Kira-kira jam 12 siang, aku baru selesai makan, hpku berbunyi, ada yang
kontak aku. "Nez, aku dapet nomermu dari temen. Aku sedang ada di jalan
(dia nyebutin nama jalannya). Bisa gak kamu kesana nemeni aku". To the
point banget ngajakinnya. Ku ok in aja sambil siap2 menuju lokasi tkp
yang disepakati barusan. Sesampai dilokasi, ku kontak lagi orang yang
tadi kontak aku, "Om, Inez dah sampe ni, kudu ngapain". "Kamu masuk aja
ke rumah, santai aja, nunggu aku balik kesana". Security dah ngerti
urusannya, jadi dia
mempersilahkan aku masuk ke rumah tersebut. Rumahnya gak besar cuma ada
kolam renang di halaman belakang yang tertutup, jadi privacy banget
kalo santai disitu. Aku melepas pakean luarku dan hanya berbikini aja
nunggu si om dateng. Karena bengong, aku masuk kedalem rumah, membuka
lemari es dan
mengambil buah2an, cake dan minuman. Semuanya aku bawa kekolam. aku
bersantai saja di kolam, makan dan minum sambil berenang. Lama juga aku
nunggu tu om gak dateng2, karena cape aku berbaring saja di dipan
dipinggir kolam membelakangi rumah.
Aku mendengar ada orang masuk dan berjalan kekolam. Aku segera menoleh
ke belakang. Kulihat ada lelaki ganteng, tegap atletis tersenyum
memandangku. Aku segera bangun dari dipan. Dia melotot memandangi
tubuhku yang hanya berbalut bikini minim. “Aku Rizal’, katanya
memperkenalkan diri. “Inez, om". "Cantik kamu Nez, abg banget. Masi
skolah ya Nez". "Masi om baru ja naek kelas". "Gi liburan ya". "Ya om".
Dia ternyata gak suka basa basi. Dia duduk didipan, aku ditariknya
duduk disebelahnya.
Segera tanpa membuang-buang waktu lagi om Rizal menyambar tubuhku.
Dilumatnya bibirku dan tangannya beraksi meremas toketku yang masih
terbungkus bra bikini. “Hhhmm..gimana Nes? Udah siap dientot?” kurasakan
hembusan nafasnya di telingaku. Tangan gempalnya mulai meremasi
toketku,
sementara tangan yang lainnya mulai mengelus-elus pahaku. Aku tidak tahu
harus berbuat apa, aku hanya bisa menikmati perlakuannya dengan
jantung berdebar-debar. Tangan yang satunya juga sudah mulai naik ke
bagian selangkangan lalu dia menggesekkan jarinya pada daerah itilku
yang masih tertutup cd bikiniku.
Dengan sekali sentakan ditariknya turun braku, “Whuua..biar imut kamu
sexy lo Nez, aku suka banget ma abg yang sexy kaya kamu gini". "Sexy
apanya si om, kecil gini". "Justru yang imut gini yang menggairahkan
Nez". Kini dengan leluasa tangannya menjelajahi toketku dengan
melakukan remasan, belaian, dan pelintiran pada pentilku, sambil tangan
satunya merogoh-rogoh ke dalam cdku.
Tiba2 dia mendorongku telentang didipan, dibentangkannya pahaku
lebar-lebar, tangannya mulai merayap ke bagian selangkanganku. Jari-jari
besar itu menyusup ke pinggir cd bikiniku, mula-mula hanya
mengusap-ngusap bagian permukaan saja lalu mulai bergerak
perlahan-lahan diantara jembut alusku, mencari liang nonokku. Perasaan
nikmat begitu menyelubungiku karena hampir semua daerah sensitifku
diserang olehnya dengan sapuan lidahnya pada leherku, remasan pada
toketku, dan permainan jarinya pada nonokku,
serangan-serangan itu sungguh membuatku terbuai. Kedua mataku terpejam
sambil mulutku mengeluarkan desahan-desahan “Eeemmhh..uuhh”.
Dia langsung membuka pakaiannya, begitu cdnya terlepas benda didalamnya
yang sudah mengeras langsung mengacung siap memulai aksinya. Aku
terbelalak memandang kontol hitam itu, panjangnya memang termasuk ukuran
rata-rata, namun diameternya besar banget, dipenuhi dengan urat-urat
yang
menonjol. Dia yang sudah telanjang bulat mendekatiku. Aku menggeser
tubuhku memberinya tempat. Dengan lembut dibelainya pipiku, lalu belaian
itu perlahan-lahan turun ke bahuku dimana kurasakan bra bikiniku mulai
terlepas dan kemudian dia menarik lepas cd bikiniku hingga aku
telanjang bulat. Dia
mencium bagian dalam cd bikiniku itu dengan penuh perasaan, lalu
dijilatinya bagian tengahnya yang sudah basah oleh lendir nonokku.
“Enak, baru cairan kamu aja udah enak, apalagi nonok kamu” katanya.
Direngkuhnya aku dalam pelukannya. Tangannya bergerak menjelajahi
tubuhku. Dia mengencangkan
remasan pada toketku kananku sehingga aku merintih kesakitan
“Aaakkhh..sakit om!”. Dia hanya tertawa terkekeh-kekeh melihat reaksiku.
“Uuuhh..sakit ya Nez, mana yang sakit..sini om liat” katanya sambil
mengusap-usap toketku yang memerah akibat remasannya. Dia lalu melumat
toketku sementara tangan satunya meremas-remas toketku yang lain.
Perlahan-lahan akupun sudah mulai merasakan enaknya. Tubuhku
menggelinjang disertai suara desahan saat tangannya mengorek-ngorek
liang nonokku sambil
mulutnya terus melumat toketku, terasa pentilku disedot-sedot olehnya,
kadang juga digigit pelan atau dijilat-jilat. Kini mulutnya mulai naik,
jilatan itu mulai kurasakan pada leherku hingga akhirnya bertemulah
bibirku dengan bibirnya yang tebal itu. Naluri sexku membuatku lupa
akan segalanya, lidahku malah ikut bermain dengan liar dengan lidahnya
sampai ludah kami bertukar dan menetes-netes sekitar bibir.
Om Rizal lalu berlutut sehingga kontolnya kini tepat dihadapanku yang
sedang telentang didipan. “Ayo Nez, kenalan nih sama kontol om,
hehehe..!” katanya sambil menggosokkan kontol itu pada wajahku. Aku
mulai menjilati kontol hitam itu mulai dari kepalanya sampai biji
pelernyanya, semua kujilati sampai basah oleh liurku. Semakin lama aku
semakim bersemangat melakukan oral sex itu. Kukeluarkan semua teknik
menyepong-ku sampai dia mendesah nikmat. Saking asiknya aku baru sadar
bahwa posisi kami telah berubah menjadi gaya 69 saat kurasakan benda
basah menggelitik itilku. Dia kini berada di bawahku dan menjilati
belahan nonokku, bukan cuma itu dia juga mencucuk-cucukan jarinya ke
dalamnya sehingga nonokku makin lama makin basah saja. Aku disibukkan
dengan kontolnya di mulutku sambil sesekali
mengeluarkan desahan. Aku sungguh tidak berdaya oleh permainan lidah
serta jarinya pada nonokku, tubuhku mengejang dan cairan nonokku
menyembur dengan derasnya, aku telah dibuatnya nyampe. Tubuhku lemas
diatas tubuh nya dan tangan kananku tetap menggenggam batang kontolnya.
Setelah puas menegak cairan nonokku, dia bangkit berdiri di dipan.
Tangan kokohnya memegang kedua pergelangan kakiku lalu membentangkan
pahaku lebar-lebar sampai pinggulku sedikit terangkat. Dia sudah dalam
posisi siap menusuk, ditekannya kepala kontolnya pada nonokku yang sudah
licin, kemudian dipompanya sambil membentangkan pahaku lebih lebar
lagi. Kontol yang gemuk itu masuk ke nonokku yang cukup sempit. Dia
terus menjejalkan kontolnya lebih dalam lagi sampai akhirnya seluruh
kontol itu tertancap.
“Ooohh..nonok kamu peret banget Nez, nikmat banget deh”. “Inez juga
nikmat om, kontol om gede banget”. “Kamu belum pernah ngerasain kontol
gede ya Nes”. “Yang gede sering om, tapi yang segede kontol om baru
kali ini, enjot terus om, nikmaaat”. Puas menikmati jepitan dinding
nonokku, pelan-pelan dia mulai menggenjotku, maju mundur terkadang
diputar. Kurasakan semakin lama pompaannya semakin cepat sehingga aku
tidak kuasa menahan desahan, sesekali aku menggigiti jariku menahan
nikmat, serta menggeleng-gelengkan kepalaku ke kiri-kanan sehingga
rambutku pun ikut tergerai kesana kemari.
Tampangku yang sudah semrawut itu nampaknya makin membangkitkan
napsunya, dia menggenjotku dengan lebih bertenaga, bahkan disertai
sodokan-sodokan keras yang membuatku makin histeris. Kemudian tangan
kanannya maju menangkap toketku yang tergoncang-goncang. Hal ini memberi
perasaan nikmat ke seluruh tubuhku.
Setengah permainan, dia mengganti posisi. aku disuruhnya nungging di
dipan. Dari belakang dia sedang mengagumi tubuhku dan
mengelus-ngelusnya. “Nah, ini baru namanya pantat” dia meremas bongkahan
pantatku dengan gemas dan menepuknya. Saat dia mulai mengelus nonokku
tanpa sadar aku malah
merenggangkan kakiku sehingga dia makin leluasa merambahi daerah itu.
Dia mulai mempersiapkan kembali kontolnya dengan menggosok-gosokkan
pada bibir nonok dan pantatku. Kemudian dia menyelipkan kontolnya di
antara selangkanganku lewat belakang. Aku mendesis nikmat saat kontol
itu pelan-pelan memasuki nonokku. Kakiku mengejang ketika menerima
sodokan pertamanya yang dilanjutkan dengan sodokan-sodokan berikutnya.
Mulutku mengap-mengap mengeluarkan merintih terlebih ketika tangannya
meremas-remas kedua toketku sambil sesekali dipermainkannya pentilku
yang sudah mengeras. “Ooohh.. enak banget deh ngentotin kamu Nez!”
celotehnya.
Tusukan-tusukan itu seolah merobek tubuhku, hingga 15 menit kemudian
tubuhku bagaikan kesetrum dan mengucurlah cairan dari nonokku dengan
deras sampai membasahi pahaku. Aku merintih panjang sampai tubuhku
melemas kembali, kepalaku jatuh tertunduk, nafasku masih kacau setelah
nyampe sekali lagi. Aku mengira dia juga akan segera mengecretkan
pejunya, ternyata perkiraanku salah, dia masih dengan ganas mengenjotku
tanpa memberi waktu istirahat. Rambutku ditariknya sehingga kepalaku
terangkat. Sudah cukup lama aku digenjotnya namun belum terlihat
tanda-tanda akan ngecret. Variasi gerakannya sangat
lihai sampai membuatku berkelejotan, juga staminanya itu sungguh diluar
dugaan. Mendadak dia menarik lepas kontolnya, aku sudah siap menerima
semprotan pejunya, namun ternyata kontol itu masih mengacung dengan
gagahnya.
Om Rizal lalu duduk, “Sini Nez, om pangku!” suruhnya. Aku menurut saja
dan tanpa diminta lagi aku naik ke pangkuannya, aku menuntun kontolnya
memasuki nonokkku. Begitu kuturunkan pantatku langsung aku bergoyang di
pangkuannya, dia pun membalas gerakkanku dengan menaik turunkan
pantatnya berlawanan denganku sehingga tusukannya makin dalam. Wajahnya
dibenamkan pada belahan toketku, tangannya yang tadi mengelus-ngelus
punggungku mulai meraba toketku, mulutnya menangkap toketku yang satu
lagi. Toketku disedot dan dikulumnya, kumisnya yang terkadang menyapu
permukaan toketku memberi rasa geli dan sensasi yang khas.
Kunaik-turunkan tubuhku dengan gencar sampai dia melenguh-lenguh
keenakan,
“Uuugghh..nonok kamu enak banget, Nez”. Desahanku bercampur baur dengan
lenguhannya. Kepalaku tengadah disertai lolongan panjang dari mulutku
saat aku nyampe lagi, cairan nonokku kembali tercurah sampai membasahi
dipan, secara refleks aku juga mempererat rangkulanku hingga wajahnya
makin
terbenam pada toketku. “Om, kuat banget sih ngentotnya, Inez dah
beberapa kali nyampe, om belum ngecret juga, lemes om”. “Tapi nikmat
kan?”
Kemudian dia melepaskan kontolnya dan menyuruhku berlutut di hadapannya,
diraihnya kepalaku dan didekatkan pada kontolnya yang lalu kujilati dan
kusedot, rasanya sudah bercampur dengan cairan nonokku. Ketika tanganku
sedang mengocok sambil menjilatinya tiba-tiba dia melenguh panjang
dengan wajah mendongak ke atas, “Nez, aku mau ngecret, di nonok kamu
ya”. Segera aku dibaringkan didipan, dia menaiki aku dan sekali enjot
kontol besarnya langsung ambles semuanya di nonokku. Dienjotkannya
kontolnya keluar masuk dengan cepat dan akhirnya, “Ooohh..Nez, aku
ngecret” dan disusul creett..creet.. pejunya menyemprot dengan deras
didalam nonokku, terasa sekali semburan kuatnya menghangati bagian dalem
nonokku. Demikian lelahnya aku, sampai tubuh seperti lumpuh dan mata
terasa makin berat.
Sebelum terlelap aku masih sempat mendengarnya berkata dekat kupingku “nonok kamu enak banget, aku jadi ketagihan nih!”.
Tiba-tiba kurasakan ada yang menciumku sambil meremas toketku, juga
kurasakan ada jari-jari yang menggelitik nonokku. Aku mendesah nikmat,
kubuka mata, Ahh..aku terbangun. Terkejut sekali aku. Begitu mata kubuka
langsung nampak sesosok tubuh berada diantara kedua belah pahaku yang
terbuka lebar. Ketika kesadaranku berangsur-angsur pulih nampak sosok
lelaki telanjang yang bukan om Rizal, wajahnya berada dekat nonokku
sambil mengorek-ngoreknya dengan jarinya. Aku berusaha bangkit dengan
sisa
tenagaku, tubuhku sedikit bergeser. Kutepis tangan itu dari nonokku dan
langsung kurapatkan pahaku. "Aku Usman, temennya om Rizal". Om Rizal
hanya senyum2 duduk di kursi didekatku. “Kamu Inez ya, tadi enak dientot
om Rizal”, tanyanya. “emangnya om sudah disini dari tadi”, jawabku.
“Iya, nonton kamu ngentot sama om Rizal, jadi sekarang aku napsu banget
nih Nez, pengen ngentotin kamu juga, mau ya”. Om Usman mengambil
kesempatan ketika aku sedang bingung itu dengan merenggangkan pahaku
sambil mengelus-elusnya. Mulutku mengeluarkan desahan ketika
jari-jarinya mulai menyentuh itilku dan mengelusnya. Elusannya pada
rambutku turun ke pipi, dan terus menurun ke leher hingga berhenti di
toketku kananku yang lalu dibelai dan diremasnya. Dia mendekatkan
mulutnya pada toketku dan menangkapnya dengan mulutnya.
Gak lama kemudian dia bangkit dan mengajakku nyebur ke kolam, om Rizal
ikut nyebur juga. Wah asik juga nih, maen ber3 di kolam. Aku menyibakkan
rambut basahku ke belakang, melihat tubuh telanjangku yang telah basah
oleh air kolam mereka berdua semakin bergairah dan mengerubungiku.
Tangan-tangan mereka mulai menjamahi tubuhku. Aku tidak tahu lagi siapa
yang mengerjai kedua toketku, meremas-remas pantatku, memilin-milin
pentilku, dan mengusap-usap nonokku karena kupejamkan mataku dan tubuhku
menggelinjang menahan nikmat. Tak terasa aku sudah berada di tepi kolam
daerah 1,5 meter. Tubuhku dihimpit oleh om Usman di belakang dan om
Rizal di depan, keduanya memelukku sehingga posisiku seperti daging
burger yang dijepit diantara 2 roti. om Rizal menciumi wajahku,
sesampainya di bibir, dia langsung melumatnya, lidahnya mendesak-desak
ingin masuk ke mulutku, napsuku yang kembali naik membuatku membuka
mulutku mempersilakan lidahnya bermain-main di mulutku. Sesudah itu
mulutnya terus turun sampai ke toketkuku. "Enngghh..om..!” desahku
menahan geli bercampur nikmat ketika mulutnya melumat toketku secara
bergantian. Aku merasakan pentilku disedot, digigit pelan bahkan
sesekali ditarik oleh mulutnya, sementara telapak tangan om Usman
bercokol di nonokku terus saja menggosok-gosok bibir nonokku.
Beberapa saat kemudian om Usman merentangkan kedua pahaku, betisku
dinaikkan ke bahunya “Nez..aku dah pengen ngentotin kamu sekarang ya!”
katanya tidak sabaran. Aku melihat di bawah air sana, kontolnya yang
besar dan lebih panjang dari kontol om Rizal mulai mendesak masuk ke
nonokku, “Aaahhkk..ahh..om” itulah yang keluar dari mulutku saat dia
menekankan dalam-dalam kontol supernya hingga amblas seluruhnya, aku
meringis sambil mencengkram lengan om Usman yang memelukku. “Ooohh..”
dia juga
mendesah setelah berhasil menancapkan kontolnya di dalam nonokku.
“Gimana Man?? seret ga nonoknya??” tanya om Rizal pada temannya. “Buset,
seret amat nih nonok, udah ga perawan tapi rasanya kaya perawan, pinter
juga Inez ngerawatnya!” puji om Usmanl sambil mulai menggenjot. Aku
mulai merasakan kontol itu bergerak keluar masuk pada nonokku, mula-mula
gerakan itu lembut, namun lama-lama bertambah kencang. Aku
mendesah-desah tidak karuan ditambah lagi dari belakang om Rizal
bertubi-tubi mencupangi leher jenjangku serta mempermainkan toketku,
pantatku meliuk-liuk ke kiri-kanan
sehingga om Usman makin seru menggenjotku sampai air di sekitar kami
beriak dengan dahsyat. “Akkhh..oohh..eemmhh..!” eranganku tertahan
tatkala bibirku dilumat om Usman. Akupun merespon cumbuannya, lidah kami
saling beradu dengan liar.
Diserang dari dua arah begini sungguh membuatku kewalahan hingga
akhirnya terasa dinding-dinding nonokku berdenyut makin kencang dan
erangan panjang keluar dari mulutku disertai mengejangnya tubuhku sampai
menekuk ke atas, otomatis kedua toketkuku pun makin membusung. Tubuhku
lemas dalam pelukan mereka. Tapi om Usman belum tampak mereda, dia masih
bersemangat menyodokkan kontolnya . Aku merasa lelah dan ingin
istirahat sejenak maka kudorong tubuh om Usman. “Udah dulu.. om, Inez
lemes..uuhh” aku memelas. Dia lalu menarik lepas kontolnya dan
menurunkan pahaku sehingga aku dapat sedikit bernafas lega.
“Nez, pengen diemut deh”, kata om Usman. Aku melihat ke bawah air sana,
kontol om Usman yang baru saja mengacak-acak nonokku, kuraih dan
kugenggam, masih keras. Dia dengan berkacak pinggang sesekali mendengus
ketika jari-jarku mulai mengocok dan membelai biji pelernya. Om Rizal
pun mendekatiku dan meraih tanganku yang satu, lalu diletakkan pada
kontolnya. Kini kontol om Usman berada ditangan kiriku dan kontol om
Rizal di tangan kananku, mereka merem melek menikmati pelayananku sambil
sesekali membelai badanku. “Nah..sekarang aku pengen ngerasain mulut
kamu Nez, ayo dong.. diemut ” desak om Usman. Di bawah air kuraih
kontolnya dan kumasukkan dalam mulutku, karena panjangnya, benda itu
sampai mentok di
tenggorokanku. Lidahku mulai menjilat dan mengulum, sementara kurasakan
sebuah tangan mengelus dan meremas pantatku dari belakang. Napsuku makin
naik, terlebih tangan itu terkadang menyelipkan jarinya pada nonok atau
pantatku. Aku makin liar mengemutnya, aku sendiri sudah merasa sesak di
air. Gerakan pantatnya makin . Akhirnya beberapa semprotan kurasa
menerpa langit-langit mulut dan tenggorokanku, aku menelan pejunya,
rasanya asin dan kental. Segera aku timbul ke permukaan. Nafasku
mengap-mengap sehingga toketku ikut naik turun seirama nafasku yang
kacau. Mimik wajah om Usman menunjukkan dia puas sekali ngecret di
mulutku. Kulihat kontolnya sudah tidak setegang tadi lagi, ukurannya
menyusut.
Beberapa menit kami beristirahat, om Rizal mengajakku naik ke pinggir
kolam. “Gantian Nes.. sekarang aku di bawah, kamu di atas!” Wah aku jadi
kerja rodi nih ngelayani napsu 2 lelaki yang kuat ngentotnya. Tanpa
diminta lagi aku mengangkangi tubuhnya yang sudah rebah telentang diatas
lantai marmer. Aku tanpa ragu menuntun kontolnya yang sudah kembali
mengeras ke arah nonokku dan aku mengambil posisi menduduki tubuhnya.
Dengan bernafsu kugoyangkan pinggulku diatas tubuhnya, bahkan aku ikut
membantu kedua
belah telapak tangannya meremasi toketkuku. Om Usman menonton adeganku
sambil tetap berendam di tepi kolam, kadang-kadang tangannya iseng
merabai pahaku. “Ayo..goyang Nez..oohh!” om Rizal sepertinya ketagihan
dengan goyanganku, begitu juga om Usman, dia tidak tahan hanya menonton
saja. Dia keluar dari kolam dan berdiri di sebelahku, kontolnya
mengacung di depan mukaku. “Emut lagi Nez”, katanya sambil menjejalkan
kontolnya ke mulutku.
Dengan tetap bergoyang, aku juga mengisap-ngisap kontol om Usman. om
Rizal sibuk menggerakkan pinggulnya membalas goyanganku. 15 menit dalam
posisi ‘woman on top’ sampai akhirnya tubuhku bergetar seperti menggigil
lalu “Aaahh..!!” Desahan panjang keluar dari mulutku, kepalaku
mendongak ke atas.
Tubuhku melemas dan ambruk ke depan, ke dalam pelukannya. Dia peluk
tubuhku sambil kontolnya tetap dalam nonokku, kami berdua basah kuyup
oleh air kolam maupun keringat yang mengucur.
“Ganti posisi yah Nez” katanya dekat telingaku. Lalu tubuhku
ditelungkupkan. Aku nurut saja ketika posisiku diatur seperti merangkak.
Segera kontolnya terbenam lagi dalam nonokku, dan dienjotkannya dengan
cepat dan keras, kontolnya keluar masuk menggesek dinding nonokku,
walaupun lemes aku merasa nikmat luar biasa. Dengan keras dia
sodok-sodokan kontolnya dan toketku yang menggantung diremas-remasnya.
Suara rintihanku saling beradu dengan lenguhan om Rizal. Om Rizal
menarik wajahku dan memagut bibirku,
diciumnya aku dengan lembut. Akhirnya kembali kukeluarkan cairan hangat
dari nonokku, aku nyampe lagi. Permainan itu membuatku merem-melek dan
banyak menguras tenagaku, akupun ambruk dengan nafas yang kacau. Dia
mencabut kontolnya yang masih ngaceng dengan kerasnya. Aku
ditelentangkannya. Bener2 hebat om Rizal, gak ada matinya. Dengan penuh
napsu dia mengentoti aku yang terkapar lemes, sampai akhirnya diapun
ngecret di nonokku lagi.
Malemnya setelah makan, om Rizal meninggalkan kami, dia masih ada urusan
yang harus diselesaikan. Om Usman tidak menyia2kan kesempatan ini. Dia
berbaring telanjang di ranjang. Aku segera mengocok-ngocok kontolnya
perlahan. Aku berjongkok di depannya. Aku mulai memasukkan kontol om
Usman ke dalam mulutku. Kepalaku mulai bergerak naik turun. Pipiku yang
sedikit menonjol disesaki kontol om Usman. Kujilati terlebih dahulu
mulai dari kepala sampai ke pangkal batangnya, dan perlahan aku mulai
menghisap kontol om Usman. Om Usman menarik aku, dia dah gak tahan lagi
kayanya. Aku diciuminya. Akupun membalas pagutan om Usman. Ciuman dan
jilatanku kemudian beralih ke pentil om Usman. Segera om Usman menarik
aku kedalam pelukannya. Om Usman menjilati pentilku. “Ahh…ssstt…”
erangan nikmat keluar dari mulutku. Erangan ini semakin keras terdengar
saat jari om Usman mengusap-usap nonokku.
Aku ditariknya sampai berbaring dan om Usman mengarahkan kontolnya ke
nonokku. “Pelan-pelan ya om.” desahku perlahan. Kontol om Usman mulai
menerobos nonokku. Erangan ku semakin menjadi. Tanganku meremas sprei
ranjang. Mulutku setengah terbuka, dan mataku terpenjam. “Ahhhh…ahhhh”
desahku saat om Usman mulai menggenjot kontolnya keluar masuk. Aku mulai
menggelinjang merasakan kontol om Usman menghunjam ke nonokku. Gak lama
kemudian Om Usman menghentikan enjotannya dan mengganti posisi,
sekarang aku yang diatas.
Kembali kontol om Usman menerobos nonokku. “Ahhhh….” erangku. aku
kemudian menggoyang-goyangkan tubuhnya turun naik mengocok kontol om
Usman didalam nonokku. Om Usman meraih aku
kedalam pelukannya dan mencium bibirku. Toketku diremasnya dengan gemas,
pentilku mendapat giliran selanjutnya. “Sstttthhhh….sstttt” erangku
saat om Usman menjilati dan dengan gemas mengisap toketku. Sementara aku
masih menggoyang-goyangkan tubuhku. Mataku terpejam. Om Usman terus
memilin-milin pentilku. “Ahhhhh……” erangku panjang saat aku nyampe.
Tubuhku mengejang beberapa saat, kemudian lunglai di atas tubuh om
Usman. Om Usman menciumi pundakku beberapa saat, sebelum digulingkan
kesebelahnya.
Bosan dengan posisi ini, om Usman minta aku menungging sambil memegang
tepian bagian kepala ranjang. Disodokkannya kontolnya kembali ke dalam
nonokku. Aku kembali mengerang. “Ihh..ihh..” desahku saat dienjot dari
belakang. tangannya memegang pinggangku sambil sesekali menepuk-nepuk
pantatku. “Ihh..ihh.. Inez nyampe lagi om.” erangku saat aku nyampe. Dia
melepaskan kontolnya dari nonokku. Aku ditelentangkannya dan segera
kontolnya ambles lagi dinonokku. Om Usman dengan penuh napsu
mengenjotkan kontolnya dengan cepat dan keras, keluar masuk menggesek
nonokku, sampai akhirnya dia menjerit keenakan. Terasa ada semburan peju
hangat didalam nonokku. Diapun terkulai. “Om mainnya hebat banget …”
kata ku sambil tersenyum. “Habis kamunya cantik sih. Jadi nafsu nih”
jawabnya. “inez puas banget deh dientot om, lemes tapi nikmaat banget.
Yang gemesin ini lho..gede banget ukurannya” kataku sambil mulai
mengusap-usap kontolnya. Kami mengobrol beberapa lama, sebelum beranjak
pulang. Om Usman mengantarkan aku pulang. “Kapan-kapan kita maen lagi
ya om”, saat mobil
sampai didepan rumah.
No comments:
Post a Comment