Friday 1 June 2018

Sensasi yang tak terlupakan

[​IMG]

Kehidupan rumah tanggaku normal dan wajar-wajar saja. Suamiku sangat baik dan sayang terhadapku meski kami belum dikarunia seorang anak. Tapi kami selalu bahagia. Kami telah menikah 3 tahun dan tinggal di kawasan perumahan yang cukup elit.

Barusan aku berulang tahun yang ke 28 sementara usia suamiku 30 tahun. Kami bertemu cuma pagi dan malam hari saat kami pulang kerja. Ya, kami berdua sama-sama bekerja. Suamiku bekerja di perusahaan asing yang terkadang mengharuskan dia ke luar negeri untuk urusan kantor, sedang aku seorang manajer di perusahaan real estate yang juga terkadang harus keluar kota atau luar pulau untuk urusan kantor pula.

Kehidupan sex kami pun tidak ada masalah, memang agak jarang kami melakukan hubungan suami istri, paling juga seminggu sekali atau dua kali, itupun kalau kami sama-sama tidak capek karena seharian bekerja. Tubuhku cukup bagus begitu pula suami ku, karena kami masih sering ke fitness bersama-sama. Teman-teman ku di kantor bilang tubuhku tinggi dan seksi, memang untuk ukuran teman-teman ku, tubuhku yang setinggi 176cm termasuk cukup tinggi dibanding yang lain. Sedang suamiku lebih tinggi sedikit dibandingkan aku.

Sering kali suamiku bilang, tubuhku proporsional dengan tinggi tubuhku, payudaraku yang berukuran 34 cukup proporsional. Payudara dan kulitku yang putih sering kurawat karena suamiku sangat suka dengan kulit dan payudaraku yang montok ini, biasanya jika aku bercermin kulihat bentuk payudaraku bulat padat dengan kedua putingnya mencuat ke atas meski tidak sedang dalam kondisi tegang. kami berdua memang dari keturunan tionghoa.

Suatu saat, aku harus ke Samarinda untuk launching suatu proyek. Maka setelah berpamitan dengan suami, aku pun berangkat ke Samarinda dengan pesawat. Rencananya aku harus berada di Samarinda selama 2 minggu sampai urusan proyek tersebut selesai. Di Samarinda perusahaanku menyewa rumah khusus untuk keperluan proyek ini dengan tujuan setiap kali perusahaan mengirim karyawan ke sini, mereka dapat tinggal di rumah ini.

Sampai di bandara Samarinda, aku telah dijemput oleh mobil lengkap dengan sopirnya. Sopirnya bernama pak Adil, usia nya kurang lebih sudah sekitar 60an. Pak Adil orangnya kecil dan kurus, wajahnya kurus pipinya kempong dan agak botak karena usia. Setelah melalui beberapa kompleks pertokoan dan tikungan, sampailah mobil kami di suatu komplek perumahan agak dipinggir kota. Rumah itu cukup bagus dan bersih ukurannya sedang.

Setelah mobil berhenti di kebun, pak Adil membukakan pintu, "Silahkan , bu", katanya dengan sopan dan menunduk. Aku pun turun dari mobil sambil mengucap terima kasih kepadanya. Dari dalam rumah, seorang ibu membukakan pintu dan menyambutku masuk, selagi aku melihat-lihat keadaan didalam rumah, pak Adil masuk sambil membawa kopor ku yang langsung disambut oleh ibu tadi yang ternyata adalah pembantu yang disediakan untuk merawat rumah tersebut. dia bernama bu Jaenab.

Pak Adil menunggu ku di depan pintu sambil berkata, "Jika ibu memerlukan mobil, telpon ke HP saya saja , bu. Saya harus ke bengkel untuk ganti oli. Setelah itu saya akan siap jika ibu minta diantar".

Aku menengok kepadanya, "kalo gitu setelah bapak selesai tolong cepat kembali, karena saya mau ke lokasi proyek sore ini" ujarku.

Setelah itu, pak Adil pun segera berangkat dan ibu tadi memperkenalkan dirinya, dan ternyata dia tidak tinggal di rumah ini, melainkan pulang ke rumahnya sendiri tiap sore hari dan kembali lagi keesokan harinya. Waduh, pikirku. bisa gawat kalo sendirian di rumah .

Maka akupun bertanya kepadanya, "bu, apa tidak bisa kalo ibu tidur di sini saja kalo malam selama saya disini."

Bu Jaenab kelihatannya mengerti kalo aku takut sendirian kalo malam.

"maaf bu, saya ada bayi di rumah tidak ada yang jaga, tapi kalo ibu mau, saya bisa suruh anak saya untuk jaga dirumah ini kalo malam' ujarnya.

Sialan, pikirku. Gawat kalo sendirian, bisa gak tidur nih pikirku. Yah daripada tidak ada orang, gak apa apa lah.

"kalo ibu gak keberatan iya lah, tolong suruh anak ibu untuk jaga tiap malam yah" ujarku agak memohon.

"eh, tapi tunggu ... anak ibu umur berapa ? cowok atau cewek ?" tanyaku.

Bu Jaenab tersenyum dan menjawab, "Anak saya baru umur 10 tahun, namanya Narto. tapi dia pemberani koq bu"

'duh, yang jaga anak kecil pula' pikirku.

"baiklah bu Jaenab, malam ini bisa mulai jaga di sini , kan ?" aku kuatir jangan-jangan baru besok, bisa berabe.

"Kalo ibu mengijinkan, saya akan suruh dia ke sini sore ini" ucapnya.

Sesuai janji, Narto sudah ada di rumah sendirian ketika aku pulang dari lokasi proyek. Dia berlari-lari membukakan pintu pagar ketika melihat mobil kami di depan. Narto bertubuh kurus dan hitam, tinggi nya kurang lebih hanya sedadaku, rambutnya ikal dan kusam.

Pak Adil telah berpamit pulang karena besok pagi sudah harus kembali siap untuk mengantarku lagi. Akupun berencana untuk segera mandi karena badan terasa gerah berkeringat. Kebiasaanku di rumah jika aku hendak mandi, tubuhku hanya terbalut handuk saja, karena berpikir di rumah ini toh tidak ada orang kecuali si Narto yang masih kecil, akupun cuek saja ketika tahu bahwa Narto masih di dalam kamarku sedang membersihkan kamar dan mengganti sprei baru.

Posisi Narto sedang menghadap ke arahku ketika aku lewat di depan nya hendak menuju ke kamar mandi, sekilas aku melihat dari pantulan cermin di sebelah kananku, ternyata Narto menatapku yang hanya berbalut handuk ini. Pandangan matanya kagum hingga mulutnya sedikit terbuka. Aku meneruskan langkahku masuk ke kamar mandi dan segera mandi.

Di dalam kamar mandi akupun teringat pandangan mata Narto ke tubuhku. Aku pun berkhayal di bawah pancuran air shower sambil menyabuni tubuhku. Entah karena suasana yang sedang sendirian atau karena hangatnya air dan usapan tanganku sendiri, tapi akupun mulai terlena oleh imajinasiku sendiri. Sendirian di tempat asing membuatku merasa ingin melakukan hal-hal yang sedikit gila, apa salahnya jika aku mencoba menikmati selagi sendirian. Toh tidak ada seorang pun yang mengenalku di sini, pikirku.

Hmm, akupun mulai mengalihkan pikiranku kepada Narto si anak hitam kurus dekil itu. Mungkin aku bisa mengajarinya sesuatu untuk membuatku puas dan menyalurkan kegilaanku ini. Tanpa berpikir panjang, akupun segera menyelesaikan mandiku dan kembali ke kamar. Di sana masih ada Narto yang sedang menyiapkan aku teh hangat. Kulihat Narto menatapku lagi dengan tanpa perasaan bersalah atau sungkan. Maklum, mungkin dia masih ingusan, pikirku.

"Narto, kamu bisa bantu pijitin ? tubuh tante capek sekali setelah perjalanan tadi siang", kataku dengan nada yang lebih menyuruh daripada meminta.

Tanpa menunggu jawabannya, aku segera merebahkan tubuhku keatas ranjang dengan posisi telungkup. Handuk yang melilit tubuh kukendorkan sedikit agar tidak terlalu erat.

"tolong ambil minyaknya di atas meja itu , dan sini, naik ke atas ranjang", kataku sambil menepuk tepi ranjang.

Narto hanya bisa mengangguk sambil melangkah mendekat setelah dia mengambil botol minyak ku. Kulihat dia akan segera naik ke atas ranjang, tapi aku segera berkata..

"To, tolong lepas pakaianmu agar ranjangnya tidak kotor terkena pakaianmu itu"

"tapi tante É aku ... tidak pakai ... " katanya terpatah-patah.

"kamu tidak pakai celana dalam ... ?" tanyaku bisa menebak maksudnya.

Akupun segera memperhatikan selangkangannya, memang terlihat kontolnya terkulai ke samping di dalam celana pendeknya. Aku pun geli di dalam hati.

"ya udah, tante akan menghadap ke sebelah sana biar kamu tidak malu, tapi tante tidak mau kalau kau naik ke atas ranjang ini dengan pakaianmu itu" tegasku.

"baik tante, saya akan lepas, sebelum tante pulang tadi saya sudah mandi koq " katanya.

Aku memang mencium aroma tubuhnya cukup segar dan tercium harum sabun murahan . aku pun menengok ke arah berlawanan di mana dia duduk, aku hanya geli saja, karena di mana arahku menghadap ada cermin dari meja rias yang cukup untuk bisa melihat seluruh tubuhku yang sedang tengkurap ini, dan tentu saja akupun bisa melihat si Narto dengan jelas.

Aku melihat dia sedang melorotkan celananya, dan ... ya ampun ! aku cukup terkejut melihat kontolnya yang masih terkulai lemas itu yang walaupun diameternya kecil ternyata cukup panjang. Kontolnya termasuk panjang untuk tubuh si Narto yang ceking itu. Akupun mulai mengira-ngira gimana besar dan panjangnya kontol itu jika sedang dalam keadaan full ereksi, jika saat terkulai lemas saja sudah sepanjang itu, pikirku.

"yang dipijat di bagian mana, tante ?" tanya nya polos.

"emmm ... semuanya, tapi mulai dari punggungku dulu ya, To" jawabku sambil terus memperhatikan kontolnya dari bayangan cermin.

Narto mengolesi punggungku dan mulai memijat. Dengan posisi tubuhnya yang berlutut di samping tubuhku, aku bisa melihat dari cermin, kontolnya terayun-ayun menggemaskan.

"tunggu, To. handuk ini bikin sesak, biar kulepas dulu", kataku sambil melepas handuk itu lalu menutupkan ke atas pantatku.

Sekarang tubuhku yang putih mulus ini dapat terlihat pada seluruh bagian belakang serta sampingnya oleh si Narto. Kulirik Narto dari bayangan cermin, dia menelan ludah melihat tubuhku terbujur di depannya telanjang, hanya pantatku saja yang tertutup selembar handuk. kulihat kontolnya mulai mengacung. Narto duduk di atas pahaku sambil meneruskan pijatannya di punggungku.

Pahaku merasakan buah pelirnya menempel di kulit pahaku sambil bergoyang-goyang maju mundur karena gerakan pijatannya. Handuk yang semula menutupi bongkahan pantatku mulai tidak keruan letaknya karena terdorong-dorong Narto di atas tubuhku ini. Napas Narto mulai terdengar tidak beraturan karena menahan gejolak dalam hatinya, sementara akupun mulai terangsang berat karena merasakan kontolnya tergesek-gesek kulit pantatku tanpa sengaja... atau mungkin disengaja olehnya, akupun sudah tidak ambil pusing lagi.

Aku bergumam pelan kepadanya, "To, tante mau sambil tidur, yah. Kamu tolong pijitin terus sampai tante tidur"

Narto menjawab dengan suara yang tidak jelas, mungkin karena diapun berusaha untuk mengontrol napasnya yang sudah memburu. Akupun memejamkan mataku tapi sambil tetap melirik dari bayangan cermin disamping ranjang.

Narto yang mengira aku sudah tertidur, pelan-pelan menarik handuk yang menutupi pantatku sampai akhirnya tubuhku sekarang benar-benar tanpa penutup apapun. Berani juga nih anak, pikirku. Tangannya mulai memijat pantatku, atau lebih tepatnya meremas-remas. kurasakan ada suatu benda tumpul menyundul-nyundul pantatku yang ternyata adalah kontolnya yang sudah tegang dan keras itu.

Dengan kedua tangannya, Narto meremas-remas pantatku sambil melebarkan celah pantatku dan kontolnya didorong-dorong sampai menempel ke bibir vaginaku. Dengan perlahan tanpa dia sadari, kuangkat pantatku agar lebih menungging ke atas sampai aku merasakan ujung kontolnya menempel dan menyundul vaginaku. Aku jadi merinding sendiri merasakan ada kontol seorang anak kecil ingusan yang menyundul-nyundul vaginaku yang belum pernah terjamah siapapun kecuali suamiku.

Tangan Narto memijat punggungku yang mulus sambil kontolnya yang sudah tegang didorong-dorong kan ke vaginaku. Aku diam saja pura-pura tertidur. Lama kelamaan tangan Narto pun mulai bergeser dari punggung ke arah samping payudaraku yang sedang telungkup, dia bukan memijat lagi melainkan berupa remasan-remasan nafsu.

Akupun secara naluri mengangkat lagi bokongku agar lebih menungging sampai akhirnya aku merasa ujung kontolnya mulai menembus bibir vaginaku, akupun secara otomatis melenguh pelan.

Narto yang merasa aku diam saja malah meneruskan tusukkannya lebih dalam lagi sampai akhirnya seluruh batang kontolnya masuk ke dalam vaginaku dengan sempurna. Kudengar nafas Narto tertahan, sejenak kontolnya diam tidak bergerak di dalam vaginaku, menikmati sensasi pijatan otot dinding vaginaku, sedang akupun merasakan denyutan-denyutan dari kontolnya yang kecil itu mengganjal di dalam vaginaku.

Aku menoleh ke arahnya sambil tersenyum, "koq malah sengaja dimasukkin semua, To ?" tanyaku menggoda.

Narto kaget mengira aku terbangun karena kontolnya tertanam di vaginaku. Narto tersipu malu, mukanya merah padam karena menahan nafsu mudanya,
"emm ... awalnya cuman pengen digesek-gesekin aja tante, tapi keterusan, saya jadi gak tahan. tante gak marah, kan ?" tanyanya lugu sambil batang kontolnya yang keras tetap berada di dalam vaginaku.

"Kamu ini pake malu-malu segala. Udah berapa sering kamu berbuat kayak gini" tanyaku sambil melirik wajahnya.

Masih dengan wajah malu, dia menjawab, "belum pernah, tante, baru kali ini."

Aku tidak heran melihat kepolosan dan keluguan anak ini, pasti dia belum pernah mencoba bersetubuh walau hanya sekali.

"Gimana rasanya ? enak ?" tanyaku menggoda. Wajah Narto bertambah merah karena malu dan tidak berani menjawab.

"coba sekarang kamu keluar-masukkan" kataku. Narto menurut dan mengeluar-masukkan kontolnya pelan-pelan.

Aku merintih. Merasakan ada sebatang kontol anak SD yang tertanam di dalam vaginaku. Hal yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.

"sekarang gimana rasanya kalo gini" tanyaku padanya sambil mengeratkan otot vaginaku sambil kugoyang pinggulku.

Narto melenguh, "aduuuuhhh É kayak diremas remas, tante. Enak banget" katanya sambil terus mendengus-dengus.

"udah nanggung, To. Mumpung gak ada orang lain, terusin aja, tapi jangan bilang siapa-siapa yah". ujarku sambil mengancam.

Mendapat ijin dariku, Narto pun mulai mengayunkan bokongnya sambil berkata, "beres, tante. Asal tante mengijinkan saya di sini tiap malam menjaga rumah ini "

Duh ni anak bakal minta jatah tiap malam, pikirku. Aku sih tidak keberatan, lagian libidoku memang selalu tinggi, sampai suamiku pun tidak bisa mengatasi permintaanku.

Narto pun mengeluar-masukkan kontolnya ke dalam vaginaku yang semakin basah itu. Aku mengangkat tubuh bagian atas dan bertumpu dengan siku karena tangan Narto berusaha untuk meremas-remas puting payudaraku yang sudah sangat tegang ini. Narto yang mendapat akses untuk bisa dangan bebas meremas payudaraku bertambah nafsu.

Tubuhku dibalikkannya, sekarang aku tidur telentang dengan tubuhnya berada di atasku dan wajahnya menutupi payudaraku sambil mengenyoti putingku yang bertambah keras ini.
pantat Narto naik turun semakin cepat sambil tangannya meremasi payudaraku sedang mulutnya menjilati putingku. membuat pikiranku terbang melayang , aku pun meremas bokongnya yang hitam itu sambil menekan-nekan agar tusukkannya lebih dalam.

Kulihat dari cermin di samping tempat tidurku, Sungguh pemandangan yang gila di dalam kamar malam itu, tubuhku yang putih mulus digenjot dari atas oleh seorang anak kecil ingusan yang masih berumur 10 tahun bertubuh kurus kecil dan hitam.

Karena tubuhku memang jauh lebih tinggi dari Narto, maka dia hanya bisa mengeyot payudaraku sambil kontolnya ditusuk-tusukkan ke vaginaku. Kadang dia ingin mencium bibirku tapi tidak sampai. jadi terpaksa aku yang harus menunduk agar dia bisa meraih bibirku.

Aku melingkarkan lenganku ke lehernya dan menyilangkan kedua kakiku ke pinggangnya, sambil dia terus menggenjot tubuhku dan menyedot-nyedot payudara ku tiada hentinya.
Kurasakan napasnya mendengus-dengus di atas permukaan kulit payudaraku. Keliatannya dia suka sekali dengan payudara ku yang kencang dan putih ini, daritadi dia mengenyoti kedua puting payudaraku seperti bayi kelaparan. aku pun bertambah nafsu sambil merasakan sensasi genjotan-genjotan kontolnya di vaginaku dan mulutnya yang menancap di payudaraku ini.

Aku istri yang selama ini selalu setia dan tidak pernah menyeleweng, sekarang sedang terbaring telanjang menyerahkan tubuhku disetubuhi seorang anak SD yang sedang mengeluar-masukkan kontol hitamnya dan menggenjotkan tubuhnya di atasku. pikiran ini membuatku semakin cepat untuk ke puncak orgasmeku, wajahku mendongak ke atas dengan mata tertutup dan mulutku terbuka sambil mendesah-desah.

Kuraih buah pelirnya yang masih kecil dengan tanganku dan kuremas-remas pelan hingga narto merem-melek. mendadak dia mempercepat genjotannya di atas tubuhku sambil menggigit payudaraku , aku menduga, dia akan segera orgasme dan benar juga,

"uhhh ... tante ... aku ... mau keluaar !"

Narto menggeram kecil dan genjotannya semakin liar ketika mencapai puncak orgasme, lalu dia menyemprotkan maninya di dalam tubuhku. Aku hanya bisa memejamkan mataku sambil berharap aku tidak akan hamil karena ulah anak ini.

Aku pun segera menyusul dengan orgasmeku sambil berpikir, gila nih anak, nyemprotin spermanya ke dalam tubuhku, awas kalo sampai aku hamil. tapi karena berpikir begitu justru membuat ku kembali mendapatkan orgasme susulan.

"Aahhhh ... aduuhh enak sekali, Narto. kamu hebat, kecil-kecil gini sudah pinter bikin tante sampai orgasme dua kali" pujianku membuatnya semakin bangga.

Narto mencabut kontolnya yang masih agak keras itu dan berbaring di sebelahku,

"Tubuh tante yang luar biasa, semua cewek-cewek di sekolahku tidak ada yang bisa mengalahkan indahnya tubuh tante"

kata Narto sambil tangannya terus mengelus-elus dan meremas remas ke dua payudaraku.

Pintar merayu juga si Narto ini, pikirku, jelas saja teman-teman di sekolahnya mana mungkin ada yang punya payudara sebesar milikku, kan mereka semua masih SD, pikirku sambil ketawa dalam hati.
Tanganku pelan-pelan meraih kontolnya, mengelus-elus dan mengocoknya dengan gemas. Kontol sialan ini yang membuat aku menyerahkan tubuhku kepada anak ingusan yang masih SD ini, pikirku dalam hati.

Aku memeluk lehernya dan mendekatkan wajahnya ke payudaraku, Narto segera mengemoti ke payudaraku sambil tangannya meremas-remas payudaraku yang satunya.

Di dalam genggamanku, kurasakan kontolnya mulai berdenyut-denyut dan keras lagi. Luar biasa, pikirku. aku pun mengocok kontolnya dengan lebih semangat, sambil mengusap-usap ujung kepala kontolnya yang sudah basah lagi dengan ibu jariku.

Kudorong tubuhnya agar telentang, lalu aku duduk di sampingnya sambil tanganku tetap mengocok kontolnya. Narto memperhatikan tanganku dan wajahku bergantian.

Aku menundukkan wajahku ke kontolnya, dia memperhatikanku dengan seksama sambil matanya melotot menantikan sesuatu yang tidak pernah dia rasakan selama ini.

Kumasukkan kontolnya ke dalam mulutku dan mulai mengulumnya, menjilati seluruh batang kontolnya sampai ke buah pelirnya, kembali ke ujung kontolnya dan kukulum seluruh kontolnya sambil kumainkan lidahku untuk menjilati ujung kontolnya di dalam mulutku. kulirik Narto, wajahnya kadang menengadah, kadang memperhatikan mulutku yang sedang mengemoti kontolnya. Aku yakin baru sekali ini dia melakukan ini dengan wanita. apalagi sampai kontolnya dikulum oleh wanita sepertiku.

Aku tiba-tiba teringat, aku berdiri dan melangkah ke meja riasku dengan diikuti tatapan matanya yang bingung. Aku mengambil handphoneku dari dalam tas dan memposisikan sedemikian rupa sehingga handphoneku bisa merekam kegiatan kami berdua malam ini. Narto hanya bengong saja ketika aku kembali duduk di sampingnya dan melanjutkan menjilati kontolnya.

Kontolnya menjadi tegang dan keras luar biasa, aku mengeluar masukkan kontolnya di dalam mulutku semakin semangat karena aku sangat ingin merekam kejadian gila ini di dalam handphoneku, entah untuk apa tapi aku hanya merasa ingin untuk mengabadikannya.

Kulirik melalui bayangan cermin ketika aku menaiki tubuhnya, memposisikan vaginaku diatas kontolnya yang berdiri tegak seperti sebuah tugu itu. kemudian kuturunkan tubuhku perlahan seraya memperhatikan kontolnya mulai menembus masuk kedalam vaginaku.

Aku memejamkan mata dan menikmati sensasi barang asing yang menembus lubang vaginaku yang tidak pernah kuberikan kepada siapapun kecuali suamiku. Kudorong terus vaginaku sampai seluruh batang kontolnya masuk ke dalam vaginaku dan aku mulai menggoyangkan pinggulku , maju mundur, ke kiri dan ke kanan, berputar ke segala arah. kurasakan sensasi luar biasa kontolnya mengaduk-aduk di dalam vaginaku karena goyangan pinggulku ini. Payudaraku menggantung dan bergoyang goyang indah dengan putingnya yang merah mencuat ke atas menantang untuk dikulum.

Aku menarik Narto untuk duduk dan langsung wajahnya kudekap ke payudaraku. Narto langsung mengeyot putingku dengan rakusnya, seperti seorang bayi kehausan. Tangannya meremas-remas pantatku yang sedang bergoyang-goyang meraih kenikmatan, sedang tanganku meremas-remas rambutnya dan menarik lebih dekat untuk mengenyot seluruh payudaraku. Aku merintih rintih menikmati setiap gerakan kontolnya didalam vaginaku. Malam itu aku merasakan benar benar bebas untuk mengekspresikan betapa hausnya aku untuk bersetubuh dengan orang lain selain suamiku.

Keberuntungan ada pada si Narto yang kebetulan malam itu aku memutuskan untuk menyerahkan tubuhku padanya. Aku juga merasa beruntung menyerahkan tubuhku pada Narto, karena dia belum pernah bersetubuh dengan siapapun yang artinya dia masih bersih dari segala penyakit. Aku jadi berpikir, lebih enak bersetubuh dengan anak-anak ingusan seperti Narto yang masih SD ini daripada dengan orang dewasa yang besar kemungkinan mereka memiliki penyakit kotor.

Tidak sampai sepuluh menit kemudian, aku merasakan orgasme meledak lagi di dalam tubuhku. aku menggoyangkan pinggulku dengan hebat sambil berteriak dalam kenikmatan. Orgasme panjang kudapatkan lagi ketika aku merasakan Narto menyodok-nyodokkan kontolnya dari bawah.

Narto mencabut kontolnya dan memasukkan lagi ke vaginaku dari belakang, entah darimana anak ini mengerti posisi doggy style, tapi akupun segera disetubuhinya dengan gagahnya dari belakang, sementara aku menungging layaknya anjing betina, payudaraku bergoyang-goyang dibawah, kulihat dari bayangan cermin, narto memaju-mundurkan pantatnya , mengeluar masukkan kontolnya ke dalam vaginaku dari belakang. Narto menyetubuhiku dengan ganas dan liar. Aku jadi terbawa suasana dan merintih-rintih keras setiap kali kontol Narto menusukkan kontolnya.

Narto menggapai payudaraku yang bergelayutan dari belakang dan meremas-remasnya dengan gemas sementara kontolnya tetap menusuk-nusuk vaginaku tanpa ampun. aku semakin menunggingkan pantatku menyambut kontolnya yang perkasa menyeruak vaginaku dan mengaduk-aduk dinding vaginaku. seperti biasanya suamiku menyetubuhiku, tapi kali ini adalah seorang anak SD ingusan yang sedang memacu kontolnya di pantatku. Sungguh pemandangan yang tidak umum.

Sebentar kemudian, Narto melenguh seperti sapi jantan. payudaraku diremasnya dengan kencang, genjotan kontolnya semakin cepat menabrak-nabrak pantatku. tidak lama kemudian, aku merasakan maninya kembali menyemprot di dalam rahimku, ujung kontolnya menyentuh sesuatu di dalam rahimku, membuatku geli bukan main dan akupun mendapatkan orgasme lagi bersamaan dengan semprotan-semprotan maninya. aku teriak dengan lemah karena tenagaku telah terkuras habis oleh anak satu ini.

Aku ambruk diatas ranjang disusul dengan tubuh Narto yang masih menindihku. Kami berdua tertidur kelelahan malam itu.

Sebelum pulas tertidur, aku memikirkan apa yang telah kuperbuat malam ini. Sebuah hal gila yang belum pernah aku lakukan sebelumnya seumur hidupku. dan akupun ternyata menyukai perbuatan gilaku ini, toh tidak ada seorang pun kenalanku yang tahu atau bahkan suamiku tidak tahu apa yang telah aku perbuat.

Dalam pikiranku, akupun mulai ingin mencoba hal-hal gila lainnya. selama aku melakukannya dengan aman, tidak seorangpun tahu dan akupun harus mulai mendapatkan obat anti hamil jika setiap kali aku berbuat seperti ini, lawan mainku dengan enaknya membuang maninya ke dalam rahimku, aku yang bisa kena getahnya. Akupun tidak sanggup memikirkan hal itu lagi dan tertidur kelelahan setelah bersetubuh dengan anak SD yang liar ini.

No comments:

Post a Comment