Entah apa yang menjadi alasan kedua orang tuaku sehingga mereka
memutuskan untuk meninggalkan Amerika. Pindah atau hijrah dalam istilah
mereka menuju daerah yang disebut sebagai negara berkembang, wilayah
yang bisa dikatakan sepi, walau harus kuakui keasrian alamnya. Namun
tetap saja jauh dari hal-hal yang identik dengan kata modern. Apa mereka
tidak berpikir untuk meninggalkanku di Amerika, memgingat usiaku yang
mendekati 28 tahun yang bila di Amerika usia tidaklah menjadi bahasan.
Dan kini setelah hampir 2 tahun kami tinggal di kawasan indonesia timur
tepatnya dibekas jajahan portugis beberapa abad lalu, kehidupan kami
boleh dikatakan ada kemajuan walau aku lebih sering di dalam rumah, hal
yang sangat bertolak belakang dengan kedua orang tuaku yang aktif di
kegiatan sosial. Mereka berangkat sebelum pukul 07.00 pagi dan baru akan
pulang setelah matahari tenggelam. Di pagi yang indah ini matahari
belum setinggi jendela kamarku, hari libur ini ingin ku berjalan-jalan
ke pasar kabupaten yang berjarak 1 mil dari desaku. Aku menuju kamar
mandi dibagian belakang rumah kami, segar rasanya air jernih ini ketika
menuruni setiap kulit tubuhku. Mungkin 20 menitan aku menikmatinya dan
sekarang kulilitkan handuk yang tak begitu besar untuk menutupi tubuhku,
kulangkahkan kaki menuju kamar melewati ruang tengah yang saat itu
kulihat Lana anak kakakku yang dititipkan untuk bersekolah karena
dianngap daerah kami lebih memiliki sarana yang mendukung untuk
pendidikan. Seperti pada umumnya anak usia 10 tahun ini akan
menghabiskan hari liburnya dengan menonton tv atau memainkan game.
"theth" tiba-tiba tvnya mati, "yahh" serunya kecewa lalu kulihat Lana
bangkit dan berkata kepadaku "Tante Lana mau main keluar saja lah", "ehh
nanti dulu tante periksa kenapa tv mati mungkin tegangannya nggak kuat
karena tante sedang memanaskan setrika" kuperiksa switch otomatis di
samping pintu. Karena letaknya yang tinggi membuatku menjinjit hingga
bagian bawah tubuhku makin nampak yang tidak tertutup handuk. Kuperiksa
juga sambungan kabel roll yang mungkin tercabut membuatku membungkuk
tapi ternyata tak ada masalah, memang listrik padam dari pusat batinku.
Dan di belakangku Lana duduk diam memperhatikanku yang belagak sok
pintar itu, lalu aku bilang pada Lana akan mengajaknya ke pasar untuk
membeli baju. Pandangan mata Lana terus mengikutiku hingga hilang di
balik pintu kamar. "Ayo Lan kita kepasar tante sudah selesai" ucapku
saat Lana rebahan di sofa karena menungguku. Kami menuju halte bis umum
setelah mengunci pintu dan pagar halaman. 15 menit kami menunggu bis
yang akan mengantarkan kami ke pasar kabupaten, sesampainya di sana kami
belanja keperluan dapur dulu dan setelah semua kebutuhanku terbeli kami
naik ke lantai atas tempat pakaian. Untuk menyenangkannya kuantar Lana
ketempat baju anak, kuperhatikan ia beberapa kali melilih baju dan
ahirnya Lana menemukan baju yang ia inginkan setelah itu kami naik satu
lantai lagi ketempat baju wanita. Disana Lana hanya membuntutiku
melihat-lihat baju, jilbab, yang tidak ada satupun membuat aku tertarik
untuk mencoba hingga aku sampai toko yang hanya menyediakan pakaian
dalam. Kami masuk mungkin 10 menit aku memilih-milih model ataupun
warnanya dan Lana tetap mengikutiku "Yang ini baru ibu, mungkin ibu ada
yang tertarik?" kata pemilik toko, kuperhatikan pakaian-pakaian yang
ditunjukkannya, kulihat Lana juga memperhatikan tapi tetap saja aku
tidak tertarik bukan karena modelnya tapi warnanya yang menurutku norak.
Sampai akhirnya kutemukan juga daleman yang menurutku cocok untuk
dipakai warnanya yang kalem, bahan yang lembut, dan juga model yang
serasi. Selesai belanja di lantai pakaian kami lalu pulang, sampai di
rumah Lana langsung berlari menuju ruang tengah dan menyalakan tv, "kamu
lupa ini sayang??" kataku sambil mengangkat tas plastik ungu yang
berisi pakaian, dan kuletakkan di sampingnya. Sementara aku ke dapur
menyimpan belanjaan dapur kami, aku kembali keruang tengah lagi dan
kudapati tasnya sudah dibuka. Tangan Lana menggenggam baju barunya "Coba
dulu ya...." kataku dan Lana bangkit ke depanku, kubantu ia memakai
pakaian barunya. "bagus ya tante" katanya lalu Lana kembali menonton tv,
saat iklan ditayangkan keponakanku ini bertanya dengan polos "kok yang
tante beli nggak dicoba?" membuatku kaget karena tahu yang kubeli adalah
pakaian dalam "Ya nggak boleh dicoba di sini sayang, harus coba di
kamar, kan malu kalo kelihatan orang" jelasku. "Orang siapa tante? yang
dirumah kan cuman tante, memang siapa lagi" katanya lugu. "Ini pakaian
dalam, masa tante telanjang di sini", "tadi Lana juga telanjang kenapa
tante tidak?" tanayanya lagi "Lana ini masih anak-anak dan kalo tante
kan sudah dewasa jadi ya nggak boleh telanjang sembarangan" jawabku.
"tapi kemarin Lana lihat tantee telanjang di kamar mandi". "Lana nggak
boleh cerita sama orang lain ya kalau pernah lihat tante telanjang waktu
mandiin Lana kemarin.." lalu Lana berkata lagi "Ya sudah kita kekamar
mandi lagi aja supaya tante bisa telanjang" pintanya. "Sayang tante kan
sudah mandi" jawabku, namun kini kulihat raut mukanya yang kecewa karena
permintaanya kutolak. Kupikir kasihan juga keponakanku ini "Sayang ikut
tante aja ke kamar kalau pingin lihat tante mencoba pakaian yang baru
tante beli ini" aku bergegas ke kamar dan keponakanku mengekor, setelah
pintunya kututup aku berdiri disamping ranjang dan duduk di tepiannya,
kuletakan tas yang berisi beberapa BH dan CD yang baru kubeli.
Keponakanku masih berdiri mematung dijarak 1 meteran, kuikatkan kedua
ujung jilbabku ke leher lalu satu persatu kancing bajuku kulepas, dan
kutanggalkan di ranjang. Kini kuambil satu BH warna krem dari dalam tas
dan kuletakkan di atas paha, kuturunkan talinya di lengan dan tangan
kiriku ke belakang mencari pengaitnya sedang tengan kanan kugunakan
untuk menutupi payudaraku. "Klik" pengaitnya terlepas selanjutnya
tanganku menariknya dan meletakkannya di sampingku lalu kuambil BH yang
baru kubeli, saat kukenakan mata keponakanku tak berkedip melihat
payudaraku yang menggantung bebas, terlihat beberapa kali ia menelan
ludah. Selesai mengenakan BH dan baju kurapikan jilbabku kembali. Kami
kembali ke ruang tengah dan duduk di sofa untuk berbincang-bincang.
Selama berbincang-bincang, keponakanku terus menatap bagian dadaku dari
celah kancing bajuku yang tidak terpasang. Saat aku menyadari hal itu,
aku tidak berusaha untuk menutupinya. Ada perasaan senang yang menjalari
tubuhku. Setelah beberapa lama, akhirnya aku berkata, "Dek, kenapa
melihat dada tante terus ?" keponakanku sedikit terkejut. Dia menoleh ke
tempat lain sambil menjawab, "Nggak ada apa-apa, kok.."
Aku tersenyum melihat tingkahnya. Aku sangat suka kalau dia melihatku
seperti itu. De, kalau kamu suka, kamu boleh melihatnya lagi kok,
kataku. Tanpa menunggu tanggapan dari keponakanku, aku melebarkan bagian
dada bajuku dan mengeluarkan payudaraku dari cup BH sehingga kali ini
kedua payudaraku dapat terlihat dengan jelas. Keponakanku yang mendapat
pemandangan seperti itu segera saja melotot dan melahap kedua payudaraku
dengan pandangan yang penuh minat. Aku yang melihatnya seperti itu
tersenyum dan membiarkan keponakanku untuk menjelajahi payudaraku dengan
pandangannya.
Akhirnya keponakanku menjadi tidak tahan. Dia bertanya kepadaku, Tante,
bolehkah Lana memegangnya ? Aku mengangguk sambil tersenyum. Tanpa
membuang waktu lagi, keponakanku segera menggapai kedua payudaraku
dengan tangannya dan mulai meremas-remas serta mempermainkan putingnya.
Kontan saja aku menjadi terangsang. Kubaringkan tubuhku ke atas sofa dan
kupejamkan mataku untuk menikmati sensasinya. Setelah agak lama, tanpa
permisi lagi keponakanku mulai menciumi dan menjilati kedua payudaraku.
Aku terus saja memejamkan mata dan menikmati setiap rangsangan di
payudaraku. Tubuhku ikut memberikan reaksi terhadap rangsangan itu. Aku
merasakan cairan kewanitaanku mulai mengalir dan membasahi vaginaku.
Setelah beberapa lama, tanganku mulai membuka pakaian keponakanku.
Sambil terus menciumi dan menjilati kedua payudaraku, Lana membantuku
membuka bajunya sehingga dalam sekejap keponakanku berada dalam keadaan
telanjang bulat. Penisnya terlihat berdiri tegak karena sudah pasti dia
juga dalam keadaan terangsang. Untuk sementara, dia melampiaskan
nafsunya kepada kedua payudaraku. Aku tidak mau ketinggalan. Kujulurkan
tanganku untuk menggapai penisnya. Setelah penisnya berada di dalam
genggamanku, aku mulai memainkan penisnya pula. Setelah beberapa saat
lamanya, keponakanku melepaskan bibirnya dari payudaraku dan berkata,
Tante, kalau boleh aku juga ingin melihat memek tante Mendengar
permintaannya ini aku segera berdiri dan mengangkat rok panjangku dengan
tanganku sehingga sekali lagi aku memamerkan celana dalam putihku
kepadanya. Kamu buka sendiri celana dalam tante, kataku. Keponakanku
segera berjongkok di depanku dan dengan tangan yang agak gemetar meraih
celana dalamku. Dengan perlahan-lahan namun pasti, celana dalamku
melorot turun dan sedikit demi sedikit memperlihatkan vaginaku sampai
akhirnya keseluruhan vaginaku tidak lagi ditutupi oleh celana dalam
putihku. Vaginaku terlihat sedikit basah oleh karena cairan
kewanitaaanku. keponakanku membiarkan celana dalam putihku tersangkut di
bagian lututku dan mulai meraba vaginaku. Tante, ini indah sekali,
katanya sambil membelai vaginaku dengan lembut. Aku diam saja dan
kembali merasakan rangsangan yang kali ini berpindah dari payudara ke
vaginaku. Dengan jarinya, keponakanku menyodok-nyodok liang vaginaku
sehingga jarinya dibasahi oleh cairan kewanitaanku. Setelah keponakanku
menjilati jari-jarinya itu sampai semua cairan kewanitaanku yang
menempel di jarinya habis, dia kembali menyodok-nyodokan jarinya di
liang vaginaku lagi. Dia melakukan hal itu berkali-kali . Kelihatannya
dia sangat menikmati cairan kewanitaanku. Sambil menusuk-nusuk liang
vaginaku, jari-jarinya yang lain memainkan klitorisku. Rangsangan yang
aku rasakan menjadi semakin hebat. Di saat aku merasakan tubuhku menjadi
semakin lemas, aku segera membaringkan diriku di atas sofa karena
rangsangan menjadi semakin kuat. Tak henti-hentinya mulutku
mendesah-desah karena merasa nikmat. Setelah puas meraba vaginaku,
keponakanku mulai menciumi dan menjilati vaginaku. Kali ini rangsangan
terasa semakin dashyat. Aku tidak bisa berbuat apa-apa kecuali mendesah
dan meremas-remas kedua payudaraku sendiri sementara keponakanku terus
saja menciumi dan menjilati vaginaku. Aku yang sudah dalam keadaan
sangat terangsang akhirnya mulai tidak tahan. Dek, buka pakaian
tante..., kataku sambil mendesah-desah. Keponakanku tidak menjawab,
tetapi tangannya mulai membuka kancing bajuku satu per satu, dan bagian
atas tubuhku masih tertutup BH dengan jilbab. Serta dari balik rokku
keponakanku meloloskan celana dalam putihku yang dari tadi tergantung di
kedua lututku. keponakanku terdiam sejenak dan memandangi tubuhku yang
dalam keadaan seperti ini. tante cantik sekali. Tubuh tante bagus dan
seksi, katanya. Aku tersenyum dan berkata, Kalau kamu suka, kamu boleh
menyetubuhi tante, tante mau berhubungan intim dengan kamu, kok..
Dengan tersenyum, keponakanku kemudian membuka kedua kakiku dan
memposisikan penis kecilnya di depan vaginaku. Dengan satu hentakan
lembut, seluruh penisnya terbenam ke dalam vaginaku yang diikuti oleh
teriakan tertahanku karena merasakan kenikmatan. Setelah itu,
keponakanku mulai menggerakkan penisnya maju mundur sehingga penisnya
menyodok-nyodok di dalam lubang vaginaku. Cairan kewanitaanku turut
memberikan andil dalam membantu penis keponakanku agar meluncur maju
mundur dengan mudah dalam liang vaginaku ini. Kami berdua mendesah-desah
karena nikmat. Dalam posisi ini, aku mengalami orgasme berkali-kali
sambil diiringi erangan-erangan dari bibirku. Setelah beberapa saat,
keponakanku menarik penisnya dan memberikan isyarat agar aku menungging.
Aku menurut saja. Kuputar badanku dan kutunggingkan pantatku di
depannya. Sedetik kemudian, aku merasakan penisnya masuk kembali ke
dalam liang vaginaku dan mulai menyodok-nyodok lagi. Rupanya keponakanku
melakukan doggy style kali ini. Sekali lagi aku terjebak dalam
dashyatnya kenikmatan berhubungan intim. Beberapa kali aku merasakan
orgasme yang luar biasa sebelum akhirnya aku mengerangan kenikmatan. Ada
rasa hangat di dalam rahimku setelah keponakanku menyemburkan sperma,
aku merasa bahwa ada sedikit sperma yang meleleh keluar dari liang
vaginaku dan membasahi vaginaku bagian luar saat penisnya tercabut.
Segera saja aku menjulurkan jari-jariku ke vaginaku dan mengambil
lelehan sperma yang mengalir turun. Setelah jari-jariku berlumuran
sperma, aku membersihkan jari-jariku dengan menjilat-jilatkan sperma
yang melekatinya dengan mulutku. Setelah itu, aku membalikkan badanku
dan merapikan jilbab, rok panjangku ditariknya hingga membuatku dalam
keadaan telanjang menghadapnya terlentang. Sisa sperma Lana yang sudah
tinggal sedikit masih terlihat menempel di vaginaku bagian luar.
keponakanku kemudian merebahkan dirinya di atas badanku dan memelukku.
Aku segera membalas pelukannya. Sambil berpelukan dalam keadaan telajang
bulat, kami saling berciuman bibir dengan mesra untuk beberapa saat
lamanya. Perasaan yang nikmat masih tersisa di antara kami. Akhirnya
setelah beberapa saat, kami memperoleh kekuatan kami kembali. Kami
segera bangkit dari pembaringan dan mulai memunguti pakaian kami yang
tercecer di mana-mana. Aku segera mengenakan kembali celana dalam putih
dan rokku. Setelah selesai berpakaian, kami kembali duduk di sofa dan
berbincang Tante, tadi enak sekali rasanya, katanya. Aku tersenyum
saja dan lalu berkata, Kamu juga hebat. Kamu belajar dari mana ? Usiamu
kan baru 10 tahun, tapi kok kayaknya kamu sudah sering melakukan
hubungan seks ? Ah, tante, Lana sudah sering melakukannya sama ibu di
rumah.. Aku sangat terkejut mendengarnya. Rupanya selain aku, adikku
juga melakukan incest dengan anaknya sendiri. Tapi hal ini membuat aku
sedikit lega sebab setidaknya adikku tidak akan mempermasalahkan
hubungan seksku dengan anaknya bila dia sendiri juga melakukannya.
Terus, mana yang lebih enak ? ibumu atau tante ini ? keponakanku
tersenyum sambil berkata, Keduanya sama-sama enak, kok.. tapi kalau
disuruh memilih, Lana masih lebih suka melakukannya dengan tante soalnya
tante lebih cantik dari ibu, sih.. Apa kamu sering melakukan dengan
ibumu ? Kalau ayah nggak ada di rumah saja Aku diam saja kali ini.
Beberapa saat kemudian keponakanku berkata, Tante, Lana mau lagi.
No comments:
Post a Comment