Thursday 31 May 2018

Rinda

Cerita ini terjadi di saat aku masih kelas dua SMA dengan seorang gadis belia yang masih duduk di kelas dua SMP.

Sebut saja gadis ini dengan nama Rinda, dan aku sendiri Ali.
Sekilas tentang si Rinda ini, dia seperti gadis abg lainnya, polos, cantik, dengan buah dada yang masih malu malu menampakkan dirinya dilengkapi dengan bongkahan pantat yang begitu menggoda untuk diremas.

Si gadis ini memiliki sebuah rumah dan sebuah warung yang bersebelahan, jadi setiap siang hari sepulang sekolah dialah yang menjaga warung tersebut.

Singkat cerita, kami bertukaran pin bbm, awal dari pengalaman yang indah.
Di sela sela chatting kami berdua, aku beberapa kali mengajaknya untuk sekedar berjalan memutari kota jakarta, dan dia pun menolak semuanya. Tapi suatu saat dia menerima ajakanku, entahlah apa penyebabnya.
Tibalah hari dimana kami berkencan, malam minggu pukul 7, ketemu di simpang gang rumah, padahal kami ini bertetangga, hahaha

Sesuai tempat janjian, dia datang, dengan mengenakan kaos biru langit yang agak ketat, menonjolkan buah dadanya yang serasa ingin di remas gemas. Dengan celana legging motif kembang kembang pula.
Hmmm, tentu dengan wangi khas abg yang mengunggah selera.

Naiklah dia di kendaraan roda duaku, pada awalnya dia enggan untuk memelukku, tapi apalah daya, jok motorku, yang sedemikian rupa kupapas, yang memaksanya untuk memelukku, "Ahh lembutnya", itulah yang aku rasakan saat dadanya menekan punggungku..

Motorku melaju cukup cepat. Dan membuat pelukannya semakin erat, dan dia berbisik, "Pelan pelan aja bang", terpaksalah aku menurutinya. Dalam perjalanan, aku bertanya, "Mau kemana kita?", dia menjawab, "Terserah abang ajalah." "Gimana kalau kita nonton aja,". "Oke bang".
Meluncurlah kami ke sebuah bioskop, malam minggu di bioskop ini sangat ramai, terpaksalah kami dapat kursi di belakang, deret dua sebelum pojok. Lampu dimatikan, dan film pun dimulai, film ini bergenre horror, terdengar lah suara teriakan para gadis, termasuk gadis manis berkuncir satu yang duduk di sebelahku, dengan spontan dia memeluk tanganku dan memejamkan matanya, aku pun hanya tertawa melihatnya. Dengan sigap, dia mencubit pinggangku seraya berkata, "Abang mah..." dengan sedikit kesakitan aku mencubit kembali hidungnya dengan lembut.
Filmpun berlanjut, tanganku pun masih dipeluk dadanya, sambil sesekali diremas dengan kencang, mengikuti scene scene filmnya... ahh hangat dan lembut dadanya...
Saat ketenggan film mulai menghilang, aku melepaskan tanganku yang sedari tadi di pelukannya, kpindahkan, kucoba merangkulnya, dia pun menerimanya, dengan menempelkan kepalanya ke bahuku. "Ahh, tercium wangi samponya yang begitu menggoda". Aku mencoba merangkul pinggangnya, tanganku terus bergerak mendekati perutnya dan berhenti d isana sambil mengelusnya dengan lembut. Dia semakin merapatkan duduknya. Sambil terus mengelus perutnya, aku mencium atas kepalanya, menikmati wanginya, sambil tanganku yang satu lagi mendekati tangannya yang berada di pahanya..
Kugenggam, kuremas, begitupun dengannya. Setelah selesai meremas tangannya, aku mencoba untuk mengelus pahanya, tanganku ditahan, akupun berhenti tepat dipahanya, tanganku yang sedari tadi mengelus perutnya, mulai mencoba mendakit bukit indahnya, saat mencapai tujuannya, si Rinda berkata," Bang... Jangan...", tanpa memindahkan tanganku yang berada tepat di puncaknya. Seolah olah tidak mendengar, aku pun mulai mengelus puncak itu dengan lembut sesekali meremasnya, dia hanya terdiam, dan terasa tanganku yang sedari tadi di pahanya, diremasnya.. aku mulai meningkatkan permainanku dengan lebih banyak meremas buah dadanya, pelan pelan, semakin lama semakin kuat, terasa sekali buah dadanya yang menegang, ukuran yang pas sekali dengan genggamanku, terdengar lirih suaranya, desahan yang begitu menggairahkan...

Selagi sibuk meremas dada indah itu, tanganku yang satu lagi berusaha melepaskan diri dari genggamannya, dan berusaha mengelus paha itu, keatas kebawah, sampai mendekati bagian intimnya, ya intimnya, yang tercetak menggembung dengan jelas. sesekali aku mengelus bagian itu, dia pun terkaget, dan menatapku, aku pun pura pura tidak tahu hahaha.
Aku pun menoleh kearahnya, kami bertatapan, selagi tanganku meremas dadanya, tanganku yang mengelus pahanya, naik jauh keatas, memegang dagunya, menariknya, mendekati wajahku, matanya terpejam, saat bibir kami hampir bersentuhan.

Tiba tiba saja, wajahnya berpindah haluan, alhasil yang tercium adalah lehernya, kepalang tanggung, aku cium lehernya, aku emut dan tinggalkan sebuah bekas diakhiri dengan "Ahh" dari bibir mininya.
Setelah percobaan pertama untuk menikmati bibirnya gagal, percobaan kedua pun dimulai. Percobaan kedua ini kelihatannya akan berhasil. Saat bibir kami bertemu, terasa hangat deru napasnyaa. Aku mulai menjilati bibir manis tanpa lipstiknya, berharap bibirnya terbuka, setelah terlalu lama menjilati bibirnya, rasanya bibirnya tak terbuka terbuka, dengan sigap aku membisikkan mantranya," Dibuka aja bibirnya, sayang". Dia hanya membalas "Hmm..." Percobaan ketiga pun dimulai, saat bersentuhan, dia langsung membuka mulutnya, aku langsung memanfaatkan kesempatan itu. Memasukkan lidahku, memutar lidahku didalamnya,"Ahhh keliatan sekali jika dia baru pertama kali melakukan ini", aku mencoba melilit lidahnya dengan lidahku, lidahnya hanya diam saja, lambat laun lidahnya mulai bergerak gerak, membentu-benturkan lidahnya, seakan mendorong lidahku keluar dari mulutnya. Aku pun tak mau kalah dalam pertarungan itu, dan memulai serangan balik. Cukup lama pertarungan itu, aku mulai melepaskan bibirku, dan terdengar "Pluk". Kulihat dirinya terengah engah. Keringatnya membasahi keningnya. "Ahhh manis sekali..."

Kembali kami berdiam diri, aku lihat jam, "Ahh baru jam 8.30, masih tersisa 45 menit lagi, sampai film ini habis..."

Suasana seakan kaku, aku mencoba menarik perhatiannya...
dengan menarik narik kunciran rambutnya, yang bermotif bintang bintang khas anak abg.
Tapi dia hanya diem saja, tapi terlihat sebuah senyuman dibibirnya sambil tetap fokus, aneh padahal scenenya masih cukup horror.

Hampir aku menyerah, tapi terbesit untuk membuka kunciran rambut, dan benar saja, baru aku ingin melepasnya, tanganku langsung di tangkapnya. " Yess!", batinku. "Abang mau ngapain?", tanyanya. "Ahh, enggak kok. Cuman mau ngelepas kuncirannya.", balasku. "Kenapa dibuka?", tanyanya lagi. "Ya gak papa, kayaknya keliatan lebih cantik kalau dibuka". Dia membalas hanya dengan senyuman, ya senyuman cukup untuk eksekusinya, maksudnya membuka kunciran rambutnya. Benar saja, dia terlihat lebih anggun untuk gadis seusianya, rambut lurus yang cukup panjang untuk menutupi putih mulus lehernya. Aku mencoba untuk mengatur rambutnya, otomatis dia menghadapku, terlihat dalam kegelapan dia tersenyum, dan terlihat samar-samar bekas merah di lehernya, "Ahhh tanda kekuasaanku", sekian lama mengelus rambutnya, "Coba deh julurin lidahnya, dek", pintaku. Dia keliatan kaget, "Ehh, buat apa bang?!". "Ahh, enggak. Gak mau juga gak papa". Tapi dia hanya diam, dan kulihat mulutnya mulai terbuka, dan lidahnya mulai terjulur. Dan langsung kutangkap dengan mulutku, happ, langsung kuemut, emut maju mundur cantik cantik, kulihat tangannya, berusaha untuk melepas wajah kami, dengan cepat kutangkap dan kutahan sampai permainan kami selesai, setelah selesai, kulihat dia kembali terengah engahh. mukanya kelihatan merah sekali.
Ku coba berbasa basi, "Kenapa ngos ngosan gitu kamu dek?", "Au deh kenapa...", jawabnya.
Akupun hanya tertawa mendengarnya.

Film pun berakhir, kami bersiap untuk keluar, tiba-tiba, dia menggandeng tanganku dengan mesranya. "Ahhh, umpanku membuahkan hasil."
Kami pun pulang, tanpa malu lagi dia memelukku dengan eratnya, motorku bergerak dengan lambatnya berharap akan seperti ini selamanya, ternyata tidak, rupanya kami sudah berada di gang rumah kami. Aku lihat sekeliling, kok sepi sekali, ternyata sudah hampir jam 10, dia pun turun, dan kata pertama yang keluar dari mulutnya,"Terima kasih bang". "Buat apa?" "Buat malam ini lah". Aku pun hanya tertawa.

Aku pun memegang kedua tangannya kunaikkan ke leherku. Dia berkata dengan lirih,"Jangan di sini bang". Aku tak mendengarkannyaa, tanganku pun merengkul pinggulnya, untuk mendekat padaku, dia hanya diam dan pasrah. Kembali dia berkata," Jangan bang..."
Tapi kepalang tanggung, bibir kami sudah sangat dekat, kukecup bibirnya, kukecup lagi, dia pun mulai mengecup juga. Kukecup lagi, dia pun langsung membalas, langsung saja , kumasukki mulutnya, ku geluti seluruh mulutnya, kulilit lidahnya, begitu panasnya ciuman kami, tanganku yang dipunggulnya mulai berangkat menuju dua bongkahan pantatnya yang terbungkus legging panjang motif kembang.
Tepat tanganku berada di bongkahan padat itu, satu tangan Rinda berusaha mencegahnya, tapi apalah daya, nafsu yang tertahan sejak di bioskop tadi sudah tak terbendung lagi.
Kembali kuremas bongkahan pantat itu, kiri kanan kiri kanan. Rinda pun mulai pasrah dan merangkul leherku dengan erat.
Ku ilit lidahnya, kuemut sekuat-kuatnya, sambil kuremas pantatnya, ahhh sudah tak tahan, konti ku sudah sangat sangat tegang.
Kulepas bibir kami, ku telesuri leher nan putih mulus itu, kujilatin, si Rinda hanya mendesis keenakkan, menikmati cumbuanku padanya. Kurasakan di balik legging panjangnya dia hanya memkai cd, ya cd, ingin sekali ku membukanya dan melepas cd nya. Tapi apalah aku masih berusaha untuk menahan nafsuku. Sampai pada saat aku ingin mencium bagian atas belahan dadanya, barulah aku tersadar untuk menghentikan aksiku. Entah kenapa aku berhenti, dan mengusap kepalanya seraya memberikan sebuah ciuman di keningnya, sambil berkata,"Maafkan aku". Dia hanya membalas dengan memelukku.
Setelah itu kami pulang ke rumah masing masing.
Sampai di rumah, ada pesan masuk dari si Rinda,"Bang, kok ada bekas merah di leherku, sih?" Begitulah kira kira isinya. Aku jawab saja, jika itu adalah tanda cinta aku padanya. Ujung dari sms itu adalah ajakannya untuk lari pagi, ya lari pagi jam 5 pagi, begitu malas untuk menyanggupinya, tapi mau gimana lagi, barangkali bisa sekalian "olahraga pagi", pikirku.

Tepat pukul 5 pagi, aku sudah menunggunya di tempat yang sudah kita janjikan semalam, dengan mengenakan celana pendek olah raga, sepatu training, dan kaos putih. Tak lama si Rinda datang, ya pakaiannya seperti pakaian yang biasa digunakan untuk lari pagi.
Kami bercerita banyak, bercanda gurau, ya pagi yang menyenangkan tanpa hal-hal kotor yang mencampurinya.
Setelah kami mutar mutar, kami memutuskan untuk pulang.
Hmm, gak bisa "olahraga pagi" yang sebenarnya.
Biarlah, rezeki mah tak kemana.

Siang harinya, aku iseng menelponnya, "Dek, lagi dimana?". "Lagi di warung, bang". "Lah ngapain di warung siang siang gini?". "Mau tau aja si bang...". "Abang ke sana ya?". "Sini aja bang". Aku pun langsung meluncur ke TKP, yang hanya berjarak beberapa meter saja.
Kulihat sekeliling warung, hmm cukup sepi di siang hari seperti ini. Kutengok rumahnya yang berada tepat di sebelah warung itu, sepi ya sepi, kelihatannya sedang pergi.

Aku masuk ke warungnya, sedikit tentang warungnya, warungnya seperti kontrakkan 2 kamar, ruang depan untuk warungnya, ruang belakang dipisahkan dengan satu pintu yang isinya seperti gudang yang tertata cukup rapi.

Kulihat dia sedang memasukkan minuman ke dalam mesin pendingin, yang letaknya berada di sebelah pintu penghubung ke ruangan belakang.

Terlihat jelas cetakan cdnya saat dia membungkuk memasukkan botol botol itu.
Menggoda sekali.

Aku langsung memeluknya dari belakang, sambil berkata,"Sayang, lagi sibuk ya?". Sambil tanganku begerak keperutnya, dan merapatkan dirinya. Sambil terkaget dia berkata,"Ihh, abang ngagetin aja". Sambil tangannya berusaha untuk melepaskan tanganku yang lagi sibuk mengelus-ngelus perut kecilnya. Seakan tidak mendengarkan, aku malah menncium lehernya, menjilatnya. "Ahh", hanya itu yang terdengar dari mulutnya. Tanganku berusaha mencapai buah dadanya yang baru tumbuh itu. "Ahh, bang. Jangan, nanti ada yang lihat..."
Aku tak peduli, aku teruskan kegiatan itu, meremas dengan lembut. Tanganku yang satu lagi pun ikut menjelajah ke pahanya, kebetulan saat itu dia pakai celana pendek model boxer. Aku merabanya, ku angkat sedikit celananya, dengan cepat kuraba paha putih mulus tanpa noda itu... "Halus..." Itu yang kurasakan. Si Rinda mendesah-desah kegelian. Dia berkata,"Bang, pintu...". Bagai tersambar petir, aku langsung bergerak cepat ke pintu yang masih terbuka lebar, langsung kututup dan kukunci dari dalam. Aku langsung kembali ke tempat Rinda, yang masih tersengal-sengal nafasnya. Kudekati dia, kubalikin tubuhnya membelakangi dinding...
Lalu kubisikkan mantranya, "Sudah aman sayang". Kumulai lagi dengan mencium mulutnya..
 Kujulurkan lidahku, kucongkel congkel bibirnya dengan lembut, berharap dia membuka mulutnya. Tak lama mulutnya terbuka, aku langsung memanfaatkan momen itu. Kedua tanganku mengarah ke pantatnya. Kuremas remas dengan cukup keras...

Lidah kami sudah memulai pertarungannya. Dia lebih mahir dari yang kemarin, dia sudah cukup berkembang. Permainan kami pun semakin panas, rasanya ada sesuatu yang bergerak menuju selangkanganku. Ternyata itu tangan si Rinda, OMG apa yang terjadi. Apa yang terjadi? Kenapa dia begitu agresif. Saat itu aku masih pakai celana olah raga pendek. Kubiarkan tangan itu kelayaban disana.
Tak mau kalah, tanganku pun mulai merayap ke selangkangannya. Ku elus paha dalamnya yang masih terbungkus celana. Sambil sesekali ku elus bagian tengahnya. Ahh, nafsuku sudah di ujung kepalaku.
Ku lepas ciumanku, ku mulai menjilati pipinya, bergerak ke kupingnya. Kujilat, kugigit kecil. Lalu bergerak lagi ke lehernya.. Dia hanya mengerang kegelian. Aku mulai mengemut lehernya, tepat di bekas merah yang kemarin kubuat. Kedua tangannya langsung ingin menarik kepalaku saat ku emut bagian itu, tapi tak bisa lepas. Aku terus saja mengemutnya. Sekian lama baru aku lepas, terciptala tanda merah yang lebih merah dari sebelumnya.

Kulihat dia terengah-engah. Matanya terpejam, kedua tangannya menempel ke dinding. Kuberbisik, "Enak ya sayang?". "Hmm..." Hanya itu yang terdengar dari mulutnya.

Kusudahi saja permainan hari itu. "Tak perlu terburu-buru," pikirku. Kuakhiri dengan ciuman.

Dan berbisik,"Nanti lagi ya sayang." "Ya...", jawabnya. Tampak ada rasa kecewa di raut wajahnya. Tapi mau gimana lagi. Kalau kuturuti bisa aku ekse di sana nanti.

Aku berbalik dan bersiap melangkah keluar. Baru satu langkah. Si Rinda langsung memelukku dari belakang. Erat, erat sekali. Kubiarkan saja dia memelukku seperti. Tak lama,"Bang", ucapnya. Pelukannya dilepas, aku berbalik menghadapnya. Dia langsung memelukku. Erat... Aku pun ikut memeluknya. Tanganku merangkul pingganggnya. Kurapatkan tubuhku, rapat sekali. Terasa dadanya naik turun saat dia bernapas. Dia berucap, "Bang, gendong...", dengan manjanya. Akupun melakukan seperti yang ia pinta. Kugendong dia, agak berat rasanya. Mungkin daging di bongkahan pantatnya yang membuat berat. Kini kami sejajar, mukanya kelihatan merah sekali. Tangannya merangkul leherku. Dia langsung mencium bibirku dengan ganasnya. "Sial, apa harus kutuntaskan sekarang?!", pikirku. Kamipun berciuman kembali, dengan ganasnya. Dia mulai berani menjilati lidahku, digigit kecilnya lidahku. Akupun menikmatinya. Sepertinya dia bernafsu sekali. Kulepaskan bibirku, kudaratkan bibirku di belahan dadanya, "Ahh...", pekiknya. Kujilati seganas mungkin, kugigitin, kuemut dan tinggalkan bekas disana. Ku gendong dia, ku bawa dia ke ruangan belakang. Kuturunin dia, ku mulai mencumbu dadanya yang masih terbungkus kaos biru muda. Dia hanya pasrah dan meremas kepalaku. Tanpa sepengetahuannya, celana olahragaku sudah kubuka, sekarang aku hanya pakai cd, cd yang Tak muat menampung batang penis ku yang menegang keras.

Aku mulai sedikit membuka kaosnya... ku usap usap perut putihnya, ku tusuk tusuk lubang pusarnya dengan jariku. Ku sandarkan dia ke dinding. Ku cium bibirnya yang tipis itu. Ku emut habis habisan. Ludah kami sudah bercampur. Ku genggam tangannya, kuarakan ke selangkanganku yang menggembung dan berontak didalam cd itu. Tampak dia terkaget saat pertama kali menyentuhnya. Pergelangan tangangannya ku genggam, kuarah kembali ke tempat itu. Bibir kami masih sibuk dengan kegiatan lahap melahapnya.

Kembali kusentuhkan tangannya, ku naik turunkan tangannya. Lama kelamaan baru kulepaskan tanganku. Ku biarkan dia meraba cd ku yang didalamnya bersembunyi penis perkasa yang siap menerjang vagina mininya. Tangangku mulai bersiap membuka kaosnya, membuat kedua tangannya terangkat keatas. Terpampanglah, BH biru muda kecil, ada pita di tengahnya. Putih, bersih sekali. Tanpa di suruh lagi tangannya kembali meraba raba cd ku yang hampir robek menahan betapa keras isi didalamnya. Mataku terpana akan BH mini yang ada di hadapanku. Langsung kujilat pinggiran BH itu. Ku jilatin dari kanan terus berjalah ke kiri. Rinda hanya menggeliat kegelian... "Ahh, seksi sekali dia". Kumulai meraba punggungnya, mencari pengait BHnya, bibirku masih sibuk menjilati dadanya. Rasanya begitu lembut sekali.

Kurasa pergerakan dibawah, tangannya mulai berani masuk ke dalam CDku dan bertemu penisku yang berdenyut.
Lembut sekali telapak tangannya. Nafsuku sudah
Tak terkendali, kutemukan kait BHnya, kulepaskan dengan segera. Tak sampai di situ, tangan ku langsung bergerak kebawah, ke celana lang sung kutarik kebawah sampai ke dengkulnya..

Ahh manis sekali CD biru muda dengan pita putih serasi sekali dengan BHnya.

Kulihat kakinya bergerak gerak berusaha menurunkan celananya yang masih tersangkut di dengkul. Sementara aku sudah sibuk bermain di toketnya, yang dilengkapi puting merah muda yang mulai menegang. Kumulai menjilati putingnya yang kanan, tanganku sibuk memilin putingnya yang kiri. Dia hanya mengerang... "Ahh... Bang... Geli bang..."Seraya kedua tangannya berusaha meremas rambutku. Bagai kesetanan aku lanjutkan menyantap dada itu, dari kanan ke kiri, dari kiri ke kanan. Terlihat beberapa bekas merah di sana. Tanganku berusaha membuka CDku, yang sudah tercetak sedikit pelumasku. Ahh lega rasanya. Penisku yang berukuran cukup panjang dan cukup besar itu mengangguk angguk melihat CD biru muda di hadapannya. Tanpa babibu lagi, kurogoh celana dalamnya, lembab, itu yang kurasakan pertama
Sementara bibirku sudah sibuk mencari bibirnya, dan bersiap untuk melumatnya...

Ku elus vaginanya, terasa ada cairan yang keluar dari dalamnya. Becek. Bibirnya tak bisa mengerang karena sudah ku sumpal dengan mulutku. Kedua tangannya erat merangkul leherku. Tanganku sibuk mencari itil kecilnya. Agak susah, tapi akhirnya ketemu. Baru sekali ku colek, tubuhnya bergetar, lidahku sampai tergigit karenannya. Kulepaskan ciumanku sambil berkata,"Kenapa sayang?". "Aku pipis bang", jawabnya dengan polosnya. Aku kembali tersenyum dan mulai memainkann itilnya. Tangannya berusaha mencegahnya, yang sepertinya tak sepenuh hati. Dia hanya memegang tanganku yang sibuk memainkannya itil kecilnya, dan mencongkel congkel lubang nikmat itu. Ku lihat keningnya yang penuh dengan keringat, nafasnya yang memburu begitu cepat, dadanya yang penuh bekas kebangganku. Begitu sempurnanya pemandangan itu.

Kumulai menurunkan CDnya.. Terpampanglah vagina kecil, yang dihiasi bulu bulu halus, dan ada sedikit cairan disana. Pemandangan yang begitu menggairahkan.
Dalam keadaan berdiri seperti itu, ku bawa tangannya untuk memelukku. Sementara satu tanganku mengarahkan penisku ke vaginanya. si Rinda berkata,"Jangan bang...", "Tak apa sayang, tak abang masukkan kok." Bagai lelaki sejati, aku menepati janjiku, aku hanya menggesek vagina kecil yang sudah begitu basah, dengan penisku yang sudah begitu keras menegang. Sempat terpikir olehku,"Sepertinya takkan muat jika kumasukkan".


Aku menggeseknya maju mundur. Kuremas pantatnya, kuemut putingnya, dia hanya mengerang ngerang. Kumaju mundurkan tubuhku.

Kumulai ajak dia untuk berbaring. Awalnya dia tak mau, tapi kuyakinkan. Dia akhirnya menurut. Kugulung gulung baju dan kaosnya untuk kujadikan bantalan kepalanya. Kugulung gulung kaos dan celanaku kujadikan bantalan pantatnya
.
Kumulai dengan mencium bibirnya, dengan satu tanganku meremas remas toket mininya, dan mulai turun meraba vaginanya...
Aku mulai memainkan itilnya, terasa sekali dia seperti mengangkang setiap ku mainkan itilnya, seperti menyuruhku memasuki dirinya dari bawah. Kulepaskan ciumanku, ku mulai melumat puting merah mudanya yang menegang dengan indah. Tanganku masih tetap mempermainkan itilnya. Kelihatannya dia sudah ingin orgasme untuk kedua kalinya. Cepat kuhentikan semua kegiatanku itu. Terlihat di sorot matanya, yang mempertanyakan kenapa tiba tiba aku berhenti. Aku lihat vagina kecil yang indah itu sudah sangat memerah, aku buka belahannya terlihat lubang kenikmatin merah muda. Ku siapkan penisku yang sudah minta jatahnya. "Bang, jangan...", begitu katanya. Aku tak peduli lagi. Kuposisikan penisku di depan lubang kebahagiaan itu. Anehnya, pahanya semakin mengangkang, semakin terlihat jelas target untuk roketku. Kumasukkan kepala bawahku. "AHHH, sakit bang pekiknya. Kudiamkan diposisi itu, kujilati puting toketnya untuk menghiburnya. Setelah agak tenang kulanjutkan aksiku menusuk dirinya. Terasa seperti aku merobek sesuatu di bawah sana, diiringi pekik kesakitannya, dibarengi dengan keluarnya darah. "Ahh, perawannya.", gumamku. Kumulain lanjutkan seranganku. Agak sulit, tapi berhasil, belum seluruh penisku masuk dan terasa aku seperti menabrak suatu dinding di dalamnya. Enak sekali rasanya. Penisku di remas remas nya. Mantap. Aku mulia memundurkan pantatku, kulihat ekspresinya begitu menggoda. Bibir bawahnya digigitnya. Seksi sekali. Kumajukan lagi, terasa lagi aku menabarak dinding itu. Maju mundur maju
mundur, kulakukan secara bertahap, sambil kuperhatikan ekspresinya yang keenakan.
Pelan pelan, kencang kencang. Diiringi erangannya yang menggairahkan. Tiba tiba saja,"Bang, aku mau pipis lagi". Semakin kupercepat pompaanku, tak lama kurasakan tubuhnya menegang, diingin pekikkannya,"Abangggggg........". Kurasakan penisku tersiram cairan hangat. Kubiarkan dia menikmatinya. Sambil kukecup bibir manisnya. Setelah kurasa cukup, aku kembali memaju mundurkan pantatku, beberapa kali penisku kembali menabarak dinding itu.
Teriakannya yang begitu keras membuatku agak takut. "Jangan keras keras sayang nanti ada yang dengar". Akhirnya volumenya dikecilkan. Aku masih memompa lubang itu, tak peduli lagi walau harus mengenai dinding itu. Sambil sesekali kugigit putingnya dari kiri ke kanan. Ahh, sepertinya penisku akan meletuskan cairan hangatnya. Semakin ku percepat pompannku. Dan kudengar,"Bang aku mau pipis lagi", dari mulutnya. Maka semakin kupercepat pompaanku, selang beberapa menit kurasakan tubuhnya menegang dengan dahsyat. Akupun tak mau kalah ku tancapkan penisku dalam, rasanya seperti menembus didinding yang tadi.
Ahhhhhh.....
Kutumpahkan cairan hangatku didalam sana. Kucium bibirnya dengan ganas. Cukup banyak pejuh ku yang kutumpahkan didalamnya.
Kubiarkan dia menikmati orgamesnya.

Tak lama kucabut penisku yang rasanya masih menegang. Kulihat cukup banyak cairan yang keluar dari dalam lubang itu..
Puas sekali rasanya.

Kukecup keningnya, kubisikkan,"Terima kasih sayang. Dia hanyaa memelukku, dan kurasakan air hangat turun dari matanya, kubiarkan saja, padahal penisku masih menginginkan ronde ke dua...

Setelag selesai, kami mulai berkemas memakai pakaian kami. Sepertinya dia agak malu berpakaian dihadapan, sehingga dia membelakangiku. Aku cuek saja.

Kami sama sama membersihkan arena pertarungan kami.

Sebelum aku meninggalkan arena itu, aku sempat mencumbunya dengan nafsu srigala.
 

No comments:

Post a Comment