Jika memang rezeki, susah di rekayasa. Itulah kejadiannya. Aku mendapat
tempat duduk berdampingan dengan seorang wanita yang kutaksir umurnya
sekitar 25 tahun. Aku duduk di dekat jendela, sedang dia duduk di bagian
gang. Bus yang kami tumpangi, Pahala Kencana akan membawa penumpangnya
sampai ke kota tujuan akhir adalah Bojonegoro. Dari Terminal Lebak
Bulus, Jakarta, bus berangkat pukul 16.30 tepat. Berkali-kali aku lirik,
lumayan juga, kulitnya putih dan dadanya cukup membusung. Sambil
melirik aku amati dadanya, sepertinya daging atau lemak di buah dadanya
meluap dari BH. Bentuk itu tercetak jelas dibalik kaus pink. Tampaknya
dia bepergian dengan seorang gadis kecil yang duduk di seberangnya.,
Anaknyakah ? batinku. Menilik dari usia cewek di sebelahku rasanya dia
masih terlalu muda untuk mempunyai anak seusia yang kutaksir 12
tahunan.
Aku sedang berpikir keras bagaimana ya membuka omongan dengan cewek di
sebelahku ini. Kayaknya kalau nggak ngomongan kok aneh ya, karena
perjalanan ini bakal lebih dari 12 jam. Belum sempat aku menemukan kata
pembuka, eh dia malah menegur duluan. Mau kemana mas. tanyanya.
Eh mau ke Bojonegoro, mbak mau kemana, tanyaku kembali.
Saya ke Rembang, nih mulangin anak bandel ini ke orang tuanya, katanya .
Rumah orang tuanya di Rembang ya, tanyaku lebih lanjut.
Bukan sih masih jauh di desa, ke Randublatung, katanya.
Aku tidak tahu dimana Randublatung tapi seingatku ketika melihat peta, desa itu letaknya jauh dari Rembang.
Akhirnya kami akrab ngobrol dan dia mengaku bernama Rianti dan di
Jakarta bekerja sebagai SPG. Dari gayanya sepertinya Rianti agak gampang
di goyang. Suasana makin redup dan akhirnya bus berhenti di wilayah
Sukamandi Jabar, kami mendapat makan malam gratis. Ketika aku tinjau,
menunya hanya sepotomg bandeng, sambel dan lalapan. Mereka berdua aku
tawari traktir makan yang lebih enak di bagian lain restoran. Mulanya
Rianti agak canggung, tetapi Ninik, gadis kecil itu langsung setuju.
Maka kami makan dengan hidangan yang lebih baik.
Setelah makan kami kembali duduk di bus, dan obrolan kami makin akrab.
Seperti biasanya, bus ini sesampai di Rembang masih gelap mungkin
sekitar pukul 3 pagi. Menurut Rianti mereka mau menunggu di warung
tempat pemberhentian bus sampai hari agak terang. Setelah itu baru
melanjutkan perjalanan ke Desa.
Trenyuh juga mendengar cerita mereka, sehingga aku menawarkan untuk
menginap saja di hotel, sampai hari mulai terang, setelah itu baru jalan
ke kampung. Saya gak punya duit mas, lha wong ini aja uangnya ngepas
banget, kata Rianti.
Aku lalu menawarkan biar aku saja yang bayar, dan aku juga akan ikut turun di Rembang.
Sejak naik dari rumah makan tadi, Rianti makin akrab saja, dia memeluk
tanganku. Katanya dia merasa dingin. Aku merasakan tekanan dari susunya
ke bagian lenganku. Perlakuan ini membuat voltase di tubuhku meningkat.
Aku lantas berpikir, buat apa turun di Rembang kalau memang tujuannya
untuk menginap. Aku menawarkan untuk menginap saja di Semarang. Tanpa
pertanyaan sedikit pun Rianti langsung menyetujui. Dia makin erat
memelukku, seperti kami sudah lama berkenalan.
Sementara rangsangan makin tinggi, aku belum menemukan jalan, bagaimana
cara mengeksekusi Rianti, kalau ada keponakannya. Tidak ada titik
terang, sementara bus sudah mulai memasuki Kendal, yang berarti tidak
lama lagi akan sampai Semarang.
Sesampainya di Semarang kami turun dari bus dan langsung berpindah ke
taksi. Aku memilih hotel Ciputra di Simpang lima Semarang. Rianti dan
Ninik seperti terheran-heran melihat hotel pilihanku. Oom bagus banget
hotelnya, kan mahal nginep di sini, kata Ninik. Aku mendapat kamar
double bed. Mas sayang-sayang kalau cuma nginep sebentar di sini,
kamarnya enak banget, kata Rianti sambil melihat sekeliling. Ninik
mencoba tempat tidur yang memang empuk dia duduk sambil
menggenjot-genjot kasur.
Setelah mengemas barang, yang hanya sebuah ransel, aku pamit mau
menyegarkan badan. Sambil menggosok gigi aku mengisi bak dengan air
hangat. Rasanya nikmat sekali berendam berlama-lama dalam bak mandi.
Kontolku dari tadi sudah menegang, jadi semakin keras ketika terendam
air hangat. Aku dikejutkan oleh pintu kamar mandi yang tiba-tiba
terbuka. Rianti sambil cengar-cengir mengatakan tidak tahan, kebelet
pipis. Setelah memelorotkan celana dalamnya dia langsung duduk di
closet. Terdengar desiran air kencingnya cukup lama juga. Aku tidak bisa
berlindung, karena sedang telentang dan full telanjang. Rianti mencoba
merasakan hangatnya air. Enak ya mas, tanyanya.
Seger banget, kataku.
Aku ikutan ah berendam, badan ku yo terasa lengket, karena tadi mau berangkat gak sempet mandi.
Setelah membersihkan kemaluannya dengan semprotan air. Tanpa ragu
Rianti mulai membuka bajunya satu persatu. Aku memperhatikan, bodynya
cukup menggiurkan, Susunya tegak menantang dengan pentil yang masih
kecil. Itu menandakan dia belum pernah hamil. Yang luar biasa bulu di
bawah sana hitam lebat. Warnanya kontras sekali dengan kulitnya yang
putih. Rianti tanpa ragu langsung melangkah masuk ke dalam bath tub.
Rianti mengambil posisi membelakangiku. Tanpa komando tanganku langsung
mencengkram kedua bongkahan susunya. Penisku makin mengeras dan
menerjang bagian belakang Rianti.
Merasa penisku menrjang badannya Rianti berbalik posisi dan langsung
meraih penisku. Digenggam-genggamnya. Nikmat yang luar biasa membuat aku
makin menyelonjorkan tubuhku sehingga posisiku jadi telentang terendam
air hangat.
Rianti menyelam dan mulutnya langsung melahap penisku. Aku tidak
menduga dia secepat ini melakukan itu, Sehingga aku agak berjingkat
ketika bibirnya menyentuh kepala penisku.
Dia tidak bisa berlama-lama karena sesak nafas di dalam air. Tanpa
kuminta, Rianti menduduki penisku dan penisku dipegangnya lalu
dibimbingnya memasuki lubang vaginanya.
Memasukkan penis ke vagina di dalam air, terasa agak sulit, karena
lubang memek Rianti terasa kesat. Namun rianti tidak putus asa, dia
mencoba terus sampai akhirnya terbenam juga seluruh batangku di dalam
memeknya.
Nikmat sekali rasanya, memek Rianti terasa sempit sekali. Mungkin
karena pengaruh berendam di dalam air, atau memang aslinya sempit
begini. Aku tidak ambil pusing, karena pikiranku terfokus menikmati
genjotan Rianti.
Pintu kamar mandi terbuka tiba-tiba. Muncul si kecil Ninik. Dia
terkejut dan melakukan gerakan menutup mulutnya dengan tangan. Posisi
kami tidak bisa disembunyikan lagi, karena Rianti yang bugil sedang
berada diatas tubuhku yang juga bugil.
Ninik kebelet pipis nih, dari tadi ditunggui lama banget. Kata Ninik.
Dia seperti juga Rianti tadi langsung memelorotkan celana dan duduk di closet. Desiran air kencingnya terdengar nyaring.
Sementara dia duduk di closet, Rianti seperti tidak perduli dia terus menggenjotku sampai aitnya tertumpah dari bak.
Ninik duduk termangu menonton kami berhubungan, meski kencingnya sudah
selesai dari tadi. Situasi sudah tanggung, Nini kugamit untuk bergabung
berendam di bak. Dia kuminta membuka bajunya. Tidak terlalu repot, Ninik
mengikuti anjuranku. Dia melolosi satu persatu bajunya. Setelah baju
luarnya yang terdiri dari celana jins dan kaus putih di lepas,
tinggallah celana dalam pink bergambar tokoh kartun dan miniset. Dia
melepas minisetnya terlebih dahulu. Teteknya langsung menyembul gempal
dengan pentil yang masih kecil sekali. Ukuran tetek Nini seharusnya
sudah memerlukan BH, karena minisetnya sudah kelihatan sempit.
Setelah menggantungkan minisetnya dia meloloskan celana dalamnya. Aku
tidak bisa langsung melihat kemaluannya. Yang tampak hanya bongkahan
pantat kecilnya. Sepintas terlihat memeknya yang masih gundul, ketika
dia masuk ke dalam bak mandi. Ninik mengambil tempat di bagian kakiku.
Bak mandi jadi sesak diisi tiga orang, dua diantaranya sedang
beraktifitas.
Gerakan jadi tidak leluasa lagi sehingga aku menyarankan Rianti keluar
dari bak mandi dan meneruskan di luar. Rianti kuatur memunggungiku
dengan posisi merunduk bertopang wastafel, Aku menggenjotnya dari
belakang. Batangku dengan mudah masuk ke dalam lubang memeknya yang
terasa sangat licin. Rianti seperti tidak peduli dengan kehadiran Ninik.
Dia mendesah-desah dan merintih sampai akhirnya menjerit dan kakinya
dirapatkan. Terasa lubang memeknya berkedut-kedut. Rianti mendapatkan
orgasmenya yang pertama. Sementara aku sebetulnya sudah hampir, tetapi
terinterupsi karena Rianti menghentikan gerakannya. Di lepasnya batang
kontolku dari lubang memeknya sehingga penisku mengacung kedepan tegap.
Rianti berusaha memuaskanku dengan jongkok sambil mengulum dan
menghisap penisku. Namun karena konsetrasiku sudah buyar, aku jadi sulit
menikmati, oralnya. Bosan mengoralku yang tak juga mencapai ejakulasi,
akhirnya Rianti berdiri dan dia lalu membersihkan dirinya dengan meraih
shower.
Aku kembali masuk ke bak mandi yang di situ masih ada Ninik. Aku
berhadap-hadapan dengan Ninik. Kuperhatikan teteknya sangat mengkal
dengan putting susu yang menajam diujungnya. Ninik kuraih sehingga dia
kupeluk dengan posisi membelakangiku. Aku meremas perlahan-lahan tetek
mengkalnya. Beda sekali rasa tetek Rianti dengan Ninik. Jika tetek
Rianti terasa lembut oleh lemak, tetek Ninik terasa mengkal dan lebih
keras.. Puas memainkan teteknya aku menggapai belahan memeknya. Jari
tengahku langsung merasa clitorisnya mencuat dan ketika kuraba halus dia
sudah mengeras. Aku terus memainkan clitorisnya sampai akhirnya Ninik
kelojotan mencapai orgasme.
Sementara itu Rianti sudah mengeringkan badan dengan berkemben handuk
dia meninggalkan kami berdua. Aku mentas dari bak mandi. Ninik juga
kuminta keluar. Aku duduk di colset dengan posisi menyandar, sehingga
penisku bebas tegak. Ninik kubimbing berada di atasku . Dia menuruti
saja kemauanku. Sambil berdiri mengangkangi badanku Niniki mendekatkan
lubang memeknya ke kepala penisku yang telah memerah karena sangat
tegang. Aku mengoles-ngoles kepala penisku di sekitar lubang memeknya
sampai terasa ada cairan lendir keluar dari dalam.
Setelah kurasa pelumasan mencukupi, aku berusaha memasukkan kepala
penisku ke memek gundul itu. Agak sempit rasanya, tetapi penisku bisa
terus menerobos kedalam. Kesanku Ninik sudah jebol perawannya. Meski
jepitannya lebih kuat dibanding memek Rianti, tetapi penisku lancar
maju-mundur di lubang memeknya. Aku terus mendekapnya sampai akhirnya
aku menjelang orgasme kutarik badannya dan begitu lepas, meledaklah
ejakulasiku. Lemas sekali badanku. Kami berdua lalu mandi membersihkan
diri dengan shower. Selama mandi itu kutanya Ninik soal keperawanannya.
Dia mengaku memang sudah pernah berhubungan, dengan pacarnya yang sudah
SMA. Karena itulah dia sempat ketahuan selagi asyik main dikamarnya.
Akibatnya Ninik dipulangkan ke kampungnya.
Sekarang inilah proses pemulangan Ninik ke orang tuanya di kampung. Di
Jakarta Ninik tinggal di rumah budenya, yaitu ibunya Rianti. Mbak
Anti, bebas menerima cowoknya menginap di kamarnya, kenapa aku gak boleh
ajak pacarku ke kamarku, kata Nini dengan muka agak merajuk. Aku tidak
mau berkomentar, karena rasanya tidak ada gunanya berkomentar pada saat
seperti ini. Aku berbalut handuk dan juga Ninik berkemben handuk kami
masuk menyelinap ke bawah selimut. Rianti sudah mengorok tidur di sisi
kiri, aku memilih posisi ditengah dan Ninik di sisi kananku. Tidak
nyaman rasanya tidur berbalut handuk lembab, maka kubuka handukku dan
kulempar ke kursi, Handuk Ninik juga kulepas, sehingga kami berdua
telanjang di bawah selimut.
Sementara itu Rianti yang juga berbalut handuk perlahan-lahan kulepas
dan ku lempat juag ke kursi. Kami bertiga tidur bugil di bawah selimut.
Rasa lelah dan kecapaian ngentot membuat aku cepat tertidur. Aku
terbangun karena rasa geli di kemaluanku. Kuintip ke bawah, ternyata
Ninik sedang menghisap penisku. Mungkin dia berusaha membangunkan
penisku. Aku berpura-pura tidur. Kulirik di celah korden sudah masuk
cahaya terang matahari. Kulirik jam di meja sudah menunjukkan hamper jam
7 pagi. Kubiarkan Ninik beroperasi sendiri, sementara Rianti masih
ngorok disebelahku. Ninik berusaha memasukkan penisku ke lubang memeknya
dengan posisi menduduki badanku. Dia berhasil menelan semua batang
penisku lalu dia melakukan gerakan naik turun, kadang-kadang maju
mundur. Mungkin dia bosan pada posisi itu, dia bangkit berdiri dan
membalikkan badannya sehingga memunggungiku. Ninik kembali jongkok dan
kembali menggenjot.
Dia mencoba merebahkan badannya ke depan sampai hampir mencium kakiku.
Penisku terasa dipaksa menghadap kebawah. Ninik kesulitan melakukan
gerakan pada posisi itu, karena lubang memeknya seperti kedongkrak oleh
batang penisku yang sedang keras sempurna. Ninik berdiri lagi dan dia
berbalik arah kembali ke posisi berhadapan denganku . Penisku kembali
dimasukkan ke dalam memeknya. Dia menggenjot sebentar lalu merabhkan
badannya. Sambil memelukku dia terus mengggerakkan-gerakan pinggulnya.
Posisi ini agak sulit, karena berkali-kali penisku lepas dari lubang
memeknya. Ninik kembali ke posisi mendudukiku, dia rupanya menemukan
posisi nikmatnya sehingga gerakannya makin liar, dan tak lama kemudian
berhenti menggenjot dan terasa memeknya berdenyut-denyut.
Aku jadi dalam posisi nanggung sehingga kusibak selimut dan langsung
kuarahkan penisku memasuki memek Rianti. Memeknya terasa berlendir.
Berarti dia sudah bangun dari tadi dan sempat melihat permainan kami
sehingga di terangsang. Bagitu penisku ambles, dia langsung mengerang.
Kugenjot dengan gerakan kasar, Rianti merintih-rintih. Sayangnya
memeknya terlalu banjir sehingga kurang mencengkeram. Aku terus berusaha
kosentrasi untuk mencapai puncak. Namun setelah sekian lama masih juga
belum berhasil, sampai badanku lelah. Kubalikkan posisi dengan tetap
mempertahankan kontolku di dalam memek Rianti. Dia mengerti dan kini
Rianti memegang kendali. Dia bergerak maju mundur naik turun di atas
tubuhku.
Menjelang aku orgasme Rianti sudah memekik sambil menjepit kontolku.
Mendengar teriakan itu aku jadi tak mampu lagi menahan ejakulasiku dan
kulepas saja di dalam memeknya. Pada suasana seperti itu, aku tidak
memikirkan risiko hamil dan sebagainya, yang penting rasanya nikmat.
Rianti langsung jatuh berbaring di sampingku. Aku tertidur telentang dan
agak terengah-engah. Tiba tiba terasa batang penisku dibersihkan dengan
seka an handuk hangat. Kulirik kebawah, ternyata Ninik yang melakukan.
Aku tidak sempat memperhatikan apa yang dilakukan Ninik tadi ketika aku
bertempur dengan Rianti. Setelah dibersihkan , Ninik kembali mengoral
penisku. Tanpa rasa malu dia terus berusaha membangunkan penisku.
Lama juga penisku tidak bangun-bangun, Aku merasa kasihan karena usaha
Nini tidak membawa hasil. Dia kemudian kuminta berbaring dan kakinya
dikangkangkan. Aku melakukan oral buat memek kecil ini. Ninik tersenyum
dan terus menggelinjang merasakan sapuan lidahku di ujung clitorisnya
yang menonjol. Tidak perlu waktu terlalu lama akhirnya memek Ninik
cenat-cenut. Setelah dia mencapai orgasme aku memasukkan jari tengah ke
dalam memeknya, aku mencari G-spotnya. Teraba ada jaringan halus. Aku
memastikan bagian itu G-spotnya karena ketika kusentuh pelan Ninik
bereaksi. Aku serang terus sampai beberapa saat kemudian Ninik memekik.
Dia mencapai orgasme tertingginya. Dari lubang pipisnya meleleh cairan
kental. Jumlahnya tidak banyak, mungkin cuma 3 tetes, tetapi jelas
sekali meleleh keluar.
Melihat reaksi itu, penisku mulai bangun. Belum terlalu sempurna tetapi
cukup keras untuk disodokkan ke memek Ninik. Aku langsung menindih
Ninik dan terasa memeknya mencekat dan masih ada sisa cenat-cenutnya.
Aku genjot langsung dengan gerakan cepat. Nikmat sekali rasanya. Ninik
merintih-rintih, dan dia kembali mendapatkan orgasme berkualitasnya. Aku
menengarai itu karena Ninik kembali menjerit seperti tadi. Aku tidak
memberi kesempatan dia melampiaskan orgasmenya, aku terus menggenjotnya.
Oom ampun oom udah om, memekku ngilu. Aku tidak memperdulikannya dan
terus menggenjot. Sambil mengiba-iba Ninik juga mendesis-desis seperti
menikmati persetubuhan ini. Itulah maka aku tega menggenjot terus dan
memang benar Ninik kembali menjerit.
Pada saat mencapai orgasme, lubang memek terasa lebih nikmat karena
makin ketat mencengkeram dan ada ritme di dalamnya. Kuhentikan sebentar
sampai orgasmenya tuntas lalu kugenjot lagi. Memeknya terasa makin
sempit sehingga aku merasa nikmat dan mengantarku mencapai puncaknya.
Aku sudah seperti lupa daratan sehingga ketika mencapai orgasme
kubenamkan dalam-dalam penisku ke memeknya. Ninikpun menjerit, rupanya
dia juga sampai kepada puncak tertingginya.
Seru banget mainnya, dan berisik, kata Rianti yang duduk bersila dengan tubuh telanjang menonton pertempuranku.
Gila lu Nik kecil-kecil, ngeseknya kuat juga, kata Rianti mengomentari adik sepupunya.
Aku istirahat sebentar. Ninik sempat tertidur dan mendengkur halus.
Kulihat jam sudah menunjukkan jam 8 pagi lewat 10 menit. Aku menggamit
Rianti dan membangunkan Ninik. Kami mandi bertiga di kamar mandi sambil
saling menyabuni. Pagi itu badanku terasa ringan sekali. Kami bertiga
turun ke coffee Shop untuk sarapan pagi. Ninik terkagum-kagum oleh
banyaknya ragam sarapan pagi yang tersedia. Mungkin dia belum pernah
mengalami hal semacam ini. Sambil menyantap makanan, Ninik mengusulkan
agar bisa menginap semalam lagi di hotel ini. Rianti setuju. Kami memang
akhirnya menambah satu malam lagi di hotel. Sepanjang siang aku hanya
jalan keluar bersama mereka makan di bawah. Mereka mondar-mandir keluar
masuk kamar membawa belanjaan. Rianti dan Ninik memeng kubekali uang
yang lumayan banyak untuk sekedar belanja membeli pakaian dan sepatu di
mall di bawah hotel.
Hari berikutnya aku menyempatkan ke Bojonegoro membereskan urusanku .
Rianti dan Ninik membatalkan pulang kampung. Mereka ikut aku. Dari
Bojonegoro aku langsung memboyong mereka ke Surabaya. Di kota Pahlawan
itu aku juga memilih hotel yang menyambung dengan Tunjungan Plaza.
Mereka senang sekali bebas berkeliaran di mall, sementara aku milih
tidur saja dikamar menjaga stamina. Melawan Rianti, bagiku tidak berat,
tetapi melayani nafsu Ninik kecil aku agak kewalahan juga. Kecil-kecil
kemauannya besar sekali.
Ninik tidak jadi dipulangkan ke kampung, dia ke Jakarta lagi dan kost
bersama Rianti. Rianti memilih tempat kost di dekat tempat kerjanya
sehingga dia hanya perlu jalan kaki saja. Aku yang membantu membayar
sewa kostnya. Dikala sedang suntuk oleh pekerjaan aku melampiaskan
kepada dua memekku itu.
No comments:
Post a Comment