Satu hari ada om yang ngajak aku maen ke cottage yang disewanya, katanya
mo dikenalin ma temen bisnisnya. Mreka mo bikin party di private pool
di cottage yang disewa si om, sebut ja om A biar gampangnya dan temen
bisnisnya om B. Tapi ceweknya kurangs eorang, makanya om A kontak aku.
Waktu aku sampe di apartmentnya tu om2 sedang ma satu cewek yang cuma
pake clana pendek ketat dan bra bikini. Sexy banget deh, aku gak ada
apa2nya kalo dibandingin ma tu cewek, sebut aja tu cewek si C. "Nez,
kamu sexy juga ya, padahal masi pake pakean lengkap gini", sambut om A.
Sementara om B juga menelusuri bodiku dari atas kebawah dengan matanya
yang kliatan laper. "Nez bawa bikini kan, ganti pake bikini aja deh",
suru om A. Aku segera ke ruang ganti menuker pakeanku dengan bikini.
Ketika keluar berbikini ria, kembali om A menyambut dengan vulgarnya,
“Wah Nez, bener-bener napsuin kamu”. “Dah ada C yang bahenol banget masi
ja om laper liat Inez”. “Kan beda In sate kambing ma sate ayam”. “Wah
Inez ayam pa kambingnya om”. Tertawa berderai pecah diantara kami.
Langsung aja kami duduk misah, C tenggelam dalam pelukan om B, aku
duduk santai ma si om A, jauhan dari kursi baring C dan om B. Ada 2
saung yang meliputi kursi baring, penuh ditumbuhi tumbuhan merambat
sehingga teduh.
“Biar gak diliat mreka ya om”. “Gak lah, kalo saling liat kurang afdol,
lagian nanti kan ke kamar masing-masing”. Asik juga bisa nyewa cottage
dengan private pool kaya gitu.
Dia meletakkan tangannya di pahaku yang duduk bersimpuh, tangan itu
merabai pahaku secara perlahan sambil tangan satunya merangkulku dan
mulai mremas tokedku. “Kan toked Inez gak sebesar C punya, kok om jadi
napsu ma Inez si”.
“Ya sensasinya beda Nez, kamu kan imut, pasti punya kamu juga rapet
banget”. aku meringis dan mendesah lebih panjang. Sementara lidahnya
menjilati leherku, ke atas terus menggelitik kupingku dan menyapu
wajahku. Dia memegang tanganku dan meletakkannya diatas gundukan besar
diselangkangannya yang masih tertutup celpen. Kuremas gundukan itu, “wah
om besar banget si”.
“Mangnya kamu blon perna ngrasain yang besar ya Nez”. “Ngrasain yang
besar si sering om, tapi punya om super besar dan panjang lagi, apa muat
segini dimasukin di memek Inez”. Bibirku dipagutnya, kami berciuman
dengan hot, lidah kami keluar saling jilat dan belit.
Sambil berciuman, dia mengurai ikatan bra bikiniku sehingga tokedku
terekspos sudah. Dia langsung mencaplok toked kiriku dengan liar dan
ganas, pipinya sampai kempot menyedot benda itu. Tangan satunya
mengorek-ngorek memekku dari samping cd bikiniku yang minim sambil
mengelusi punggungku. Dia masih terus menciumiku, lidahnya terus menyapu
rongga mulutku, begitu pula aku dengan liar beradu lidah dengannya.
Jempolnya menggesek-gesek pentilku diselingi pencetan dan pelintiran.
Aku sendiri makin intens mremas kontolnya. Kini dia suruh aku merunduk
(sehingga posisiku setengah berbaring ke samping) dan mengemut kontolnya
yang sudah terbebas dari celpen yang dipakenya.
Dengan bernafsu, aku melayani kontolnya dengan mulut dan lidah,
mula-mula kujilati buah pelir dan batangnnya dengan pola naik-turun,
sampai di kepalanya sengaja aku gelitik dengan lidah dan kukulum
sejenak. Pemiliknya sampai mengerang-ngerang keenakan sambil mremasi
tokedku. Ikatan cd bikiniku diurai juga sehingga dengan mudah dia bisa
mengobok-obok memekku dengan jari-jarinya, liang itu pun semakin becek
akibat perbuatannya, cairanku nampak meleleh keluar dan membasahi
jarinya. “Enngghh.. Uuuhh.. Uhh!” desahku disela-sela aktivitas
menyepong.
Kemudian dia rebahan di matras dan dia suruh aku naik ke wajahnya,
rupanya dia mau menjilati memekku, posisi 69 gitu. Kontolnya terus
kukocok-kocok sambil mengemut pelirnya. Aku menyentil-nyetilkan lidah
pada lubang kencingnya sehingga dia mengerang nikmat. “Ayo dong Nez
masukin ke mulut kamu aja, jangan cuma bikin geli gitu” katanya sambil
menekan kontolnya masuk ke mulutku, aku membelakak karena sesak. Aku
memaju-mundurkan kepalaku mengemut kontolnya. Mulutku penuh terisi oleh
batang besar itu sehingga hanya terdengar desahanku tertahan. dia
menjulurkan lidahnya menyapu bibir memekku. Tangan kanannya
mengelus-elus pantat dan pahaku, tangan kirinya dijulurkan ke atas
memijati tokedku. Pinggulku yang meliuk-liuk keenakan. Lidahnya menjilat
lebih dalam lagi, dipakainya dua jari untuk membuka bibir memekku dan
disapunya daerah itu dengan lidahnya. Memekku jadi tambah basah baik
oleh ludah maupun cairanku sendiri. “Emmh.. Emmhh.. Angghh!” aku
mendesah tertahan dengan mata merem-melek. Cairan bening meleleh
membasahi memekku dan mulutnya makin mendekat ke selangkanganku dan
menyedot memekku selama kurang lebih lima menit, selama itu tubuhku
menggelinjang hebat dan sepongan terhadap kontolnya makin bersemangat.
Puas menikmati memekku, dia mengambil posisi duduk dan menaikkan aku ke
pangkuannya. Tangannya yang satu membuka lebar bibir memekku sedangkan
yang lain membimbing kontolnya memasuki liangku. Aku menurunkan tubuhku
menduduki kontolnya hingga melesak ke dalam diiringi eranganku panjang.
Terasa sekali benda bulat panjang nesar itu membelah memekku yang blon
perna kemasukan kont0l sebesar itu. Diapun juga melenguh nikmat akibat
jepitan memekku yang kencang itu. Aku mulai naik-turun di pangkuannya,
tokedku diremasi dengan gemas. Aku terus menaik-turunkan tubuhku dengan
bersemangat, semakin lama makin cepat dan mulutku menceracau tak karuan.
Makin kerasa desakan kontolnya yang selain besar juga panjang sehingga
seakan2 menembus masuk ke perutku. “Oohh.. Aauuhh.. Aahh!” lolongku
dengan kepala mendongak ke langit bersamaan dengan tubuhku yang
mengejang, kudekapnya kepalanya erat-erat sehingga wajahnya terbenam di
belahan tokedku.
Aku lemes di pelukannya. Dia mendekapku dan mencumbuku mesra, lidah kami
berpaut dan saling menghisap. Dia mengambil minum dari dalem cottage,
diberikannya ke aku dan langsung kutenggak sehingga abis. “Wah exhausted
ya Nez”. “iya om, kan abis kerja keras. om belon ngecret tu”.
Aku direbahkannya kematras. Kedua pergelangan kakiku dipegangnya lalu
dia bentangkan pahaku lebar-lebar. Setelah menaikkan kedua betisku ke
bahu, dia menyentuhkan kepala kontolnya ke bibir memekku. Kembali
memekku diregangkan maksimal untuk menampung kont0l besar yang menerobos
masuk. Dia kembali mengerang nikmat akibat jepitan dinding memekku.
“Uuuhh.. Uhh.. Sempit banget sih” erangnya ketika melakukan penetrasi.
Dia mulai menggerakkan kontolnya pelan, aku merespon dengan rintihan.
Dia menaikkan tempo permainannya, disodok aku sesekali, digoyangnya ke
kiri dan kanan untuk variasi, tak ketinggalan tangannya meremasi
pantatku. Aku semakin menggeliat keenakan, desahanku pun semakin
mengekspresikan rasa nikmat. Dia merundukkan badannya agar bisa menyusu
dari tokedku, diemut-emut dan ditariknya pentilku dengan mulutnya.
Sekitar lima belas menit kemudian aku mulai mengejang dan mengerang
panjang menandai klimaksku. Tapi dia tanpa peduli terus menggenjotku
hingga beberapa menit kemudian. Diapun mulai mengejang, “Crot dimana
Nez”. “Didalem ja om biar tambah nikmat”. “hehhhh”, desahnya ketika dia
menancapkan kontolnya dalam2 di memekku dan kemudian terasa sekali
semburan pejunya yang banyak banget. Dia rebah menindihku. “Nikmat
banget Nez, lebi nikmat katimbang ngentotin C”. aku seneng ja dipuji
kaya gitu. “Inez juga nikmat banget om, masi ada ronde kedua kan om”.
Dia hanya menggangguk dan mencium bibirku.
Karena lelah berbaur nikmat, aku jadi terlelap di saung itu, waktu aku
bangun hari dah lewat magrib, dah mulai gelap, lampu saung blon
dinyalakan. Aku segera bangun dan menuju ke cottage. Diruang tamu, om B
duduk sendirian. “Om A dan C kemana om”. "Mreka ada acara sendiri, aku
ngelanjutin ma kamu ya Nez".
Waduh, pesta sex lagi ni malem sama si om, pikirku. aku mandi dulu
menyegarkan badan dikamar mandi yang tersedia buat tamu rupanya, isinya
cuma wc, wastafel dan shower saja. aku mengeluarkan tolietreies dari
tasku, kalo anduk sudah disediakan. selesai mandi aku keluar hanya
mengenakan t shirt kedodoran yang menjadi semacam rok mini buat aku,
didalemnya tentu ja polos. Si om lagi ngangetin pizza di microwave oven.
“Gak da makanan apa2 Nez, pizza suka kan”. Aku cuma ngangguk. Selesai
ngangetin pizza, dia pergi mandi sedang aku melahap pizza bagianku.
Rupanya si om tadi pesen pizzanya pake home delivery, satu loyang besar
dibagi dua. ada coke 2 gelas besar di lemari es, rupanya beli pizza
sekaligus minumnya. Selesai makan, si om belon kluar dari kamar. Kamar
mandinya pasti menyatu dengan kamar tidurnya. Cottagenya ada 2 kamar
tidur, ruang tamu merangkap ruang makan yang berisikan seperangkat sofa,
meja dan kursi makan, seperangkat audio visual system.
Aku duduk di sofa sambil ngeliat tv, aku mencari film dari channel yang
hanya memutar film, pastinya di channel filmnya puti semuanya, gak da
yang blau. Tak lama lagi, si om kluar hanya dengan lilitan anduk
dipinggang. Si om punya raut wajah indihe, tapi kulitnya gak seitem
indihe. Waktu aku tanya napa kulitnya gak seitem indihe laen, dia bilang
mamanya cokin. Setelah berbasa-basi sejenak dia mendekati dan
memelukku, berpelukan mulut kami mulai saling memagut, lidah bertemu
lidah, saling jilat dan saling belit, kugenggam kontolnyanya dan
kupijati. Gak sepanjang kont0l si om A tapi lebi besar lagi, waduh …
kebayang deh kaya apa nikmatnya disodok ma kont0l yang lebi besar lagi.
Elusannya mulai turun dari punggungku ke bongkahan pantatku yang lalu
dia remasi.
Segera saja tshirt yang kukenakan sudah terlepas. dia terbengong-bengong
menyaksikan keindahan tubuhku, tangannya merabai paha dan pantatku.
“Nez, jembutnya alus banget ya..” Menanggapinya aku hanya tersenyum
seraya mendekatkan memekku sejengkal dan sejajar dari wajahnya, seperti
yang sudah kuduga, dia langsung melahapnya dengan rakus. “Eemmhh..
Yess!” desahku begitu lidahnya menyentuh memekku. Kurenggangkan kedua
pahaku agar lidahnya bisa menjelajah lebih luas. Sapuan lidahnya begitu
mantap menyusuri celah-celah kenikmatan pada memekku. Aku mendesah lebih
panjang saat lidahnya bertemu itilku yang sensitif. Mulutnya kadang
mengisap dan kadang meniupkan angin sehingga menimbulkan sensasi luar
biasa. Sementara tangannya terus mremas pantatku dan sesekali
mencucuk-cucuk pantatku.
Aku mengerang sambil mremas rambutnya sebagai respon permainan lidahnya
yang liar. Puas menjilati memekku, dia menyuruhku duduk menyamping di
pangkuannya. Dengan liarnya dia langsung mencaplok tokedku, pentilku
dikulum dan dijilat, tangannya menyusup diantara pahaku mengarah ke
memekku. Selangkanganku terasa semakin banjir saja karena jarinya
mengorek-ngorek lubang memekku.
Selain tokedku, ketiakku yang bersih pun tak luput dari jilatannya
sehingga menimbulkan sensasi geli, terkadang dihirupnya ketiakku yang
beraroma parfum
bercampur keringatku. Tanganku merambat ke bawah mencari kontolnya,
benda itu kini telah mengeras seperti batu. Kuelusi sambil menikmati
rangsangan-rangsangan yang diberikan padaku. Jari-jarinya berlumuran
cairan bening dari memekku begitu dia keluarkan. Disodorkannya jarinya
ke mulutku yang langsung kujilati dan kukulum, terasa sekali aroma dan
rasa cairan yang sudah akrab denganku.
Tubuhku ditelentangkan di meja ruang tamu dari batu granit hitam itu
setelah sebelumnya dia singkirkan benda-benda diatasnya. Nafasku makin
memburu ketika kontolnya menyetuh bibir memekku. “Cepet om, masukin
dong, nggak tahan lagi nih!” pintaku sambil membuka pahaku lebih lebar
seolah menantangnya. Karena mejanya pendek, si om harus menekuk
lututnya setengah berjinjit untuk menusukkan kontolnya. Aku menjerit
kecil ketika kepala kontolnya yang besar mulai membelah lubang memekku.
Selanjutnya kami larut dalam birahi, aku mengerang sejadi-jadinya sambil
menggelengkan kepala atau menggigit jariku. Kini dia berdiri tegak
memegangi kedua pergelangan kakiku, sehingga pantatku terangkat dari
meja. Tokedku terguncang-guncang mengikuti irama goyangannya yang kasar.
Dalam waktu duapuluh menit saja aku sudah dibuatnya orgasme panjang
sementara dia sendiri belum menunjukkan tanda-tanda akan keluar.
Sekarang dia merubah posisi dengan menurunkan setengah tubuhku dari
meja, dibuatnya aku nungging dengan kedua lututku bertumpu di lantai,
tetapi badan atasku masih di atas meja sehingga kedua tokedku tertekan
di sana. Dia kembali menusukku, tapi kali ini dari belakang, posisi
seperti ini membuat sodokannya terasa makin deras saja. Aku ikut
menggoyangkan pantatku sehingga terdengar suara badan kami beradu yaitu
bunyi plok.. plok.. tak beraturan yang bercampur baur dengan erangan
kami. Tak lama kemudian aku kembali orgasme, tubuhku lemas sekali
setelah sebelumnya mengejang hebat, keringatku sudah menetes-netes di
meja. Namun sepertinya dia masih belum selesai, nampak dari kontolnya
yang masih tegang. Aku cuma diangkat dan dibaringkan di sofa, lumayan
aku bisa beristirahat sebentar karena dia sendiri katanya kecapekan
tapi masih belum keluar. Kami menghimpun kembali tenaga yang
tercerai-berai.
Dia kemudian menggendong tubuhku dan membawaku ke kolam. “Nez, kita
nyebur juga yuk, biar seger” ajaknya. Aku menganggukkan kepala
menyetujuinya walaupun diluar sudah gelap, hanya diterangi lampu yang
ada di saung sehingga cahaya hanya remang saja. diapun melangkah turun
ke air, di sana tubuhku dia turunkan hingga terendam air. Hmm.. Rasanya
dingin dan menyegarkan, sepertinya keletihanku agak terobati oleh air.
Air kolam merendamku hingga dada, aku sandaran pada dinding kolam
mengendurkan otot-ototku. Dia kembali menghampiri dan menghimpit
tubuhku.
Diciumnya aku dibibir sejenak lalu ciumannya merambat ke telinga dan
leher sehingga aku menggeliat geli. Kontolnya kugenggam lalu kukocok di
dalam air. Dia angkat satu kakiku dan mendekatkan kontolnyanya ke
memekku. Dengan dibantu tanganku dan dorongan badannya, masuklah kont0l
itu kembali ke memekku. Air semakin beriak ketika dia memulai
genjotannya yang berangsur-angsur tambah kencang. Kakiku yang satunya
dia angkat sehingga tubuhku melayang di air dengan bersandar pada tepi
kolam. Aku menengadahkan wajah menatap langit yang sudah gelap dan
mengeluarkan desahan nikmat dari mulutku. Mulutnya melumat tokedku dan
mengisapnya dengan gemas membuatku semakin tak karuan. Dia memang
sungguh perkasa, padahal kan sebelumnya dia sudah membuat aku klojotan.
Aku sudah mulai kecapekan karena sodokan-sodokan brutalnya.
Gesekan-gesekan kontolnya dengan dinding memekku seperti menimbulkan
getaran-getaran listrik yang membuatku gila. Mataku mebeliak-beliak
keenakan hingga akhirnya aku klimaks lagi bersamaan dengan dia. Pejunya
yang hangat mengalir mengisi memekku.
“Nez keluar nih aku. Bener kata om A, ngentotin kamu jau lebi nikmat
katimbang ngentotin C. Memek kamu peret abis sehingga kerasa banget
empotannya.” “abis kont0l om lebih besar lagi dari kont0l om A. Inez kan
baru sekali ini ngerasain 2 kont0l segede punya om2, terang ja peret
banget jadinya"
Setelah napas ngos2anku mereda, kami keluar kolam, aku diajak ke
kamarnya. Karena cape, aku sbentar saja sudah terlelap diranjangnya yang
besar, masi telbul tentunya.
Ketika aku terbangun, hari dah siang kayanya, sinar matahari kelihatan
menembus gorden kamar. Si om masuk membawa nampan berisi toast, kopi dan
creamernya serta gula. “Sarapannya ini aja ya Nez, pizzanya dah abis
semalem. Adanya cuma ini buat sarapan. Kamu tidur nyenyak sekali”. “Iya
om, kan kemaren kerja keras ma om berdua, baru sekali ini ada 2 kont0l
XL yang ngaduk2 memek Inez sampe terkapar gini, bentar lagi maen lagi ya
om”. “wah kamu hyper juga neh, makan dulu lah”. “Bukannya hyper om tapi
memanfaatkan kesempatan sebaik2nya”. Dia tertawa. Dia melapisi toast
dengan mentega kemudian mengoleskan sele nanas buat aku. Kemudian dia
menuangkan creamer kedalam kopi dan menambahkan sesendok teh gula,
diaduknya dan diberikannya juga ke aku, “Kalo kurang manis tambah
gulanya ndiri ya”. “Inez kan dah manis om, gak perlu gula lagi”. “Kamu
bukan cuma manis, tapi nikmat banget Nez”. Kami berdua pun melahap semua
yang dihidangkannya. “Dah kenyang om, skarang….” “Waktunya have fun".
Dia duduk selonjoran di ranjang dan mendekap aku yang duduk
membelakanginya bersandar pada tubuhnya.
Toked kiriku segera dipencet-pencet dan dimainkan pentilnya. Pahaku
terbuka lebar dan dipangkalnya tangannya bermain-main mengelusi dan
mengocok memekku dengan jarinya. Tak ketinggalan bahu kiriku yang
dicupangi olehnya. Aku hanya mendesah dengan ekspresi wajahku
menunjukkan kepasrahan dan rasa nikmat. aku kemudian menelungkup
diselangkangannya.
Akupun menggenggam kontolnya dan mulai memainkan lidahku, kuawali dengan
menjilati hingga basah kepala kontolnya, lalu menciumi bagian batangnya
hingga pelirnya. Kantong bola itu kuemut disertai mengocok batangnya
dengan tanganku. Perlahan tapi pasti benda itu ereksi penuh karena
teknik oralku. Dia menikmati sekali permainan lidahku, dia terus
merem-melek dan mendesah tak henti-hentinya saat kontolnya kukulum dan
kuhisap-hisap. Lama juga aku mengkaraokenya, sampai mulutku pegal.
Kemudian dia memagut bibirku yang kubalas dengan tak kalah hot, aku
memainkan lidahku sambil tanganku memijat kontolnya. Aku berbaring
telungkup diranjang, dia menaikiku lalu menciumku sembari mengelusi
punggungku, aku mendesah merasakan rangsangan erotis itu. Ciumannya
makin turun sampai ke pantatku, disapukannya lidahnya pada bongkahan
yang putih sekal itu, diciumi, bahkan digigit sehingga aku menjerit
kecil. Mulutnya turun ke bawah lagi, menciumi setiap jengkal kulit
pahaku. Betis kananku dia tekuk, lalu dia emuti jari-jari kakiku.
Beberapa saat kemudian dia menekuk paha kananku ke samping sehingga
pahaku lebih terbuka. Aku mulai merasakan jari-jarinya menyentuh
memekku, dua jari masuk ke liangnya, satu jari menggosok itilku.
Rambutku dia sibakkan dan aku merasakan hembusan nafasnya terasa dekat
wajahku. Leher dan tengukku digelikitik pakai lidahnya, juga telingaku,
aku tertawa-tawa kecil sambil mendesah dibuatnya. Aku suka rangsangan
dengan sensasi geli seperti ini.
Dia mengangkat pantatku ke atas, kutahan dengan lututku dan kupakai
telapak tangan untuk menyangga tubuh bagian atasku. Sesaat kemudian aku
merasakan benda tumpul menyeruak ke memekku. Aku terpejam menghayati
moment-moment penetrasi itu. Aku tak kuasa menahan desahanku menerima
hujaman-hujaman kontolnya ke dalam tubuhku. Sensasi yang tak terlukiskan
terutama waktu dia memutar-mutar kontolnya dimemekku, rasanya seperti
sedang dibor saja, aku tak rela kalau sensasi ini cepat-cepat berlalu,
makanya aku mendesah: “Terus.. Terus.. Jangan pernah stop!” Kocokannya
padaku bertambah cepat dan kasar, otomatis eranganku pun tambah tak
karuan, sesekali bahkan aku menjerit kalau sodokannya keras.
Karena sudah tak bisa bertahan lagi, aku mengalami orgasme dahsyat,
sementara dia tak mempedulikan kelelahanku, justru semakin gencar
menyodokku. Tanpa melepas kontolnya dia baringkan tubuhku menyamping dan
menaikkan kaki kiriku ke pundaknya, dengan begini kontolnya menancap
lebih dalam ke memekku. Selangakanku yang sudah basah kuyup menimbulkan
bunyi kecipak setiap menerima tusukan. Sambil terus menggenjot, dia
menyorongkan kepalanya ke tokedku, pentilku ditangkap dengan mulut
kemudian digigit dan ditarik-tarik, aku merintih dan meringis karena
nyeri, namun juga merasa nikmat. Aku merasakan sebentar lagi giliran aku
klimaks, dinding memekku makin berdenyut. “Ayoo.. om, terus.. Iin sudah
mau..!” desahku dengan nafas tersenggal-senggal.
Tak lama kemudian aku merasakan tubuhku makin terbakar, aku menggeliat2.
Desahan panjang menandakan orgasmeku bersamaan dengan mengucurnya
cairan cintaku membasahi selangkanganku. Dia melepas kontolnya dan
menurunkan kakiku, pejunya dikeluarkan di dadaku, setelah itu dia
ratakan cairan kental itu ke seluruh tokedku hingga basah mengkilap.
Belum habis rasa lelahku, dia sudah tempelkan kepala kontolnya di
bibirku, menyuruh membersihkannya. Dengan sisa-sisa tenaga aku genggam
benda itu dan menyapukan lidahku dengan lemas, kujilat bersih dan
sisa-sisa pejunya kutelan saja. Akhirnya kami pun terbaring
bersebelahan, keringatku bercucuran dengan deras, dadaku naik-turun
dengan cepat karena ngos-ngosan. “Napa gak dingecretin didalem om, kan
lebi nikmat”. “Buat variasi ja Nez”. Selesai itu, kami bebenah, dan
selesailah acara nikmat di pool cottage.
No comments:
Post a Comment