Friday 1 June 2018

Perawan Terbang 1

"Damn..!" Aku mengumpat dalam hati.
Aku selalu tidak menyukai penerbangan malam. Ini hanyalah salah satu trik perusahaan untuk menghemat biaya. Memaksa kita untuk tidur dalam perjalanan, memotong biaya hotel untuk satu malam.
Aku sudah membayangkan, lamanya penerbangan dari jakarta ke Abu dhabi yang akan memakan waktu 8 jam lebih yang dimulai jam 23.00 sudah pasti akan memaksa ku untuk tidur didalam pesawat. Dan ketika pesawat tiba bertepatan waktu dengan dimulainya hari, tidak ada waktu lagi bagiku untuk rileks atau berleha-leha sejenak melepas penat. Aku harus segera memulai bekerja kembali.

Setelah menaruh tas di atas cabin pesawat aku mulai menyesuaikan dudukku, berusaha membuatnya senyaman mungkin.Aku mulai berasa sedikit lega ketika ku melihat sepertinya semua penumpang sudah naik, smua tempat duduk sudah terisi meninggalkan satu tempat duduk disebelah ku yang masih kosong.

"Ahh...mudah-mudahan memang tidak ada orang yang duduk disebelahku." harapku dalam hati.
Walau sebenarnya tempat duduk kelas bisnis yang diatur hanya 2 sebelah kanan & 2 sebelah kiri sudah cukup lega dan leluasa, tapi aku akan merasa sedikit lebih lega lagi kalau benar tidak ada orang disebelahku.

Tapi ternyata harapanku sia2, ketika seorang pamugari menghampiri tempat dudukku sambil menuntun seorang gadis muda berjilbab. Pramugari itu nampak berkata2 pada gadis tersebut dalam bahasa inggris, berusaha menjelaskan sesuatu.Tapi tampak si gadis kebingungan seperti tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh pramugari tersebut.

Pramugari yang tampak kesulitan menengok kearahku & meminta tolong agar aku bisa membantunya menjelaskan pada gadis berjilbab itu bahwa telah terjadi kesalah-pahaman, dimana tempat duduk si gadis ternyata sudah ditempati oleh org lain. Dan tampaknya si gadis dengan terpaksa ditempatkan untuk duduk disebelahku. Dikelas bisnis, sebagai permintaan maaf dan juga karena memang tidak ada lagi bangku lain yang kosong di kelas ekonomi.

Aku hanya melirik ke arah gadis tersebut sekilas. Pemikiran untuk berbagi tempat duduk membuatku ber malas-malas-an dalam membantu pramugari itu menjelaskan persoalan yang terjadi. Aku malah sedikit berharap agar gadis itu dicarikan tempat duduk ditempat yang lain dan membiarkan bangku disebelahku kosong untuk ku nikmati sendiri.

Ternyata pemikiranku seperti terbaca oleh pramugari yang kuperkirakan berasal dari salah satu negara di tmur tengah. Ia meminta maaf dan meminta pengertianku, ia memilih menempatkan gadis itu disebelahku karena ia melihat aku berasal dari negara yang sama. Ia berharap mungkin aku bisa membantu membimbing gadis tersebut selama dalam perjalanan. Karena tampak sekali kalau gadis berjilbab ini benar-benar tidak berpengalaman dan tidak menguasai bahasa inggris dengan baik. Bahkan mungkin ini pengalaman penerbangan pertamanya.

Aku menghela nafas dan mengalah.
Aku berusaha menjelaskan kepada gadis yang kemudian kuketahui bernama Ina untuk tidak perlu khawatir. Hanya terjadi kesalah pahaman kecil saja yang mengakibatkan ia harus duduk terpisah dari rombongannya. Ia dapat duduk disebelahku dan aku berjanji untuk membantu nya selama dalam perjalanan. Dan pada saat pesawat mendarat ia dapat berkumpul kembali dengan rekan-rekannya.

Ia perlahan setuju dan mulai merapikan barang bawaannya.
Tak sadar aku mulai memperhatikannya.
Ternyata walau tidak terlalu cantik, ia cukup manis. Matanya bulat dan bibirnya tipis dengan sedikit lesung pipit di pipinya ketika tersenyum, pembawaannya kalem dan lugu, tapi tampak sedikit ke-jenaka-an diwajahnya saat ia sudah mulai berasa nyaman dalam berbicara. Kulitnya tidak terlalu putih, tapi bersih. Perawakan standar, mungkin tinggi skitar 150cm an dengan berat 40-50kg-an. Cukup mungil tapi proposional dengan dada dan pinggul yang tidak terlalu besar tapi tampak membulat kencang, tipe yang aku suka.
Aku perkirakan usianya mash muda. Sekitar awal 20 tahun-an. Memakai kemeja kotak-kotak tangan panjang warna biru putih yang ditutupi jaket jeans dan jilbab standar warna merah muda. Dan celana panjang bahan bewarna hitam. Penampilan biasa saja seperti kebnyakan anak-anak abg dijakarta.

Menurut pengakuan Ina ini memang penerbangannya yang pertama kali.
Ia berangkat bersama rombongannya yang semuanya perempuan untuk bekerja sebagai pembantu di Arab Saudi.

Senyum iblis ku mulai tersungging dan tanduk mulai muncul dikepala ku.
8 jam duduk berduaan dengan gadis yang tampak lugu, dan masih polos didalam pesawat membuat aku mulai membayangkan macam2 pikiran kotor.
Namaku Ina Dewi. Gadis kampung yang mulai beranjak dewasa.
Penampilanku biasa-biasa saja. Tb 150cm, bb 45kg. Agak mungil. Dengan kulit putih, mata bulat, bibir tipis dengan sedikit lesung pipt yang menghiasi di kanan kiri pipiku.
Ukuran vitalku juga biasa-biasa saja, tidak ada yang terlalu istimewa pada diriku. Malah aku tampak lebih dewasa dari umur asli ku yang sebenarnya hanya 19 tahun. Mungkin karena dari kecil aku sudah dilatih untuk belajar bekerja dan mandiri, sehingga aku terlihat lebih matang dari aslinya.

Iya bisa dibilang aku berasal dari keluarga kurang mampu. Ibuku bekerja hanya sebagai pembantu panggilan yang bekerja di beberapa rumah diperumahan mewah depan kampung kami. Sedangkan ayahku bekerja serabutan tidak jelas. Terkadang jadi tukang bangunan, terkadang jadi tukang kebun, atau apapun yang bisa dikerjakan dan menghasilkan uang. Walaupun dalam kenyataannya ia lebih banyak menganggur daripada bekerjanya.

Dengan keadaan keluarga kami yang seperti itu dan adanya dua adik-adik ku yang masih kecil memaksa diriku untuk berhenti sekolah sejak lulus sma dan mulai mencari pekerjaan.

Itulah yang membawaku pada saat ini. Setelah bersusah payah dan dengan mengorbankan uang yang tidak sedikit selama hampir 2 tahun akhirnya aku bisa berangkat untuk bekerja di Saudi Arabia sebagai pembantu rumah tangga.
Walaupun jadi pembantu juga seperti ibu ku, setidaknya aku pembantu internasional. Lebih dari ibu ku. Itu pikirku ketika menerima pekerjaan ini.

Sejak 3 bulan yang lalu sebenarnya aku telah terpisah dari keluargaku, tinggal di asrama yang sebenarnya hanyalah sebuah ruko di salah satu pelosok jakarta. Bersama-sama dengan para calon TKW pemula lainnya untuk mendapatkan pelatihan terakhir sebagai tenaga kerja profesional yang siap bersaing didunia internasional.

Haha,...itu setidaknya apa yang didengung-dengungkan oleh perusahaan agensi ku. Walau sebenar dalam kenyataannya 3 bulan pelatihan yang tidak jelas sama sekali tidaklah cukup untuk membuat kami-kami ini benar-benar siap untuk menghadapi dunia luar. Bayangkan, baru didalam pesawat, masih di jakarta saja aku sudah dibuat panik dan kebingungan. Aku tidak mengerti mengapa aku tidak diperbolehkan untuk duduk bersama kawan-kawan ku yang lainnya. Apakah ada kesalahan dalam tiketku atau apa,... aku tidak mengerti.
Seorang pramugari cantik dan tinggi malah menyeretku dengan sedikit memaksa ke deretan bangku dibagian depan. Dibalik tirai yang kata temanku Minah tadi adalah tempatnya para orang-orang kaya.

Untunglah ditengah kebingunganku mencoba menelaah perkataan-perkataan pramugari tersebut dengan pengetahuan bahasa inggris ku yang sangat terbatas, aku dipertemukan oleh mas Wahyu. Sosok laki-laki yang biasa hanya bisa kulihat dikota-kota atau di rumah-rumah yang dilayani ibu ku.
Tinggi, rapi, tampak terpelajar, dan tubuh nya mempunyai aroma yang harum yang membuat kita betah berlama-lama berada didekatnya.

Mas Wahyu membantuku dan mengajak aku untuk duduk disebelahnya dan berjanji akan menjaga aku selama dalam pesawat ini. Perlakuannya sangat hangat seperti kepada seorang teman. Jarang-jarang ada orang kaya yang begitu baik memperlakukan aku yang hanya seorang gadis kampung dengan status pembantu. Hatiku sedikit berbunga dan wajahku tersipu....

Mas Wahyu benar-benar baik.
Dan juga sangat pintar.
Sejak sedari tadi dia selalu membantuku.
Dia juga memperkenalkanku pada banyak hal yang baru. Seperti minuman yang berada didepan meja ku saat ini. Wine nama nya, seperti di film-film. Enak dan membuat tubuh hangat. Walau sekarang kepalaku sedikit pusing dibuatnya.
Reaksi yang wajar menurut mas ku untuk orang yang baru pertama kali minum. Tapi dia meyakinkanku kalau minuman ini tidak akan menyebabkan kemabukan.

O a lah....tidak pernah dalam mimpi pun aku membayangkan gadis kampung sepertiku ini bisa minum-minum sambil ngobrol berdua dengan laki-laki di dalam kelas bisnis dipesawat.
Seperti kisah di sinetron saja.
Kawan-kawanku pasti iri jika kuceritakan tentang pengalamanku ini nanti. Hihihi.....

Dan mas Wahyu...dia sangat romantis. Bayangkan saja, dia menggengam tanganku dan mencoba menenangkan ku tadi saat aku sedikit ketakutan ketika pesawat lepas landas. Dan sampai saat ini...tangan kami tak pernah lepas.

Ya Tuhan...hati ku sepertinya mulai menyukai nya...
Semua sikapnya dan perlakuannya selalu membuatku tersanjung. Baru pernah aku diperlakukan seperti ini oleh laki-laki. Membuatku betah dan ingin selalu berdekatan dengannya.
Apakah seperti ini rasa nya menyukai lawan jenis...?
Aku memang benar-benar buta akan hal yang satu ini. Latar belakang keluarga ku menyebabkan aku selalu minder dan selalu menghindar ketika ada laki-laki yang datang berusaha mendekati ku.

Tapi,... Apakah mungkin...

Ahh...aku harus nya tau diri.

Mungkin mas Wahyu hanya berusaha bersikap baik saja kepadaku.

Mungkin ia hanya kasihan saja.

Mana mungkin laki-laki seperti dia bisa menyukai gadis seperti aku.

Aku terlalu bermimpi...

Tapi memang semua yang terjadi sekarang ini serasa mimpi bagiku.

Dan biarlah kunikmati mimpi ini walau hanya untuk sekejap.

Karena saat pesawat mendarat nanti,...

Aku harus bangun.

Dan kembali ke dunia ku lagi.


Setelah jam makan lampu utama di pesawat dipadamkan. Hanya tinggal lampu remang-remang disekitar dinding yang menyala.
Mas Wahyu bilang memang biasa seperti ini. Pesawat di 'set' untuk membuat para penumpang beristirahat dan tertidur.
Lampu akan dinyalakan kembali saat disediakan hidangan makanan terakhir untuk para penumpang sebelum pesawat mendarat.

Bangku kami diatur sedemikian rupa oleh mas Wahyu. Direbahkan sedikit sehingga menyerupai tempat tidur yang sangat nyaman. Sandaran lengan bangku diantara kami dilipat kedalam. Tak ada lagi batas antara aku dan mas Wahyu.
Aku yang masih malu-malu diarahkan untuk berbaring menyandarkan kepalaku ke dadanya. Ia memakaikan selimut menutupi tubuh kami berdua. Tangannya merangkulku.

Kalau ada yang nanya bilang saja kalau kita ini suami istri. Biar gak ada yang ganggu. Begitu kata mas Wahyu.

Hihihi...hatiku berbunga memikirkan kata-katanya. Apakah artinya mas Wahyu memang benar-benar menyukaiku?
Dari kata-katanya secara tidak langsung ia sudah menganggap aku seperti istrinya.

Tubuhku nyaman sekali didalam pelukannya yang hangat. Tapi mataku tak mau terpejam. Aku tak mau jatuh tertidur dan melewatkan perasaan dalam pelukan mas Wahyu sedikitpun.

"Na..." suara mas Wahyu pelan kurasakan begitu dekat. Desahan nafasnya dapat kurasakan dikeningku.

"Hmm..." aku hanya bergumam menjawab panggilannya sambil mendongakkan wajahku melihat kearahnya.

"Mmm......!" Dengan tiba-tiba mas Wahyu menempelkan bibirnya kebibirku.

Aku terkejut. Tubuhku menegang kaku dan nafasku sesak. Aku tak tau harus bagaimana. Ini ciuman pertamaku!
2-3 detik kemudian kurasakan bibirnya bergerak mengelus bibirku. Yang atas, lalu yang bawah. Melumatnya lembut.
Rasanya aneh tapi enak sekali merasakan kelembutan bibirnya. Rasa enak yang tak bisa kujelaskan. Aku masih terdiam kaku tidak tau harus berbuat apa. Mataku hanya bisa terpejam.

Ketika ia menarik bibir dan wajahnya aku tertunduk malu. Kuyakin ia dapat melihat semburat merah yang mulai keluar dipipiku yang terasa panas.

"Kenapa kamu gak balas? Kamu gak suka ciuman aku?" Kata-katanya pelan seperti berbisik.

"Maaf yah kalau kamu gak suka. Maaf aku sudah lancang berani cium kamu. Kecantikan dan daya tarik kamu terlalu besar. Membuat tubuhku tidak sadar bergerak atas kemauannya sendiri."

Hati wanita mana yang tidak kelepek-kelepek mendengar rayuannya.

"Maaf mas....aku....aku....gak bisa..... Belum pernah." Jawabku terbata-bata. Pipiku semakin terasa panas. Seluruh tubuhku. Bukan hanya pipiku.

"Tapi...kamu suka gak.....aku cium....?

Aku terdiam sejenak. Bingung harus bagaimana menjawabnya.
Aku memberikan sedikit anggukan kecil sebelum aku semakin menundukkan wajah.
Berusaha menyembunyikan dari tatapannya yang benar-benar melumpuhkan seluruh syaraf-syaraf ditubuhku.
Tak sadar aku malah membenamkan wajahku diketiaknya.
Entah parfum jenis apa yang dia pakai disana. Tapi aroma nya yang lembut membuatku mabuk kepayang. Aku suka. Aku semakin membenamkan wajahku kesana dan mengendus-endus tanpa sadar.

"Na..." Kurasakan tangannya kembali meraih wajahku. Jarinya mengangkat daguku.

Dan saat kulihat wajahnya mulai mendekat kembali aku hanya bisa memejamkan mata dan membuka sedikit bibirku. Pasrah menanti. Bibirnya kembali terasa lembut melumat bibirku. Bergantian atas dan bawah.
Kali ini aku tidak hanya diam. Aku berusaha membalas lumatannya sebisa yang aku mampu.
Lama sekali rasanya kita berciuman. Yang awalnya lembut dan lambat perlahan-lahan mulai menjadi keras dan cepat.
Lidahnya liar menerobos mulutku mencari lidahku dan mengajaknya menari disana. Aku membalasnya berdasarkan insting. Air liur kami bertukar. Tubuhku terasa semakin panas, puting dadaku mengeras, dan vaginaku mulai mengeluarkan cairan.

Nafas kami terengah-engah saat mulut kami terlepas sesaat berusaha mengambil nafas. Mata mas Wahyu sayu menatapku.
Bibirnya kembali menyerang bibirku. Aku yang memang menyukai kegiatan baru ini kembali juga membalas lumatannya.
Sampai suatu saat tangannya mrmbuatku merinding.

Ditengah lumatan bibir kami yang panas, tangan mas Wahyu mulai meraba dan meremas dadaku dari balik selimut.

"Eehh...mass...mmmhh.." Aku sedikit terkejut dan merasa geli.

Bulu-bulu dibadanku terasa berdiri semua. Tanganku refleks meraih tangannya didadaku. Memegangnya. Tapi tak berdaya menghentikan remasan-remasannya. Tangannya meraba berputar meremas gemas dadaku kanan dan kiri.

"Mass...jangan keras-keras....sakit." 
"Gemas." Bisikku pelan. "Mas jadi penasaran seperti apa bentuknya." Lanjutku lagi sambil kembali kulumat bibirnya.

Ina membalas lumatanku dengan panas. Dan tanganku semakin meraja rela dengan kesempatan yang diberikannya. Kubuka kancing-kancing kemejanya. Tangan kanan Ina tetap memegang tangan kiriku. Setengah hati tampak berusaha mencegah aktivitas tangan kiriku. Usaha yang sia-sia.
3 kancing kemejanya sudah terbuka. Cukup untuk meng-ekspos dadanya yang lembut. Yang masih terbalut bra bewarna krem. Kuselipkan tanganku dari bagian bawah bra nya. Gerakan tanganku yang agak kuat mendorong bra nya keatas membuat dua buah dadanya terbebas terbuka. Ketika kuremas lembut dan kumainkan putingnya ia mendesah dan tangannya memgang erat tanganku berusaha menghentikan.

"Masss....hhh...Ina malu."

"Gak apa-apa sayang. Mas suka. Dada Ina betul-betul indah." Bisikku merayu sambil kugeserkan mulutku menciumi dan menjilat pipi dan kupingnya.

Ina mendesah-desah kecil.
Ciumanku terus turun menjilat kebawah. Secara insting Ina semakin menengadahkan wajahnya. Memberi kesempatan lidahku untuk menikmati seluruh bagian lehernya. Kuturunkan terus kepalaku. Masuk kebalik selimut. Kupandangi dan kunikmati sejenak pemandangan dadanya yang membulat indah dengan puting kecil yang berwarna coklat muda.
Tanganku sementara meninggalkan dadanya dan berusaha membuka kancing celanaku dan membebaskan penisku yang sudah sangat keras.

Kuhentikan aktivitasku sesaat. Ekor mataku menangkap pergerakan dari arah belakang. Kuberi tanda kepada Ina agar tidak berisik. Kurebahkan kepalaku kebahu Ina berpura-pura tertidur sementara tanganku tetap bekerja dibalik selimut mengeluarkan batang penis dari sangkarnya.

Seorang penumpang berjalan menuju toilet didepan bangku kita. Aku menunggu sambil lenganku tetap mengelus-elus dada Ina yang lembut dibalik selimut kami.
Saat penumpang yang ke toilet telah menyelesaikan urusannya dan kembali kebangkunya, segera kembali kulumat bibir Ina.

Ketika kurasakan Ina mulai panas kembali kutarik tangannya dan kuarahkan agar ia memegang batang penisku yang telah terbebas.

"Ehh...mass..!" Ina nampak terkejut. Ia menarik bibirnya. Tapi sebelum ia menarik tangannya kutahan agar tetap memegang penisku.

"Gak apa-apa yah Ina sayang. Tolong pegangin aja." Bisikku.

"Aku...aku gak tahu mas. Belum pernah." Bisiknya.

"Pagang saja. Remas pelan-pelan sambil kocok turun naik." Bisikku sambil menuntun tangannya.

Kumasukkan kepalaku kebalik selimut cepat dan langsung kukulum puting dada kirinya.

"Maasss...uhh.." Ina menggelinjang. Tangannya terasa mulai meremas penisku dan mengocoknya turun naik perlahan memberikan rasa nikmat bagiku.

Aku harus terus menaikkan birahinya. Tanganku mulai menuju selangkangannya. Meremas, menggesek, dan menekan-nekan daerah selangkangan dan paha Ina. Tubuh Ina perlahan nampak melawan, secara reflek pinggulnya naik setiap kali tanganku menekan dan menggesek selangkangannya.

"Mass..." Ina semakin menggelinjang. Ia merangkulkan tangan kirinya semakin menekan kepalaku kedadanya. Tangan kanannya terus meremas-remas penisku.

Tangan kiriku yang berada didaerah selangkangannya beraksi lebih jauh, berusaha membuka kancing celana Ina.
Ketika kancing dan seleting celana nya sudah terbuka langsung kuselipkan tanganku masuk kedalam celana jeans sekaligus celana dalamnya mencari vagina nya.
Sulit. Sempit. Karena tubuh Ina pun bergerak menggelinjang berusaha menghindar. Tapi dengan usaha dan perjuangan akhirnya jariku menemukan celah kenikmatannya yang sudah basah. Ina menjerit kecil, badannya tersentak terkejut. Tangannya yang sebelumnya sedang asyik meremas-remas penisku meraih tanganku dan berusaha menariknya keluar. Tapi aku bertahan. Tak kulepaskan jari tanganku yang sudah nyaman mengorek lubang vagina nya.

"Mas...jangan mas...tolong,...Ina takut. Ina belum pernah." Mata Ina memelas menatapku yang terpaksa menghentikan kulumanku pada puting dadanya.Tampak ketakutan diwajah Ina.

Kutarik sejenak tanganku dari vagina nya. Kubelai pipinya sambil merayu.

"Its ok Ina. Mas gak akan jahatin kamu. Mas cuma mau sentuh saja biar kamu juga merasakan enak seperti yang mas rasakan."

"Tapi...tapi..." Terlihat jelas Ina tampak ragu dan bingung.

"Gak apa-apa Ina. Ina juga merasakan enak kan?" Tanyaku lagi sambil perlahan kembali menuntun tangannya yang berusaha menutup celananya yang sudah setengah terbuka kembali memegang penisku.

Ina perlahan mulai tenang kembali. Walau masih dengan ragu tangannya sudah kembali memegang penisku, meninggalkan celananya yang masih sedikit terbuka.

"Iya begitu Ina. Enak." Kataku kembali merasakan kenikmatan remasan tangannya yang lembut pada penisku.
Tanganku kembali beraksi berusaha menurunkan sedikit celana jeansnya agar ku lebih leluasa menggarap vaginanya.
Tak butuh waktu terlalu lama walau sedikit sulit karena sedikit tahanan dari Ina, celana Ina sekarang sudah melorot sampai kebagian tengah pahanya. Vagina nya telah utuh terbuka.

"Uhhh...masss..!" Ina mengeluh ketika jariku mulai bekerja kembali menyentuh dan menggesek permukaan vaginanya. Secara tak sadar paha nya membuka dengan sendiri nya. Tak banyak memang, karena posisi kami yang memang tak memungkinkan, tapi cukup untuk memberi keleluasaan pada jari ku untuk masuk lebih dalam lagi memainkan liang nya yang sudah sangat basah.
Terus kumainkan jari-jari ku. Jari telunjukku dengan irama yang tetap dan teratur terus menekan dan menggesek klit nya, sementara jari tengahku mengocok lubangnya. Sengaja tak terlalu dalam, aku tak mau kalau keperawanan Ina harus hilang oleh karena jariku saja.
Yang terpenting sekarang cukup untuk menaikkan gairah Ina terus sehingga tubuhnya akan secara otomatis menuntut lebih dan lebih lagi.
Kumasukkan kepalaku kembali kebalik selimut dan mengulum serta menjilati buah dada nya.

Ina semakin mendesah dan mengerang. Dan pahanya perlahan semakin membuka lebar. Aku sudah tidak tahan lagi menuntut penyelesaian akhir. Tapi ku tau tempat kami sangat tidak memungkinkan untuk melanjutkan pertempuran selanjutnya.
Aku takut kalau gerak tubuh kami akan membuat tempat duduk kami bergoyang dan menimbulkan kecurigaan penumpang yang lainnya.

Kutarik kepalaku keluar selimut memndangi wajah Ina yang memerah.

"Ina.." panggilku pelan.

"Hmmm..." Perlahan Ina membuka matanya memandangku sayu.

"Kita masuk ke toilet yuk." Bisikku perlahan.

"Hmmm....mau apa mas? Nanti kalau dilihat orang-orang bagaimana?" Tanya Ina heran.

"Biar kita bisa lebih bebas. Kamu masuk duluan sana pelan-pelan bertingkah normal saja seperti kamu mau ke toilet mau pipis. Tapi jangan dikunci pintu nya, nanti setelah sekitar 30 detik kalau suasana aman mas akan susul masuk juga."

"Tapi...aku...aku takut mas."

"Gak apa-apa. Sekarang suasana aman koq. Semua penumpang dan pramugari sudah tertidur. Ayo sana pelan-pelan." Bujukku setengah memaksa sambil merapikan baju dan celana Ina.

Walau ragu dan tampak ketakutan diwajahnya Ina perlahan mengikuti perintahku.
Setelah melihat keadaan sekeliling dia mulai bangun dari tempat duduknya dan berjalan perlahan menuju toilet yang tepat berada didepan kami.

Aku bersorak kegirangan dalam hati sambil merapikan juga celanaku.
Sampai saat ini semua berjalan dengan lancar sesuai dengan rencanaku.

No comments:

Post a Comment