Ini kisah aktivis kampus yang perduli terhadap lingkungan sosial yang
ada (Pemerhati nasib ANJAL) di ibu kota Jakarta. Saat ini Vivian masih
duduk di semester 4 di salah satu perguruan tinggi swasta. Dia adalah
salah satu kembang di kampusnya, selain dia memang berparas cantik
dengan di topang tubuh yang proporsianal, dia terkenal cukup peduli
dengan lingkungan sekitar. Jadi tidaklah heran jika banyak Mahasiswa
yang berharap ingin jadi orang yang selalu ada di dekatnya. Tapi Vian
mempunyai segudang alasan untuk menolak curahan perasaan dari banyak
pria di kampusnya. Memang sejak bergabung dengan sebuah yayasan social
yang bekerjasama dengan kampusnya Vian bersama rekan-rekannya Ratna,
Kristin dan Teddy terlihat sedang sibuk mengajak anak-anak jalanan untuk
belajar dengan mendirikan sekolah gratis. Sebuah bangunan yang
sederhana mereka sewa sebagai basecamp. Meskipun dikatakan jauh dari
kata layak tapi mereka berhasil membuat beberapa Anjal tertarik untuk
untuk mengikuti kegiatan yang mereka pelopori. Diantara mereka ada Tuti
bocah umur 7 tahun yang belum pernah mengenal baca dan tulis, Retno,
Yani, Muksin, dan Tina yang umurnya lebih tua sekitar 2 tahun bernasib
kurang lebih sama dengan Tuti. Dan diantara mereka juga ada yang telah
Remaja diantaranya Noordin, Fajri dan Ulfah umur mereka kurang lebih
15-16 tahun. Mereka setiap pagi sampai siang hari selalu setia belajar
bersama dan terkadang bagi yang tidak sempat baru sore harinya sampai
jam 7 petang mereka bisa belajar bersama. Kondisi seperti itu di lakoni
setiap hari oleh Vivian teman-temannya dengan cara bergantian memberi
pengajaran terhadap anak jalanan tersebut.
Siang itu giliran Vivian dan Kristin yang mengajar anak jalanan.Mereka
tampak begitu semangat mendengarkan para Mahasiswi itu mengajar. Saat
itu Vivian bukan hanya terlihat sabar memberikan materi pelajaran
Matematika yang di jadwalkan hari itu. Tapi dia juga tampak mempesona
dengan rok mininya yang memamerkan keindahan kakinya yang putih dan
panjang.
Noordin.. kamu kenapa? tegur Vian yang melihatnya tampak melamun dan kurang memperhatikan apa yang dia ajarkan.
Noordin yang disebut namanya segera sadar dari lamunannya dan terlihat gelagapan dan tak bisa menyembunyikan rasa kagetnya.
Ya
kak? Sahut Noordin dengan nada datar. Coba kamu maju dan jawab
pertanyaan nomor 5 !! kata Vivian yang menyuruh Noordin mengerjakan
soal perkalian yang ada di papan tulis itu. Noordin yang sejak tadi
kurang memperhatikan pelajaran tampak bingung dan sedikit panik. Hal itu
memang terlihat ketika dia hanya garuk-garuk kepala melihat soal yang
di tunjuk oleh Vivian tadi. Melihat Noordin yang celingukan dan tampak
serba salah Vianpun mendekat,
ada apa dengan kamu Din..? Noordin yang ditanya agak bingung untuk
menjawabnya. Kamu tadi ngelamun ya
dan gak merhatiin apa yang kakak
ajarkan..!! Vivian semakin mendekatkan wajahnya untuk meminta
penjelasan dari Noordin.
Noordin semakin tidak nyaman dibuatnya. Tapi di sela-sela
kebingungannya, dia bisa mencium aroma tubuh Vian yang harum dan
menggoda saat begitu dekat dengannya. Maaf kak.. katanya singkat tanpa
memberikan penjelasan apapun pada Vivian. Pelajaran kembali di mulai
saat suara Kristin memecah kegugupan Noordin yang kemudian dia di suruh
kembali duduk, tapi ketika Noordin mau kembali ke tempat duduknya, dia
melihat sekilas terlihat Muksin begitu asik dengan coretan-coretan di
buku tulisnya, yang membuatnya cukup penasaran.
Malam itu usai kegiatan yang menyibukkan mereka, Noordin, Fajri dan
Muksin tampak sedang asik bersenda gurau di pos ronda yang biasa mereka
buat untuk tempat mangkal. Di tempat yang tampak lusuh, dengan
tiang-tiang kayu yang telah cukup rapuh mereka bertiga masih juga belum
tidur. Fajri yang sejak tadi belum sedikitpun istirahat setelah berbagai
kegiatannya mencari uang sekedar mengganjal perut kecilnya itu
tampaknya sudah sangat ngantuk,hingga ketika punggungnya ia sandarkan ke
sisi tiang pos ia mulai tak kuat untuk tidak memejamkan matanya.
Tadi aku melihat kamu asik menulis di bukumu, memang apa yang kamu
tulis Sin tanya Noordin memuaskan rasa penasarannya pada Muksin,
Muksin yang di Tanya seperti di selidiki pura-pura tidak mendengar apa yang di katakan Noordin tadi.
Hei
kamu dengar gak sih, budek kamu ya? sergah Noordin lebih tegas lagi.
Dengan agak gugup Muksin menjawab pertanyaan itu berusaha menyembunyikan sesuatu. aku cuma nyatet apa yang diajarkan tadi kok.
Oh
klo gitu aku pinjem catatan kamu dong kata Noordin lagi seakan mau memojokkan Muksin.
Jangan
!!! Muksin menolak dan tampak tidak nyaman akan sikap Noordin.
Tapi hal itu rupanya percuma karena Noordin berusaha merebut buku
catatan itu dari tangannya. Memang diantara mereka bertiga Noordinlah
yang memiliki badan lebih besar. Jadi usaha apapun yang Muksin lakukan
untuk mempertahankan bukunya itu akan percuma saja. Dengan tidak sabar
Noordin melihat buku catatan Muksin yang saat itu telah ia pegang.
Lembar demi lembar dengan penuh semangat ia buka, rupanya di buku itu
ada yang membuat Noordin begitu tertarik.
Gila kamu Sin
jadi kamu selama ini gambar kak Vian ya !! tiba-tiba
Noordin nyeletuk masih dengan memperhatikan beberapa lukisan yang Muksin
buat. Rahasianya yang selama ini ia tutup-tutupi kini telah terbongkar,
roman muka Muksin yang sejak tadi biasa saja kini telah memerah menahan
malu.
Gambar-gambar muksin yang di perhatikan Noordin dengan penuh semangat
dan mungkin bisa dikatakan dilihatnya dengan penuh gairah, memang
bukanlah gambar yang biasa-biasa saja di dalamnya terdapat gambar Vivian
yang berpose cukup menantang. Bahkan diantaranya sedang tidak
menggunakan busana sama sekali. Noordin beberapa kali berdecak kagum
akan hasil karya muksin saat itu. Memang tidak mengherankan jika Muksin
memiliki kemampuan gambar yang cukup baik. Itu di sebabkan karena Muksin
adalah putra dari seorang seniman kondang dibidang seni lukis di
Yokyakarta. Kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan, dan sejak
saat itu dia di titipkan ke bibinya di Jakarta. Tapi karena perlakuan
bibinya yang sering bertindak kasar terhadapnya, akhirnya Muksin
memutuskan untuk melarikan diri dari rumah bibinya itu. Mungkin
peribahasa Buah jatuh tidah jauh dari pohonnya, itulah yang berlaku pada
muksin. Darah seni dari kedua orang tuanyalah yang mengalir di darahnya
sekarang.
kembalikan Din
bukuku pinta Muksin yang tampak mulai tidak senang akan sikap temannya itu.
Tapi Noordin bukan memberikannya kembali pada Muksin malah ia membangunkan Fajri yang telah mulai terlelap.
Bangun
bangun teriak Noordin. Fajri yang digoyang kedua kakinya tampak
agak kaget dan bingung ketika Noordin menggoyang kakinya dengan keras.
Dan dia lebih bingung lagi ketika Noordin menyodorkan sebuah buku yang
ia tahu buku itu milik Muksin.
Coba lihat gambar Muksin sembari ia menunjuk buku yang saat itu telah ada di genggaman Fajri.
Fajri segera membuka buku itu lembar demi lembar. Darah Fajripun seakan
berdesir kencang ketika ia melihat beberapa gambar Vivian yang berpose
menantang di dalamnya. Tanpa sadar Fajri yang sejak tadi mengantuk malah
jadi bersemangat dan malah terangsang di buatnya. Dan malam itu
merupakan malam yang panjang bagi ketiganya, dengan fantasi liar
masing-masing.
******************************
Siang itu kelas yang saat itu tengah mengajarkan mata kuliah Bahasa
Indonesia, terasa amat membosankan bagi Vivian dan begitu juga bagi
Kristin, mereka malah membayangkan yayasan yang hampir 1 tahun ini
mereka dirikan dengan dana patungan yang sebagian mereka dapat dari
yayasan dan sebagian lagi sumbangan dari kampus.
lagi belajar apa ya anak-anak di sana dengan Teddy dan Ratna kata Kristin dalam hati.
Pelajaran bahasa yang di ajarkan Pak Darto memang membuat hampir semua
mahasiswa mengantuk. Mereka malah lebih suka melihat kepala Pak Darto
yang botak licin yang tidak diumbuhi rambut sehelaipun dan
membayangkannya seperti arena ski yang sangat menantang. Tapi di samping
itu memang Pak Darto orangnya kurang begitu perduli dengan beberapa
mahasiswanya yang tidak memperhatikan mata pelajaran yang ia ajarkan,
yang terpenting baginya adalah bahwa ia telah mengerjakan tugas dan
menyelesaikannya itu saja.
****************************
Di tempat lain tepatnya di perempatan jalan di daerah Bintaro Noordin,
Fajri dan Muksin terlihat dengan penuh semangat seperti merencanakan
sesuatu, Fajri dan Muksin terlihat dengan penuh semangat memperhatikan
apa saja yang dikatakan oleh Noordin.
aku telah mendapatkan obat itu dari temanku yang kerja di apotik,
jadi sore ini kita laksanakan rencana itu tanya Fajri yang tampak antusias mendengar penjelasan Noordin tadi
Jadi nanti sore sebelum kita masuk kelas kita kempesin ban mobilnya
kata Noordin tampak dengan berapi-api, Bagaimana dengan tugas kamu Faj
kata Noordin yang menanyakan kesiapan rencananya kepada Fajri.
Beres Din
aku dapat Kamera yang kita butuhkan jelas Fajri yang merespon pertanyaan Noordin dengan cepat.
Bagus! kemudian mereka bertiga segera beranjak meninggalkan tempat itu yang kemudian telah kembali sunyi.
****************************
Sore hari itu jadwal Vivian dan Kristin yang kembali akan mengajar, di
halaman yayasan telah tampak sepeda motor Mio milik Kristin telah parkir
di sana. Dan tak ketinggal juga mobil Avanza berwarna perak milik
Vivian pun telah terlihat. Itu menandakan bahwa mereka telah datang
untuk mengajar pelajaran yang materinya telah mereka siapkan sebelumnya.
Di kelas terbatas itu tampak beberapa anak telah dengan sabar
mendengarkan apa yang di katakana oleh Vivian dan Kristin. Tapi di dalam
kelas itu mereka belum melihat Noordin, dan Fajri sedang Muksin telah
datang dan ada di kelas itu. Beberapa menit pelajaran telah berlangsung.
Ketika itu tiba-tiba saja Noordin dan Fajri datang dengan pakaian yang
penuh dengan peluh.
Dari mana kalian Din, Faj..kok terlambat? kata Kristin dengan penuh selidik.
Noordin dan Fajri yang di tanya dengan serempak menjawab maaf kak
tadi
kami bantu tukang panggul di pasar, jadi kesininya agak terlambat.
Mendengar penjelasan itu Kristin dan Vivian mengangguk hampir bersamaan.
Pelajaranpun dilanjutkan, Vivian dan Kristin bergantian memberikan
penjelasan materi matematika lanjutan kemarin dengan begitu sabar pada
mereka. Beberapa tanya jawab mereka lontarkan untuk membuat suasana
kelas agar lebih hidup. Dan beberapa kali Noordin dan Fajri pun jadi
bahan ejekan dan bahan tertawaan dari teman lain karena tidak bisa
mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya. Akhirnya kelas itu di tutup
dengan doa bersama yang di pimpin Kristin. Semua anak segera beranjak
dan bergegas pulang dengan tujuan ke tempat masing-masing.
Vian aku pulang dulu ya..! aku harus belikan buku LKS untuk adikku ke
toko buku kata Kristin yang tampak terburu-buru untuk pamit pulang.
Oh..ya sebentar lagi aku juga pulang kok jawab Vivian segera. masih dalam kelas itu,
Vivian mendengar deru motor Kristin yang tampak melaju menjauh dari
yayasan, yang menandakan Kristin telah jauh dari lokasi tersebut.
Setelah membereskan semua peralatan dan alat tulis yang ada, Vivian
segera beranjak menuju ke mobilnya untuk pulang. Tapi mungkin hari itu
adalah hari yang paling naas bagi Vivian, Dia sadar ban mobilnya kempes
setelah ia mendapati jalan mobilnya yang oleng dan terasa berat untuk
melaju. Vivian segera mematikan mesin mobil dan turun memeriksa ban
mobilnya tersebut. Dan benar ternyata dugaannya itu. Vivian tampak
bingung dan panik pada saat itu, ia tidak terbiasa mengganti ban mobil
sendiri. Apalagi hari itu telah beranjak petang dan di sekitar situ
tampak sepi tanpa ada seorangpun yang bisa membantunya, di tengah
kebingungannya tiba-tiba saja Fajri dan Muksin datang menghampirinya.
Loh ada apa kak..? tanya Fajri tampak penasaran,
Fajri.., Muksin
Untung kalian masih belum pulang. Ban kak Vivi bocor
tolong kakak ya ganti ban mobil .
Fajri dan Muksin mengangguk serempak mendengar permintaan Vivian yang
tampak begitu bingung dan dengan nada memelas. Tapi kejadian yang tidak
Vivian duga sebelumnya, ketika ia asik memperhatikan Fajri dan Muksin
yang mau mencoba mengganti ban mobilnya, di saat itu pula sebuah tangan
tiba-tiba membekapnya dengan sangat erat dari arah belakang. Vivian yang
segera menyadari hal itu berinisiatif memberontak. Tangan orang yang
menyekapnya itu segera berusaha ditepisnya. Tapi entah kenapa tubuhnya
mulai tak bisa ia kendalikan, kesadarannyapun perlahan-lahan mulai
menghilang seiring tubuhnya yang mulai limbung. Dengan sisa kesadarannya
ia melihat tiga sosok yang selama ini dia kenal tengah mengelilingi
tubuhnya.
******************************
Di dalam sebuah kamar di yayasan itu tubuh Vivian tampak tergolek lemas
tak sadarkan diri, di sebuah dipan kayu yang biasanya oleh anak jalanan
digunakan untuk beristirahat,.
cepat ikat dia, sebelum ia sadar perintah Noordin kepada Fajri dan
Muksin. Tak berapa lama kemudian kedua tangan Vivian telah terikat kuat
dia kedua sisi dipan kayu itu. Sedang kedua kakinyapun telah terikat
kuat yang ujung-ujung talinya di lewatkan di balik kolong dipan sehingga
terlihat kedua kaki Vivian yang terbuka cukup lebar. Vivian yang
mengenakan baju sutra terusan berwarna merah dengan assesoris sabuk
lebar berwarna putih dan sepatu yang berwarna putih pula, terlihat
sangat cantik dan sangat menggoda dimata ketiga anak yang telah terbakar
nafsu itu. Untuk mendapatkan kesempatan seperti itu mungkin semua
laki-laki di dunia ini rela akan membayar mahal untuk mendapatkan
kenikmatan tubuh Vivian. Noordin yang merasa punya hak lebih dulu untuk
menggauli tubuh Vivian mulai merapatkan tubuhnya ke tubuh yang tergolek
lemas itu. Tak berapa lama bibir mungil Vivian yang lembut, telah ia
lumat dengan penuh nafsu, melihat hal itu Fajri dan Muksinpun mulai
bergerak. Tangan-tangan nakal Fajri mulai menggerayangi daerah payudara
Vivian dan sesekali menciuminya. Sedang Muksin tengah nyaman berada pada
tempatnya, ia telah merengsek masuk dan asik membenamkan diri di
sela-sela selangkangan Vivian. Saat itu Vivian seperti piala bergilir
bagi ketiganya. Perlahan-lahan Fajri mulai membuka kancing pakaian
Vivian sehingga terlihat tonjolan putih yang tampak masih tertahan oleh
Bra Putih yang dikenakannya. Sedang Noordin masih asik melumat bibir
Vivian.
Kak malam ini aku akan memberimu kepuasan yang belum pernah kamu
rasakan kata Noordin dalam hatinya dan yang telah mulai memainkan
lidahnya di dalam mulut Vivian.
Seakan tidak mau kalah dengan Noordin Fajri-pun telah berhasil melucuti
bra yang sejak tadi menjadi penghalang dari keindahan payudaranya. Dada
sintal Vivian yang tampak masih kencang dan begitu putih. Menjadi korban
dari hasrat Fajri selanjutnya. Perlahan-lahan kesadaran Vivian mulai
pulih dari pengaruh obat bius yang dibekapkan kepadanya tadi.
Betapa terkejutnya ia begitu mendapati kenyataannya waktu itu. Dia
mendapati tubuhnya yang hampir telanjang di kerubungi anak-anak didiknya
yang tidak pernah ia sangka akan menjahatinya seperti ini. Vivian
berusaha berontak dari perbuatan biadap mereka bertiga, Muksin yang
bertubuh kecil dan sedang berada diantara selangkangannya di terjangnya
dengan keras. Sampai-sampai muksin hampir terpelanting ke bawah tanah.
Mendapatkan perlawanan seperti itu Noordin segera mengikat mulut Vivian
dengan kaos miliknya yang telah sejak tadi ia lepaskan. Vivian makin tak
berdaya ketika kedua tangannya telah di pegangi oleh Fajri dan Muksin
yang masih merasakan rasa sakit di bagian perutnya. Sedang Noordin telah
menindih tubuhnya dengan penuh Hasrat.
Percuma kak Vian melawan
kakak sudah tidak bisa apa-apa ? kata Noordin menyadarkan Vivian.
Dengan kondisi seperti itu memang tidak mungkin ia bisa meloloskan diri
lagi. Kedua tangan dan kakinya telah terbelenggu, ditambah lagi kedua
tangannya yang di pegangi dengan erat oleh Fajri dan Muksin. Sejenak
kemudian ia merasakan perasaan yang belum pernah ia rasakan, tubuhnya
seakan tak bertulang lagi ketika dengan lahap Noordin memainkan punting
payudaranya. Jilatan dan gigitan-gigitan kecilnya seakan menggelitik dan
membuat darahnya seakan dipompa sangat cepat kearah ubun-ubunnya.
Seakan tak ingin membuang waktu dengan tangkasnya Noordin meluruhkan
baju yang sejak tadi masih belum di tanggalkan dari tubuh Vivian. Kini
Noordin dengan jelas melihat keindahan secara langsung tubuh yang
kemaren masih dalam fantasinya.
Kenapa kalian tega melakukan ini pada kakak dengan suara yang kurang jelas Vivian tampak bergumam.
Noordin yang telah tak begitu perduli lagi akan siapa Vivian semakin
agresif. Dada Vivian yang tegak menantang di remas-remasnya dengan
kasar, menjilatinya dengan penuh semangat dan digigitinya sampai
berbekas merah di atasnya. Fajri dan Muksin yang telah tahu bahwa kini
Vivian telah tidak melawan lagi segera melepaskan kedua tangannya yang
masih dalam belenggu. Fajri mulai melumat bibir Vivian yang terikat kaos
Noordin. Sedang Muksin mengganti posisi Noordin yang telah mulai asik
menjilati daerah vagina Vivian yang masih terbungkus di celana dalamnya
yang berwarna putih.
Mendapati serangan yang bertubi-tubi dari ketiga anak itu, tangis Vivian
mulai tak terbendung mendapatkan kenyataan pahit yang saat ini dia
alami, tapi iapun takkan bisa membohongi dirinya sendiri bahwa ada
perasaan nikmat di alaminya atas apa yang dilakukan ke 3 anak didiknya
itu. Perasaan itu semakin tak tertahan ketika Noordin dengan aktif
menjilati permukaan vaginanya yang masih terbungkus. Vivian mengejangkan
tubuhnya ketika dorongan kenikmatan itu sudah tak bisa ia tahan lagi.
Orgasme-nya itu telah membuat kain pembungkus vaginanya itu basah dan
disertai bau anyir yang aneh tepat berada dimuka Noordin. Melihat hal
itu Noordin tersenyum puas
Bagaimana rasanya kak..nikmat kan? tanyanya
mendapatkan pertanyaan itu Vivian tak bisa menjawabnya ia hanya menata
nafasnya yang tersengal-sengal menahan kenikmatan yang baru saja ia
dapatkan. Noordin tak sabar rasanya untuk segera menuntaskan hasratnya.
Dengan sentakan keras kain penutup vagina Vivian telah robek dibuatnya.
Kini Noordin melihat kedua bukit kecil kemerah-merahan dengan bulu tipis
di atasnya. Dengan tak sabar Noordin segera menyiapkan penisnya yang
cukup besar dan mulai diarahkan ke liang kenikmatan Vivian, dengan
sedikit melebarkan kedua kaki Vivian dengan mantap Noordin menyondokkan
penisnya ke liang vagina Vivian tapi begitu kuatnya pelindung selaput
dara Vivian itu bertahan,yang menandakan bahwa ia memang masih perawan.
Jangan Din
tolong jangan lakukan ini pada kakak. Desah Vivian yang tampak lemah.
Noordin tak perduli semua ucapan Vivian lagi saat itu, tak mungkin ia
menghentikan semua usahanya hanya sampai di situ. Dengan beberapa kali
mencoba akhirnya sodokan kerasnya berhasil merobek selaput dara Vivian
yang sejak tadi kokoh melindunginya. Jerit kesakitan Vivian membelah
ruangan pengap dan semakin terasa panas bagi mereka berempat, di barengi
dengan bercak darah segar yang berontak lewat di sela-sela vaginanya
dan melekat di bagian batang penis Noordin yang masih masuk setengah.
Noordin merasakan penisnya sangat ngilu di cengkeram erat oleh liang
vagina gurunya yang masih rapat saat itu.
Pelan namun pasti Noordin berusaha membenamkan seluruh batang penisnya
ke dalam liang vagina Vivian. Beberapa kali Vivian terlihat menggigit
bibirnya menahan perih di bagian vaginanya. Dengan ilmu yang sering
ditontonnya dari video Porno, Noordin seakan telah tahu apa yang harus
diperbuatnya sekarang, diangkatnya kedua kaki Vivian ke atas dan di
panggulkannya di kedua bahunya. Sehingga saat ini kaki Vivian
mengangkang lebar dan liang vaginanya semakin lebar terbuka. Beberapa
saat kemudian Vivian tampak terhenyak ketika merasakan sebuah benda
tumpul telah mengorek isi dari vaginanya yang sempit itu. Fajri yang
semakin panas tak mau berdiam diri ia segera membuka kaos yang sejak
tadi menutupi mulut dari Vivian. Penisnya yang sejak tadi telah mengeras
di arahkan segera kemulut Vivian. Vivian berontak dan tidak mau
menuruti kemauan Fajri. Tapi akibat dari penolakannya tamparanlah yang
ia dapatkan dari remaja yang mau beranjak dewasa itu. Rasa sakit akibat
tamparan Fajri tidak akan mau dia rasakan untuk kedua kalinya. Meskipun
dengan perasaan jijik dan ingin muntah, ia terpaksa memenuhi keinginan
Fajri yang dengan tidak sabar memasukkan penisnya yang tak begitu besar
kemulutnya. Sedang Muksin masih dengan lugunya menjilati dan memainkan
puting Vivian. Sondokan demi sondokan dilakukan Noordin mulai memberikan
kenikmatan yang tak bisa ia bayangkan sebelumnya. Dengan bahasa
tubuhnya Vivian mulai menerima gerakan-gerakan yang Noordin lakukan
bahkan terkadang dia mengimbanginya. Semakin cepat Noordin melakukan
gerakan penisnya semakin siap vagina Vivian menyambutnya. kini perasaan
itu mulai semakin cepat menerjang batas-batas angan dan siap
menerbangkannya dalam fantasi kenikmatan.
Noordinpun mengalami perasaan yang sama, dikala ia sudah tak sanggup
menahan aliran deras yang entah dari mana datangnya. Seakan membuat ia
bagai terbang kelangit tujuh membawa fantasi kenikmatan bersama Vivian.
kak aku sudah tidak kuat la
a .gii. Dan tak menunggu lama lagi dengan
semakin cepatnya gerakan pinggul Noordin yang membenamkan penisnya ke
dalam vagina Vivian, secara bersamaan pula Noordin dan Vivian mencapai
kenikmatan itu, di tandai dengan melubernya noda-noda putih yang meleleh
dari liang vagina Vivian. Vivian mengejang seakan-akan tak ingin
membiarkan moment-moment itu pergi darinya. Noordin memeluk tubuh indah
itu dengan erat dan sepertinya ia tak mau untuk melepaskan untuk
selamanya. Tapi itu tidaklah berlangsung lama ia harus segera sadar,
karena Fajri sudah tak sabar menunggu gilirannya. Tubuh Vivian yang
telah lemah seakan tak berdaya menolak perlakuan Fajri yang mulai
meminta jatah gilirannya. Ia terlihat pasrah ketika tubuhnya mulai
dibalik membelakanginya. Dan kakinya yang panjang dilipat rapat ke kanan
menjadi satu. Dan tak lama kemudian ia telah merasakan benda yang mulai
akrab di dalam vaginanya mengobrak-abrik isi di dalamnya. Penis Fajri
yang memiliki ukuran tidak sebesar punya Noordin dengan sangat lancar
keluar masuk dari liang vagina Vivian yang telah becek, tapi semua itu
tidak mengurangi rasa nikmat yang dirasakan oleh Fajri.
Ouuh
VAGINA mu nikmat sekali kak. Desah Fajri yang merasakan kenikmatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Malam itu Vivian digilir oleh tiga anak itu sekaligus berulang-ulang.
sampai batas dia sudah tidak mampu lagi menjaga kesadarannya. Di
sela-sela waktu menggilir tubuh Vivian mereka mulai mendokumentasikan
aksi mereka dengan foto-foto syur mereka berempat.
No comments:
Post a Comment