Namanya Nur Cahya Ningrum, anak cantik bintang SMU di kotanya. Gadis ini
tinggi dan berbody aduhai sekali. Setiap mata pria yang memandangnya
pasti langsung tertuju pada matanya yang indah dengan bulu mata yang
lentik lalu turun kearah bibirnya yang memang sensual itu dan terakhir
adalah pada buah dadanya yang cukup besar untuk ukuran anak SMU. Ujian
akhir sudah dekat dan gadis ini yang tergolong otaknya encer langsung
mengikuti bimbingan belajar yang khusus dibuka saat Ujian Akhir Nasional
tiba. Hasilnyapun tidak mengecewakan karena setelah pengumuman hasil
ujian diberitakan, dia menempati urutan ke 15 dari SMU nya dan itu sudah
tergolong sangat baik mengingat SMU tempat Ningrum belajar adalah SMU
favorit di kota W.
Hai Rum. Gimana hasil ujian kamu? Pasti dapat peringkat yang tinggi
yah? Tanya seorang teman pria-nya. Pemuda ini bertubuh kecil dan
merupakan mantan dari Ningrum, mereka pernah pacaran waktu masih SMP
kelas dua dan putus setelah lulus SMP karena ketidak cocokan dan terang
saja pemuda ini tersingkir karena di SMU yang baru, Ningrum sudah
menjadi kembang sekolah yang baru dan bahkan banyak kakak kelas yang
rela berantem untuk memperebutkan cintanya. Gadis ini akhirnya
menetapkan pilihannya pada seorang bernama Firman setelah gonta-ganti
pacar hingga dikelas tiga SMU, adapun nama dari mantannya adalah Eko.
Ningrum hanya tersenyum kecut setelah tahu pemuda yang menyapanya
barusan adalah mantan kekasihnya. Memang dia sangat tidak suka dengan
pemuda ini karena sekarnag pemuda yang dulunya simpatik ini telah
berubah menjadi seorang pemabuk yang tidak jelas masa depannya lagi,
walaupun sebenarnya dia berasal dari keluarga yang berada.
Eko tertunduk menahan sakit hati dan malu ketika pertanyaannya tidak
dijawb oleh Ningrum dan bahkan gadis ini ngeloyor pergi tanpa peduli
dengan perasaan temannya itu. Gadis cantik namun sedikit congkak
walaupun dia punya alasan untuk itu.
Ningrum berjalan mendekati kerumunan anak lelaki dan langsung menuju
kesamping Firman, kekasihnya. Beberapa teman pemuda itu bersiul-siul
menggoda, Firman tahu kalau sebenarnya teman-temannya itu selalu
bermimpi bisa berpacaran dengan kekasihnya sekarang ini, mereka pasti
memikirkan bagaimana bentuk tubuh gadis cantik itu saat telanjang.
Segala pikiran kotor seolah dibenarkan dengan cara para anak lelaki itu
menatap pantat, perut dan bahkan buah dada Ningrum yang sudah tumbuh
itu.
Gimana rencana untuk perpisahan dengan teman-teman? Tanya Ningrum
kepada Firman dan pemuda ini memberikan kode kepada salah satu temannya
untuk bicara.
Jangan khawatir, semua sudah kita urus kok cantik. Kita bakalan ajak
pacar kita masing-masing untuk bernostalgia sekaligus piknik di hutan
wisata diluar kota. Sahut salah seorang teman Firman yang bernama Bimo.
Bimo ini berbadan gemuk dan tidak begitu tinggi namun walaupun begitu
dia adalah ank seorang pengusaha yang lumayan sukses di kota W.
Kamu bisa ikut khan Rum? Tanya Firman kepada gadis cantik itu. Dan
Ningrum menjawabnya dengan anggukan gembira. Dia teringat dengan
perkataan Firman bahwa dia akan mendapatkan kejutan pada acara
perpisahan dengan teman-teman kumpulnya selama ini. Dia selalu
menebak-nebak apa yang akan diberikan pemuda ini kepadanya.
Akhirnya hari yang ditentukan untuk acara perpisahan datang juga. Sabtu
siang Firman, Ningrum dan 3 pasang anak SMU yang lain berangkat untuk
menuju keluar kota, kesebuah hutan wisata yang letaknya tidak begitu
jauh dari batas kota W. dalam waktu kurang dari setengah jam mereka tiba
di kawasan hutan lindung itu dan segera saja mereka menyusuri jalan
kecil yang membelah hutan itu untuk menemukan lokasi yang sesuai untuk
berkumpul. Akhirnya setelah beberapa saat mencari, Bimo memberikan
komando bahwa dia telah menemukan spot yang asyik untuk mereka
berdelapan.
Kok lewat jalan kecil? Tanya Ningrum ketika Firman melajukan sepeda
motornya menembus rimbunnya hutan dengan sepeda motor Vega miliknya dan
melewati jalan setapak yang belum diaspal, jalan ini lebih kecil
dibandingkan dengan jalan utama yang membelah hutan yang barusan mereka
lewati.
Firman memperlambat laju kendaraan bermotornya dan akhirnya berhenti
ketika Bimo dan temannya yang lain juga berhenti. Mereka telah tiba
didaerah perbatasan antara hutan dengan perkebunan strawberry dan
perkebunan kajuput (bahan pembuat minyak kayu putih). Dari kejauhan
tampak sungai Bengawan Solo membelah kawasan hutan itu dan hanya di
hubungkan dengan sebuah jembaan kecil yang hanya mampu dilewati satu
sepeda motor secara bergantian saja. Lokasi ini cukup datar dan semaknya
sedikit dimana terdapat dua gazebo tua yang tak terawat yang dulunya
diperuntukkan sebagai lokasi peristirahatan wisata namun karena anggaran
pemerintah kota tidak mencukupi maka proyek dihentikan sementara gazebo
dan perlengkapan lainnya ditinggal begitu saja tanpa diurus sehingga
sekarang terlihat tak terawat padahan gazebo itu cukup besar dan nyaman.
Di tiang-tiang gazebo ini terdapat coretan tangan-tangan jahil yang
kebanyakan adalah anak sekolah yang dulunya menggunakan tempat itu untuk
indehoy bersama dengan pasangannya masing-masing. Tapi sepertinya
Ningrum belum paham dengan situasi tempat itu dan maih adem ayem saja.
Disini yah Fir? tanyanya lagi kepada kekasihnya dan Firman mengangguk
lalu mengajak Ningrum untuk menuju kesebuah gazebo dan membersihkan
kursi dari semen yang kotor akan daun-daunan itu sehingga mereka dapat
duduk disana.
Kamu cantik sekali hari ini sayang. Perkataan manis itu meluncur
begitu saja dari mulut Firman yang sedetik kemudian dia merangkul
Ningrum dan memangkunya dipahanya. Sementara Ningrum tidak berusaha
untuk melepaskan dekapan Firman dari belakang walaupun dalam hati dia
malu tapi dia juga mau.
Kita mau apa sih sebenarnya kemari? Nggak ada apa-apa disini sayang.
Ucap Ningrum memecah kebuntuan pembicaraan antara mereka berdua.
Firman yang asyik membelai-belai rambut gadis cantik ini kemudian
menjawabnya, Aku khan ingin berdua saja denganmu, lagipula nanti jika
kamu memutuskan untuk kuliah, aku khan sudah susah untuk bertemu
denganmu lagi karena ayahku tidak memiliki biaya untuk mengantarkan aku
kejenjang mahasiswa. Lihat saja Bimo dan Wahyu, mereka juga berperasaan
sama denganku. Bimo akan disuruh kuliah diluar kota sementara Wahyu
sudah didaftarkan kesebuah institute terkenal di Jogja. Kita nggak akan
ketemu lagi dalam waktu yang lama sayang. Aku cuman ingin untuk
melepaskanwaktu-waktu terakhir kita sebagai orang bebas. Kamu mau khan?
rajuk pemuda ini kepada Ningrum dan gadis ini tersenyum lalu
mengangguk. Dalam hati Ningrum, dia sangat yakin bahwa kekasihnya ini
benar-benar mencintainya.
Hari mulai sore dan matahari mulai memerah pertanda akan segera
tenggelam. Seolah tidak rela dengan ekpergian sang mentari, Ningrum
memeluk kedua tangan Firman yang kali ini masih merangkulnya dari
belakang. Seolah tahu kalau gadisnya itu masih ingin berdua saja
dengannya, Firman menyuruh teman-temannya untuk pergi terlebih dahulu
ketika mereka mengajak Firman dan Ningrum untuk pulang. Sekarang tinggal
berdua sendiri ditengan hutan wisata itu.
Aku juga tidak ingin berpisah denganmu bidadariku. Firman membisikkan
kata-kata itu sembari mendekatkan bibirnya kearaha telinga Ningrum dan
sedetik kemudian dia mengecup pipi dan leher Ningrum lembut. Gadis ini
menoleh kebelakang untuk mengatakan sesuatu tetapi langsung dibungkam
mulutnya dengan ciuman mesra dari Firman. Ciuman pertamanya dalam
sejarah hidup seorang Nur Cahya Ningrum.
Entah karena terbawa oleh situasi yang sejuk dan sepi, Ningrum membalas
ciuman Firman itu dengan tak kalah mesranya dan dengan posisi masih
dipangku kekasihnya dan membelakangi Firman, Ningrum tak lepaskan ciuman
pacarnya itu.
Jemari nakal Firman mulai meraba-raba payudara Ningrum yang masih
terbungkus baju sekolah itu dan satu persatu kencing bajunya mulai
terbuka hingga sekarang baju sekolah itu terbuka lebar mempertontonkan
payudara putih Ningrum yang dibalut dengan bra warna krem. Seperti
tersihir saja, Ningrum sepertinya tidak sadar bahwa sekarang buah
dadanya nyaris telanjang.
Merasa mendapatkan lampu hijau, Firman lalu mengarahkan tangannya yang
sudah mulai lebih nakal itu kearah punggung Ningrum dan melepaskan
kaitan bra gadis cantik itu sehingga dengan mudah sekarang Firman dapat
menguak bra milik pacarnya itu keatas dan sekarang terlihat sudah
payudara Ningrum tanpa penutup apapun lagi. Ini adalah kali pertamanya
bagi Ningrum menunjukkan buah dadanya didepan pemuda yang bukan
keluarganya.
Sembari kedua mulut pasangan itu saling berpagutan satu sama lain,
tangan Firman keduanya mulai menjelajahi bukit kembar gadis ini untuk
mendapatkan kepuasan sebagai seorang pria. Buah dada ranum milik Ningrum
diremasnya berulang-ulang hingga kedua putingnya mengeras dan tak hanya
itu saja, pemuda ini juga memilin-milin puting Ningrum dengan gemasnya
hingga sering gadis ini harus menghentikan ciumannya untuk mendesah,
entah karena rasa sakit ataupun rasa nikmat yang tiada tara.
Akhh
Fir, sudah! Aku nggak mau nanti kita kebablasan. Seru Ningrum
mencergah tangan Firman yang menyelusupi pahanya dari balik rok seragam
abu-abunya. Namun Firman tak peduli dan menepiskan tangan Ningrum yang
mencekal tangannya dan langsung mengarahkan kepangkal paha gadisnya itu
sehingga menyentuh bagian vital Ningrum yang masih terbungkus celana
dalam warna putih itu.
Bagian vital yang belum pernah dia tunjukkan kepada siapapun juga bahkan
kepada kekasihnya yang terdahulu. Jemari Firman merasakan adanya cairan
yang membasahi celana dalam kekasihnya itu. Walaupun masih perawan
tetapi Ningrum tetaplah seorang gadis normal biasa yang tidak bisa
menahan godaan sensasi apabila terus dirangsang habis-habisan oleh
pacarnya. Sekarang vagina gadis cantik ini sudah basah akan cairan
kewanitaannya sendiri.
Ningrum sadar bahwa dia sudah melangkah terlalu jauh dan berusaha untuk
membebaskan dirinya dari rangkulan Firman namun gagal karena Firman
sudah tidak dapat lagi melepaskan moment yang ditunggu-tunggunya selama
ini. Dengan setengah memaksa, pemuda ini melepaskan bra dan baju seragam
SMU yang dikenakan oleh Ningrum dari arah belakang lalu membuangnya
jauh-jauh agar tidak dapat direbut lagi oleh Ningrum. Rasa malupun
mendera wajah Ningrum yang sekarang berubah merah padam melihat dirinya
sekarang nyaris telanjang dengan payudara yang menggelantung bebas
walaupun dia berusaha menutupinya dengan menyilangkan kedua lengannya
tetapi tetap saja pandangan mata liar Firman dapat menembus sela-sela
lipatan tangan itu.
Firman! Apa-apaan kamu ini? Katanya kamu sayang ama aku, kok begini
jadinya? gadis cantik ini mulai meneteskan airmatanya memohon agar
Firman mau berhenti dan tidak memaksanya lagi.
Lha inilah bukti sayangku kepadamu Rum. Aku sayang sama kamu dan aku
butuh kamu selalu menjadi milikku selamanya. Sahut Firman lalu mendekap
Ningrum dari depan dengan erat. Berbagai ucapan manis dilontarkan oleh
pemuda ini dan akhirnya Ningrum luluh juga hatinya dan membuka silangan
tangannya hingga sekarang payudara montok itu terlihat kembali. Kamu
benar-benar sempurna sayang. Buah dadamu benar-benar sangat indah
luarbiasa. Ucap Firman lalu meremas-remas lagi buah dada Ningrum dengan
mesra dan mulutnya pun tak mau ketinggalan. Jilatan dan sedotan juga
pilinan jemari nakal Firman seolah membuat Ningrum terbang keangkasa.
Dia yang sebelumnya anti dengan hal semacam ini sekarang menjadi
menikmati. Hilang sudah rasa takut dan rasa malunya yang tadi sempat
mendera hatinya dan berganti sudah dengan keinginan untuk merasakan
kenikmatan total bersama dengan pacarnya sekarang ini.
Akhh
Firman
ekhhh
desahan demi desahan Ningrum yang seksi itu
membahana disekeliling gazebo tanpa takut bahwa akan ada orang yang
menyaksikan perbuatan kedua sejoli itu karena memang lokasi itu berada
ditengah hutan sementara perkebunan yang berada didekat mereka masih
belum waktunya panen sehingga jarang dikunjungi petani.
Tak butuh waktu lama bagi Firman untuk melancarkan aksi susulan. Ketika
Ningrum masih dibuai dengan kenikmatan cumbuannya terhadap buah dada
gadis cantik itu, Firman mengarahkan jemarinya yang sudah terampil itu
menelusuri paha Ningrum dan mengaitkan jemari kedua tangannya ke celana
dalam kekasihnya itu dan menariknya kebawah. Dalam hitungan detik saja,
celana dalam Ningrum sudah jatuh ketanah. Gadis ini kaget tapi belum
sempat dia protes, Firman kembali mencumbu bibirnya sehingga membuat
Ningrum tak dapat berkata apa-apa lagi.
Sembari menciumi Ningrum, salah satu tangan Firman meremas-remas
payudaranya sementara tangan yang lain menelusuri vagina gadis cantik
ini yang sudah basah kuyup. Sesekali Ningrum merintih sakit apabila
tusukan jemari Firman terlalu dalam sehingga menyentuh bagian dalam
labia minora gadis cantik ini. Jangan Fir! Aku masih perawan. Seru
Ningrum tapi sekali lagi bujuk rayu Firman nampaknya cukup ampuh untuk
membendung penolakan Ningrum terhadap perlakuannya itu.
Diturunkan resleting celana abu-abu pemuda ini dan dipelorotkannya
kebawah beserta dengan celana dalamnya sendiri dan saat itu juga
terpampang dengan jelas dimata Ningrum sebuah penis seorang pemuda
remaja yang sudah ereksi sedari tadi. Bahkan diujungnya sudah
mengeluarkan cairan pelumas siap untuk mengendarai liang kewanitaan
gadisnya itu.
Akh..Firman. Kamu mau apa? serunya ketika melihat batang kejantanan
itu disodorkan kearah Ningrum dan memaksa kedua tangan Ningrum itu untuk
memegangnya. Awalnya agak grogi dan risih juga ketika Ningrum menyentuh
benda asing milik pria itu namun setelah beberapa saat dia sudah mulai
biasa bahkan mulai menuruti kata-kata Firman untuk mengocoknya.
Dengan servis tangan sepertinya Firman masih merasakan kurang puas, lalu
dengan sigap dia menarik rok abu-abu milik Ningrum kearah atas sehingga
vagina gadis itu terlihat olehnya dengan jelas. Bulu-bulu lembut dan
jarang menghiasi vagina gadis cantik ini. Firman lalu mengarahkan batang
kejantanannya kearah lubang kenikmatan itu dengan posisi setengah
berdiri sementara tangannya yang lain mendorong tubuh Ningrum agar
bersandar ke tiang utama gazebo yang berbentuk kotak besar itu. Pemuda
ini menggesek-gesekkan penisnya ke bibir vagina Ningrum sehingga
sesekali bibir kemaluan gadis cantik itu terbuka dan ketika sudah cukup
basah, pemuda ini mendorongkan batang kejantanannya yang berukuran
panjang kurang kebih 12cm itu kearah vagina Ningrum dan menguak
menerobos bibir kemaluan pacarnya tersebut.
Sakit
aduh..Fir! Hentikan! Sudah! Aku sudah tidak tahan
sakittt
akhh
!
racau Ningrum sembari berusaha melepaskan diri dari dekapan Firman
namun sia-sia. Pemuda kekasihnya itu sudah lebih mirip binatang ketika
memaksakan penisnya untuk melabrak lubang senggama gadis cantik ini.
Akhh
sakit! Sudah hentikan! Sakit Fir
desak Ningrum tapi apa daya
karena Firman sudah kesetanan dan dengan teganya dia melakukan penetrasi
paksa kepada liang vagina yang masih perawan tersebut hingga dalam satu
sodokan kasar akhirnya batang kejantanannya sudah berhasil merobek
selaput dara Ningrum dan membenamkan seluruh penisnya kedalam liang
senggama gadis cantik itu. Seiring dengan lolongan sakit Ningrum, benda
haram yang tumpul itu telah berhasil terbenam didalam liang kewanitaan
dara manis ini.
Ningrum. Kamu benar-benar cantik dan moy abis. Memang rasanya luar
biasa kalau ngent*tin cewek secantik kamu. Ucap Firman yang kemudian
tanpa memberikan waktu untuk Ningrum mengambil nafas langsung saja
melakukan sodokan-sodokan liarnya memompa liang kewanitaan gadis malang
ini. Ningrum menangis tersedu setelah mengetahui dirinya sudah tidak
lagi perawan bahkan kekasihnya sepeti lebih memperdulikan kenikmatan
bercintanya dibandingkan perasaannya pacarnnya sendiri.
Selama sepuluh menit, penis Firman menyodoki lubang vagina Ningrum tanpa
ampun walaupun seringkali gadis cantik ini meminta gar Firman berhenti
sejenak karena dia merasakan rasa sakit namun tidak digubris oleh pemuda
ini dan terus melakukan pompaannya tanpa lelah.
Tubuh Ningrum yang setengah berdiri bersandar di balok kayu besar yang
menjadi penyangga utama gazebo itu, terhentak-hentak tiap kali Firman
mempercepat goyangan pinggulnya dan sekarang tubuh molek gadis cantik
ini seolah tak bernyawa saja. Payudaranya yang berulang kali diciumi
Firman secara kasar sudah mulai memerah karena perlakuan kasar
kekasihnya itu. Tak ada lagi desahan kenikmatan, yang ada hanyalah
rintihan tiap kali Firman melakukan sodokan kasar kepadanya. Dirinya
diperlakukan Firman tak ubahnya seperti barang atau benda mati yang
hanya dibutuhkan vaginanya sebagai alat pemuas nafsu pemuda ini saja.
Ningrum! Akh
sayang
akh
seru Firman yang lalu mengejang tubuhnya.
Sperma miliknya membasahi liang senggama Ningrum dan menetes keluar
seiring dengan saat dia mencabut batag kejantanannya tersebut dari
vagina kekasihnya itu.
Kamu benar-benar memuaskan Rum. Kapan-kapan lagi yah. Sekarang kamu
khan sudah nggak perawan jadi kalo mau bercinta berapa kali tidak
apa-apa. Ucapnya sembari membelai rambut panjang kekasihnya yang masih
terduduk lemas itu. Ningrum hanya diam saja, dia tahu kalau belaian itu
adalah tipuan, tapi walau begitu dia masih berharap bahwa ini hanyalah
mimpi atau setidaknya dia ingin agar Firman tidak meninggalkannya.
Akhirnya setelah bermesraan selama satu setengah jam lebih, mereka
berdua berboncengan kembali kerumah masing-masing. Ningrum yang baru
saja kehilangan keperawanannya menjadi susah untuk berjalan karena
jalannya menjadi agak ngangkang akibat perlakuan kasar dari Firman pada
vagina yang selam ini dijaganya dengan hati-hati. Yang tersisa sekarang
hanyalah gazebo tua yang menjadi saksi percintaan mereka berdua yang
dibangkunya tercecer noda darah perawan seorang Nur Cahya Ningrum dan
sperma milik Firman.
Tapi sebenarnya ada satu lagi saksi mata, yaitu sepasang mata yang
sedari siang tadi memperhatikan gerak-gerik mereka dengan penuh perasaan
cemburu sekaligus dendam. Sepasang mata milik seorang anak SMU yang
juga menyukai Ningrum tetapi ditolaknya dengan mentah-mentah waktu
melamarnya. Seseorang Hutan Kenangan Bagi Ningrum
Namanya Nur Cahya Ningrum, anak cantik bintang SMU di kotanya. Gadis ini
tinggi dan berbody aduhai sekali. Setiap mata pria yang memandangnya
pasti langsung tertuju pada matanya yang indah dengan bulu mata yang
lentik lalu turun kearah bibirnya yang memang sensual itu dan terakhir
adalah pada buah dadanya yang cukup besar untuk ukuran anak SMU. Ujian
akhir sudah dekat dan gadis ini yang tergolong otaknya encer langsung
mengikuti bimbingan belajar yang khusus dibuka saat Ujian Akhir Nasional
tiba. Hasilnyapun tidak mengecewakan karena setelah pengumuman hasil
ujian diberitakan, dia menempati urutan ke 15 dari SMU nya dan itu sudah
tergolong sangat baik mengingat SMU tempat Ningrum belajar adalah SMU
favorit di kota W.
Hai Rum. Gimana hasil ujian kamu? Pasti dapat peringkat yang tinggi
yah? Tanya seorang teman pria-nya. Pemuda ini bertubuh kecil dan
merupakan mantan dari Ningrum, mereka pernah pacaran waktu masih SMP
kelas dua dan putus setelah lulus SMP karena ketidak cocokan dan terang
saja pemuda ini tersingkir karena di SMU yang baru, Ningrum sudah
menjadi kembang sekolah yang baru dan bahkan banyak kakak kelas yang
rela berantem untuk memperebutkan cintanya. Gadis ini akhirnya
menetapkan pilihannya pada seorang bernama Firman setelah gonta-ganti
pacar hingga dikelas tiga SMU, adapun nama dari mantannya adalah Eko.
Ningrum hanya tersenyum kecut setelah tahu pemuda yang menyapanya
barusan adalah mantan kekasihnya. Memang dia sangat tidak suka dengan
pemuda ini karena sekarnag pemuda yang dulunya simpatik ini telah
berubah menjadi seorang pemabuk yang tidak jelas masa depannya lagi,
walaupun sebenarnya dia berasal dari keluarga yang berada.
Eko tertunduk menahan sakit hati dan malu ketika pertanyaannya tidak
dijawb oleh Ningrum dan bahkan gadis ini ngeloyor pergi tanpa peduli
dengan perasaan temannya itu. Gadis cantik namun sedikit congkak
walaupun dia punya alasan untuk itu.
Ningrum berjalan mendekati kerumunan anak lelaki dan langsung menuju
kesamping Firman, kekasihnya. Beberapa teman pemuda itu bersiul-siul
menggoda, Firman tahu kalau sebenarnya teman-temannya itu selalu
bermimpi bisa berpacaran dengan kekasihnya sekarang ini, mereka pasti
memikirkan bagaimana bentuk tubuh gadis cantik itu saat telanjang.
Segala pikiran kotor seolah dibenarkan dengan cara para anak lelaki itu
menatap pantat, perut dan bahkan buah dada Ningrum yang sudah tumbuh
itu.
Gimana rencana untuk perpisahan dengan teman-teman? Tanya Ningrum
kepada Firman dan pemuda ini memberikan kode kepada salah satu temannya
untuk bicara.
Jangan khawatir, semua sudah kita urus kok cantik. Kita bakalan ajak
pacar kita masing-masing untuk bernostalgia sekaligus piknik di hutan
wisata diluar kota. Sahut salah seorang teman Firman yang bernama Bimo.
Bimo ini berbadan gemuk dan tidak begitu tinggi namun walaupun begitu
dia adalah ank seorang pengusaha yang lumayan sukses di kota W.
Kamu bisa ikut khan Rum? Tanya Firman kepada gadis cantik itu. Dan
Ningrum menjawabnya dengan anggukan gembira. Dia teringat dengan
perkataan Firman bahwa dia akan mendapatkan kejutan pada acara
perpisahan dengan teman-teman kumpulnya selama ini. Dia selalu
menebak-nebak apa yang akan diberikan pemuda ini kepadanya.
Akhirnya hari yang ditentukan untuk acara perpisahan datang juga. Sabtu
siang Firman, Ningrum dan 3 pasang anak SMU yang lain berangkat untuk
menuju keluar kota, kesebuah hutan wisata yang letaknya tidak begitu
jauh dari batas kota W. dalam waktu kurang dari setengah jam mereka tiba
di kawasan hutan lindung itu dan segera saja mereka menyusuri jalan
kecil yang membelah hutan itu untuk menemukan lokasi yang sesuai untuk
berkumpul. Akhirnya setelah beberapa saat mencari, Bimo memberikan
komando bahwa dia telah menemukan spot yang asyik untuk mereka
berdelapan.
Kok lewat jalan kecil? Tanya Ningrum ketika Firman melajukan sepeda
motornya menembus rimbunnya hutan dengan sepeda motor Vega miliknya dan
melewati jalan setapak yang belum diaspal, jalan ini lebih kecil
dibandingkan dengan jalan utama yang membelah hutan yang barusan mereka
lewati.
Firman memperlambat laju kendaraan bermotornya dan akhirnya berhenti
ketika Bimo dan temannya yang lain juga berhenti. Mereka telah tiba
didaerah perbatasan antara hutan dengan perkebunan strawberry dan
perkebunan kajuput (bahan pembuat minyak kayu putih). Dari kejauhan
tampak sungai Bengawan Solo membelah kawasan hutan itu dan hanya di
hubungkan dengan sebuah jembaan kecil yang hanya mampu dilewati satu
sepeda motor secara bergantian saja. Lokasi ini cukup datar dan semaknya
sedikit dimana terdapat dua gazebo tua yang tak terawat yang dulunya
diperuntukkan sebagai lokasi peristirahatan wisata namun karena anggaran
pemerintah kota tidak mencukupi maka proyek dihentikan sementara gazebo
dan perlengkapan lainnya ditinggal begitu saja tanpa diurus sehingga
sekarang terlihat tak terawat padahan gazebo itu cukup besar dan nyaman.
Di tiang-tiang gazebo ini terdapat coretan tangan-tangan jahil yang
kebanyakan adalah anak sekolah yang dulunya menggunakan tempat itu untuk
indehoy bersama dengan pasangannya masing-masing. Tapi sepertinya
Ningrum belum paham dengan situasi tempat itu dan maih adem ayem saja.
Disini yah Fir? tanyanya lagi kepada kekasihnya dan Firman mengangguk
lalu mengajak Ningrum untuk menuju kesebuah gazebo dan membersihkan
kursi dari semen yang kotor akan daun-daunan itu sehingga mereka dapat
duduk disana.
Kamu cantik sekali hari ini sayang. Perkataan manis itu meluncur
begitu saja dari mulut Firman yang sedetik kemudian dia merangkul
Ningrum dan memangkunya dipahanya. Sementara Ningrum tidak berusaha
untuk melepaskan dekapan Firman dari belakang walaupun dalam hati dia
malu tapi dia juga mau.
Kita mau apa sih sebenarnya kemari? Nggak ada apa-apa disini sayang.
Ucap Ningrum memecah kebuntuan pembicaraan antara mereka berdua.
Firman yang asyik membelai-belai rambut gadis cantik ini kemudian
menjawabnya, Aku khan ingin berdua saja denganmu, lagipula nanti jika
kamu memutuskan untuk kuliah, aku khan sudah susah untuk bertemu
denganmu lagi karena ayahku tidak memiliki biaya untuk mengantarkan aku
kejenjang mahasiswa. Lihat saja Bimo dan Wahyu, mereka juga berperasaan
sama denganku. Bimo akan disuruh kuliah diluar kota sementara Wahyu
sudah didaftarkan kesebuah institute terkenal di Jogja. Kita nggak akan
ketemu lagi dalam waktu yang lama sayang. Aku cuman ingin untuk
melepaskanwaktu-waktu terakhir kita sebagai orang bebas. Kamu mau khan?
rajuk pemuda ini kepada Ningrum dan gadis ini tersenyum lalu
mengangguk. Dalam hati Ningrum, dia sangat yakin bahwa kekasihnya ini
benar-benar mencintainya.
Hari mulai sore dan matahari mulai memerah pertanda akan segera
tenggelam. Seolah tidak rela dengan ekpergian sang mentari, Ningrum
memeluk kedua tangan Firman yang kali ini masih merangkulnya dari
belakang. Seolah tahu kalau gadisnya itu masih ingin berdua saja
dengannya, Firman menyuruh teman-temannya untuk pergi terlebih dahulu
ketika mereka mengajak Firman dan Ningrum untuk pulang. Sekarang tinggal
berdua sendiri ditengan hutan wisata itu.
Aku juga tidak ingin berpisah denganmu bidadariku. Firman membisikkan
kata-kata itu sembari mendekatkan bibirnya kearaha telinga Ningrum dan
sedetik kemudian dia mengecup pipi dan leher Ningrum lembut. Gadis ini
menoleh kebelakang untuk mengatakan sesuatu tetapi langsung dibungkam
mulutnya dengan ciuman mesra dari Firman. Ciuman pertamanya dalam
sejarah hidup seorang Nur Cahya Ningrum.
Entah karena terbawa oleh situasi yang sejuk dan sepi, Ningrum membalas
ciuman Firman itu dengan tak kalah mesranya dan dengan posisi masih
dipangku kekasihnya dan membelakangi Firman, Ningrum tak lepaskan ciuman
pacarnya itu.
Jemari nakal Firman mulai meraba-raba payudara Ningrum yang masih
terbungkus baju sekolah itu dan satu persatu kencing bajunya mulai
terbuka hingga sekarang baju sekolah itu terbuka lebar mempertontonkan
payudara putih Ningrum yang dibalut dengan bra warna krem. Seperti
tersihir saja, Ningrum sepertinya tidak sadar bahwa sekarang buah
dadanya nyaris telanjang.
Merasa mendapatkan lampu hijau, Firman lalu mengarahkan tangannya yang
sudah mulai lebih nakal itu kearah punggung Ningrum dan melepaskan
kaitan bra gadis cantik itu sehingga dengan mudah sekarang Firman dapat
menguak bra milik pacarnya itu keatas dan sekarang terlihat sudah
payudara Ningrum tanpa penutup apapun lagi. Ini adalah kali pertamanya
bagi Ningrum menunjukkan buah dadanya didepan pemuda yang bukan
keluarganya.
Sembari kedua mulut pasangan itu saling berpagutan satu sama lain,
tangan Firman keduanya mulai menjelajahi bukit kembar gadis ini untuk
mendapatkan kepuasan sebagai seorang pria. Buah dada ranum milik Ningrum
diremasnya berulang-ulang hingga kedua putingnya mengeras dan tak hanya
itu saja, pemuda ini juga memilin-milin puting Ningrum dengan gemasnya
hingga sering gadis ini harus menghentikan ciumannya untuk mendesah,
entah karena rasa sakit ataupun rasa nikmat yang tiada tara.
Akhh
Fir, sudah! Aku nggak mau nanti kita kebablasan. Seru Ningrum
mencergah tangan Firman yang menyelusupi pahanya dari balik rok seragam
abu-abunya. Namun Firman tak peduli dan menepiskan tangan Ningrum yang
mencekal tangannya dan langsung mengarahkan kepangkal paha gadisnya itu
sehingga menyentuh bagian vital Ningrum yang masih terbungkus celana
dalam warna putih itu.
Bagian vital yang belum pernah dia tunjukkan kepada siapapun juga bahkan
kepada kekasihnya yang terdahulu. Jemari Firman merasakan adanya cairan
yang membasahi celana dalam kekasihnya itu. Walaupun masih perawan
tetapi Ningrum tetaplah seorang gadis normal biasa yang tidak bisa
menahan godaan sensasi apabila terus dirangsang habis-habisan oleh
pacarnya. Sekarang vagina gadis cantik ini sudah basah akan cairan
kewanitaannya sendiri.
Ningrum sadar bahwa dia sudah melangkah terlalu jauh dan berusaha untuk
membebaskan dirinya dari rangkulan Firman namun gagal karena Firman
sudah tidak dapat lagi melepaskan moment yang ditunggu-tunggunya selama
ini. Dengan setengah memaksa, pemuda ini melepaskan bra dan baju seragam
SMU yang dikenakan oleh Ningrum dari arah belakang lalu membuangnya
jauh-jauh agar tidak dapat direbut lagi oleh Ningrum. Rasa malupun
mendera wajah Ningrum yang sekarang berubah merah padam melihat dirinya
sekarang nyaris telanjang dengan payudara yang menggelantung bebas
walaupun dia berusaha menutupinya dengan menyilangkan kedua lengannya
tetapi tetap saja pandangan mata liar Firman dapat menembus sela-sela
lipatan tangan itu.
Firman! Apa-apaan kamu ini? Katanya kamu sayang ama aku, kok begini
jadinya? gadis cantik ini mulai meneteskan airmatanya memohon agar
Firman mau berhenti dan tidak memaksanya lagi.
Lha inilah bukti sayangku kepadamu Rum. Aku sayang sama kamu dan aku
butuh kamu selalu menjadi milikku selamanya. Sahut Firman lalu mendekap
Ningrum dari depan dengan erat. Berbagai ucapan manis dilontarkan oleh
pemuda ini dan akhirnya Ningrum luluh juga hatinya dan membuka silangan
tangannya hingga sekarang payudara montok itu terlihat kembali. Kamu
benar-benar sempurna sayang. Buah dadamu benar-benar sangat indah
luarbiasa. Ucap Firman lalu meremas-remas lagi buah dada Ningrum dengan
mesra dan mulutnya pun tak mau ketinggalan. Jilatan dan sedotan juga
pilinan jemari nakal Firman seolah membuat Ningrum terbang keangkasa.
Dia yang sebelumnya anti dengan hal semacam ini sekarang menjadi
menikmati. Hilang sudah rasa takut dan rasa malunya yang tadi sempat
mendera hatinya dan berganti sudah dengan keinginan untuk merasakan
kenikmatan total bersama dengan pacarnya sekarang ini.
Akhh
Firman
ekhhh
desahan demi desahan Ningrum yang seksi itu
membahana disekeliling gazebo tanpa takut bahwa akan ada orang yang
menyaksikan perbuatan kedua sejoli itu karena memang lokasi itu berada
ditengah hutan sementara perkebunan yang berada didekat mereka masih
belum waktunya panen sehingga jarang dikunjungi petani.
Tak butuh waktu lama bagi Firman untuk melancarkan aksi susulan. Ketika
Ningrum masih dibuai dengan kenikmatan cumbuannya terhadap buah dada
gadis cantik itu, Firman mengarahkan jemarinya yang sudah terampil itu
menelusuri paha Ningrum dan mengaitkan jemari kedua tangannya ke celana
dalam kekasihnya itu dan menariknya kebawah. Dalam hitungan detik saja,
celana dalam Ningrum sudah jatuh ketanah. Gadis ini kaget tapi belum
sempat dia protes, Firman kembali mencumbu bibirnya sehingga membuat
Ningrum tak dapat berkata apa-apa lagi.
Sembari menciumi Ningrum, salah satu tangan Firman meremas-remas
payudaranya sementara tangan yang lain menelusuri vagina gadis cantik
ini yang sudah basah kuyup. Sesekali Ningrum merintih sakit apabila
tusukan jemari Firman terlalu dalam sehingga menyentuh bagian dalam
labia minora gadis cantik ini. Jangan Fir! Aku masih perawan. Seru
Ningrum tapi sekali lagi bujuk rayu Firman nampaknya cukup ampuh untuk
membendung penolakan Ningrum terhadap perlakuannya itu.
Diturunkan resleting celana abu-abu pemuda ini dan dipelorotkannya
kebawah beserta dengan celana dalamnya sendiri dan saat itu juga
terpampang dengan jelas dimata Ningrum sebuah penis seorang pemuda
remaja yang sudah ereksi sedari tadi. Bahkan diujungnya sudah
mengeluarkan cairan pelumas siap untuk mengendarai liang kewanitaan
gadisnya itu.
Akh..Firman. Kamu mau apa? serunya ketika melihat batang kejantanan
itu disodorkan kearah Ningrum dan memaksa kedua tangan Ningrum itu untuk
memegangnya. Awalnya agak grogi dan risih juga ketika Ningrum menyentuh
benda asing milik pria itu namun setelah beberapa saat dia sudah mulai
biasa bahkan mulai menuruti kata-kata Firman untuk mengocoknya.
Dengan servis tangan sepertinya Firman masih merasakan kurang puas, lalu
dengan sigap dia menarik rok abu-abu milik Ningrum kearah atas sehingga
vagina gadis itu terlihat olehnya dengan jelas. Bulu-bulu lembut dan
jarang menghiasi vagina gadis cantik ini. Firman lalu mengarahkan batang
kejantanannya kearah lubang kenikmatan itu dengan posisi setengah
berdiri sementara tangannya yang lain mendorong tubuh Ningrum agar
bersandar ke tiang utama gazebo yang berbentuk kotak besar itu. Pemuda
ini menggesek-gesekkan penisnya ke bibir vagina Ningrum sehingga
sesekali bibir kemaluan gadis cantik itu terbuka dan ketika sudah cukup
basah, pemuda ini mendorongkan batang kejantanannya yang berukuran
panjang kurang kebih 12cm itu kearah vagina Ningrum dan menguak
menerobos bibir kemaluan pacarnya tersebut.
Sakit
aduh..Fir! Hentikan! Sudah! Aku sudah tidak tahan
sakittt
akhh
!
racau Ningrum sembari berusaha melepaskan diri dari dekapan Firman
namun sia-sia. Pemuda kekasihnya itu sudah lebih mirip binatang ketika
memaksakan penisnya untuk melabrak lubang senggama gadis cantik ini.
Akhh
sakit! Sudah hentikan! Sakit Fir
desak Ningrum tapi apa daya
karena Firman sudah kesetanan dan dengan teganya dia melakukan penetrasi
paksa kepada liang vagina yang masih perawan tersebut hingga dalam satu
sodokan kasar akhirnya batang kejantanannya sudah berhasil merobek
selaput dara Ningrum dan membenamkan seluruh penisnya kedalam liang
senggama gadis cantik itu. Seiring dengan lolongan sakit Ningrum, benda
haram yang tumpul itu telah berhasil terbenam didalam liang kewanitaan
dara manis ini.
Ningrum. Kamu benar-benar cantik dan moy abis. Memang rasanya luar
biasa kalau ngent*tin cewek secantik kamu. Ucap Firman yang kemudian
tanpa memberikan waktu untuk Ningrum mengambil nafas langsung saja
melakukan sodokan-sodokan liarnya memompa liang kewanitaan gadis malang
ini. Ningrum menangis tersedu setelah mengetahui dirinya sudah tidak
lagi perawan bahkan kekasihnya sepeti lebih memperdulikan kenikmatan
bercintanya dibandingkan perasaannya pacarnnya sendiri.
Selama sepuluh menit, penis Firman menyodoki lubang vagina Ningrum tanpa
ampun walaupun seringkali gadis cantik ini meminta gar Firman berhenti
sejenak karena dia merasakan rasa sakit namun tidak digubris oleh pemuda
ini dan terus melakukan pompaannya tanpa lelah.
Tubuh Ningrum yang setengah berdiri bersandar di balok kayu besar yang
menjadi penyangga utama gazebo itu, terhentak-hentak tiap kali Firman
mempercepat goyangan pinggulnya dan sekarang tubuh molek gadis cantik
ini seolah tak bernyawa saja. Payudaranya yang berulang kali diciumi
Firman secara kasar sudah mulai memerah karena perlakuan kasar
kekasihnya itu. Tak ada lagi desahan kenikmatan, yang ada hanyalah
rintihan tiap kali Firman melakukan sodokan kasar kepadanya. Dirinya
diperlakukan Firman tak ubahnya seperti barang atau benda mati yang
hanya dibutuhkan vaginanya sebagai alat pemuas nafsu pemuda ini saja.
Ningrum! Akh
sayang
akh
seru Firman yang lalu mengejang tubuhnya.
Sperma miliknya membasahi liang senggama Ningrum dan menetes keluar
seiring dengan saat dia mencabut batag kejantanannya tersebut dari
vagina kekasihnya itu.
Kamu benar-benar memuaskan Rum. Kapan-kapan lagi yah. Sekarang kamu
khan sudah nggak perawan jadi kalo mau bercinta berapa kali tidak
apa-apa. Ucapnya sembari membelai rambut panjang kekasihnya yang masih
terduduk lemas itu. Ningrum hanya diam saja, dia tahu kalau belaian itu
adalah tipuan, tapi walau begitu dia masih berharap bahwa ini hanyalah
mimpi atau setidaknya dia ingin agar Firman tidak meninggalkannya.
Akhirnya setelah bermesraan selama satu setengah jam lebih, mereka
berdua berboncengan kembali kerumah masing-masing. Ningrum yang baru
saja kehilangan keperawanannya menjadi susah untuk berjalan karena
jalannya menjadi agak ngangkang akibat perlakuan kasar dari Firman pada
vagina yang selam ini dijaganya dengan hati-hati. Yang tersisa sekarang
hanyalah gazebo tua yang menjadi saksi percintaan mereka berdua yang
dibangkunya tercecer noda darah perawan seorang Nur Cahya Ningrum dan
sperma milik Firman.
Tapi sebenarnya ada satu lagi saksi mata, yaitu sepasang mata yang
sedari siang tadi memperhatikan gerak-gerik mereka dengan penuh perasaan
cemburu sekaligus dendam. Sepasang mata milik seorang anak SMU yang
juga menyukai Ningrum tetapi ditolaknya dengan mentah-mentah waktu
melamarnya. Seseorang yang bernama Ardian. Pemuda yang nantinya akan
berperan penting dalam kehidupannya tanpa dia sadari.
TAMAT.yang bernama Ardian. Pemuda yang nantinya akan berperan penting dalam kehidupannya tanpa dia sadari.
TAMAT.
No comments:
Post a Comment