Sejak sore tadi hujan menggericik tak deras. Luisa berbaring di
ranjangnya berselimut tebal. Pintu kamarnya terkunci rapat. Luisa
mendehem-dehem nikmat, matanya sayu tapi nafasnya memburu. Sesekali kain
selimut tersingkap sehingga beberapa bagian tubuhnya yang tak berbusana
nampak dari luar.
"Ahh.. ehg.. emhh.."
Gadis itu terduduk dan menyingkap selimut tebalnya. Keringat dingin
membasahi tubuhnya yang memang bugil sama sekali. Kepalanya
mendongak-dongak menahan ilusinya ketika sebatang dildo bergoyang-goyang
di liang vaginanya. Buah dadanya yang berukuran 36 lengkap dengan
putingnya yang kenyal membengkak menggairahkan. Lendir kawinnya sudah
menggenang di sprei kasur. Tepat diatas lendir itu pussy Luisa yang
besar berbulu tipis merekah disodok batang dildo ukuran L.
"Uahh.."
Orgasme telah diraihnya. Luisa terlentang lemas. Batang dildo itu masih
menancap di pussy-nya. Enggan rupanya Luisa mencabutnya. Matanya
terpejam, nafasnya masih terengah-engah. Tiba-tiba dering telpon
mengganggunya.
"Kring.. kring.."
"Hallo.." Luisa menerima telpon sambil menjilati ujung dildo yang barusan bersarang di pussy nya.
"Luisa, hujan-hujan gini enaknya ngapain?" tanya suara di seberang.
"Enaknya dikelonin kamu," jawab Luisa sekenanya.
"Hi.. hi.. kalau gitu, kamu saya undang deh. Sekarang ke Star Pub deh, kita tunggu. Jangan lupa be a sexy girl, okey?"
"Klik.."
Luisa segera meletakkan gagang telepon di induknya.
*****
Luisa masuk ke dalam caf kecil itu. Pintu masuk caf nampak tertulis
"CLOSE", tapi tidak bagi anggota pub. Suasana di caf sepi, tapi
sayup-sayup Luisa mendengar gemuruh tawa di lantai atas. Luisa segera
menuju ruang atas. Begitu Luisa masuk beberapa anggota lain segera
menyambutnya.
"Hai Luisa," sapa Sidney yang hanya memakai CD transparan sedangkan susunya yang sekal bergelantungan dengan bebas.
"Hai, makin motok saja susumu," balas Luisa sambil meremas susu kiri Sidney.
"Saya baru main sama Leo," ujar Sidney menunjuk pria tegap telanjang
yang duduk jongkok di sudut ruangan. Pistolnya mengayun-ayun tegang
sejak tadi.
"Hai Luisa, kita sudah nunggu kamu dari tadi loh," sapa Sari yang
memakai CD merah dan BH hitam, kontras banget tapi seksi banget.
Kemudian mereka saling berciuman beberapa menit. Sembari berciuman,
tangan Luisa sudah nakal menyusup ke CD Sari.
"Kamu baru aja cukur ya?" tanya Luisa ketika jemarinya merasakan bulu-bulu pussy Sari.
Sari tersenyum malu.
"Nggak pa-pa lagi, rasanya malah geli-geli nikmat. Hi.. hi..," Sari tertawa cekikikan lalu berlalu.
Mata Luisa memedar berbinar-binar ke seluruh ruangan. Ada dua belas
orang di ruangan itu. Kesemuanya saling bersaing memperlihatkan
keseksian tubuhnya. Wita memakai bikini putih tipis sehingga puting
susunya nampak menyembul menggoda. Lia cantik banget malam itu, rambut
panjangnya meriap-riap seksi. Apalagi Lia memakai CD putih berenda dan
BH putih yang kelihatan puting susunya karena dilubangi pada bagian
putingnya, Luisa bener-bener pingin melumat susunya. Maka Luisapun
segera mendekati Lia
"Li, kamu cantik sekali malam ini." Sapa Luisa sambil mempermainkan puting susu Lia yang sengaja disembulkan itu.
"Inikan maksud kamu? Kalau kamu mau, isep aja." Bagai gayung tersambut.
"Ntar kamu main sama aku yah?"
Lia mengangguk lalu pergi menghampiri Si ganteng Ricko yang pakai CD
pink, sejak tadi pistolnya tegang terus melihat pemandangan yang
merangsang itu.
Jude (tokoh: Jude, Guru Privatku) memakai BH yang ketat banget hingga
susu "Pamela Anderson" nya bagai berebut ingin keluar kain tipis itu,
sedang pussynya dibiarkan saja dipelototin sama Tino yang sejak tadi
penny nya pingin menerobos jaring tipisnya. Ayu yang pakai daster pendek
transparan tanpa CD dan BH memamerkan pahanya di atas meja. Hanya orang
nggak waras saja yang nggak berminat sama paha mulusnya. Cindylah yang
paling sexy, doski hanya mengenakan stocking hitam sebatas paha dan
duduk dengan santainya sambil memamerkan pussynya yang berambut tipis.
Pengen banget Luisa melumat klitoris mungil Cindy.
Luisa sendiri memakai CD tipis bertali dan BH bertali yang hanya menutup
nipplesnya saja. Sedang Mbak Sarah sang ketua party yang polos los
sedang sibuk menjilati dildo barunya. Begitu melihat Luisa datang Mbak
Sarah segera menepuk tangannya bertanda party akan segera dimulai.
Semuanya segera berkumpul di tengah ruangan.
"Nah, gimana nih? Siapa yang pengin main duluan?" ujar Mbak Sarah membuka acara.
"Saya!" Ayu menunjuk jari.
"Kebetulan Ayu, sudah lama kita nggak liat lagi tarian pecut asmaramu itu." Sambut si Ricko.
"Okey, Cin, nyalakan tapenya!" kata Ayu.
Cindy segera menyalakan tape recorder kecil. Lalu terdengar suara music
yang memancarkan suasana erotic bagi siapa saja yang mendengarnya. Ayu
segera berdiri di tengah lalu menari mengikuti suara tape recorder.
Tarian gemulai itu semakin memancing hasrat, Ayu memang bekas penari
latar yang piawai. Luisa yang sudah sejak tadi menahan birahinya tanpa
sadar meremas-remas susunya sendiri. Apalagi kemudian Ayu meminta Ricko
melucuti onderdil nya. Maka seperti diberi aba-aba yang lain segera
melucuti pakaian milik pasangan yang dipilihnya.
Dengan segera Ricko mendorong Ayu untuk berbaring lalu Ricko segera
melumat bibir kenyal Ayu penuh nafsu sedang tangannya meremas-remas
penisnya sendiri. Jude yang sudah terbakar segera ikut melumat susu kiri
Ayu disusul oleh Cindy yang kebagian susu kanannya. Luisa sendiri
segera menyusup ke selakangan Ayu yang terbuka. Lalu dengan semangat
Luisa mengerjain pussy Ayu. Dijilatinya pussy Ayu yang sudah penuh
dengan lelehan lendir kawinnya. Lalu diobok-oboknya liang vagina Ayu
dengan jarinya.
"Aaghh..," erang Ayu dan Luisa bersamaan karena saat itu Ricko sudah
menyodokkan pistolnya ke pussy Luisa dari belakang. Posisi Luisa yang
menungging membuat Ricko semakin mudah menancapkan senjata pamungkasnya.
Sedang posisi Ricko sebelumnya sudah digantikan oleh Mbak Sarah yang
menyekokkan nipplesnya ke mulut mungil Ayu.
Di sudut lain, Tino yang setengah menungging sedang mengerang-erang
keenakan ketika diserbu dari dua arah. Sidney yang mengganyang pistolnya
dari depan dan Leo yang menyodomi pantatnya. Sedangkan di sisi lain
Lia, Wita dan Sari bergumul sendiri. Lia dan Wita saling memagut susu
lawan mainnya sedang Sari menyerang pussy Lia yang posisinya terlentang.
Beberapa kali dildo masuk keluar pussy Lia dengan mudah lalu
bergoyang-goyang membuat Lia bergelinjangan keenakan. "Agh.. enak..
terus Sar..," erang Lia.
Ricko masih memainkan pistolnya di pussy Luisa. Pantat Luisa
bergoyang-goyang naik turun mengikuti gerakan penis Ricko. Berulang kali
Luisa mencapai puncak asmaranya, berulang kali pula mani Ricko muncrat
ke liang vaginanya. Tapi mereka masih ingin mengulangi dan mengulanginya
lagi.
"Rick, saya mau keluar lagi Rick.. oh.. enghh..," rintih Luisa.
"Kita keluar sama-sama yah, yang.."
Kemudian Ricko semakin memperkuat tekanan batang penisnya keliang vagina
Luisa, sehingga tidak lama setelah itu muncratlah air mani Ricko ke
dalam vagina Luisa bersamaan dengan keluarnya cairan kawin Luisa.
"Engg.. ah..," jerit Ricko dan Luisa bebarengan.
Luisa tergeletak di atas karpet. Wajahnya sudah nampak kepayahan, tapi
birahinya belum terpuaskan. Ricko sudah meninggalkannya untuk mencari
petualangan lain. Mata Luisa memandang sayu kepada Lia yang berdiri di
atasnya. Susu Lia yang sudah sangat bengkak membuat Luisa ingin sekali
mengunyah nipplesnya yang tegang kecoklat-coklatan. Pussy Lia yang
berbulu agak lebat nampak mengkilap basah oleh lendir kawinnya. Lia tahu
betul kalau Luisa menginginkannya. Dia segera merunduk dan menyerahkan
susunya untuk dilumat oleh Luisa. Luisa melumat susu dan bibir Lia
secara bergantian. Tangannya pun agresif menyusuri lorong goa vagina
Lia, memelintir klitoris Lia berkali-kali. Lalu masuk dalam dan semakin
dalam membuat Lia makin terlena.
"Kamu.. enak banget.. egh..," rintih Lia.
Luisa mendesis-desis, nafasnya menghembus di bukit montok Lia membuat
Lia semakin terbakar. Tapi Luisa juga kembali terbakar ketika Sari
datang dan menghisap puting susu Luisa. Lia juga berebut mencaplok susu
kanan Luisa. Luisa merem melek manahan semua rasa syur yang tercipta.
Semakin syur ketika Leo menjejalkan penisnya yang besar dan tegang
banget ke mulutnya.
"Isep sayang.. ayo.."
Luisa menghisap penis Tino. Menggigit-gigit nakal membuat Tino
melenguh-lenguh keasyikan. Tino menekan pistolnya dan maninya muncrat ke
dalam mulut Luisa. Luisa menelan lendir itu hingga tandas. Segala
keindahan terasa ketika entah lidah siapa lagi yang menggerayangi pussy
Luisa. Hingga ia merasa tubuhnya dijunjung ke atas dan..,
"Augh.."
Sebatang daging tegang kembali bersarang di pussy Luisa. Kembali
dialaminya orgasme yang dialaminya bersamaan dengan si pemilik pistol.
"Ehg.. kau hebat banget Luisa, hebat! Makasih ya.."
Itu suara Leo.
"Bajingan! Mau nyodok nggak bilang-bilang!" umpat Luisa dalam hati.
Lalu semua yang tadi ngerjain Luisa pergi ngerjain yang lain. Luisa
tidak lagi memperhatikan orang-orang disekelilingnya. Rasa capeknya
telah membawanya terlelap. Dua jam pun berlalu, suasana hening. Party
itu sudah selesai, pemain-pemainnya sudah terlelap tidur.
Luisa yang terbangun paling awal. Dipandangi sekelilingnya dengan senyum
simpul. Semua dalam keadaan telanjang bulat, termasuk dirinya. Berbagai
CD dan BH berserakan berserakan dimana-mana Pantat Sari merah bengkak
begitu juga puting susu Ayu. Luisa tersenyum sendiri melihat ujung susu
si bule Jude yang masih dikenyot Ricko. Pantat Sidney juga memerah,
mungkin karena di kerjain sama temen-temen yang lain. Dalam party itu
tidak hanya cowok saja yang disodomi, cewek juga bisa disodomi. Yang
paling suka menyodomi cewek, ya.. si Tino itu. Luisa berpaling kepada
Mbak Sarah. Wajah Mbak Sarah penuh dengan mani dan lendir vagina yang
mulai mengering. Ruangan itu menebarkan aroma mani dan lendir vagina
yang khas.
Mata Luisa tertuju pada Cindy. Gadis itu masih terlelap. Kadangkala
mengigau sambil senyum-senyum sendiri. Wajah gadis itu cantik. Tubuhnya
kecil tapi susunya montok bener. Vaginanya polos tanpa bulu, warnanya
putih kemerahan seperti pipi gadis yang sedang malu. Klitorisnya mungil
menyembul. Gairah Luisa kembali bangkit. Luisa berjongkok di depan Cindy
kemudian memainkan jemarinya di atas vagina yang merekah itu. Dengan
penuh nafsu segera dilumatnya klistoris yang sejak awal tadi membuatnya
ngiler itu. Cindy menggeliat-geliat, tapi Luisa tak perduli. Bibir Luisa
melumat gundukan vagina Cindy sedang kedua tangannya menggapai
meremas-remas daging kenyal nan montok di dada Cindy. Antara sadar dan
tidak Cindy menjamak-jaMbak rambut Luisa dan menjepit kepalanya dengan
kedua pahanya.
"Ah.. uh.. ah.. uh..," suara Cindy mendesis lirih.
Nafas keduanya kembali memburu. Luisa menumpahkan segala birahi yang
tersisa di kepalanya. Seakan-akan Cindy itu hanya miliknya sendiri.
Cindy dipaksa untuk bangun dari lelapnya. Matanya memicing merasakan
surga yang kembali datang untuknya. Tapi Cindy sudah tak punya daya
untuk membalas. Ia pasrah saja ketika Luisa menjejalkan sebatang dildo
masuk ke dalam liang vaginanya.
"Sruup.."
Tanpa banyak perlawanan pistol mainan itupun amblas ke dalam liang
kenikmatan Cindy. Cindi sempat terpekik beberapa kali, tapi lemah,
rupanya dia sudah tak punya daya kecuali menikmati permainan Luisa.
Luisa menarik si dildo maju mundur beberapa kali. Pantat Cindy bergoyang
mengikuti iramanya. Makin lama dildo itu bergerak makin cepat.
"Sruup.. sruup.."
Suaranya menyibak lendir-lendir kental yang keluar dari vagina Cindy.
Mata Luisa berbinar memandangi vagina bermandikan lendir itu. Langsung
ia merunduk dan
"Sruup.."
Dihisapnya si lendir dari pussy Cindy hingga tandas.
"Ah, puasnya..," kata Luisa dalam hati. Dikecupnya kening Cindy yang tak
sadarkan diri. Kemudian dia segera pergi dari tempat itu dengan senyum
penuh kepuasan.
No comments:
Post a Comment