Friday 1 June 2018

Impregnation Complex 6-1

Part 6-1

Dea merasakan geli pada dadanya, matanya masih terasa berat untuk bangun, malam dua hari ini Reza tidak membiarkannya tidur nyenyak. Ketika membuka mata, pemandangan pertama yang dia lihat adalah wajah puas menjengkelkan Reza bejat itu.

“Selamat pagi manis, enak tidurnya? Pasti enang dong, kan udah kasih suntik dosis peju sebelum tidur, hahahah.....” ucap Reza sambil terus meremas tetek kanan Dea yang barusan naik kelas jadi Cup C.

Perhatiin Reza beralih pada pada perut Dea, dia mulai mengelus-elus lembut dan menciumi perut yang masih rata itu.

“Om kok seneng banget sih sama perut aku?”

“Ya jelas dong. Anak om kan ada di sini.” Reza terus melanjutkan aktivitasnya

“Apaan sih?! Ga mungkin lah aku hamil sama Om, Dea Cuma telat aja...”

“Bisa aja lah, cewe dimana-mana klo lagi subur, ga tau itu dientot pacarnya ato tukang becak, klo bisa bunting ya bunting. Gini-gini pejunya om kuat, udah banyak “gol”, kamu aja yang beruntung om bolehin lahirin, yang lain sih udang om suruh “buang”, ahahaha....”

Dea memalingkan mukanya, kesal masih tidak menerima kenyataan.

“lagipula kan kamu sering mual beberapa hari ini, kalo bukan bunting apa lagi coba?” Reza tersenyum geli melihat kelakuan Dea

“Itu kan gara-gara masuk angin aja!!”

“Emang masuk angin bisa buat tetek tambah gede? Hehehe... tetek mu ini siap-siap untuk buat susu dea, om jadi ga sabar pengen nyicipin...”

“Huuhh...” Dea menggerutu dan memalingkan wajah lagi

Dea merasa kesal dan mual mendengar ucapan Reza. Anehnya perasaan mual itu semakin menjadi-jadi. Dea merasa tidak tahan. Dengan keadaan masih bugil dia bangkit dari kasur dan berlari kecil menuju kamar mandi dan muntah-muntah di wasstafel.

Mendengar Dea yang muntah-muntah Reza tersenyum semakin lebar. Dia bangun dan berpakaian seadanya dan tak lupa mengambil sesuatu yang ada di kantong jasnya kemudian pergi menyusul Dea.

Di kamar mandi Dea masih membungkuk di wastafell bersiap muntah lagi. Reza datang dan mengelus-elus kepala Dea.

“ini namanya Morning sickness, udah sering Om lihat di ABG lain yang OM cicipin, tandanya cewe BUNTING! Biar kamu ngerti ayo kita test langsung, udah om siapin alat test yang paling bagus nih”

Reza memperlihatkan testpek itu ke Dea, baru pertama kali ini Dea melihatnya langsung. Merek terdengar asing. Sepertinya Reza membeli barang yang tidak di jual di indonesia.

“sekarang kamu pipis sana” Reza menunjuk toilet duduk di ujung kamar mandi

Dea duduk di toilet dan mengangkangkan sedikit kakinya. Reza mendekatkan testpek ke lubang kencing Dea. Reza memperhatikan Dea yang sedang kencing sambil memasang wajah tegang, dadanya berdebar-debar dan memperlihatkan teteknya yang ikut naik turun dengan perlahan. Nafsu Reza agak naik melihat itu.

Setelah menunggu beberapa saat, hasil keluar, Reza tertawa sedikit melihat hasilnya.

“Nih perahatiin yang bener” Reza menunjukan testpek tepat di depan muka Dea

Dea hanya terdiam, shock melihat apa yang tertera di testpek itu, muncul simbol “+” disitu.

“Kamu anak pintar jadi ga perlu om jelasin kan hasilnya?” ujar Reza sambil menyerahkan testpek ke tangan Dea.

Tok...tok.... suara pintu kamar diketuk bi minah

“Bapak reza.. pak febri sudah datang.”

“Iya bi, suruh tunggu di ruang keluarga aja.”

“Itu temen om datang, kamu bersih-bersih diri aja disini. Kalau masih ga enak badan nanti om suruh sarapannya dianterin ke kamar aja” ujar Reza ke Dea lalu pergi menemui Febri.

Setelah mandi dan berpakaian kembali dea menjatuhkan dirinya ke ranjang. Terus dipandanginya testpek bersimbol “+” itu, kini resmi sudah, dia memang berbadan dua. Dea tidak bisa menyangkalnya lagi. Membayangkan dia akan menimang anak sebentar lagi membuat hatinya remuk, dia tidak siap, segalanya terasa terlalu cepat. Kemudian terbayang masa depanya yg terlihat suram, kemudian ibunya yang pasti sangat cemas sekarang. Tak terasa air mata mulai bercucuran dari matanya.

No comments:

Post a Comment