelan dimasukkan kepalanya saja ke bibir memekku. Aku
terpejam menikmati permainannya pada bibir memekku. “.. Hggk.. “ aku
menjerit tertahan ketika tiba-tiba disodokkannya kontolnya sampai mentok
ke rahimku. Dia maju mundurkan dengan pelan setengah batang sampai
tujuh kali kemudian disodokkan dengan kuat sampai semua kontolnya
amblas. Aku menggerakkan pinggulku, memutar dan naik turun sehingga
kenikmatan yang luar biasa sama-sama kami rasakan. Disedotnya toketku
sambil dimainkannya pentilku dengan lidahnya. Aku seperti orang yang mau
berteriak menahan sesuatu menikmati hubungan ini. Aku memukul-mukul
dadanya dengan histeris. “Auuhkhh.. Terus.. Teruskan.. oommm.. Enak
sekali.. Ooh”. Memekku meskipun agak becek namun gerakan memutar seperti
menyedot kontolnya.
Dia mulai menggenjot lagi. aku seperti seekor singa liar yang tidak
terkendali. Keringat membanjiri tubuh kami. Kami saling meremas,
memagut, dan mencium. Dia membuka lagi kedua kakiku, kini betisku
melilit di betisnya. Mataku merem melek. “Nez, aku mau keluar.. Sebentar
lagi Nez.. Aku mau.. “. “Kita sama-sama om, Ouououhh.. “, aku melenguh
panjang. Kami saling bergerak untuk mengimbangi permainan satu dengan
lainnya. Dia yang lebih banyak memegang peranan. Aku lebih banyak pasrah
dan hanya mengimbangi saja. Dia menusuk memekku, crek..
crek..crek..crek.. crokk .. Berulang kali. Aku hanya bisa mendesah
sambil menarik rambutnya. Kami saling bergoyang, hingga tempat tidur pun
terasa mau runtuh dan berderit-derit. Setelah hampir setengah jam dari
permainan kami yang kedua kali, aku mengejang dan memekku terasa lebih
lembab dan hangat. Sejenak dia menghentikan genjotannya.
Dia kembali menggenjot memekku lagi. Kami berdua bergulingan sambil
saling berpelukan dalam keadaan merapat. dia memutar badanku sehingga
aku dalam posisi pegang kendali di atas. Kini aku yang lebih banyak
memainkan peranan. Akhirnya dia hampir mencapai puncak dari kenikmatan
ini. “Nez, kayaknya aku nggak tahan lagi, aku mau keluar”. Sesaat
kemudian.., “Sekarang Din. Ayo sekarang.. Ouuhh”, dia mengerang ketika
pejunya muncrat dengan derasnya menyirami memekku. “Oomm.. Agghh” kakiku
menjepit kakinya. Akhirnya tak lama kemudian kami mencapai titik
puncak.
Dia menahan agar posisi kontolnya tetap dalam memekku. Mataku terbuka
lebar, tanganku mencakar punggungnya, aku menggigit dadanya sampai
merah. Setelah beberapa saat kemudian keadaan menjadi sunyi dan tenang.
Setelah itu kami terbaring lemas, aku memeluknya dengan toketku menekan
perutnya. “Nez terima kasih untuk saat-saat ini” “Nggak usah om.. Inez
yang terima kasih, Inez nggak menyangka om sungguh hebat. Inez nggak
nyangka om punya tenaga yang besar”. Kami tertidur berpelukan sampe
pagi, nikmatnya bersetubuh dengan si om.
No comments:
Post a Comment