Part 7-1
CCCUUUUURRRRRR…..
Hanya gemericik air shower yang terdengar di kamar mandi itu. Disana dea
tenggelam dalam lamunannya, tak terasa sudah hampi 6 bulan dia
terkurung disini. Rutinitas dea hanya itu-itu saja akhir ini yaitu
bangun, makan makanan bergizi yg sudah diatur dokter, minum vitamin dan
susu, nonton TV, browsing internet (tanpa bisa komunikasi ke dunia luar
tentunya), sesekali guru privat datang untuk mengajar, melayani Reza
beberapa hari sekali, kemudian tidur.
Namun tapaknya ada yang berbeda 2 bulan terakhir ini pada Reza, Dea
berpikir bajingan itu tampak seperti tidak tertarik lagi dengannya.
Memang sesekali Reza mencumbuinya hingga leher dan dadanya penuh
cupangan sekaligus mengobel mek dea sampai orgasme, tapi bila ingin
dipuaskan Reza langsung menyerang Dini tanpa ampun, tapi tidak dengan
Dea. Mungkin karena Reza tidak ingin ambil resiko soal kehamilan Dea.
Dea tentu senang tidak perlu lagi dihantui si bejat untuk memuaskan
gairang binatangnya, namun sepertinya tubuh dea menginginkan sebaliknya.
2 minggu ini Meki dan putingnya semakin sering terasa gatal dan panas apalagi
ketika menyaksikan Reza menggarap Dini yang biasanya tidak kenal tempat
dan waktu, bisa saja dengan edannya Reza menggarap Dini di atas meja
makan, tepat di depan Dea yang sedang makan!! Bahkan pernah Reza
menggarap Dini di ruang keluarga, tepat disaat guru privatnya datang
mengajar. Desahan mereka yang menggema ke seisi rumah membuat si guru
merasa tidak nyaman dan tidak pernah datang lagi sehingga reza harus
mencari guru baru. Dea bisa saja meredam hasratnya dengan bermasturbasi
tapi lama kelamaan cara ini tidak manjur lagi, tubuhnya menuntut lebih. Reza benar-benar telah menaklukan tubuh gadis jelita itu.
Secara tiba-tiba sensasi aneh muncul di perut Dea dan menyadarkan dari
lamunannya. Dea sadar itu sang jabang bayi yang mulai aktif
menendang-nendang. Tanpa disadari Dea tersenyum.
“kelihatannya anak mama sehat ya? Kira-kira nanti enaknya dinamain siapa
ya? EH… pasti si tua bakal maksa dia yang ngasih namanya sih, mana
terima dia klo aku yang namain…” ucap dea dalam hati dengan sebal.
Sambil mengeringkan badannya dengan handuk, dea memperhatikan tubuhnya
lewat cermin. Kini sosok gadis abg polos innocent dan cute itu nyaris
hilang, Reza telah membentuk tubuhnya seperi wanita seutuhnya. Kini
dadanya telah mengkal ke cup C, kulitnya masih putih tapi makin halus,
rambut yang dulunya panjang sampai pinggang kini pendek sebahu dan
tampak lebih rapi, dan yang paling mencolok perut besarnya yang hamil 5
bulan, Dea merasa perutnya cukup besar untuk ibu hamil usia segitu,
entah kenapa. Setelah itu ia berpakaian dan keluar dari kamar mandi.
“OOOOHHHH …… AAAHHKKK…..NDOOROOOOO….. MMMMHHHHH….”
“HAH… HAH… HAH… HAH… HAH… MEMEK LU MASIH SEMPIT AJA NIH… HEBAT-HEBAT!!!”
Keluar kamar mandi Dea langsung disuguhi pemandangan seronok Si om-om
bejat yang sedang menggarap pembantunya di kasur dea. Melihat itu dea
segera memalingkan perut buncitnya seakan berusaha mencegah bayinya
melihat pemandangan asusila itu.
“mudah-mudahan dia ga nurun bapaknya!!” gerutu dea dalam hati
Dea ingin segera meninggalkan kamar itu tapi tiba-tiba Reza memanggilnya
untuk duduk dan menunggunya disini karna mau menunjukin sesuatu. Dengan
terpaksa Dea menurutinya. Suara desahan dini yang sangat erotis
memenuhi seisi ruangan. Perlahan libido Dea ikut naik, tubuhnya yang
tidak terpuaskan hampi 2 bulan ini mulai menuntut jatah, Dea merasa
mekinya mulai bereaksi.
Saat itu dini sedang digarap dengan posisi dogy style tapi kedua
tangannya ditarik ke belakang sehingga dadanya membusung dan gunung
kembarnya bergoyang-goyang liar seirama genjotan kasar reza. Dea tanpa
sadar mulai meremasi dadanya dan mengobok-obok mekinya yang mulai basah.
“NNDDOOORROOO…. UDAH YAAA….. SAYA MAU KELUAR LAGI…”
“Hah? Kok sering banget keluarnya? GA BISA! KALI INI TAHAN! KITA KELUARIN BARENG”
Dini benar-benar sudah kewalahan melayani majikannya ini, mereka sudah
bermain sejak 5 pagi dan sampai jam 8 sekarang tidak ada tanda-tanda
akan berakhir.
“mh…mh…mh”
Reza menyadari desahan kecil dea, betapa kagetnya dia melihat gadis itu
sedang masturbasi tepat di depannya. Reza segera merubah posisinya. Kali
ini Dini diposisikan duduk membelakanginya dan pahanya terbuka lebar
menghadap tepat kearah Dea. Dengan posisi ini dea dapat melihat jelas
semuannya. Dea semakin cepat mengobel mekinya. Melihat dea yang sedang
horni berat reza semakin bernafsu menambah kecepatan entotannya pada
dini. Sedangkan dini tampak belingsatan berusaha menahan orgasmenya.
Beruntung bag Dini mekinya yang berkedut-kedut menghasilkan kenikmatan
yang amat sangat pada Reza sehingga waktu ejakulasinya makin dekat, tapi
bukan reza namanya jika tidak mempermainkan mangsanya.
“HAH… HAH… HASILNYA KEMAREN TEST GIMANA? HAH… HAH…”
“P—POO------- STIP….RO.. Ooohhkkk…”
“HEH…. NGOMONG YANG JELAS! DOKTERNYA BILANG APA?” Reza mererojokkan
penisnya dalam hingga Rahim dini, bagian yang paling sensitive.
“DUU… DU.. DUH… POSITIP NDORO, HASILNYA POSITIP….” Jawab dini gemetar menahan orgasmenya.
“SSSIIIIIPPPPP…….. BAGUS TUH, LU LAMA BANGET GA BUNTING-BUNTING SIH, GW
KIRA MANDUL LU HEHEHEHE….. NANTI GW LAPORIN KE FEBRI JUGA..”
“OHK… OHK AAHHH…..AHH…” dini semakin tersiksa harus menahan orgasmenya.
“kira-kira aja nih…. Menurut lu ini anaknya siapa?” reza mulai mengelus-elus perut dini.
“ga tau ndoro… dini gatau…. Hhmmm….”
“YA KIRA-KIRA AJA LAH…. AYO INI ANAKNYA SIAPA??” Reza meningkatkan
kecepatan entotannya sekaligus meremas kedua dada dini keras-keras.
“MMMMHHHHHHH……. NDORO!!! INI ANAKNYA NDORO…… NDORO YG PALING SERING
NGENTOTIN DINI……..” Dini semakin belingsatan menerima serangan Reza.
“BAGUS DONG…… HHAHAHAHA….. NIH SEBAGAI HADIAH, TELEN PEJU
GW….HHHHEEEEEHHHH…….” Reza menumpahkan pejunya ke meki kecil yang
sebenarnya sudah penuh sesak itu.
“AAAAHHHHHHHKKKKKKK……..” Dini orgasme juga, tampak raut lega di wajahnya.
Tubuh dini ambruk bersenden ke dada Reza. Setelah menyingkirkan tubuh
Dini, reza dating menghampiri Dea. Dea masih terpejam merasakan
orgasmenya seketika kaget Reza memanggilnya. Dengan segera disembunyikan
tangannya ke balik punggung. REza segera menarik Dea ke pelukannya
No comments:
Post a Comment