Friday 1 June 2018

Impregnation Complex 8-2

Pemandangan om-om sedang merangkul ABG dalam keadaan basah kuyup, hanya berpakaian renang ketat, dan cuma ditutupi handuk seadanya membuat para pelayan hotel yang melihatnya bertanya-tanya. Tapi Reza tampaknya cuek saja

Sesampainya di kamar presidental suit, Reza memperhatikan Gita lebih seksama. Sekarang masih siang, masih banyak waktu, tidak usah buru-buru, kurang puas rasanya jika menggarap gadis itu dalam keadaan lusuh. Gita terlihat kecapean, mungkin karena capek mencari-cari HPnya yg diceburkan ke kolam tadi.

“sekarang kamu mandi dulu sana…”

“baik om….” Kata Gita pelan, saat bersiap menutup pintu,

“EH!! Tunggu! Ga usah ditutup pintunya!”

“mmm…. Tapi OM….”

“Dibuka aja, om mau lihat bodi kamu dulu kaya apa..”

“Tapi Gita malu om….”

“Ngapain malu?? Cepet ato lambat juga Om bakal liat semuanya kok… udah ayo buka aja”

Gita mulai tenggelam dalam rasa takut, nyalinya mulai kendur. Perlahan handuk putih yg dari tadi Ia pegang erat untuk menutupi tubuhnya dibiarkan jatuh ke lantai. Reza duduk di sofa sambil terus memperhatikan Gita di kamar mandi.

“Gita mandi pake baju renang aja ya Om?”

“Emang enak? Ga usah aneh-aneh lah…. Buka aja…”

Dengan tangan gemetar, Swimsuit Gita mulai diturunkan, pertama dadanya dulu yang terlihat, cukup besar juga, hampir seukuran dengan Dea sekarang, putingnya yang coklat muda juga cukup bagus, apalagi dipadukan dengan kulit putihnya yg tampak sangat mulus, maklum sih soalnya masih ABG, blum tersentuh siapa pun. Setelah Swimsuitnya lepas terlihat memeknya yg masih rapat, hanya terlihat garis lurus saja.

Kontol Reza mulai bangkit, kalau di jakarta dia bisa ke “rumah 23” dan menggarap Dea atau Dini paling tidak 2 hari sekali, tapi selama kunjungan kerja ini tidak ada waktu dan sasaran untuk pelampiasan. Reza bisa saja lepas kontrol dan menerkam Gita saat ini juga kalau kontrolnya sudah lepas kendali.

“Tenang dulu sobat… nanti tiba waktunya” pikir Reza sambil mengelus kontolnya dari balik celana pendek

“Sekarang kamu mandi dulu di shower sana. Tirainya ga usah ditutup ya…”

Gita mulai mandi di shower dan berusaha menutupi tubuhnya dengan menghadap tembok membelakangi Reza.

“Gita ga usah coba-coba nutupin, ayo hadap om sini.”

Saat Gita memutar tubuhnya ke arah Reza dengan perasaan sangat malu, tiba-tiba ada kilatan blitz. Rupanya Reza diam-diam mengambil gambarnya

“AKH…om, jangan om….” teriak Gita kaget.

“tenang untuk dokumentasi om aja”

Reza lalu membuka-buka tas ransel bawaan Gita, didalamnya hanya ada handuk dan baju ganti. Baju ganti Gita tampak sangat membosankan dan tidak menarik. Reza segera menghubungi Sekretarisnya untuk mempersiapkan pakaian sesuai yang dia inginkan secepatnya, sekaligus membelikan HP yang sama dengan Gita. Sang sekretaris bertanya ukuran bra yg perlu dibeli.

“Gita, ukuran BH mu berapa?”

“mm… C om..”

Reza juga sekalian minta dipesankan makanan 2 porsi untuk makan siang mereka

Bosan memandangi dari jauh, Reza mendatangi Gita yang mulai menyabuni tubuhnya. Gita semakin ketakutan melihat Reza mendatanginya.

“Ga usah takut biar om yang sabunin.”

Tangan reza mulai beraksi, dimulai dari dadanya. Awalnya hanya perlahan dengan mengelus-elus saja, tapi karena merasa tak ada penolakan dari Gita, Reza semakin berani, Kedua gundukan nikmat itu diremas-remas tanpa ampun, sesekali putingnya ditarik-tarik karena gemas.

“uh… mh..mh….. geli om….. mmmhh….” Gita mulai belingsatan

Tangan kanan Reza mulai turun ke perut gita yg rata, lalu sampai ke memeknya yang rapet sekali. Dengan jari telunjuk Reza mulai masuk kedalam, mencari-cari clitnya yg ternyata masih sebesar kacang kedelai. Segera diserangnya clit mungil itu tanpa ampun.

“AAAKKKHHHH……. OM MEMEK AKU DIAPAIN?? AAAHHHHHH…..” Gita langsung mengeliat. Belum pernah merasakan sensasi ini.

“ini namanya coli.. kamu belum pernah?”

Gita menggeleng lemah. Reza semakin kencang mengusap clit Gita yang membuat erangannya makin kencang, sampai akhirnya Gita mendapatkan orgasme pertamanya.

“Enak?”

Gita hanya mengangguk dengan wajah yang merah padam. Tidak terasa mereka sudah hampir 45 menit bermain di kamar mandi ketika bel pintu berbunyi. Jesika membawakan baju ganti dan makanan pesanan Reza. Soal HP sepertinya harus menunggu sampai sore.

“Git, nih baju ganti udah om sediain, ga usah pakai baju bawaan mu, jelek!”

Reza sudah membelikan gaun tidur warna kuning yang sangat tipis dan tembus pandang, lengkap dengan baju dalam berwarna senada dan sandal. Gita sebenarnya sangat malu harus menggunakan pakaian seronok dan sangat mengumbar seperti itu.

“Gita harus pakai ini om? Ga bisa pakai baju gita sendiri aja?”

“kamu harus pake, kamu lebih cantik pakai itu, ato mau om cariin yang lain?”

“Ga usah om. Terima kasih.”

Setelah berpakaian lengkap, Gita terlihat sangat cantik. BH dan CD terlihat samar-samar dari baju tidur tipisnya. Wajahnya juga cakep innocent, nyaris secantik Dea. Gita sadar bajunya ini tampaknya gagal untuk menutupi apapun. Dia berusaha keras menutupi bagian dadanya yang sangat menonjol dengan tangan. Perilakunya yang lugu dan polos itu malah semakin membakar birahi Reza. Om-om bejat itu berusaha mengingatkan dirinya bahwa waktunya belum tepat.


“OK gita, yuk kita makan siang dulu.”

Disaat makan siang suasana terasa sangat canggung.

“Git, kata teman mu kamu belum mens ya?”

“e… Enggak om, udah mulai barusan aja…”

“kapan?”

“udah 13 hari lalu..”

“(13 hari? Klo dari pengalaman sama Dea… itu tandanya….. heheheheh…..)” Nafsu Reza makin bergejolak saja.

Selesai makan siang, Reza bingung apakah harus mulai permainan sekarang? Tapi tampaknya Gita masih capek karena berenang tadi, Reza tidak mau Gita tepar di tengah “marathon” panjang nanti, apalagi dia berniat habis-habisan malam ini. Kayanya gita istirahat dulu lebih baik.

“Gita, kamu tidur siang aja dulu. HP mu masih dicari gantinya, baru sore kelar. Kamu tidur di kamar aja.”

Melihat kesempatan untuk menjauh dari Reza, Gita langsung pergi ke ranjang dan tertidur. Reza iseng-iseng mengambil foto Gita yang tertidur dan megirimnya ke Febri.

“Feb, gimana menurut lu?”

“GILE, CAKEP BOS!!! Lu nemu aja sih barang bagus?”

“Gw kan masternya nyari daun muda ginian… wajarlah..”

“ngapain dibiarin tidur? langsung gempur aja! SIKAT!”

“sabar dong.. dianya capek habis olahraga, biarin aja istirahat dulu. biar kuat nanti lemburnya. Hahahahaha”

“SSIIPPP…. Eh knapa ga sekalian kasih obat yg dulu dikasi Ivan aja.”

“Yg dulu buat Dea itu?”

“Iya, efek sampingnya nambah sange juga kan tuh?”

“Briliant!! Untung masih ada di koper. Kebetulan juga dia kayanya lagi subur. Efeknya jadi makin bagus..”

“EH bentar2… itu anak uda subur mau lu tambahin obat lagi? Jadi subur banget lah tuh anak!!”

“YOI! Tinggal ditanemin benih aja, KELAR TUH ANAK…”

“ANJING!! BEJAT LU ZZAAA….. wkwkwkwkwkwk”

“Biarin emang selama ini gw pikirin!! Lu sendiri gimana tuh ceritanya sampe Irin bisa muncul…” [baca: “Rini, Si yatim Buta]

“wkwkwkwkw…… iya deh, terserah lu aja. Selamat bertempur! Semoga anak haramnya nambah lagi ya…”

“FUCK YOU” tulis Reza mengakiri pembicaraan.

-------------

“Hei bangun sayang…. Ayo sebentar lagi kita makan malam”

Gita kaget Reza berbisik begitu dekat ketelinganya. Tidak lama bel berbunyi. Pelayan hotel membawakan 2 porsi steak dan 1 bir pesanan Reza.

“Lagi ada promo Jus pak, bisa pesan untuk anaknya mungkin?” tanya pelayan.

Rupanya si pelayan menyangka Gita anak Reza, kalau dilihat secara umur memang cocoknya seperti itu sih.

“(hahaha….. Anak gw apanya?? Yang ada juga sebentar lagi gw mau “buat” anak sama nih bocah)” Reza hanya tersenyum licik.

“Boleh juga…. Git ayo kesini. Kamu mau pesan jus apa.”

Walaupun ragu, Gita mengikuti kata Reza dan datang mendekati si pelayan. Dari jarak dekat inilah si pelayan baru sadar Gita sedang menggunakan baju yang dijamin akan membuat semua lelaki terbelalak. Sang pelayan tampak kaget dan menelan ludah melihat pemandangan yg tersaji di hadapannya.

“Jus Semangka aja mas..”

“huh…. Eh….. i…. iya mbak…. Sebentar ya…” Si pelayan tampak kagok dan bergegas menuangkan jus ke gelas dan memberikannya ke Gita. Setelah Reza memberi uang tip 100rb ke si pelayan. Dia meninggalkan ruangan dengan penuh tanya.

Selama mereka makan Reza berhasil mengorek informasi tentang Gita. Umurnya 15 tahun. Ibunya sudah meninggal, dia sekarang tinggal dengan ayahnya yang jarang pulang karena menjadi tour guide dengan gaji yang tidak seberapa.

Selesai makan Reza menyerahkan HP yang sudah dia janjikan. HP seri yang sama dengan milik Gita tapi model keluaran terbaru.

“Tuh udah om belikan, bentuknya masih mirip, Ayah mu ga akan sadar.”

“Te… terima kasih banyak om”

“Coba kamu cek dulu. Sekalian kabari Ayahmu kalo kamu sedang nginap di rumah teman.”

Gita tampak asik mengutak-atik gaget barunya di sofa. Reza mulai menjalankan aksinya, dia mengambil 1 tablet obat kesuburan dan memasukannya ke mulut. Reza duduk disebelah Gita sambil terus memperhatikan mangsanya yang sudah tersaji dan siap diterkam.

“Bagus kan git?”

“Bagus OM… terima Ka-“ belum sempat Gita menyelesaikan ucapannya, Reza segera memagut mulut Gita dan mencuri first kissnya. Lidah reza masuk makin dalam dan bermain-main dengan lidah Gita, tubuhnya dilepuk erat-erat. Gadis itu Cuma bisa menlenguh-lenguh kecil sambil menutup mata, ada perasaan takut, tapi ada juga penasaran.

Disaat Gita mulai tenggelam dalam permainan, Reza tiba-tiba menutup hidung Gita dan memaksa gita menelan pil yang dia sembunyikan di mulutnya.

“uhuk… uhuk…. Itu tadi apa om?”

“pil ajaib, nanti kamu ngerti sendiri.. Ayo sayang kita lanjutin di ranjang”

Gita ditidurkan di ranjang, pil itu bereaksi cepat, kepalanya mlai terasa agak pusing, memeknya mulai basah dan sedikit gatal, dan perut terasa agak panas. Melihat Gita yang mukanya mulai merah Reza mengerti waktunya sudah tiba. Seluruh bajunya dilepas, kontolnya yang hitam sudah tegak dan keras bagai intan terpampang jelas di hadapan Gita. Gadis itu menutup wajahnya, tidak bisa membayangkan tongkat besar itu akan masuk ke tubuhnya.

Reza tidak mau membuang waktu, segera diterkamnya Gita yang tidak mampu melawan karena mulai diselimuti birahi. Gaun malam Gita diturunkan seperut. Buah dada gita yang mengkal putih kemerahan langsung meyembul keluar. Tidak menunggu lama Reza lansung mempermainkannya sesuka hati, diremas-remas, kedua putingnya dikenyot bergantian hingga basah dan keras. Sambil meneruskan rangsangan di gunung nikmat itu, tangan reza mulai turun ke selangkangan, CD langsung dilolosi. Memeknya yang sudah basah menunjukan tanda siap untuk disetubuhi. Kembali clit gita usap-usap dengan kecepatan tinggi.

“MMHHHH …… AAAKKHHH…..OOOMM JANGAN….. GELI…. OM AHHHH….” Gita hanya bisa melenguh-lenguh protes pada reza tanpa hasil. Nafasnya sudah ngos-ngosan, mata merem melek, tangan dan kaki menggeliat mengacak-ngacak sprei kasur. Waktu orgasmenya makin dekan.

“OM AKU PIPIS… MMMMHHHHHHH……” Gita orgasme, memeknya makin basah kuyup. Sangat berguna untuk memerawaninya nanti.

Reza segera mempersiapkan KOntolnya yang mulai digesek-gesekan ke permukaan memek Gita. Kakinya dikangkangkan lebar-lebar, bantal diposikan dibawah pantat gita. Melihat gelagat Reza, Gita makin cemas.

“MMM… om…. Anu….”

“Kenapa Gita sayang??”

“di pelajarannya Gita… ini… namanya .. berhubungan intim kan?”

“bener sayang, kita mau ngentot, untung banget kamu ngentot pertama bareng orang pengalaman kaya om….”

“ta.. tapi.. mmmh… Gita takut om….”

“takut kenapa?”

“nanti Gita bisa hamil kan? aku belum mau dapat bayi… ” air matanya mulai menetes

“Well, itu sih bisa iya bisa eggak. Tapi ga papa kan? Nanti anaknya pasti manis juga kaya kamu. Heheheh…”

“Jangan om, AAAAUUHH—“ Kontol Reza mulai masuk.

Memek Gita sempit dan hangat sekali, Senti demi Senti Kontol Reza dipaksa masuk. Secara naluri memek Gita berusaha mengejan untuk mengeluarkan benda asing itu tapi malah menambah sensasi nikmat untuk Reza. Setelah kontol makin masuk akhirnya ketemu juga selaput daranya. Reza mengambil ancang-ancang, kontolnya dimundurkan sedikit kemudian didorong sekuat tenaga, kegadisan Gita hilang sudah.

“AAAAUUUHH…… PERIH…. MAAMMMAAA….” Sepertinya gita punya kebiasaan memanggil mamanya ketika sakit atau ketakutan.

“oohhh…. Peret banget memek lu, terima kasih ya perawanmu buat om.” Kontolnya tetap diam, menikmati momen merenggut kegadisan seorang gadis entah untuk yang keberapa kalinya.

“Mama…ma… sakit….. perih banget.. hiks.. hiks..”

“cup…cup… kenapa sayang, pengen jadi Mama? Sini biar om bantu? Heheh…” celetuk Reza yang mulai menggenjot memek Gita.

“udah om…. Perih… perih banget…. Keluar darahnya….”

“itu tandanya kamu bukan perawan lagi, beruntung banget Om ketemu ABG perawan cakep kaya kamu, ooohhh…”

Genjotan Reza makin kencang. Tubuh mungil Gita dihajar tanpa ampun, buah dada ukuran C Gita berayun-ayun naik-turun mengikuti irama genjotan Reza. Gita menatap lemah ke Pria yang sedang asik menggagahinya itu. Pria paruh baya bejat itu sama sekali tidak peduli dengannya, yg ada dipikiran Reza hanya bagaimana melampiaskan nafsu binatangnya kepada gadis belia yg sedang dia reguk kenikmatannya ini.

Gita sudah jatuh mentalnya hanya ber-uh-uh saja. Tapi tanpa dia sadari muncul kenikmatan pada liang kawinnya, perutnya juga terasa makin panas, Pil dari Reza mulai bereaksi penuh. terikan Gita makin keras, bila diperhatikan ada lenguhan nikmat didalamnya.

“AKH... MMHH…. OH…OH…. OH…..”

“Kenapa sayang? Mulai enak ya?”

“Berhenti om, Aku mau pipis dulu”

“itu tandanya kamu mau orgasme, Om juga bentar lagi keluar…” frekuensi Genjotan Reza makin cepat dan dalam

“MMMHHH…… akh…… aduh….duh…”

Reza melihat tubuh Gita, nyaris bugil hanya gaun malamnya yg melingkar di perut, lenguhannya makn keras, badannya mulai menekuk keatas membuat dadanya semakin membusung ke atas, tak lama kemudian Gita orgasme untuk kesekian kalinya.

“OOOOHHHH…..” memek gita makin basah dan hangat.

Reza merasa sebentar lagi saatnya, gita dipeluk lalu diangkat. Di pinggir kasur, Gita digenjot sambil dipangku Reza, dengan posisi saling berhadapan. Dengan posisi seperti itu kontol Reza bisa masuk dalam sekali dan membentur Rahim Gita berkali-kali. Kaki dan tangan Gita tanpa dikomando memeluk Reza erat-erat. Empotan Memek Gita makin kencang, Reza tahu Gita akan orgasme lagi. Dia tidak sabar lagi untuk membuahi gadisnya itu.

“HAH…. HAH…. HAH…. HAH….”

“Hei Sayang…”

“HAH…. HAH…. Iya om… HAH….”

“Om mau ngaku..”

“MMHHH… Ngaku? HAH…. HAH….”

“Pil yang Om kasih tadi sebenarnya obat penyubur..”

“HUH?”

“Iya…. Kamu juga sedang subur kan sekarang?”

“Aku ga tau cara ngitungnya…”

“Iya om yakin, om kan pengalaman. Pejunya om ini juga kuat lho, jadi klo om keluarin pejunya om sekarang….. kamu ngerti kan?”

“Enggak …. Jangan OM…..” Gita berusaha meronta tapi kekuatannya sudah hilang karena orgasme berkali-kali.

“OOOHHH….. Nikmat banget perawan lu Git, siap-siap…. Nih gw kasi anak haramnya om……”

“JANGAN OM…… MMMHHHHH…..”

Genjotan Reza makin menjadi-jadi, tubuh Gita dipeluk erat tidak bisa kabur. Gita sendiri yang mulai mendekati orgasmenya malah tanpa sadar ikut memeluk Reza.

“AAAHHHKKK….” Gita keluar lebih dulu. Memek Gita yang makin keras menjepit membuat pertahanan Reza jebol juga

“OOOHHHH…… Nikmat betul nih memek…. Nih, AYO BUNTINGGG…..” Reza menghentak kontolnya kuat-kuat ke atas.

CROTTT…CROTTT…. Peju Reza muntah keluar memenuhi tiap ruang rahim Gita. Peju reza begitu banyak dan kental sampai berwarna agak kekuningan.

“Bunting…. Bunting….. Ayo bunting…..” itu yang berulang kali dibisikan Reza ke telinga Gita seakan sebuah mantra sambil merasakan sisa-sisa orgasmenya.

Gita sudah lemas, nafasnya tersenggal-senggal, tubuhnya direbahkan ke dada Reza. Didalam perutnya dia merasakan rahimnya berkontraksi menerima kehangatan peju reza. Gita tahu ini bisa saja pertanda buruk.

Kontol Reza tidak ada tanda-tanda mengecil sempurna, malahan kembali mengeras. Tidak menuggu lama kembali dinikmatinya Gita dalam berbagai posisi bercinta mulai dari misionaris, WOT, berdiri, doggy style, dll selama berjam-jam. Semuanya berakhir dengan Reza menanamkan lendir kawinnya ke memek Gita, tidak peduli lubang kawin itu sudah penuh sesak.

Matahari mulai terang, Reza yang selesai memandikan Gita berpikir tidak ada salahnya melanjutkan sekali lagi untuk penutupan. Reza duduk di kloset sedangkan Gita disuruh duduk dipangku membelakanginya sambil kaki ngangkang lebar. Dalam posisi seperti itu kontolnya bisa penetrasi dari belakang. Dada Gita yang kenyal bergelayutan naik-turun mengikuti genjotan Reza. Stelah setengah jam memburu kenikmatan mereka bersiap orgasme untuk kesekian kalinya.

“GITA….. LU MEMANG MANTEP, BENER-BENER PUAS GW, MEMEK LU SAMA ENAKNYA KAYA CEWEK-CEWEK GW YG DI RUMAH…. OOOHHHHH….”

“MMMMMMMMMHHHHHHH…….”

Dengan nafas tersenggal-senggal Dea berjalan ke ranjang dan ambruk disana, dari memeknya cairan cinta dia dan Reza masih terus menetes keluar. Reza segera berpakaian seadanya, sekalian bersiap untuk pulang. Tidak lupa mengambil foto Gita yang terbaring lemas bugil di ranjang lalu mengirimnya ke Febri yg diikuti pesan:

“MISI SUKSES!!!”

Reza melihat Gaun malam dan CD Gita, lumayan juga untuk dipake Dea.

“Git…. Ini ga bakal kamu pake lagi kan. Jadi om bawa aja ya…”

Gita hanya diam sambil sesegukan.

“Ayo bangun, siap-siap kamu pulang. ga usah nangis, kan kamu sendiri yang setuju mau jadi temen tidurnya om…”

“hiks…. Tapi bukan sampe dihamilin om… kalo Gita beneran hamil gimana?”

“Ini om tambahin 2jt, ga usah diobral-obral dulu, klo kamu beneran hamil ini lebih dari cukup untuk bayar aborsi kamu…”

“Kan dosa om?? Kasian juga bayinya…”

“Ya klo kamu mau ngerawat ya terserah, asal ga usah cari-cari om aja. Om kerjaannya banyak, ga sempat ngurus anak haram kaya gitu!” kata Reza sambil melengos ke kamar mandi.

Keluar kamar mandi Reza, melihat Gita hanya berpakaian dalam dan jeans dan bersiap-siap untuk pulang. Melihat tubuh sintal itu dari belakang, libido Reza jadi agak naik. Didekatinya gadis itu dari belakang lalu dipeluknya erat-erat dilanjutkan dengan ciuman di bibir Gita. Ketika tangan Reza mulai menyelip ke balik BH dan bermain-main dengan putingnya, Gita mulai meronta, tidak mau lagi dipaksa melayani Om-om bejat ini. Tapi semakin kuat dia meronta, dekapan Reza juga makin kuat. Tiba-tiba…

“EHEM…EHEM…. PAK?”

Reza kaget, rupanya jesika sekretarisnya sudah berdiri di depannya.

“Pak, sudah waktunya…”

“OH… AH… iya.. iya.. sebentar ya” suasana jadi agak canggung.

Mereka bersama-sama menuju ke lobby. Gita akan diantarkan taksi ke rumahnya sedangkan Reza dan jesika akan langsung ke denpasar untuk pulang ke jakarta. Sebelum berpisah Reza menyempatkan menepuk pantat Gita sebagai tanda perpisahan.

Dalam perjalanan Reza memikirkan lagi soal Gita. Waktu itu dia lagi subur, ditambah dengan obat dari Ivan, apalagi pejunya yang selama ini terbukti kuat dan manjur. Sepertinya tidak ada keraguan lagi Gita akan mengandung anak Reza pada akhirnya. Tapi ah bodo amat pikirnya. Dia sudah merasa bertanggung jawab dengan memberi tambahan uang yang bisa dipakai buat aborsi, sama seperti gadis-gadis lain yang dia nikmati. Urusan dia mau aborsi, diurus, ato diapain juga itu bukan urusannya lagi. Lebih baik dia memikirkan Alex kecilnya yang akan mewarisi perusahaannya kelak.

“Dea & Dini lebih baik kalian bersiap karena aku akan segera pulang!!!!”

No comments:

Post a Comment