Hidup di kota besar memang tidak mudah. Permasalahan ekonomi menjadi hal
yang sangat penting untuk terus bisa bertahan hidup di kota besar.
Berbagai macam pekerjaan rela dilakukan orang hanya untuk mendapatkan
sepiring nasi untuk mengisi perut. Itulah yang terjadi pada Ratna, gadis
berusia 17 tahun yang telah berhenti sekolah sejak lulus SD, karena
terbentur oleh permasalahan ekonomi. Ratna tinggal bersama Ibu dan dua
orang adik perempuan di sebuah gubuk kecil di sebuah daerah kumuh di
Jakarta. Orang tua Ratna bekerja sebagai seorang penganggut gerobak
sampah, dengan penghasil rata-rata Rp.15.000,- sampai 20.000,- perhari.
Jumlah itu jelas tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka
sehari-hari. Oleh karena itulah, sebagai anak tertua, Ratna terpaksa
ikut bekerja demi menambah penghasilan Ibunya. setiap hari Ratna
berjalan menyusuri jalan dan gang singgah dari satu rumah ke rumah yang
lain, berharap ada orang yang membutuhkan tenaganya. Dalam sehari, Ratna
mampu mengumpulkan Rp.10.000,- sampai Rp.20.000,- dari bekerja sebagai
pencuci pakaian, membersihkan halaman, bahkan melakukan pekerjaan
laki-laki seperti memperbaiki genteng, mencat rumah dan sebagainya.
_____________________
Perkenalanku dengan Ratna adalah ketika aku bertamu ke rumah temanku,
Rangga. Tenaga Ratna memang sering dibutuhkan di rumah temanku itu,
sebagai pencuci pakaian. Ia hanya dibayar Rp.5.000,- untuk mencuci
sekeranjang pakaian kotor hingga menjemurnya. Ku pikir-pikir, Keluarga
kawanku itu memang tergolong sangat tidak berperasaan, meminta Ratna
melakukan pekerjaan yang lumayan melelahkan hanya dengan bayaran
Rp.5.000,-. Tetapi menurut mereka, kalau Ratnanya mau melakukan, tidak
ada masalah. Hitung-hitung menghemat biaya Laundry.
Dalam percakapan ringan dengan teman Rangga, aku mencoba untuk sedikit menyinggung tentang Ratna.
Ga! Gadis itu setiap hari ke sini, ya? tanyaku.
Ah! nggak juga. Kenapa? Jawab Rangga yang melanjutkan dengan pertanyaan.
Kalau ku perhatikan, Body gadis itu boleh juga
kataku.
Hey! Kau suka sama dia, ya? Tanya Rangga.
Ah nggak juga! Aku hanya berpikir, kira-kira dia mau nggak melayaniku? Hehehe
pikirku.
Hahaha
maksud kamu bercinta denganmu? Wah Gila kamu ya! Jawab Rangga.
Ah siapa tahu saja dia juga mau dibayar Rp.5.000,- Kataku sambil
melangkah meninggalkan Rangga menuju gadis bernama Ratna yang sedang
menjemur pakaian di samping rumah Rangga.
Wah! Nekad kamu ya!? Kata Rangga. Tapi aku tidak memperdulikan
kata-katanya. Aku terus melangkah mendekati Ratna dan mencoba memulai
percakapan dengan Ratna.
Hai! masih sibuk? Tanyaku.
Ah, sedikit lagi, Tuan! Ada yang bisa saya lakukan lagi, Tuan? Katanya.
Ya ada! Tapi selesaikan dulu pekerjaanmu. Biar ku tunggu di sana, ya!
Kataku sambil duduk di sebuah kursi taman di dekat Ratna menjemur
pakaian. Ku perhatikan bentuk tubuh gadis belasan itu dari tempat
dudukku. Aku mulai membayangkan tubuhnya tanpa busana. Perlahan birahiku
mulai terbangun, tetapi hanya sesaat, karena ku lihat Ratna mulai
melangkah mendekatiku. Sepertinya ia telah menyelesaikan pekerjaannya.
Ratna berdiri di depanku dengan kepala tertunduk.
Ada pekerjaan lain lagi, Tuan? Tanya Ratna.
Aku Adha! Kataku sambil mengulurkan tanganku. Dengan malu-malu Ratna mengulurkan tangannya.
Ratna, Tuan! Jawab Ratna.
Duduk di sini! Kataku sambil menarik tangannya. Ratna hanya diam dan
tidak menolak saat ku minta ia duduk di sampingku. Kemudian ku katakan
lagi padanya:
Pertama, ku beritahu bahwa aku bukan tuan rumah di sini. Kedua, aku
ingin memberimu pekerjaan yang lebih mudah. Ketiga, aku akan membayarmu
10x lebih besar! Kataku tanpa basa-basi.
Kerja apa. Tuan? Tanya Ratna.
Aku hanya ingin kau menemaniku tidur malam ini. Jawabku.
Maksud, Tuan? Tanya Ratna lagi.
Ya! Begitulah! Kalau kau mau, kau boleh ambil uangnya! Ku tinggalkan
Ratna dengan selembar uang Rp.50.000,- yang ku letakkan di kursi taman
itu. Aku melangkah kembali menuju Rangga yang masih memperhatikanku dari
balik jendela di ruang tengah.
________________
Gimana, Dha!? Tanya Rangga.
Belum tahu, kita lihat saja! Jawabku sambil terus memperhatikan Ratna
yang masih duduk di kursi taman dan sepertinya masih belum berani
menyentuh uang Rp.50.000,- yang ku letakkan di sampingnya. Ia terlihat
bingung untuk mengambil keputusan. Namun beberapa saat kemudian, uang
Rp.50an itu diambilnya dan ia melangkah ke depan rumah.
Yes! Dia mau! Teriakku pada Rangga.
Wah! Kamu memang Gila, Dha! Masa gadis semuda itu mau kau manfaatkan untuk memuaskan nafsumu
Kata Rangga.
Ah! Aku tidak memaksa kok! Aku membayarnya untuk pekerjaan ini. By the way, ada kamar kosong di rumahmu, Ga? Kataku.
Gila! kamu mau melakukannya di rumahku? Bentak Rangga.
Hanya untuk malam ini kok, Ga! Pintaku pada Rangga.
Adha! Orang tuaku besok pagi datang
! Aku
Jawab Rangga.
Ah! Gampang diatur! Aku pinjam kamarmu malam ini. Oke? Makasih, Bro!
Kataku sambil menjemput Ratna yang berdiri di depan rumah dan langsung
menariknya ke kamar Rangga.
Sial
! bentak Rangga
.
Aku tidak ingin menunggu malam untuk menuntaskan kesempatan menikmati
tubuh gadis muda bernama Ratna ini. Gadis yang pasrah melepaskan
keperawanannya demi uang Rp.50.000,- ini terlihat tidak mengerti apa
reaksi yang harus ia lakukan. Hal itu ku maklumi, karena ini mungkin
pengalaman pertamanya melakukan pekerjaan tersebut. Akhirnya ku bisikkan
ditelinganya bahwa, ini akan menjadi pekerjaan paling nikmat yang
pernah ia lakukan. Ratna yang masih berdiri hanya mengangguk saat ku
lepaskan satu persatu kacing bajunya. Ia hanya membiarkan aku melucuti
pakaiannya dan hanya bereaksi sedikit-sedikit untuk mempermudahku
menelanjanginya.
Wow! Tubuh Ratna yang berdiri tanpa busana memang sangat menggairahkan.
Payudara yang ranum dan jembul kemaluan yang cukup lebat dan panjang
untuk gadis seusianya merupakan tanda bahwa Ratna memang belum pernah
memikirkan untuk melakukan pekerjaan ini sebelumnya.
Akhirnya, Seluruh pakaian yang ku kenakan juga ku lepaskan, dan ku ajak
Ratna masuk ke kamar mandi. Ku coba untuk memanjakannya dengan menyabuni
seluruh tubuhnya. Ku remas-remas payudaranya dan ku gosok belahan di
sela pangkal pahanya, hanya sekedar untuk memperkenalkan bagaimana
rasanya sentuhan pada darah-daerah senitif pada tubuhnya. Harapanku
adalah agar dia tidak terlalu canggung saat permainan sebenarnya
dimulai.
Aku juga meminta Ratna untuk menggosok seluruh tubuhku dengan sabun.
Tanpa sepatah katapun Ratna melakukan perintahku, kecuali pada saat akan
menyabuni daerah sekitar batang penisku yang besar dan panjang yang
sedang tegak mengacung ke atas. Ratna terlihat gugup dan takut, tetapi
aku tak perduli. Hanya dengan isyarat mata, akhirnya Ratna dengan
hati-hati menyentuh batang penisku dan menggosokkan sabun ke batang
penisku yang telah sangat keras itu. Inilah Ronde perkenalan, di mana
Ratna harus ku biasakan dengan situasi yang tidak pernah ia rasakan
sebelumnya.
______________________
Selesai mandi, aku langsung membaringkan tubuh Ratna di atas tempat
tidur yang ada di kamar Rangga. Ratna dengan tubuh terkulai tanpa busana
terlihat malu-malu dan gugup menantikan saat-saat dimana ia akan
kehilangan keperawanannya. Di saat situasi hati Ratna seperti itu, ku
dekati wajah Ratna dan ku bisikkan.
"Tenang saja! Ini tidak akan sakit kok, Sayang! Kita akan melakukannya
dengan perlahan... Tugas Ratna hanya membuka paha Ratna lebar-lebar dan
biarkan aku yang menyelesaikan sisanya...." Kataku padanya. Ratna yang
sepertinya memang tidak mengerti tentang cara melakukan hubungan seks,
hanya menurut saja dengan apa yang ku katakan. Ia langsung membuka
pahanya lebar-lebar dan menariknya ke atas dengan tangannya. Terlihat
sebuah pemandangan indah di daerah selangkangannya yang sudah tak sabar
untuk ku nikmati.
Dengan posisi terkangkang seperti itu, ku mulai aksiku dengan menjilati
belahan vagina Ratna. Ku biarkan dia merasakan geli pada awalnya. Aku
terus memainkan lidahku di belahan itu, terutama pada ujung klitoris
yang menyembul di sela-selanya. Lama kelamaan, Ratna sepertinya tidak
lagi merasa geli. Desiran darah di sekujur tubuhnya sepertinya telah
mulai merayap dan berkumpul di wilayah pangkal pahanya itu. Saat itulah
ku rasakan cairan lubrikasi dari dalam vaginanya mulai mengucur dan
membasahi belahan vaginanya dan mengalir hingga ke daerah belahan
bokongnya. Ku pikir inilah saat paling tepat untuk memasukkan batang
penisku ke lobang vagina Ratna yang masih belum terjamah.
_____________________
Tanpa menunggu lebih lama lagi, aku langsung mengambil posisi menyerang.
Ku arahkan kepala penisku menyeruak bibir luar vagina Ratna mencoba
mencari dan menerobos masuk ke sebuah lobang kenikmatan yang berujung ke
rahim. Ratna juga sepertinya mulai tegang. Terlihat ia memejamkan
matanya sambil menarik nafas panjang saat kepala penisku telah tertancap
di muara lobang vaginanya. Dengan sedikit tekanan, ku coba untuk
membenamkan batang penisku di lobang vagina Ratna.
Sebenarnya aku sudah tak tahan untuk langsung menenggelamkan batang
penisku di lobang sempit perawan Ratna. Tetapi itu tidak ku lakukan,
karena aku ingin memberikan kesan pertama yang indah nikmat dan
memuaskan dalam melakukan hubungan seks bagi Ratna. Ku tekan secara
perlahan batang penisku ke lobang itu. Sebenarnya tidak terlalu sulit,
karena lobang vagina Ratna telah sangat licin. Tetapi aku ingin
membiarkan dinding vaginanya beradaptasi pada ukuran batang penisku yang
mengisi lobang vaginanya.
Tidak perlu waktu lebih dari 1 menit untuk membenamkan batang penisku
sempurna di lobang vaginanya, karena ku yakin Ratna juga telah cukup
terangsang dan permisif dengan benda yang masuk ke lobang vaginanya.
Faktor emosional sepertinya tidak berpengaruh besar pada kejiwaan Ratna
dalam melewati pengalaman pertamanya melakukan hubungan seks dengan
lawan jenis. Aktivitas Warming Up yang ku lakukan sepertinya cukup
berhasil dalam mengajak Ratna untuk sama-sama menikmati permainan dewasa
ini.
Setelah batang penisku bertapa beberapa saat di dalam lobang vagina
Ratna. Sekarang saatnya untuk melakukan kegiatan penetrasi pada dinding
vagina Ratna. Ku tarik batang penisku hingga hanya tinggal kepalanya
saja yang masih tenggelam dalam liang senggama Ratna, lalu ku tekan lagi
sampai amblas secara sempurna. Ku lakukan aktivitas itu terus menerus
secara perlahan. Frekuensi genjotanku ku percepat seiring dengan semakin
jauh kami meninggalkan alam nyata menuju keindahan surga dunia yang
mungkin bau pertama dirasakan oleh Ratna.
Mata Ratna yang memang telah terpejam sejak awal, tidak mewakili
bibirnya yang terus mendesah, Oh ah Oh ah... mengikuti irama gerakan
penisku di lobang vaginanya. Entah apa yang ia rasakan, tetapi yang
pasti dinding vagina Ratna benar-benar menggenggam erat batang penisku.
Lobang vaginanya yang sangat rapat dan sempit itu membuatku tak mampu
bertahan terlalu lama sebelum mencapai puncak orgasme. Hanya sekitar 5
menit setelah ku tingkatkan frekuensi genjotan, aku terpaksa menarik
keluar batang penisku, karena sperma akan segera memancar dari ujung
penisku.
"Crot!" "Crot!" Crot!".... Spermaku berhamburan di atas perut Ratna.
Ratna yang kelihatannya terkejut saat penisku ku cabut dari lobang
vaginanya secara tiba-tiba langsung membuka matanya dan melihat ke arah
perutnya yang telah di kotori oleh sperma yang berhambiran ke mana-mana,
Sebuah kenikmatan yang luar biasa saat ku ketahui sprey tempat tidur
Rangga ternyata telah dipenuhi oleh banyak sekali bercak darah
keperawanan Ratna.
Tubuhku terkulai lemah dan ku jatuhkan di samping tubuh Ratna yang
terlihat kelelahan dengan pernapasan dada yang menggerakkan payudaranya
naik turun. Ku tatap wajar Ratna yang seperti sedang menerawan ke
langit. Lalu ku letakkan telapak tanganku di payudaranya sambil berkata:
"Ratna! S yang masih sangat kencang. Ratna tidak langsung menjawab. Ia
hanya menatapku beberapa sa ekarang kamu boleh pulang.... Tapi aku akan
membayar lebih jika kau mau melayaniku untuk beberapa ronde lagi..."
Kataku pada Ratna sambil meremas-remas lembut payudaranya at lalu
tersenyum dan berkata:
"Seandainya saya tidak perlu uang untuk makan, saya tidak akan minta
bayaran untuk pekerjaan ini, Tuan!" Jawab Ratna yang ternyata cukup
manis jika dia tersenyum.
"Ya! Saya mengerti kok, Sayang...! Jawabku sambil menarik tubuh bugilnya ke dalam pelukanku.
No comments:
Post a Comment