"Damn..!" Aku mengumpat dalam hati.
Aku selalu tidak menyukai penerbangan malam. Ini hanyalah salah satu
trik perusahaan untuk menghemat biaya. Memaksa kita untuk tidur dalam
perjalanan, memotong biaya hotel untuk satu malam.
Aku sudah membayangkan, lamanya penerbangan dari jakarta ke Abu dhabi
yang akan memakan waktu 8 jam lebih yang dimulai jam 23.00 sudah pasti
akan memaksa ku untuk tidur didalam pesawat. Dan ketika pesawat tiba
bertepatan waktu dengan dimulainya hari, tidak ada waktu lagi bagiku
untuk rileks atau berleha-leha sejenak melepas penat. Aku harus segera
memulai bekerja kembali.
Setelah menaruh tas di atas cabin pesawat aku mulai menyesuaikan
dudukku, berusaha membuatnya senyaman mungkin.Aku mulai berasa sedikit
lega ketika ku melihat sepertinya semua penumpang sudah naik, smua
tempat duduk sudah terisi meninggalkan satu tempat duduk disebelah ku
yang masih kosong.
"Ahh...mudah-mudahan memang tidak ada orang yang duduk disebelahku." harapku dalam hati.
Walau sebenarnya tempat duduk kelas bisnis yang diatur hanya 2 sebelah
kanan & 2 sebelah kiri sudah cukup lega dan leluasa, tapi aku akan
merasa sedikit lebih lega lagi kalau benar tidak ada orang disebelahku.
Tapi ternyata harapanku sia2, ketika seorang pamugari menghampiri tempat
dudukku sambil menuntun seorang gadis muda berjilbab. Pramugari itu
nampak berkata2 pada gadis tersebut dalam bahasa inggris, berusaha
menjelaskan sesuatu.Tapi tampak si gadis kebingungan seperti tidak
mengerti dengan apa yang dikatakan oleh pramugari tersebut.
Pramugari yang tampak kesulitan menengok kearahku & meminta tolong
agar aku bisa membantunya menjelaskan pada gadis berjilbab itu bahwa
telah terjadi kesalah-pahaman, dimana tempat duduk si gadis ternyata
sudah ditempati oleh org lain. Dan tampaknya si gadis dengan terpaksa
ditempatkan untuk duduk disebelahku. Dikelas bisnis, sebagai permintaan
maaf dan juga karena memang tidak ada lagi bangku lain yang kosong di
kelas ekonomi.
Aku hanya melirik ke arah gadis tersebut sekilas. Pemikiran untuk
berbagi tempat duduk membuatku ber malas-malas-an dalam membantu
pramugari itu menjelaskan persoalan yang terjadi. Aku malah sedikit
berharap agar gadis itu dicarikan tempat duduk ditempat yang lain dan
membiarkan bangku disebelahku kosong untuk ku nikmati sendiri.
Ternyata pemikiranku seperti terbaca oleh pramugari yang kuperkirakan
berasal dari salah satu negara di tmur tengah. Ia meminta maaf dan
meminta pengertianku, ia memilih menempatkan gadis itu disebelahku
karena ia melihat aku berasal dari negara yang sama. Ia berharap mungkin
aku bisa membantu membimbing gadis tersebut selama dalam perjalanan.
Karena tampak sekali kalau gadis berjilbab ini benar-benar tidak
berpengalaman dan tidak menguasai bahasa inggris dengan baik. Bahkan
mungkin ini pengalaman penerbangan pertamanya.
Aku menghela nafas dan mengalah.
Aku berusaha menjelaskan kepada gadis yang kemudian kuketahui bernama
Ina untuk tidak perlu khawatir. Hanya terjadi kesalah pahaman kecil saja
yang mengakibatkan ia harus duduk terpisah dari rombongannya. Ia dapat
duduk disebelahku dan aku berjanji untuk membantu nya selama dalam
perjalanan. Dan pada saat pesawat mendarat ia dapat berkumpul kembali
dengan rekan-rekannya.
Ia perlahan setuju dan mulai merapikan barang bawaannya.
Tak sadar aku mulai memperhatikannya.
Ternyata walau tidak terlalu cantik, ia cukup manis. Matanya bulat dan
bibirnya tipis dengan sedikit lesung pipit di pipinya ketika tersenyum,
pembawaannya kalem dan lugu, tapi tampak sedikit ke-jenaka-an diwajahnya
saat ia sudah mulai berasa nyaman dalam berbicara. Kulitnya tidak
terlalu putih, tapi bersih. Perawakan standar, mungkin tinggi skitar
150cm an dengan berat 40-50kg-an. Cukup mungil tapi proposional dengan
dada dan pinggul yang tidak terlalu besar tapi tampak membulat kencang,
tipe yang aku suka.
Aku perkirakan usianya mash muda. Sekitar awal 20 tahun-an. Memakai
kemeja kotak-kotak tangan panjang warna biru putih yang ditutupi jaket
jeans dan jilbab standar warna merah muda. Dan celana panjang bahan
bewarna hitam. Penampilan biasa saja seperti kebnyakan anak-anak abg
dijakarta.
Menurut pengakuan Ina ini memang penerbangannya yang pertama kali.
Ia berangkat bersama rombongannya yang semuanya perempuan untuk bekerja sebagai pembantu di Arab Saudi.
Senyum iblis ku mulai tersungging dan tanduk mulai muncul dikepala ku.
8 jam duduk berduaan dengan gadis yang tampak lugu, dan masih polos
didalam pesawat membuat aku mulai membayangkan macam2 pikiran kotor.
Namaku Ina Dewi. Gadis kampung yang mulai beranjak dewasa.
Penampilanku biasa-biasa saja. Tb 150cm, bb 45kg. Agak mungil. Dengan
kulit putih, mata bulat, bibir tipis dengan sedikit lesung pipt yang
menghiasi di kanan kiri pipiku.
Ukuran vitalku juga biasa-biasa saja, tidak ada yang terlalu istimewa
pada diriku. Malah aku tampak lebih dewasa dari umur asli ku yang
sebenarnya hanya 19 tahun. Mungkin karena dari kecil aku sudah dilatih
untuk belajar bekerja dan mandiri, sehingga aku terlihat lebih matang
dari aslinya.
Iya bisa dibilang aku berasal dari keluarga kurang mampu. Ibuku bekerja
hanya sebagai pembantu panggilan yang bekerja di beberapa rumah
diperumahan mewah depan kampung kami. Sedangkan ayahku bekerja serabutan
tidak jelas. Terkadang jadi tukang bangunan, terkadang jadi tukang
kebun, atau apapun yang bisa dikerjakan dan menghasilkan uang. Walaupun
dalam kenyataannya ia lebih banyak menganggur daripada bekerjanya.
Dengan keadaan keluarga kami yang seperti itu dan adanya dua adik-adik
ku yang masih kecil memaksa diriku untuk berhenti sekolah sejak lulus
sma dan mulai mencari pekerjaan.
Itulah yang membawaku pada saat ini. Setelah bersusah payah dan dengan
mengorbankan uang yang tidak sedikit selama hampir 2 tahun akhirnya aku
bisa berangkat untuk bekerja di Saudi Arabia sebagai pembantu rumah
tangga.
Walaupun jadi pembantu juga seperti ibu ku, setidaknya aku pembantu
internasional. Lebih dari ibu ku. Itu pikirku ketika menerima pekerjaan
ini.
Sejak 3 bulan yang lalu sebenarnya aku telah terpisah dari keluargaku,
tinggal di asrama yang sebenarnya hanyalah sebuah ruko di salah satu
pelosok jakarta. Bersama-sama dengan para calon TKW pemula lainnya untuk
mendapatkan pelatihan terakhir sebagai tenaga kerja profesional yang
siap bersaing didunia internasional.
Haha,...itu setidaknya apa yang didengung-dengungkan oleh perusahaan
agensi ku. Walau sebenar dalam kenyataannya 3 bulan pelatihan yang tidak
jelas sama sekali tidaklah cukup untuk membuat kami-kami ini
benar-benar siap untuk menghadapi dunia luar. Bayangkan, baru didalam
pesawat, masih di jakarta saja aku sudah dibuat panik dan kebingungan.
Aku tidak mengerti mengapa aku tidak diperbolehkan untuk duduk bersama
kawan-kawan ku yang lainnya. Apakah ada kesalahan dalam tiketku atau
apa,... aku tidak mengerti.
Seorang pramugari cantik dan tinggi malah menyeretku dengan sedikit
memaksa ke deretan bangku dibagian depan. Dibalik tirai yang kata
temanku Minah tadi adalah tempatnya para orang-orang kaya.
Untunglah ditengah kebingunganku mencoba menelaah perkataan-perkataan
pramugari tersebut dengan pengetahuan bahasa inggris ku yang sangat
terbatas, aku dipertemukan oleh mas Wahyu. Sosok laki-laki yang biasa
hanya bisa kulihat dikota-kota atau di rumah-rumah yang dilayani ibu ku.
Tinggi, rapi, tampak terpelajar, dan tubuh nya mempunyai aroma yang
harum yang membuat kita betah berlama-lama berada didekatnya.
Mas Wahyu membantuku dan mengajak aku untuk duduk disebelahnya dan
berjanji akan menjaga aku selama dalam pesawat ini. Perlakuannya sangat
hangat seperti kepada seorang teman. Jarang-jarang ada orang kaya yang
begitu baik memperlakukan aku yang hanya seorang gadis kampung dengan
status pembantu. Hatiku sedikit berbunga dan wajahku tersipu....
Mas Wahyu benar-benar baik.
Dan juga sangat pintar.
Sejak sedari tadi dia selalu membantuku.
Dia juga memperkenalkanku pada banyak hal yang baru. Seperti minuman
yang berada didepan meja ku saat ini. Wine nama nya, seperti di
film-film. Enak dan membuat tubuh hangat. Walau sekarang kepalaku
sedikit pusing dibuatnya.
Reaksi yang wajar menurut mas ku untuk orang yang baru pertama kali
minum. Tapi dia meyakinkanku kalau minuman ini tidak akan menyebabkan
kemabukan.
O a lah....tidak pernah dalam mimpi pun aku membayangkan gadis kampung
sepertiku ini bisa minum-minum sambil ngobrol berdua dengan laki-laki di
dalam kelas bisnis dipesawat.
Seperti kisah di sinetron saja.
Kawan-kawanku pasti iri jika kuceritakan tentang pengalamanku ini nanti. Hihihi.....
Dan mas Wahyu...dia sangat romantis. Bayangkan saja, dia menggengam
tanganku dan mencoba menenangkan ku tadi saat aku sedikit ketakutan
ketika pesawat lepas landas. Dan sampai saat ini...tangan kami tak
pernah lepas.
Ya Tuhan...hati ku sepertinya mulai menyukai nya...
Semua sikapnya dan perlakuannya selalu membuatku tersanjung. Baru pernah
aku diperlakukan seperti ini oleh laki-laki. Membuatku betah dan ingin
selalu berdekatan dengannya.
Apakah seperti ini rasa nya menyukai lawan jenis...?
Aku memang benar-benar buta akan hal yang satu ini. Latar belakang
keluarga ku menyebabkan aku selalu minder dan selalu menghindar ketika
ada laki-laki yang datang berusaha mendekati ku.
Tapi,... Apakah mungkin...
Ahh...aku harus nya tau diri.
Mungkin mas Wahyu hanya berusaha bersikap baik saja kepadaku.
Mungkin ia hanya kasihan saja.
Mana mungkin laki-laki seperti dia bisa menyukai gadis seperti aku.
Aku terlalu bermimpi...
Tapi memang semua yang terjadi sekarang ini serasa mimpi bagiku.
Dan biarlah kunikmati mimpi ini walau hanya untuk sekejap.
Karena saat pesawat mendarat nanti,...
Aku harus bangun.
Dan kembali ke dunia ku lagi.
Setelah jam makan lampu utama di pesawat dipadamkan. Hanya tinggal lampu remang-remang disekitar dinding yang menyala.
Mas Wahyu bilang memang biasa seperti ini. Pesawat di 'set' untuk membuat para penumpang beristirahat dan tertidur.
Lampu akan dinyalakan kembali saat disediakan hidangan makanan terakhir untuk para penumpang sebelum pesawat mendarat.
Bangku kami diatur sedemikian rupa oleh mas Wahyu. Direbahkan sedikit
sehingga menyerupai tempat tidur yang sangat nyaman. Sandaran lengan
bangku diantara kami dilipat kedalam. Tak ada lagi batas antara aku dan
mas Wahyu.
Aku yang masih malu-malu diarahkan untuk berbaring menyandarkan kepalaku
ke dadanya. Ia memakaikan selimut menutupi tubuh kami berdua. Tangannya
merangkulku.
Kalau ada yang nanya bilang saja kalau kita ini suami istri. Biar gak ada yang ganggu. Begitu kata mas Wahyu.
Hihihi...hatiku berbunga memikirkan kata-katanya. Apakah artinya mas Wahyu memang benar-benar menyukaiku?
Dari kata-katanya secara tidak langsung ia sudah menganggap aku seperti istrinya.
Tubuhku nyaman sekali didalam pelukannya yang hangat. Tapi mataku tak
mau terpejam. Aku tak mau jatuh tertidur dan melewatkan perasaan dalam
pelukan mas Wahyu sedikitpun.
"Na..." suara mas Wahyu pelan kurasakan begitu dekat. Desahan nafasnya dapat kurasakan dikeningku.
"Hmm..." aku hanya bergumam menjawab panggilannya sambil mendongakkan wajahku melihat kearahnya.
"Mmm......!" Dengan tiba-tiba mas Wahyu menempelkan bibirnya kebibirku.
Aku terkejut. Tubuhku menegang kaku dan nafasku sesak. Aku tak tau harus bagaimana. Ini ciuman pertamaku!
2-3 detik kemudian kurasakan bibirnya bergerak mengelus bibirku. Yang atas, lalu yang bawah. Melumatnya lembut.
Rasanya aneh tapi enak sekali merasakan kelembutan bibirnya. Rasa enak
yang tak bisa kujelaskan. Aku masih terdiam kaku tidak tau harus berbuat
apa. Mataku hanya bisa terpejam.
Ketika ia menarik bibir dan wajahnya aku tertunduk malu. Kuyakin ia
dapat melihat semburat merah yang mulai keluar dipipiku yang terasa
panas.
"Kenapa kamu gak balas? Kamu gak suka ciuman aku?" Kata-katanya pelan seperti berbisik.
"Maaf yah kalau kamu gak suka. Maaf aku sudah lancang berani cium kamu.
Kecantikan dan daya tarik kamu terlalu besar. Membuat tubuhku tidak
sadar bergerak atas kemauannya sendiri."
Hati wanita mana yang tidak kelepek-kelepek mendengar rayuannya.
"Maaf mas....aku....aku....gak bisa..... Belum pernah." Jawabku
terbata-bata. Pipiku semakin terasa panas. Seluruh tubuhku. Bukan hanya
pipiku.
"Tapi...kamu suka gak.....aku cium....?
Aku terdiam sejenak. Bingung harus bagaimana menjawabnya.
Aku memberikan sedikit anggukan kecil sebelum aku semakin menundukkan wajah.
Berusaha menyembunyikan dari tatapannya yang benar-benar melumpuhkan seluruh syaraf-syaraf ditubuhku.
Tak sadar aku malah membenamkan wajahku diketiaknya.
Entah parfum jenis apa yang dia pakai disana. Tapi aroma nya yang lembut
membuatku mabuk kepayang. Aku suka. Aku semakin membenamkan wajahku
kesana dan mengendus-endus tanpa sadar.
"Na..." Kurasakan tangannya kembali meraih wajahku. Jarinya mengangkat daguku.
Dan saat kulihat wajahnya mulai mendekat kembali aku hanya bisa
memejamkan mata dan membuka sedikit bibirku. Pasrah menanti. Bibirnya
kembali terasa lembut melumat bibirku. Bergantian atas dan bawah.
Kali ini aku tidak hanya diam. Aku berusaha membalas lumatannya sebisa yang aku mampu.
Lama sekali rasanya kita berciuman. Yang awalnya lembut dan lambat perlahan-lahan mulai menjadi keras dan cepat.
Lidahnya liar menerobos mulutku mencari lidahku dan mengajaknya menari
disana. Aku membalasnya berdasarkan insting. Air liur kami bertukar.
Tubuhku terasa semakin panas, puting dadaku mengeras, dan vaginaku mulai
mengeluarkan cairan.
Nafas kami terengah-engah saat mulut kami terlepas sesaat berusaha mengambil nafas. Mata mas Wahyu sayu menatapku.
Bibirnya kembali menyerang bibirku. Aku yang memang menyukai kegiatan baru ini kembali juga membalas lumatannya.
Sampai suatu saat tangannya mrmbuatku merinding.
Ditengah lumatan bibir kami yang panas, tangan mas Wahyu mulai meraba dan meremas dadaku dari balik selimut.
"Eehh...mass...mmmhh.." Aku sedikit terkejut dan merasa geli.
Bulu-bulu dibadanku terasa berdiri semua. Tanganku refleks meraih
tangannya didadaku. Memegangnya. Tapi tak berdaya menghentikan
remasan-remasannya. Tangannya meraba berputar meremas gemas dadaku kanan
dan kiri.
"Mass...jangan keras-keras....sakit."
"Gemas." Bisikku pelan. "Mas jadi penasaran seperti apa bentuknya." Lanjutku lagi sambil kembali kulumat bibirnya.
Ina membalas lumatanku dengan panas. Dan tanganku semakin meraja rela
dengan kesempatan yang diberikannya. Kubuka kancing-kancing kemejanya.
Tangan kanan Ina tetap memegang tangan kiriku. Setengah hati tampak
berusaha mencegah aktivitas tangan kiriku. Usaha yang sia-sia.
3 kancing kemejanya sudah terbuka. Cukup untuk meng-ekspos dadanya yang
lembut. Yang masih terbalut bra bewarna krem. Kuselipkan tanganku dari
bagian bawah bra nya. Gerakan tanganku yang agak kuat mendorong bra nya
keatas membuat dua buah dadanya terbebas terbuka. Ketika kuremas lembut
dan kumainkan putingnya ia mendesah dan tangannya memgang erat tanganku
berusaha menghentikan.
"Masss....hhh...Ina malu."
"Gak apa-apa sayang. Mas suka. Dada Ina betul-betul indah." Bisikku
merayu sambil kugeserkan mulutku menciumi dan menjilat pipi dan
kupingnya.
Ina mendesah-desah kecil.
Ciumanku terus turun menjilat kebawah. Secara insting Ina semakin
menengadahkan wajahnya. Memberi kesempatan lidahku untuk menikmati
seluruh bagian lehernya. Kuturunkan terus kepalaku. Masuk kebalik
selimut. Kupandangi dan kunikmati sejenak pemandangan dadanya yang
membulat indah dengan puting kecil yang berwarna coklat muda.
Tanganku sementara meninggalkan dadanya dan berusaha membuka kancing celanaku dan membebaskan penisku yang sudah sangat keras.
Kuhentikan aktivitasku sesaat. Ekor mataku menangkap pergerakan dari
arah belakang. Kuberi tanda kepada Ina agar tidak berisik. Kurebahkan
kepalaku kebahu Ina berpura-pura tertidur sementara tanganku tetap
bekerja dibalik selimut mengeluarkan batang penis dari sangkarnya.
Seorang penumpang berjalan menuju toilet didepan bangku kita. Aku
menunggu sambil lenganku tetap mengelus-elus dada Ina yang lembut
dibalik selimut kami.
Saat penumpang yang ke toilet telah menyelesaikan urusannya dan kembali kebangkunya, segera kembali kulumat bibir Ina.
Ketika kurasakan Ina mulai panas kembali kutarik tangannya dan kuarahkan agar ia memegang batang penisku yang telah terbebas.
"Ehh...mass..!" Ina nampak terkejut. Ia menarik bibirnya. Tapi sebelum ia menarik tangannya kutahan agar tetap memegang penisku.
"Gak apa-apa yah Ina sayang. Tolong pegangin aja." Bisikku.
"Aku...aku gak tahu mas. Belum pernah." Bisiknya.
"Pagang saja. Remas pelan-pelan sambil kocok turun naik." Bisikku sambil menuntun tangannya.
Kumasukkan kepalaku kebalik selimut cepat dan langsung kukulum puting dada kirinya.
"Maasss...uhh.." Ina menggelinjang. Tangannya terasa mulai meremas
penisku dan mengocoknya turun naik perlahan memberikan rasa nikmat
bagiku.
Aku harus terus menaikkan birahinya. Tanganku mulai menuju
selangkangannya. Meremas, menggesek, dan menekan-nekan daerah
selangkangan dan paha Ina. Tubuh Ina perlahan nampak melawan, secara
reflek pinggulnya naik setiap kali tanganku menekan dan menggesek
selangkangannya.
"Mass..." Ina semakin menggelinjang. Ia merangkulkan tangan kirinya
semakin menekan kepalaku kedadanya. Tangan kanannya terus meremas-remas
penisku.
Tangan kiriku yang berada didaerah selangkangannya beraksi lebih jauh, berusaha membuka kancing celana Ina.
Ketika kancing dan seleting celana nya sudah terbuka langsung kuselipkan
tanganku masuk kedalam celana jeans sekaligus celana dalamnya mencari
vagina nya.
Sulit. Sempit. Karena tubuh Ina pun bergerak menggelinjang berusaha
menghindar. Tapi dengan usaha dan perjuangan akhirnya jariku menemukan
celah kenikmatannya yang sudah basah. Ina menjerit kecil, badannya
tersentak terkejut. Tangannya yang sebelumnya sedang asyik meremas-remas
penisku meraih tanganku dan berusaha menariknya keluar. Tapi aku
bertahan. Tak kulepaskan jari tanganku yang sudah nyaman mengorek lubang
vagina nya.
"Mas...jangan mas...tolong,...Ina takut. Ina belum pernah." Mata Ina
memelas menatapku yang terpaksa menghentikan kulumanku pada puting
dadanya.Tampak ketakutan diwajah Ina.
Kutarik sejenak tanganku dari vagina nya. Kubelai pipinya sambil merayu.
"Its ok Ina. Mas gak akan jahatin kamu. Mas cuma mau sentuh saja biar kamu juga merasakan enak seperti yang mas rasakan."
"Tapi...tapi..." Terlihat jelas Ina tampak ragu dan bingung.
"Gak apa-apa Ina. Ina juga merasakan enak kan?" Tanyaku lagi sambil
perlahan kembali menuntun tangannya yang berusaha menutup celananya yang
sudah setengah terbuka kembali memegang penisku.
Ina perlahan mulai tenang kembali. Walau masih dengan ragu tangannya
sudah kembali memegang penisku, meninggalkan celananya yang masih
sedikit terbuka.
"Iya begitu Ina. Enak." Kataku kembali merasakan kenikmatan remasan tangannya yang lembut pada penisku.
Tanganku kembali beraksi berusaha menurunkan sedikit celana jeansnya agar ku lebih leluasa menggarap vaginanya.
Tak butuh waktu terlalu lama walau sedikit sulit karena sedikit tahanan
dari Ina, celana Ina sekarang sudah melorot sampai kebagian tengah
pahanya. Vagina nya telah utuh terbuka.
"Uhhh...masss..!" Ina mengeluh ketika jariku mulai bekerja kembali
menyentuh dan menggesek permukaan vaginanya. Secara tak sadar paha nya
membuka dengan sendiri nya. Tak banyak memang, karena posisi kami yang
memang tak memungkinkan, tapi cukup untuk memberi keleluasaan pada jari
ku untuk masuk lebih dalam lagi memainkan liang nya yang sudah sangat
basah.
Terus kumainkan jari-jari ku. Jari telunjukku dengan irama yang tetap
dan teratur terus menekan dan menggesek klit nya, sementara jari
tengahku mengocok lubangnya. Sengaja tak terlalu dalam, aku tak mau
kalau keperawanan Ina harus hilang oleh karena jariku saja.
Yang terpenting sekarang cukup untuk menaikkan gairah Ina terus sehingga
tubuhnya akan secara otomatis menuntut lebih dan lebih lagi.
Kumasukkan kepalaku kembali kebalik selimut dan mengulum serta menjilati buah dada nya.
Ina semakin mendesah dan mengerang. Dan pahanya perlahan semakin membuka
lebar. Aku sudah tidak tahan lagi menuntut penyelesaian akhir. Tapi ku
tau tempat kami sangat tidak memungkinkan untuk melanjutkan pertempuran
selanjutnya.
Aku takut kalau gerak tubuh kami akan membuat tempat duduk kami bergoyang dan menimbulkan kecurigaan penumpang yang lainnya.
Kutarik kepalaku keluar selimut memndangi wajah Ina yang memerah.
"Ina.." panggilku pelan.
"Hmmm..." Perlahan Ina membuka matanya memandangku sayu.
"Kita masuk ke toilet yuk." Bisikku perlahan.
"Hmmm....mau apa mas? Nanti kalau dilihat orang-orang bagaimana?" Tanya Ina heran.
"Biar kita bisa lebih bebas. Kamu masuk duluan sana pelan-pelan
bertingkah normal saja seperti kamu mau ke toilet mau pipis. Tapi jangan
dikunci pintu nya, nanti setelah sekitar 30 detik kalau suasana aman
mas akan susul masuk juga."
"Tapi...aku...aku takut mas."
"Gak apa-apa. Sekarang suasana aman koq. Semua penumpang dan pramugari
sudah tertidur. Ayo sana pelan-pelan." Bujukku setengah memaksa sambil
merapikan baju dan celana Ina.
Walau ragu dan tampak ketakutan diwajahnya Ina perlahan mengikuti perintahku.
Setelah melihat keadaan sekeliling dia mulai bangun dari tempat duduknya
dan berjalan perlahan menuju toilet yang tepat berada didepan kami.
Aku bersorak kegirangan dalam hati sambil merapikan juga celanaku.
Sampai saat ini semua berjalan dengan lancar sesuai dengan rencanaku.
No comments:
Post a Comment