Part 7-2
Reza segera menarik Dea dalam pelukannya. Tanpa membuang waktu Reza
langsung melumat bibir mungil ABG calon ibu muda itu. Tidak terlalu
beringas seperti biasanya, Reza mencoba untuk pelan pada awalan ini.
Usahanya berhasil perlahan Dea juga ikut larut dalam permainan intim
itu. Reza mencoba meningkatkan level walau tetap mencoba untuk lembut,
kini tubuh dea didudukan di pangkuaannya, kancing daster Dea sudah
dilolosi semua, tangan kiri Reza menyelip diantara ketiak Dea dan
meremasi toket kiri, sedngkan tangan satunya masih mengelusi perut
buncit Dea.
Lidah Reza menerobos masuk dan mencoba bermain-main dengan lidah Dea.
DEa yang awalnya kaku mulai ikut bermain lidah dengan Reza, nafasnya pun
makin tidak karuan. Dalam Hati, emosi dea berkecamuk!
“Ada apa ini? Bukannya Aku benci setengah mati dengan Om bejat ini?!
Tapi kenapa sekarang aku bercumbu dengannya?” tak terasa setetes air
mata membasahi pipinya.
Reza menghentikan serangan mulutnya dan memandangi wajah Dea sejenak.
Dihadapannya tampak gadis yang dari matanya kelihatan seperti akan
menangis dengan nafas tersenggal-senggal, Dea sudah tenggelam dalam
permainannya. Melihat mangsanya yang tidak berdaya nafsu reza semakin
menggebu. Reza benar-benar kagum pada mahluk yang ada di dekapannya itu.
Tak terhitung berapa gadis yang sudah dia nikmati (dan hamili) selama
ini tapi tidak ada yang membakar nafsunya sehebat gadis ini, dia tidak
tahu kenapa tapi ada yang berbeda dari dea. Ada rasa bangga telah
merebut kesucian dan meletakan darah dagingnya dalam rahim gadis itu.
“Dea, Kamu benar-benar tidak mengecewakanku!”
Mereka saling bertatapan. Dari tatapan Reza, Dea tahu bahwa pria itu
sudah berkuasa atas dirinya, miliknya, dan tidak lebih dari tropy
sekaligus alat untuk menjalankan ambisi besarnya akan keturunan.
“Hah?” Reza kaget saat jari-jarinya yang memilin putting dea tersa lembab, jangan-jangan
“Heh manis. Kamu tahu apa ini?” reza menunjukan jari telunjuknya yang basah
“This is what you call Breast-Milk. This is the thing that makes Babies happy…..” ujar reza sambil memasukan jari telujuknya ke mulut Dea agar dia bisa merasakan ASInya sendiri.
Tapi tidak berhenti sampai disitu karena Reza melanjutkan dengan
mempermainkan jarinya untuk mengolah mulut dea, libido dea yang sempat
turun langsung naik lagi. Merasakan tubuh Dea sudah siap untuk digagahi,
Reza tidak membuaang waktu lagi.
“HEH BABU MINGGIR LU” bentak Reza pada dini yang masih tiduran dan makan
tempat di ranjang, baginya Dini tak ubahnya snack murahan, sekedar
selingan untuk hidangan utamanya. Dini yg sebenarnya sangat tersinggung,
hanya bisa menurut dan minggir ke ujung ruangan.
Tubuh Dea ditidurkan telentang di kasur. Seluruh pakaianya dilolosi.
Pertama-tama Reza menginspeksi liang nikmat Dea dahulu, meki dea sudah
basah kuyub karena sudah bermasturbasi tadi, meskipun sudah cukup sering
dipakai Reza dan Febri tapi liang itu tampak pink dan rapat. Lidah reza
masuk dan mengaduk-aduk meki Dea, terasa lebih hangat dari biasanya,
mungkin karena sedang hamil.
“MMMMMHHHHHH……. Pelan Om” Desahan Dea makin kencang tak dapat ditahan, tubuh Dea yg rindu sentuhan Reza mulai menuntut lebih.
Reza sadar itu, dia ingin mempermainkan Dea terlebih dahulu, bila ingin
ngentot hari ini reza mau itu keluar dari mulut dea sendiri.
“Kenapa Dea sayang? Udah sange?”
Dea tidak menjawab dan membuang muka, masih berusaha mempertahankan
egonya tapi, sensasi nikmat dari liang kawinnya semakin menjadi.
“uh.. uh.. uh..mmh…. UUHHH…. MMMMHHH…..”
“Ayo sayang, keluarin aja, bilang apa yg elu mau …”
“OHH…OHHH… AAHHH…. OHH…OHHH… AAHHH…. MMMHHH..AAAHHHKKKK…..” Dea orgasme, tapi terasa masih ada yang kurang…
Reza bangkit kini tangannya memegang erat pinggul Dea, kontolnya yang
sudah tegang kembali bersiap di depan meki Dea. Jantung Dea berdetak
kencang, peluh bercucuran, bersiap merima serangan dari tuannya, inilah
yang tubuhnya rindukan selama beberapa bulan ini. Tapi alih-alih
langsung hajar, rupanya Reza masih ingin mempermainkan gadis itu.
Kontolnya sekarang dipermainkan dipermukaan meki saja, mengelus-elus
vulva dan sesekali mempermainkan itil dea dengan kepala penisnya.
Sensasi-sensasi nikmat dari permainan itu malah menyiksa dea.
“Om…. Uda….. Om”
“Udah apaan sayang?”
“hiks…hiks…. Langsung aja…” Dea merasa down, tidak percaya sudah luluh dalam permainan reza.
“Langsung apa sayang?”
“LANGSUNG MASUKIN AJA OM… JANGAN SIKSA AKU KAYA GINI…..” kata Dea agak
membentak, setelah itu menangis sedikit. Baginya ini seperti pengakuan
dia telah tahluk oleh Reza.
(Update)
“cup…cup…cup… iya ini Om masukin, dari tadi jujur aja dong klo mau ngentot. HAHAHAHAH……” Reza tertawa puas.
Tak menunggu lama kontol mulai masuk. Perlahan senti demi senti,
dirasakannya sensasi meki Dea yang rapat dan hangat, kenikmatan tak
terkira. Kontol Reza mencapai dasar meki dan menabrak mulut rahim Dea,
Reza tahu dibalik sana ada putranya sedang tertidur.
“AAAHHH…..” Desah Dea merasa kontol reza menyentuh g-spot di cervixnya.
Kontol Reza terdiam sejenak, menikmati urutan dan empotan dinding vagina
Dea. Dea pun merasakan sensasi benda asing keras yang ada dibawah sana
berkedut-kedut, sesuatu yang sangat diinginkan tubuhnya. Tiba-tiba…
“EH?..” dea merasa ada yang menendang di dalam sana. Si bayi seperti sadar dengan apa yang terjadi.
Reza juga menyadari itu.
“Ooo… kayaknya dia sadar sedang ada papanya…”
Tak menunda lagi Reza segera digerakkan pinggulnya. Dea langsung
mendesah-desah nikmat, setiap kali kepala kontol menyentuh rahimnya Dea
mendesah semakin kuat.
“AAAHHHKK…AH.. AH… AH.. AH… AH.. AH… AH.. AH… OM GELI… PELAN-PELAN…… AH.. AH…”
Genjotan Reza makin liar, buah dada Dea yang cukup montok
bergoyang-goyang naik-turun dengan liar. Tangan dan kaki Dea yang tidak
bisa diam terus menendang-nendang dan minarik-narik sprei kasur hingga
berantakan. Tanpa sadar pinggul dea mulai bergerak-gerak seirama dengan
entotan Reza.
“OM pelan aja om……. Memek dea mulai ngilu….” Omongan dea tampak bertolak belakang dengan tingkahnya.
Mungkin dia tidak sadar tapi dari gerak-geriknya jelas dea menikmati
persetubuhan ini. Reza cuek saja dan malah menambah frekuensi
genjotannya.
“HEH… HEH… HEH… HEH… HEH… HEH…” desah Reza
Reza memperhatikan gadis yang sedang dia gauli itu tampaknya dia masih
belum benar2 tahluk padanya, Reza segera memikirkan cara untuk
mempermainkan gadis polos ini sekali lagi.
“hah..ugh…. hah….. uh…..ngilu om….. udah….. kasian nanti bayinya…”
“Tenang aja anaknya om pasti kuat kok, dia kan pasti nurun bapaknya. Hehehehe…”
“UUUHHH….. tap….mhh…. tapi Dea takut…… oommm….. mhmhmh…”
“ga usah takut!, asal kita ga main terlalu kasar ga bakal keguguran kok…” Reza mengelus pipi Dea
“hiks…. Tapi nanti klo anaknya stres gimana om? Hiks….”
“AHAHAHAHAHAHAH…..” Reza tertawa mendengar itu, Reza tersadar bahwa
walaupun fisiknya sudah berkembang semenjak dalam “perawatan”nya, gadis
yang dia setubuhi ini tetap saja ABG polos 15 tahunan yang seharusnya
masih duduk di bangku 1 SMA.
“ga, ga mungkin itu, blum ada ceritanya bayi lahir2 udah stres….” Ujar
Reza semakin semangat mengentot Dea setelah melihat kepolosannya.
Tubuh Dea mulai menegang, punggungnya bengkok keatas, dada dan perut
buncitnya makin menonjol, tanda puncak nikmatnya sudah dekat.
“UH… UH… UH… UH…DEA PIPIS OM….. AAHHHKKKK…….”
Kontol Reza disiram oleh cairan hangat. Tanda untuk mengerjai Dea sekali
lagi. Disaat Dea terengah-engah menikmati sisa-sisa orgasmenya, Reza
tiba-tiba menarik lepas kontolnya yang masih keras, dan meninggalkan Dea
sendirian di ranjang. DEa kaget dengan perilaku reza yang aneh.
Reza mendekati Dini yang masih duduk di pojok ruangan, dengan kasar Dini
disuruh berdiri dan dihimpit ke tembok dengan saling berhadapan. Kaki
kanan Dini diangkat dan dengan keras dihajar kembali memek Dini yang
masih basah dengan kontolnya.
“OH… OH… OH… OH… OH… OH…” jeritan nikmat dini memenuhi ruangan.
Dea kebingungan.
“Ada apa ini? Kan aku udah keluar, tapi kenapa masih kerasa kurang?”
Dea memperhatikan Reza yang masih menggenjot Dini dengan gayanya yang
kasar, jeritan Dini makin kencang saja. Karena genjotan reza lendir dan
peju yang ada di memek Dini menetes ke lantai. Dea sadar, itukah yang
dia inginkan? Dia ingin sperma Reza masuk dalam tubuhnya. Tubuh Dea
selama ini meridukan lendir itu menyebarkan rasa hangat dan nyaman ke
seluruh tubuhnya sebuah Creampy. Sebuah kenikmatan diamana sebuah persetubuhan seharusnya diakhiri.
Dea berusaha melawan pikiran itu, tak mau lagi luluh dalam permainan Reza.
“HHAAAHHH….. GW MAU KELUAR NIH, INI YANG TERAKHIR BUAT HARI INI. GIMANA DIN, MAU PEJU GW??”
Dini hanya mengangguk lemah.
“Eh? Terakhir?” Dea mulai kebingungan.
Besok Dea tahu Reza tidak akan datang karena ada urusan kantor ke Bali
selama seminggu. Apa itu artinya harus tersiksa selama seminggu ini
untuk menahan gejolak nafsunya.
Segera Dea bangkit dari ranjang, dan menarik tangan Reza untuk menjauh
dari dini. Reza dan Dini kaget melihat perilaku Dea. Dea mengajak Reza
ke meja rias yang ada di kamar itu, Dea memposisikan tubuhnya
berpegangan pada meja membelakangi Reza, sedangkat pantatnya dirahkan ke
reza. Salah satu tangan dea menggengam kontol Reza dan berusaha
mengarahkannya ke memeknya sendiri, menuntut untuk dientot dari
belakang. Reza dan Dea saling berpandangan. Reza mengerti arti tatapan
dan rau wajah Dea. Gadis itu menuntut untuk dipuaskan. Reza tersenyum
penuh kemenangan.
Reza segera menerobos memek Dea dengan sekali hantam, diraihnya kedua
tangan Dea dan ditariknya ke belakang, dengan posisi seperti itu buah
dada dan perut besar Dea semakin membusung ke depan. Tanpa membuang
waktu Reza segera menghajar memek gadis itu dengan kecepatan penuh,
mengejar kepuasannya sendiri. Dari kaca meja rias dia dapat melihat
pemandangan erotis wajad Dea yang mendesah-desah dan merem-melek
ditambah dadanya yang bergoyang-goyang liar. Pemandangan yang mampu
membakar nafsu setiap pria.
“MHH…MH…. AHK….. AHK….. AHK….. AHK…..” Dea tidak berusaha menahan desahannya lagi, dia lepaskan semuanya..
“Hei Dea, mau OM beluarin dimana pejunya”
“DALEM OM…. DI DALEM AJA”
“OK nona…..”
“AAKKKHHHH……. KELUAR OM!!! AAAHHHHH…….” Dea orgasme lagi.
Tekanan peju di kontolnya sudah mencapai puncaknya, dengan sekali hantam
diamblaskan seluruh kontolnya dan meledaklah muatannya di ruang
terdalam. Meskipun Reza sudah ejakulasi berkali-kali saat menggarap Dini
tadi, pejunya tetap banyak dan hangat. Dea benar-benar tenggelam dalam
kenikmatannya. Tiba-tiba kaki Dea kehilangan kekuatan dan nyaris ambruk
ke lantai. Dengan cekatan Reza menangkapnya dan membopongnya ke ranjang.
Keadaan mulai tenang, Dini sudanh keluar karena sudah waktunya
mempersiapkan makan siang. Dea mulai menguasai birahinya dan akal
sehatnya sudah mulai kembali. Sedangkan Reza masih memperhatikan tubuh
bugil Dea dari ujung kaki sampai rambut.
Karena toketnya yang bergoyang liar tadi beberapa tetes susu tampak
membasahi putting Dea. Karena penasaran Reza menyedot toket kanan Dea
dan meminum susunya dengan rakus.
“MHH.. mhh.. OOMM…. Uda…” Dea yang sudah turun nafsunya mulai risih
dengan perilaku Reza, karena pada dasarnya tetap saja ada rasa tidak
suka pada om-om itu.
Tanpa peduli rengekan Dea, Reza tetap saja melanjutakan meminum ASI dea walalupun baru keluar sedikit-sedikit.
“om, udah, nanti anaknya ga kebagian….”
Reza kembali tertawa mendengar alasan polos gadis itu.
“Aduh Om minta maaf ya. Ga bakal diulangain lagi deh. Tapi kamunya juga
harus makan lebih banyak, ga usah takut gemuk, kan harus nyediain dua
porsi…”
“DUA?”
“Iya, kan anaknya om dalam sini ada dua. Kembar anak lu….” Sambil meraba-raba perut Dea.
No comments:
Post a Comment