Friday 1 June 2018

Digarap di kolam renang

Kira-kira jam 12 siang, aku baru selesai makan, hpku berbunyi, ada yang kontak aku. "Nez, aku dapet nomermu dari temen. Aku sedang ada di jalan (dia nyebutin nama jalannya). Bisa gak kamu kesana nemeni aku". To the point banget ngajakinnya. Ku ok in aja sambil siap2 menuju lokasi tkp yang disepakati barusan. Sesampai dilokasi, ku kontak lagi orang yang tadi kontak aku, "Om, Inez dah sampe ni, kudu ngapain". "Kamu masuk aja ke rumah, santai aja, nunggu aku balik kesana". Security dah ngerti urusannya, jadi dia
mempersilahkan aku masuk ke rumah tersebut. Rumahnya gak besar cuma ada kolam renang di halaman belakang yang tertutup, jadi privacy banget kalo santai disitu. Aku melepas pakean luarku dan hanya berbikini aja nunggu si om dateng. Karena bengong, aku masuk kedalem rumah, membuka lemari es dan
mengambil buah2an, cake dan minuman. Semuanya aku bawa kekolam. aku bersantai saja di kolam, makan dan minum sambil berenang. Lama juga aku nunggu tu om gak dateng2, karena cape aku berbaring saja di dipan dipinggir kolam membelakangi rumah.

Aku mendengar ada orang masuk dan berjalan kekolam. Aku segera menoleh ke belakang. Kulihat ada lelaki ganteng, tegap atletis tersenyum memandangku. Aku segera bangun dari dipan. Dia melotot memandangi tubuhku yang hanya berbalut bikini minim. “Aku Rizal’, katanya memperkenalkan diri. “Inez, om". "Cantik kamu Nez, abg banget. Masi skolah ya Nez". "Masi om baru ja naek kelas". "Gi liburan ya". "Ya om". Dia ternyata gak suka basa basi. Dia duduk didipan, aku ditariknya duduk disebelahnya.

Segera tanpa membuang-buang waktu lagi om Rizal menyambar tubuhku. Dilumatnya bibirku dan tangannya beraksi meremas toketku yang masih terbungkus bra bikini. “Hhhmm..gimana Nes? Udah siap dientot?” kurasakan hembusan nafasnya di telingaku. Tangan gempalnya mulai meremasi toketku,
sementara tangan yang lainnya mulai mengelus-elus pahaku. Aku tidak tahu harus berbuat apa, aku hanya bisa menikmati perlakuannya dengan jantung berdebar-debar. Tangan yang satunya juga sudah mulai naik ke bagian selangkangan lalu dia menggesekkan jarinya pada daerah itilku yang masih tertutup cd bikiniku.

Dengan sekali sentakan ditariknya turun braku, “Whuua..biar imut kamu sexy lo Nez, aku suka banget ma abg yang sexy kaya kamu gini". "Sexy apanya si om, kecil gini". "Justru yang imut gini yang menggairahkan Nez". Kini dengan leluasa tangannya menjelajahi toketku dengan melakukan remasan, belaian, dan pelintiran pada pentilku, sambil tangan satunya merogoh-rogoh ke dalam cdku.

Tiba2 dia mendorongku telentang didipan, dibentangkannya pahaku lebar-lebar, tangannya mulai merayap ke bagian selangkanganku. Jari-jari besar itu menyusup ke pinggir cd bikiniku, mula-mula hanya mengusap-ngusap bagian permukaan saja lalu mulai bergerak perlahan-lahan diantara jembut alusku, mencari liang nonokku. Perasaan nikmat begitu menyelubungiku karena hampir semua daerah sensitifku diserang olehnya dengan sapuan lidahnya pada leherku, remasan pada toketku, dan permainan jarinya pada nonokku,
serangan-serangan itu sungguh membuatku terbuai. Kedua mataku terpejam sambil mulutku mengeluarkan desahan-desahan “Eeemmhh..uuhh”.

Dia langsung membuka pakaiannya, begitu cdnya terlepas benda didalamnya yang sudah mengeras langsung mengacung siap memulai aksinya. Aku terbelalak memandang kontol hitam itu, panjangnya memang termasuk ukuran rata-rata, namun diameternya besar banget, dipenuhi dengan urat-urat yang
menonjol. Dia yang sudah telanjang bulat mendekatiku. Aku menggeser tubuhku memberinya tempat. Dengan lembut dibelainya pipiku, lalu belaian itu perlahan-lahan turun ke bahuku dimana kurasakan bra bikiniku mulai terlepas dan kemudian dia menarik lepas cd bikiniku hingga aku telanjang bulat. Dia
mencium bagian dalam cd bikiniku itu dengan penuh perasaan, lalu dijilatinya bagian tengahnya yang sudah basah oleh lendir nonokku. “Enak, baru cairan kamu aja udah enak, apalagi nonok kamu” katanya. Direngkuhnya aku dalam pelukannya. Tangannya bergerak menjelajahi tubuhku. Dia mengencangkan
remasan pada toketku kananku sehingga aku merintih kesakitan “Aaakkhh..sakit om!”. Dia hanya tertawa terkekeh-kekeh melihat reaksiku. “Uuuhh..sakit ya Nez, mana yang sakit..sini om liat” katanya sambil mengusap-usap toketku yang memerah akibat remasannya. Dia lalu melumat toketku sementara tangan satunya meremas-remas toketku yang lain. Perlahan-lahan akupun sudah mulai merasakan enaknya. Tubuhku menggelinjang disertai suara desahan saat tangannya mengorek-ngorek liang nonokku sambil
mulutnya terus melumat toketku, terasa pentilku disedot-sedot olehnya, kadang juga digigit pelan atau dijilat-jilat. Kini mulutnya mulai naik, jilatan itu mulai kurasakan pada leherku hingga akhirnya bertemulah bibirku dengan bibirnya yang tebal itu. Naluri sexku membuatku lupa akan segalanya, lidahku malah ikut bermain dengan liar dengan lidahnya sampai ludah kami bertukar dan menetes-netes sekitar bibir.

Om Rizal lalu berlutut sehingga kontolnya kini tepat dihadapanku yang sedang telentang didipan. “Ayo Nez, kenalan nih sama kontol om, hehehe..!” katanya sambil menggosokkan kontol itu pada wajahku. Aku mulai menjilati kontol hitam itu mulai dari kepalanya sampai biji pelernyanya, semua kujilati sampai basah oleh liurku. Semakin lama aku semakim bersemangat melakukan oral sex itu. Kukeluarkan semua teknik menyepong-ku sampai dia mendesah nikmat. Saking asiknya aku baru sadar bahwa posisi kami telah berubah menjadi gaya 69 saat kurasakan benda basah menggelitik itilku. Dia kini berada di bawahku dan menjilati belahan nonokku, bukan cuma itu dia juga mencucuk-cucukan jarinya ke dalamnya sehingga nonokku makin lama makin basah saja. Aku disibukkan dengan kontolnya di mulutku sambil sesekali
mengeluarkan desahan. Aku sungguh tidak berdaya oleh permainan lidah serta jarinya pada nonokku, tubuhku mengejang dan cairan nonokku menyembur dengan derasnya, aku telah dibuatnya nyampe. Tubuhku lemas diatas tubuh nya dan tangan kananku tetap menggenggam batang kontolnya.

Setelah puas menegak cairan nonokku, dia bangkit berdiri di dipan. Tangan kokohnya memegang kedua pergelangan kakiku lalu membentangkan pahaku lebar-lebar sampai pinggulku sedikit terangkat. Dia sudah dalam posisi siap menusuk, ditekannya kepala kontolnya pada nonokku yang sudah licin, kemudian dipompanya sambil membentangkan pahaku lebih lebar lagi. Kontol yang gemuk itu masuk ke nonokku yang cukup sempit. Dia terus menjejalkan kontolnya lebih dalam lagi sampai akhirnya seluruh kontol itu tertancap.
“Ooohh..nonok kamu peret banget Nez, nikmat banget deh”. “Inez juga nikmat om, kontol om gede banget”. “Kamu belum pernah ngerasain kontol gede ya Nes”. “Yang gede sering om, tapi yang segede kontol om baru kali ini, enjot terus om, nikmaaat”. Puas menikmati jepitan dinding nonokku, pelan-pelan dia mulai menggenjotku, maju mundur terkadang diputar. Kurasakan semakin lama pompaannya semakin cepat sehingga aku tidak kuasa menahan desahan, sesekali aku menggigiti jariku menahan nikmat, serta menggeleng-gelengkan kepalaku ke kiri-kanan sehingga rambutku pun ikut tergerai kesana kemari.
Tampangku yang sudah semrawut itu nampaknya makin membangkitkan napsunya, dia menggenjotku dengan lebih bertenaga, bahkan disertai sodokan-sodokan keras yang membuatku makin histeris. Kemudian tangan kanannya maju menangkap toketku yang tergoncang-goncang. Hal ini memberi perasaan nikmat ke seluruh tubuhku.

Setengah permainan, dia mengganti posisi. aku disuruhnya nungging di dipan. Dari belakang dia sedang mengagumi tubuhku dan mengelus-ngelusnya. “Nah, ini baru namanya pantat” dia meremas bongkahan pantatku dengan gemas dan menepuknya. Saat dia mulai mengelus nonokku tanpa sadar aku malah
merenggangkan kakiku sehingga dia makin leluasa merambahi daerah itu. Dia mulai mempersiapkan kembali kontolnya dengan menggosok-gosokkan pada bibir nonok dan pantatku. Kemudian dia menyelipkan kontolnya di antara selangkanganku lewat belakang. Aku mendesis nikmat saat kontol itu pelan-pelan memasuki nonokku. Kakiku mengejang ketika menerima sodokan pertamanya yang dilanjutkan dengan sodokan-sodokan berikutnya. Mulutku mengap-mengap mengeluarkan merintih terlebih ketika tangannya meremas-remas kedua toketku sambil sesekali dipermainkannya pentilku yang sudah mengeras. “Ooohh.. enak banget deh ngentotin kamu Nez!” celotehnya.

Tusukan-tusukan itu seolah merobek tubuhku, hingga 15 menit kemudian tubuhku bagaikan kesetrum dan mengucurlah cairan dari nonokku dengan deras sampai membasahi pahaku. Aku merintih panjang sampai tubuhku melemas kembali, kepalaku jatuh tertunduk, nafasku masih kacau setelah nyampe sekali lagi. Aku mengira dia juga akan segera mengecretkan pejunya, ternyata perkiraanku salah, dia masih dengan ganas mengenjotku tanpa memberi waktu istirahat. Rambutku ditariknya sehingga kepalaku terangkat. Sudah cukup lama aku digenjotnya namun belum terlihat tanda-tanda akan ngecret. Variasi gerakannya sangat
lihai sampai membuatku berkelejotan, juga staminanya itu sungguh diluar dugaan. Mendadak dia menarik lepas kontolnya, aku sudah siap menerima semprotan pejunya, namun ternyata kontol itu masih mengacung dengan gagahnya.

Om Rizal lalu duduk, “Sini Nez, om pangku!” suruhnya. Aku menurut saja dan tanpa diminta lagi aku naik ke pangkuannya, aku menuntun kontolnya memasuki nonokkku. Begitu kuturunkan pantatku langsung aku bergoyang di pangkuannya, dia pun membalas gerakkanku dengan menaik turunkan pantatnya berlawanan denganku sehingga tusukannya makin dalam. Wajahnya dibenamkan pada belahan toketku, tangannya yang tadi mengelus-ngelus punggungku mulai meraba toketku, mulutnya menangkap toketku yang satu lagi. Toketku disedot dan dikulumnya, kumisnya yang terkadang menyapu permukaan toketku memberi rasa geli dan sensasi yang khas. Kunaik-turunkan tubuhku dengan gencar sampai dia melenguh-lenguh keenakan,
“Uuugghh..nonok kamu enak banget, Nez”. Desahanku bercampur baur dengan lenguhannya. Kepalaku tengadah disertai lolongan panjang dari mulutku saat aku nyampe lagi, cairan nonokku kembali tercurah sampai membasahi dipan, secara refleks aku juga mempererat rangkulanku hingga wajahnya makin
terbenam pada toketku. “Om, kuat banget sih ngentotnya, Inez dah beberapa kali nyampe, om belum ngecret juga, lemes om”. “Tapi nikmat kan?”

Kemudian dia melepaskan kontolnya dan menyuruhku berlutut di hadapannya, diraihnya kepalaku dan didekatkan pada kontolnya yang lalu kujilati dan kusedot, rasanya sudah bercampur dengan cairan nonokku. Ketika tanganku sedang mengocok sambil menjilatinya tiba-tiba dia melenguh panjang dengan wajah mendongak ke atas, “Nez, aku mau ngecret, di nonok kamu ya”. Segera aku dibaringkan didipan, dia menaiki aku dan sekali enjot kontol besarnya langsung ambles semuanya di nonokku. Dienjotkannya kontolnya keluar masuk dengan cepat dan akhirnya, “Ooohh..Nez, aku ngecret” dan disusul creett..creet.. pejunya menyemprot dengan deras didalam nonokku, terasa sekali semburan kuatnya menghangati bagian dalem nonokku. Demikian lelahnya aku, sampai tubuh seperti lumpuh dan mata terasa makin berat.
Sebelum terlelap aku masih sempat mendengarnya berkata dekat kupingku “nonok kamu enak banget, aku jadi ketagihan nih!”.

Tiba-tiba kurasakan ada yang menciumku sambil meremas toketku, juga kurasakan ada jari-jari yang menggelitik nonokku. Aku mendesah nikmat, kubuka mata, Ahh..aku terbangun. Terkejut sekali aku. Begitu mata kubuka langsung nampak sesosok tubuh berada diantara kedua belah pahaku yang terbuka lebar. Ketika kesadaranku berangsur-angsur pulih nampak sosok lelaki telanjang yang bukan om Rizal, wajahnya berada dekat nonokku sambil mengorek-ngoreknya dengan jarinya. Aku berusaha bangkit dengan sisa
tenagaku, tubuhku sedikit bergeser. Kutepis tangan itu dari nonokku dan langsung kurapatkan pahaku. "Aku Usman, temennya om Rizal". Om Rizal hanya senyum2 duduk di kursi didekatku. “Kamu Inez ya, tadi enak dientot om Rizal”, tanyanya. “emangnya om sudah disini dari tadi”, jawabku. “Iya, nonton kamu ngentot sama om Rizal, jadi sekarang aku napsu banget nih Nez, pengen ngentotin kamu juga, mau ya”. Om Usman mengambil kesempatan ketika aku sedang bingung itu dengan merenggangkan pahaku sambil mengelus-elusnya. Mulutku mengeluarkan desahan ketika jari-jarinya mulai menyentuh itilku dan mengelusnya. Elusannya pada rambutku turun ke pipi, dan terus menurun ke leher hingga berhenti di toketku kananku yang lalu dibelai dan diremasnya. Dia mendekatkan mulutnya pada toketku dan menangkapnya dengan mulutnya.
Gak lama kemudian dia bangkit dan mengajakku nyebur ke kolam, om Rizal ikut nyebur juga. Wah asik juga nih, maen ber3 di kolam. Aku menyibakkan rambut basahku ke belakang, melihat tubuh telanjangku yang telah basah oleh air kolam mereka berdua semakin bergairah dan mengerubungiku. Tangan-tangan mereka mulai menjamahi tubuhku. Aku tidak tahu lagi siapa yang mengerjai kedua toketku, meremas-remas pantatku, memilin-milin pentilku, dan mengusap-usap nonokku karena kupejamkan mataku dan tubuhku
menggelinjang menahan nikmat. Tak terasa aku sudah berada di tepi kolam daerah 1,5 meter. Tubuhku dihimpit oleh om Usman di belakang dan om Rizal di depan, keduanya memelukku sehingga posisiku seperti daging burger yang dijepit diantara 2 roti. om Rizal menciumi wajahku, sesampainya di bibir, dia langsung melumatnya, lidahnya mendesak-desak ingin masuk ke mulutku, napsuku yang kembali naik membuatku membuka mulutku mempersilakan lidahnya bermain-main di mulutku. Sesudah itu mulutnya terus turun sampai ke toketkuku. "Enngghh..om..!” desahku menahan geli bercampur nikmat ketika mulutnya melumat toketku secara bergantian. Aku merasakan pentilku disedot, digigit pelan bahkan sesekali ditarik oleh mulutnya, sementara telapak tangan om Usman bercokol di nonokku terus saja menggosok-gosok bibir nonokku.

Beberapa saat kemudian om Usman merentangkan kedua pahaku, betisku dinaikkan ke bahunya “Nez..aku dah pengen ngentotin kamu sekarang ya!” katanya tidak sabaran. Aku melihat di bawah air sana, kontolnya yang besar dan lebih panjang dari kontol om Rizal mulai mendesak masuk ke nonokku, “Aaahhkk..ahh..om” itulah yang keluar dari mulutku saat dia menekankan dalam-dalam kontol supernya hingga amblas seluruhnya, aku meringis sambil mencengkram lengan om Usman yang memelukku. “Ooohh..” dia juga
mendesah setelah berhasil menancapkan kontolnya di dalam nonokku. “Gimana Man?? seret ga nonoknya??” tanya om Rizal pada temannya. “Buset, seret amat nih nonok, udah ga perawan tapi rasanya kaya perawan, pinter juga Inez ngerawatnya!” puji om Usmanl sambil mulai menggenjot. Aku mulai merasakan kontol itu bergerak keluar masuk pada nonokku, mula-mula gerakan itu lembut, namun lama-lama bertambah kencang. Aku mendesah-desah tidak karuan ditambah lagi dari belakang om Rizal bertubi-tubi mencupangi leher jenjangku serta mempermainkan toketku, pantatku meliuk-liuk ke kiri-kanan
sehingga om Usman makin seru menggenjotku sampai air di sekitar kami beriak dengan dahsyat. “Akkhh..oohh..eemmhh..!” eranganku tertahan tatkala bibirku dilumat om Usman. Akupun merespon cumbuannya, lidah kami saling beradu dengan liar.

Diserang dari dua arah begini sungguh membuatku kewalahan hingga akhirnya terasa dinding-dinding nonokku berdenyut makin kencang dan erangan panjang keluar dari mulutku disertai mengejangnya tubuhku sampai menekuk ke atas, otomatis kedua toketkuku pun makin membusung. Tubuhku lemas dalam pelukan mereka. Tapi om Usman belum tampak mereda, dia masih bersemangat menyodokkan kontolnya . Aku merasa lelah dan ingin istirahat sejenak maka kudorong tubuh om Usman. “Udah dulu.. om, Inez lemes..uuhh” aku memelas. Dia lalu menarik lepas kontolnya dan menurunkan pahaku sehingga aku dapat sedikit bernafas lega.

“Nez, pengen diemut deh”, kata om Usman. Aku melihat ke bawah air sana, kontol om Usman yang baru saja mengacak-acak nonokku, kuraih dan kugenggam, masih keras. Dia dengan berkacak pinggang sesekali mendengus ketika jari-jarku mulai mengocok dan membelai biji pelernya. Om Rizal pun mendekatiku dan meraih tanganku yang satu, lalu diletakkan pada kontolnya. Kini kontol om Usman berada ditangan kiriku dan kontol om Rizal di tangan kananku, mereka merem melek menikmati pelayananku sambil sesekali membelai badanku. “Nah..sekarang aku pengen ngerasain mulut kamu Nez, ayo dong.. diemut ” desak om Usman. Di bawah air kuraih kontolnya dan kumasukkan dalam mulutku, karena panjangnya, benda itu sampai mentok di
tenggorokanku. Lidahku mulai menjilat dan mengulum, sementara kurasakan sebuah tangan mengelus dan meremas pantatku dari belakang. Napsuku makin naik, terlebih tangan itu terkadang menyelipkan jarinya pada nonok atau pantatku. Aku makin liar mengemutnya, aku sendiri sudah merasa sesak di air. Gerakan pantatnya makin . Akhirnya beberapa semprotan kurasa menerpa langit-langit mulut dan tenggorokanku, aku menelan pejunya, rasanya asin dan kental. Segera aku timbul ke permukaan. Nafasku mengap-mengap sehingga toketku ikut naik turun seirama nafasku yang kacau. Mimik wajah om Usman menunjukkan dia puas sekali ngecret di mulutku. Kulihat kontolnya sudah tidak setegang tadi lagi, ukurannya menyusut.

Beberapa menit kami beristirahat, om Rizal mengajakku naik ke pinggir kolam. “Gantian Nes.. sekarang aku di bawah, kamu di atas!” Wah aku jadi kerja rodi nih ngelayani napsu 2 lelaki yang kuat ngentotnya. Tanpa diminta lagi aku mengangkangi tubuhnya yang sudah rebah telentang diatas lantai marmer. Aku tanpa ragu menuntun kontolnya yang sudah kembali mengeras ke arah nonokku dan aku mengambil posisi menduduki tubuhnya. Dengan bernafsu kugoyangkan pinggulku diatas tubuhnya, bahkan aku ikut membantu kedua
belah telapak tangannya meremasi toketkuku. Om Usman menonton adeganku sambil tetap berendam di tepi kolam, kadang-kadang tangannya iseng merabai pahaku. “Ayo..goyang Nez..oohh!” om Rizal sepertinya ketagihan dengan goyanganku, begitu juga om Usman, dia tidak tahan hanya menonton saja. Dia keluar dari kolam dan berdiri di sebelahku, kontolnya mengacung di depan mukaku. “Emut lagi Nez”, katanya sambil menjejalkan kontolnya ke mulutku.

Dengan tetap bergoyang, aku juga mengisap-ngisap kontol om Usman. om Rizal sibuk menggerakkan pinggulnya membalas goyanganku. 15 menit dalam posisi ‘woman on top’ sampai akhirnya tubuhku bergetar seperti menggigil lalu “Aaahh..!!” Desahan panjang keluar dari mulutku, kepalaku mendongak ke atas.
Tubuhku melemas dan ambruk ke depan, ke dalam pelukannya. Dia peluk tubuhku sambil kontolnya tetap dalam nonokku, kami berdua basah kuyup oleh air kolam maupun keringat yang mengucur.

“Ganti posisi yah Nez” katanya dekat telingaku. Lalu tubuhku ditelungkupkan. Aku nurut saja ketika posisiku diatur seperti merangkak. Segera kontolnya terbenam lagi dalam nonokku, dan dienjotkannya dengan cepat dan keras, kontolnya keluar masuk menggesek dinding nonokku, walaupun lemes aku merasa nikmat luar biasa. Dengan keras dia sodok-sodokan kontolnya dan toketku yang menggantung diremas-remasnya. Suara rintihanku saling beradu dengan lenguhan om Rizal. Om Rizal menarik wajahku dan memagut bibirku,
diciumnya aku dengan lembut. Akhirnya kembali kukeluarkan cairan hangat dari nonokku, aku nyampe lagi. Permainan itu membuatku merem-melek dan banyak menguras tenagaku, akupun ambruk dengan nafas yang kacau. Dia mencabut kontolnya yang masih ngaceng dengan kerasnya. Aku ditelentangkannya. Bener2 hebat om Rizal, gak ada matinya. Dengan penuh napsu dia mengentoti aku yang terkapar lemes, sampai akhirnya diapun ngecret di nonokku lagi.

Malemnya setelah makan, om Rizal meninggalkan kami, dia masih ada urusan yang harus diselesaikan. Om Usman tidak menyia2kan kesempatan ini. Dia berbaring telanjang di ranjang. Aku segera mengocok-ngocok kontolnya perlahan. Aku berjongkok di depannya. Aku mulai memasukkan kontol om Usman ke dalam mulutku. Kepalaku mulai bergerak naik turun. Pipiku yang sedikit menonjol disesaki kontol om Usman. Kujilati terlebih dahulu mulai dari kepala sampai ke pangkal batangnya, dan perlahan aku mulai menghisap kontol om Usman. Om Usman menarik aku, dia dah gak tahan lagi kayanya. Aku diciuminya. Akupun membalas pagutan om Usman. Ciuman dan jilatanku kemudian beralih ke pentil om Usman. Segera om Usman menarik aku kedalam pelukannya. Om Usman menjilati pentilku. “Ahh…ssstt…” erangan nikmat keluar dari mulutku. Erangan ini semakin keras terdengar saat jari om Usman mengusap-usap nonokku.

Aku ditariknya sampai berbaring dan om Usman mengarahkan kontolnya ke nonokku. “Pelan-pelan ya om.” desahku perlahan. Kontol om Usman mulai menerobos nonokku. Erangan ku semakin menjadi. Tanganku meremas sprei ranjang. Mulutku setengah terbuka, dan mataku terpenjam. “Ahhhh…ahhhh” desahku saat om Usman mulai menggenjot kontolnya keluar masuk. Aku mulai menggelinjang merasakan kontol om Usman menghunjam ke nonokku. Gak lama kemudian Om Usman menghentikan enjotannya dan mengganti posisi, sekarang aku yang diatas.

Kembali kontol om Usman menerobos nonokku. “Ahhhh….” erangku. aku kemudian menggoyang-goyangkan tubuhnya turun naik mengocok kontol om Usman didalam nonokku. Om Usman meraih aku
kedalam pelukannya dan mencium bibirku. Toketku diremasnya dengan gemas, pentilku mendapat giliran selanjutnya. “Sstttthhhh….sstttt” erangku saat om Usman menjilati dan dengan gemas mengisap toketku. Sementara aku masih menggoyang-goyangkan tubuhku. Mataku terpejam. Om Usman terus memilin-milin pentilku. “Ahhhhh……” erangku panjang saat aku nyampe. Tubuhku mengejang beberapa saat, kemudian lunglai di atas tubuh om Usman. Om Usman menciumi pundakku beberapa saat, sebelum digulingkan kesebelahnya.

Bosan dengan posisi ini, om Usman minta aku menungging sambil memegang tepian bagian kepala ranjang. Disodokkannya kontolnya kembali ke dalam nonokku. Aku kembali mengerang. “Ihh..ihh..” desahku saat dienjot dari belakang. tangannya memegang pinggangku sambil sesekali menepuk-nepuk pantatku. “Ihh..ihh.. Inez nyampe lagi om.” erangku saat aku nyampe. Dia melepaskan kontolnya dari nonokku. Aku ditelentangkannya dan segera kontolnya ambles lagi dinonokku. Om Usman dengan penuh napsu
mengenjotkan kontolnya dengan cepat dan keras, keluar masuk menggesek nonokku, sampai akhirnya dia menjerit keenakan. Terasa ada semburan peju hangat didalam nonokku. Diapun terkulai. “Om mainnya hebat banget …” kata ku sambil tersenyum. “Habis kamunya cantik sih. Jadi nafsu nih” jawabnya. “inez puas banget deh dientot om, lemes tapi nikmaat banget. Yang gemesin ini lho..gede banget ukurannya” kataku sambil mulai mengusap-usap kontolnya. Kami mengobrol beberapa lama, sebelum beranjak pulang. Om Usman mengantarkan aku pulang. “Kapan-kapan kita maen lagi ya om”, saat mobil
sampai didepan rumah.

No comments:

Post a Comment