Friday 1 June 2018

Weekend nikmat

Satu weekend ada om yang kontak aku minta ditemenin. DIa menjemputku di kos, aku membawa pakaian, termasuk daleman yang tipis, mini dan seksi untuk merangsang napsunya. Aku memakai pakaian tank top dan rok mini. Dia tersenyum dan mengatakan aku cantik sekali dengan pakaian seperti itu, apalagi puserku sering tersingkap karena tanktopku hanya sepinggang. Dia juga membawa beberapa makanan kecil dan minuman kaleng. “KIta mau kemana om”, tanyaku. “Ke hotel tempat aku nginep”, jawabnya. Di mobil, dia selalu mengelus2 pahaku yang tersingkap lebih dari separuh karena rok miniku
terangkat ke atas. Hal ini perlahan2 membuatku terangsang. “Kamu udah makan Nez”, tanyanya. “Belum om”, jawabku. Kita kemudian pergi cari makan dulu.

Di kamar, aku dirangkulnya. Sebuah ciuman mendarat dipipiku. Aku berdebaran. DIa menggandengku dan duduk di sofa empuk yang ada di kamar. Kamar hotelnya cukup besar, berisi satu tempat tidur besar dan seperangkat sofa, selain meja rias. Mulutku terkunci karena masih harap2 cemas dengan kenikmatan yang sudah menungguku untuk menikmatinya. Dia mengambil minuman kaleng yang dibawanya, dibukanya dan diberikan kepadaku. “Ayo minum, santai saja, mau mandi dulu enggak, kan tadi panas diluar”, katanya sambil menepuk2 pahaku. Sambil tersenyum-senyum dia berlalu ke kamar mandi.

Aku heran juga kenapa dia tidak mengajakku mandi bersama, tapi aku diam saja. Gak lama kemudian, dia keluar dari kamar mandi hanya dengan bersarungkan handuk dipinggangnya. “Gantian deh mandi biar segar”. Di kamar mandi, di bawah shower, aku mengelus2 toketku dengan busa sabun, demikian pula dengan jembut alus dan memekku, sehingga napsuku menjadi ber kobar2.

Selesai mandi aku memakai dalemanku yang seksi, bra dan CD mini yang tipis model bikini, sehingga bra hanya ditalikan di belakang leher dan punggungku, sedang CD mininya ditalikan di kiri dan kanannya. Karena branya tipis, otomatis pentilku yang sudah mengeras menonjol sekali, demikian juga jembutku biar alus berbayang dengan CD tipis itu.

Dia yang sedang duduk di sofa membelalakkan matanya ketika melihat aku keluar dari kamar mandi hanya berbalut bikini tipis dan seksi itu. “Lama sekali sih mandinya, pasti deh ngelus2 diri sendiri, ya. Kamu cantik sekali Yang, seksi sekali” katanya. Aku duduk disebelahnya dan menjawab “Habis om sih mandinya gak ngajak2, sehingga terpaksa Inez ngelus2 sendiri. Om suka kan ngeliat Inez pakai bikini seperti ini”. “Suka banget, kamu napsuin deh Yang”. “Udah ngaceng dong om”. Aku yakin melihat pemandangan yang menggairahkan ini pasti mengungkit nafsu nya. kontolnya terlihat mulai bergerak-gerak dibalik handuk yang disarungkan dipinggangnya.

Ia lalu mencium pipiku. Nafasnya menderu-deru. Dalam hitungan detik mulut kami sudah lekat berpagutan. Aku direngkuh dengan ketat ke dalam pelukannya. Tangannya mulai bergerilya me remas2 toketku. Pentilku yang sudah mengeras dipelintir2 nya dari balik bra tipisku, Ini membuat rangsangan yang lebih hebat lagi buat aku. Aku menggeliat-geliat sambil mulutku terus menyambut permainan
bibir dan lidahnya. Lidahnya menerobos mulutku dan bergulat dengan lidahku.

Tanganku pun aktif menerobos handuk yang dikenakannya dan me remas2 kontolnya yang sudah mulai ngaceng itu. Membalas gerakanku itu, tangan kanannya mulai merayapi pahaku yang mulus. Dia menikmati kehalusan kulitku itu. Semakin mendekati pangkal pahaku, aku membuka pahaku lebih lebar, biar tangannya lebih leluasa bergerak. Peralahan-lahan tangannya menyentuh gundukan memekku yang masih tertutup CD bikini tipis. Jarinya menelikung ke balik CDku dan menyentuh bibir memekku dan menggosok2 itilku. Aku mengaduh tetapi segera dibungkam oleh permainan lidahnya. Badanku mulai menggeletar menahan nafsu yang semakin meningkat. Tanganku terus menggenggam kontol yang besar dan panjang itu. Ukurannya ketika ngaceng mungkin sekitar 18 cm dengan diameter sekitar 5 cm. “Om, besar banget sih kontolnya, dipakai in obat apa sih sampai besar begini”, kataku sambil mengocok lembut kontolnya. “Kamu sukakan sama kontolku”, bukan menjawab dia malah balik bertanya. “Suka banget om, bisa gak ya segede gini masuk memek Inez". Kocokan lembut jari-jariku itu membuat kontolnya semakin ngaceng mengeras. Dia mengerang-ngerang nikmat. Aku mulai menjilati dagu dan lehernya dan sejalan dengan itu bibir mungilku itu menyentuh pentil nya. Lidahku bergerak lincah menjilatinya.

Dia merasakan kenikmatan yang luar biasa. Tanganku makin cepat mengocok kontolnya yang semakin berdenyut-denyut ngaceng. “Ayo ke ranjang”, bisiknya, “Kita tuntaskan permainan kita.” Aku bangkit berdiri, Dia memelukku. Diangkatnya tubuhku dan lidahnya yang terus menerabas leherku membuat nafasku terengah-engah nikmat. Toketku lembut menempel lekat di dadanya. Aku direbahkan di tempat tidur yang lebar dan empuk, Dia menarik pengikat bra dan CD ku. Aku biarkan dia melakukan semuanya sambil ber desah2 menahan napsuku yang makin menggila.

Setelah tak ada selembar benangpun yang menempel di tubuhku, ia mundur dan memandangi tubuhku yang telentang bertelanjang bulat, bersih dan wangi sabun karena habis mandi. Ia memandangi rambutku yang kepirangan tergerai sampai kepundak, toketku yang imut padat dengan pentil yang sudah mengeras, perutku yang rata dengan lekukan pusernya, pahaku yang mulus dengan pinggul yang
bundar digantungi oleh dua bongkah pantat yang bulat padat dan di sela paha itu terlihat gundukan hitam alus. “Ngapain om hanya dilihatin saja,” protesku. “Aku kagum akan keindahan tubuhmu Yang”, jawabnya. “Semuanya ini milik om weekend ini”, kataku sambil merentangkan tanganku.

Dia mendekatiku dan duduk dipinggir tempat tidur. Aku dipeluknya dengan erat. “Om, Inez mau menjilati om ya”, kataku. Dia berbaring, kemudian mulutku mulai menjelajahi seluruh dada termasuk pentilnya dan perutnya, terus menurun ke bawah mendekati pusar dan pangkal pahanya. Dengan lincah aku lepaskan belitan handuk dipinggangnya. kontolnya yang sudah tegang itu mencuat keluar dan berdiri tegak. Dengan mulut kutangkap kepala kontolnya itu. Lidahku dengan lincah memutar- mutar kontolnya dalam mulutku. Dia mengerang-ngerang nikmat menahan semua sensasi itu.

Puas mempermainkan kontolnya aku merebahkan diri di sampingnya. Dia mulai beraksi. Disergapnya toket kananku sembari tangan kanannya meremas-remas toket kiriku. Bibirnya mengulum pentil toketku yang mengeras itu. Toketku juga mengeras diiringi deburan jantungku. Puas toket kanan mulutnya beralih ke toket kiri. Lalu perlahan tetapi pasti dia turun ke perutku. Aku menggelinjang-gelinjang menahan desakan birahi yang semakin menggila. Dia menjilati perutku yang rata dan dijulurkannya lidahnya ke dalam pusarku. “Auu..” aku mengerang, “Oh.. Oh..Oh..” jeritku semakin keras. Mulutnya semakin mendekati pangkal pahaku.

Perlahan-lahan pahaku membuka dengan sendirinya, menampakkan memek ku yang telah merekah dan basah. Jembut yang hitam alus melingkupi memek yang kemerah-merahan itu. Dia mendekatkan mulutnya ke memekku dan dengan perlahan lidahnya menyuruk ke dalam memekku yang telah basah membanjir itu. Aku menjerit dan spontan duduk sambil menekan kepalanya sehingga lidahnya lebih dalam terbenam. Tubuhku menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan. Pantatku menggeletar hebat sedang pahaku semakin lebar membuka. “Aaa.. Auu.. Ooo..”, jeritku keras. Dia terus mempermainkan itilku dengan lidahnya. Aku menghentakkan pantatku ke atas dan memegang kepalanya erat-erat. Aku
melolong keras. Pada saat itu kurasakan banjir cairan memek ku. Aku sudah nyampe yang pertama.

Dia berhenti sejenak membiarkan aku menikmatinya. Sesudah itu mulailah dia menjelajahi kembali bagian tersensitif dari tubuhku. Kembali erangan suaraku terdengar tanda napsuku mulai menaik lagi. Tanganku menjulur mencari-cari batang kontolnya. kontolnya telah ngaceng sekeras beton. Aku meremasnya. Dia menjerit kecil, karena nafsunya pun sudah diubun-ubun butuh penyelesaian. Aku
didorongnya sehingga rebah ke kasur empuk. Perlahan-lahan dia naik ke atasku. Aku membuka pahaku lebar-lebar siap menerima masuknya kontolnya. Kepalaku bergerak-gerak, mulutku terus menggumam. Mataku terpejam menunggu. Dia menurunkan pantatnya. kontolnya berkilat-kilat dengan kepalanya yang memerah siap menjalankan tugasnya. Dia mengusap-usapkan kontolnya di bibir memekku. Aku semakin menggelinjang. “Cepat om. Inez sudah nggak tahan!” jeritku. Dia menurunkan pantatnya perlahan-lahan. Dan.. BLESS! kontolnya menerobos memekku diiringi jeritanku. Aku tidak perduli apakah tamu disebelah kamar mendengar jeritanku atau tidak. Dia berhenti sebentar membiarkan aku
menikmatinya. Lalu ditekannya lagi dengan keras sehingga kontolnya yang panjang dan besar itu menerobos ke dalam dan terbenam sepenuhnya dalam liang memekku. Aku menghentak-hentakkan pantatku ke atas agar kontolnya masuk lebih dalam lagi. Aku terdiam sejenak merasakan sensasi yang luar biasa ini. Lalu perlahan-lahan dia mulai mengenjotkan kontolnya. Pantatku kuputar-putar untuk memperbesar rasa nikmat. Toketku tergoncang-goncang seirama dengan genjotannya di memek ku. Mataku terpejam dan bibirku terbuka, berdesis-desis menahankan rasa nikmat. Desisan itu berubah menjadi erangan dan kemudian akhirnya menjadi jeritan. Dia membungkam jeritanku dengan mulutnya. Lidahku bertemu lidahnya. Sementara di bawah sana kontolnya leluasa bertarung dengan memekku. “OH..”, erangku, “Lebih keras om, lebih keras lagi.. Lebih keras.. Oooaah!” Tanganku melingkar merangkulnya ketat. Kuku-kukuku membenam di punggungnya. Pahaku semakin lebar mengangkang. Terdengar bunyi kecipak lendir memekku seirama dengan enjotan kontolnya. “Aku mau ngecret, Yang”, bisiknya di sela-sela nafasku memburu. “Inez juga om”, sahutku, “Di dalam aja om ngecretnya.”

Dia mempercepat enjotan kontolnya. Keringatnya mengalir dan menyatu dengan keringatku. Bibirnya ditekan ke bibirku. Kedua tangannya mencengkam kedua toketku. Diiringi geraman keras dia menghentakkan pantatnya dan kontolnya terbenam sedalam-dalamnya. Pejunya memancar deras. Aku pun melolong panjang dan menghentakkan pantatku ke atas menerima kontolnya sedalam-dalamnya. Kedua pahaku naik dan membelit pantatnya. Aku pun mencapai puncaknya. kontolnya berdenyut- denyut memuntahkan pejunya ke dalam memekku.

Sekitar sepuluh menit kami diam membatu mereguk semua detik kenikmatan itu. Lalu perlahan- lahan Dia mengangkat tubuhnya. Dia memandangi wajahku yang berbinar karena napsu yang telah terpuaskan. Ia tersenyum dan membelai wajahku. “Om hebat sekali”, kataku, “Rasanya nikmat banget om”. “Kamu juga luar biasa Yang”, sahutnya, “Aku sungguh puas karena kamu binal banget, itu
yang membuat napsuku juga berkobar2. Kamu tidak menyesal kan Yang ngentot denganku?” “Tidak om”, kataku, “Inez malah pengen dipuasin lagi.” “Jangan kawatir, stok pejuku masih banyak” jawabnya. Dia mencabut kontolnya dan rebah di sampingku.

Kami beralih ke kamar mandi. Dia memandikanku di shower. Kedua tangannya menyabuniku seluruh tubuhku, toket, puser, jembut dan memekku menjadi sasaran elusan tangannya yang dipenuhi busa sabun. Gesekan, rabaan dan remasan tangannya akhirnya merangsang napsu ku kembali. Aku heran juga, mengapa napsuku cepat sekali naik, padahal dia baru selesai mengentoti ku. “Om, Inez sudah napsu lagi, pengen ngerasain kontol om keluar masuk di memek Inez lagi”, kataku sambil meremas2 kontolnya yang juga mulai mengeras. “Iya Yang, aku juga napsu, main lagi yuk, tapi di kamar mandi ya”, jawabnya. Luar biasa stamina si om, dalam waktu singkat sudah membuat kontolnya ngaceng
lagi, keras sekali kontolnya ketika ku kocok2.

Dia duduk di atas closet dengan kontolnya yang sudah ngaceng mengacung tegak ke atas. Aku mengangkangkan pahaku dan mendekatinya dari depan, siap-siap untuk dientot. Aku sudah duduk merapat di pahanya. kontolnya yang sudah ngaceng tanpa halangan langsung menerobos memek ku, bersarang sedalam-dalamnya. Aku disuruhnya segera menggoyang pantatku. Terasa nikmat sekali.
Kedua toketku diremas2nya dengan penuh. Dia juga mengenjotkan kontolnya kedepan kebelakang, walaupun dalam gerakan yang terbatas, tapi ini membuat aku mengerang keras dan sudah terasa mau nyampe lagi. Hebat benar dia merangsang napsuku, baru sebentar goyang sudah mau nyampe saking
nikmatnya. Aku menjadi semakin liar dalam menggoyang pantatku. Aku sudah makin terangsang sehingga akhirnya badanku mengejang-ngejang diiringi erangan kenikmatan. “Auu.. om!” jerit ku. Untuk beberapa saat kami terdiam. Ia memelukku erat-erat. “Yang, aku belum ngecret kok kamu udah nyampe”, katanya. “Habis, nikmat banget sih rasanya kontol om nyodok2 memek Inez”, jawabku terengah. “Kita terusin ya Yang”, aku hanya mengangguk lemas.

Dia mengajakku berdiri dan menyuruhku membungkuk di wastafel dan membuka pahaku lebar2. Dia mendekat dari belakang. Tangannya menyapu lembut pantatku yang mulus tapi padat. Aku menggigit bibirku dan menahan napas, tak sabar menanti masuknya kontolnya yang masih keras. Tangannya melingkari kedua pahaku lalu diarahkannya kontolnya ke memek ku. Perlahan-lahan kepala kontolnya yang melebar dan berwarna merah mengkilap itu menerobos memekku. Aku mendongak dan mendesis kenikmatan. Sejenak Dia berhenti dan membiarkan aku menikmatinya, lalu mendadak dihentakkan pantatnya keras ke depan. Sehingga terbenamlah seluruh kontolnya di memekku. “Aacchh..!!”, aku
mengerang keras. Rambutku dijambaknya sehingga wajahku mendongak ke atas. Sambil terus menggenjot memek ku, tangannya meremas2 kedua toketku yang berguncang2 karena enjotannya yang keras, seirama dengan keluar masuknya kontolnya di memekku. Terdengar bunyi kecipak cairan memekku, aku pun terus mendesah dan melenguh. Mendengar itu semua, Dia semakin bernafsu. Enjotan kontolnya dipercepat, sehingga erangan dan lenguhan ku makin menjadi2. “Oohh..! Lebih keras om. Ayo, cepat. Cepat. Lebih keras lagii!” Keringatnya deras menetesi punggung dan dadaku. Wajahku pun telah basah oleh keringat. Rambut ku semakin keras disentak. Kepalaku semakin mendongak. Dan akhirnya dengan satu sentakan keras, dia membenamkan kontolnya sedalam-dalamnya. Aku menjerit karena kembali nyampe untuk yang kesekian kalinya. Kedua tangannya terus meremas2 toketku dengan penuh nafsu. Ia pun makin keras menghentakkan kontolnya keluar masuk memekku sampai akhirnya pejunya menyemprot dengan derasnya di dalam memekku. Rasanya tak ada habis-habisnya. Dengan lemas aku rebah di wastafel dan dia menelungkup di atas punggungku.

Beberapa saat kami diam di tempat dengan kontolnya yang masih menancap di memekku. Kemudian Dia membimbingku ke shower, menyalakan air hangat dan kami berpelukan mesra dibawah kucuran air hangat. Akhirnya terasa juga perut lapar yang sudah minta diisi kembali, enersiku terkuras ngelayani si bapak. Dia keluar lebih dulu, terdengar dia menelpon room service untuk memesan makan malem dan minumannya. Kemudian dia kembali ke kamar mandi dan memelukku yang masih berada dibawah shower air hangat. “Yang, nikmat sekali ngentot dengan kamu”, katanya. “iya om, Inez juga nikmat sekali, masih ada ronde ketiga kan om?” harapku. “Pasti dong”, jawabnya sambil tersenyum. Terdengar bel pintu, Dia menyarungkan handuk di pinggangnya dan keluar kamar mandi, ternyata room service. Setelah itu dia kembali ke kamar mandi, shower dimatikan dan badanku dikeringkannya dengan handuk. “Yang, kamu masih punya daleman yang lain?” tanyanya. “Ada om”, jawabku. Aku pun keluar dari kamar mandi bersama dengan dia, terbungkus handuk. Aku mengambil dalemanku yang kedua
dan kembali ke kamar mandi. Kali ini aku memakai bra tipis model bertali dan g string mini yang juga bertali, keduanya tipis sehingga sangat terbayang bagian2 tubuhku yang ditutupinya. Aku keluar dari kamar mandi dan duduk di sofa disebelahnya. Dari jendela kamar terlihat lampu2 sudah menyala karena memang tidak terasa sudah gelap di luar sana. Matanya ber binar2 memandangi aku dengan CD yang lebih minim lagi. Kelihatan sekali dia berusaha menahan napsunya karena perut sudah keroncongan. Kami makan malam sambil berpelukan. Nyaman rasanya dalam keadaan yang hampir telanjang dipeluk olehnya. Aku menyandar di dadanya yang bidang. “Om, Inez nyaman banget deh
dengan om, mau deh Inez jadi ceweknya om, supaya bisa ngerasain dientot sampai lemas”, sambil mengelus2 pentil nya. Dia mengangkat daguku dan mencium bibirku dengan mesra sekali. Selesai makan, kembali kamu berpelukan di tempat tidur walaupun seprei sudah kucel akibat pertempuran seru tadi, toh sebentar lagi kami akan membuat seprei itu lebih kucel lagi.

Kureguk kenikmatan bersama si om malem itu, Kuat sekali si om, kontolnya bisa ngaceng terus sampe membuatku kewalahan meladenin napsunya.

No comments:

Post a Comment