Selama menjalani profesi sebagai seorang Call Girl, banyak pengalaman
yang selama ini tak pernah kubayangkan atau hanya bisa kulihat di film
porno, tapi kini aku mengalami keunikan demi keunikan atas fantasi
manusia, tiada beda antara laki dan perempuan.
Siang itu mobilku sudah meluncur menuju Palm Inn di kawasan Mayjen
Sungkono, tempat yang memang strategis untuk sekedar SAL atau selingkuh
lainnya.
"Ly, ketemu yuk, kita kan udah lama nih nggak ketemu, kangen deh, ntar
siang oke?" begitu sapaan hangat dari Pak Edi, seorang Manager disebuah
perusahaan Export Import yang berkantor di Wisma BII, paling tidak
sebulan sekali mem-bookingku. Usianya relatif masih muda, hampir 40
tahun menurut perkiraanku.
"Mas Edi mesti begitu, senangnya buru buru, ini kan udah jam 11 lewat berarti sekarang dong" jawabku manja.
"Iya aku lagi judeg nih, dan lagi mumpung ada temannya" katanya
"Tumben kok bawa teman, perlu dicariin cewek lain nggak? atau udah punya
sendiri" tanyaku heran, nggak biasanya dia selingkuh rame rame.
"Nggak usah kali ini spesial, dia sekretaris di kantor sebelah,
kebetulan suaminya keluar kota" jelasnya, aku jadi mengerti, ternyata
dia menginginkan permainan dengan 2 wanita.
"Lho udah ada gitu kok masih cari aku lagi" godaku pura pura nggak ngerti.
"Udahlah pokoknya mau apa nggak?" tegasnya
"Asal aku tidak ikutan melayani teman wanitamu itu sih, ya.. ya.. yaa"
jawabku menirukan iklan kondom, kebanyakan tamuku tahu kalau aku sangat
membenci dan selalu menolak permainan lesbian.
Ternyata mereka telah menungguku didalam kamar, Mas Edi ditemani seorang
wanita cantik yang usianya sedikit lebih tua dariku, mungkin sekitar 30
tahunan.
"Ly, kenalin ini Widya" sambut Mas Edi setelah mencium pipiku di depan pintu.
Wanita yang disebutkan Widya berdiri menyalamiku, tinggi kami hampir
sama tapi dia terlihat begitu anggun dengan blazer hitam membungkus
tubuhnya, kesan pertama aku menyukai penampilan dan kecantikannya.
"Welcome to the party, hope we have wonderful one" katanya, aku hanya tersenyum.
"Terserah kalian tapi aku ingin mandi dulu" katanya sambil melepas pakaiannya dan menuju ke kamar mandi.
Aku yang tanggap dengan permintaannya segera menyusulnya. Setelah
melepas semua pakaianku, kupeluk tubuh Mas Edi yang sedang asyik berada
dibawah kucuran hangat air shower. Kami berpelukan dan berciuman dibawah
hangatnya air, serasa segar dan menggairahkan, tangannya meraba sekujur
tubuhku, meremas remas buah dada dan pantatku, aku membalasnya dengan
remasan di kejantanannya.
"Wah kalian udah duluan nih" suara Widya mengagetkan kami, dia sudah
telanjang di depan pintu kamar mandi, tubuhnya langsing dan sexy dengan
buah dada yang montok meski udah agak turun. Segera dia bergabung
dibawah siraman air shower, kami bertiga berpelukan mesra penuh gairah,
terutama Mas Edi yang begitu bernafsu menciumi kami bergantian, dari
satu bibir ke bibir lainnya.
Kejantanan Mas Edi yang dari tadi tegang kini semakin tegang merasakan
remasan tangan 2 wanita cantik dan sexy. Aku masih belum mengenal Widya,
belum tahu gaya permainannya. Ketika aku jongkok di depan Mas Edi,
Widya mengikutiku, bahkan saat aku mulai menjilati penisnya, diapun
ikutan, dua lidah menyusuri penis Mas Edi yang tegang mengeras.
Kami pindah ke ranjang setelah mengeringkan badan, Mas Edi telentang di
tengah diapit tubuh kami berdua. Bergantian kami berciuman bibir, tak
kusangka sangka Widya mendaratkan bibirnya dibibirku, aku kaget tak
menyangka mendapat ciuman darinya, hampir tubuhnya kudorong keras, belum
pernah ada wanita yang mencium bibirku. Namun tanpa kusangka ada
getaran getaran aneh yang membuatku diam menikmati kuluman bibirnya, ada
getaran aneh menjalari seluruh tubuhku, aku bukanlah seorang bisex dan
benci lesbian tapi sentuhan bibir Widya yang lembut berbeda dengan
kuluman laki laki, membuatku tertegun tanpa tahu harus berbuat apa,
hanya berdiam sambil memejamkan mata, tidak membalas lumatannya namun
juga tidak menolak.
Melihat aku hanya terdiam, Widya makin memberanikan diri, lidahnya
menyapu rongga mulutku, aku yang biasanya muak melihat adegan lesbi di
film porno, kini terdiam menikmati sapuan bibir dan lidah Widya di
bibirku. Dia semakin bergairah, kepalaku dipegang dan aku diciumi
seperti layaknya dilakukan laki laki lain. Baru kutahu ternyata ciuman
wanita sangat berbeda dengan laki laki. Mas Edi yang sesaat sempat
kuabaikan meraba buah dadaku dan meremasnya, aku menggelinjang, apalagi
saat tangan Mas Edi mulai menyentuh klitorisku. Tanpa bisa kukendalikan
lagi, bibirku mulai membalas kuluman Widya, begitu juga lidahku
menyambut lidahnya, semua seperti diluar kehendakku.
Aku hanya nurut saja ketika mereka merebahkan tubuhku, Widya kembali
melumat bibirku, kali ini aku membalas lumatannya, Mas Edi mengulum buah
dadaku bergantian sambil tangannya mempermainkan klitoris, aku mendesah
disela ciuman Widya. Ciuman Widya turun menyusuri leher hingga ke
dadaku, sebaliknya Mas Edi naik hingga ke bibir, memang terasa beda
ciuman Widya dan Mas Edi, begitu juga kenikmatannya terasa berbeda.
Jilatan dan kuluman Widya di putingku serasa begitu lembut dan terasa
kenikmatan yang aneh saat dia menyedot putingku. Pengalaman pertama
bagiku mendapat "Serangan" dari 2 orang yang berbeda, terus terang aku
kewalahan menghadapi keduanya, konsentrasiku terbelah diantara keduanya,
tapi tanpa kusadari aku lebih tertuju pada Widya.
Aku menjerit keras terkaget saat Mas Edi dan Widya bersamaan menyedot
putingku dengan cara yang berbeda, belum pernah kedua putingku disedot
dan dikulum bersamaan seperti ini, hanya sekali aku mengalami sedotan
bersamaan oleh 2 laki laki (baca: "Lily Panther: Berbagi Ceria Dimana
Saja"), tapi kali ini benar benar lain, aku tak bisa menggambarkan
dengan kata kata akan nikmatnya. Kuremas remas kedua kepala yang ada
dikepalaku, tubuhku semakin menggelinjang kala kurasakan gesekan jari
jari tangan di vaginaku, aku yakin Mas Edi melakukan bersamaan dengan
Widya. Jari jari itu begitu liar bermain di lorong vagina dan
klitorisku, desahanku semakin keras diiringi geliat tubuh bak cacing
terbakar birahi.
Kejutan demi kejutan kuterima dari permainan mereka, dan tak berhenti
sampai disitu. Widya sudah berada di selangkanganku, aku tahu yang akan
terjadi, kupersiapkan mental menghadapi jilatan seorang wanita pada
vaginaku, hal yang belum pernah kualami. Mas Edi masih asyik menjilat
dan mengulum putingku, tak sadar aku menjerit keras saat lidah Widya
menyentuh klitoris, terasa sangat lembut sentuhan lidahnya. Aku
menggelinjang, permainan oral Widya sangat sangat berbeda dengan
kebanyakan laki laki yang pernah kurasakan, sepertinya dia banyak tahu
sisi sisi kenikmatan seorang wanita, begitu pintar dia memainkan irama
jilatannya. Celah celah sensitif di daerah kewanitaanku tak luput dari
sapuan lidahnya, aku semakin membumbung tinggi dalam irama permainan
kedua tamuku ini.
Kenikmatan yang kudapat semakin bertambah saat Mas Edi ikutan bermain di
selangkangan, jeritan kenikmatanku sudah tak bisa kukontrol lagi, aku
benar benar seperti gadis kesetanan yang tenggelam dalam lautan
kenikmatan, benar benar pengalaman yang tak pernah aku alami, serasa
berjuta juta nikmatnya, dua lidah yang berbeda bergerak liar dengan cara
yang berbeda pula di daerah vaginaku. Bisa kulihat dengan jelas
bagaimana gerakan liar kedua lidah itu, sungguh sensasi yang tak
terbayangkan sebelumnya.
Tak kuasa aku menahan lebih lama.. dan rontoklah pertahananku digempur
habis kedua lidah itu dengan kenikmatan tak terhingga. Jeritan orgasme
diiringi tubuh mengejang, bersamaan dengan denyutan kuat pada otot otot
vaginaku. Mereka tidak berhenti sampai disitu, justru semakin kuat
menyedot vaginaku seakan hendak menguras habis cairan orgasme yang ada
di vaginaku.
Aku telentang dengan napas yang masih menderu disamping tubuh mereka
yang sedang ber-69, bisa kulihat jelas bagaimana Widya yang berada di
atas mengulum penis Mas Edi dengan penuh gairah, sesekali matanya
berbinar menatapku. Penis itu dengan cepat meluncur keluar masuk di
celah bibir mungilnya, membuatku yang hanya melihat ikutan bergairah.
Tak lama kemudian akupun kembali berbagi penis dengan Widya, mereka
masih ber-69, penis Mas Edi bergantian meluncur di mulutku dan Widya.
"Masukin" kata Widya sambil menyodorkan penis di tangannya ke arahku,
kubalas dengan senyuman lalu aku mengatur posisi tubuhku di atas Mas
Edi.
Perlahan kuturunkan tubuhku melesakkan penis itu ke vaginaku, tak ada
yang istimewa dengannya, namun kembali kurasakan sensasi aneh saat penis
itu mulai melesak masuk bibir lembut Widya menyentuh dan melumat
bibirku. Sambil mendesah kubalas kulumannya dengan gairah, Widya
menuntun tanganku ke buah dadanya, agak ragu aku menuruti permintaannya
dan dengan ragu pula kuremas remas buah dada itu sesuai kemauannya.
Bersamaan melesaknya penis ke vaginaku kami bertiga mendesah bersamaan,
kepala Mas Edi yang berada di bawah selangkangan Widya rupanya menyedot
kuat vagina yang ada di atasnya, terjadilah permainan segitiga.
Goyanganku di atas tubuh Mas Edi makin keras seiring dengan gairah
ciuman kami sambil saling meremas lembut buah dada.
Aku tak tahu pasti apa yang dilakukan Mas Edi pada vagina Widya tapi
desahan kenikmatannya tak kalah bergairah dengan desahanku. Kukocok
penis divaginaku semakin liar, serasa mengaduk aduk liang kenikmatanku
dengan hebatnya. Remasanku pada buah dada Widya makin keras begitu juga
remasannya pada buah dadaku, bibir dan lidah kami semakin bertaut
menyatu.
"Mau ganti posisi?" tanyaku setelah beberapa lama mengocok Mas Edi.
Rasanya nggak enak kalau harus menguasai penis itu sendirian, tapi dia
tersenyum menatapku sambil menggelengkan kepala. Akupun melanjutkan
goyanganku di atas Mas Edi. Beberapa menit kemudian kudengar teriakan
histeris dari Widya, rupanya dia mendapatkan orgasme dari permainan oral
Mas Edi.
Mas Edi minta posisi dogie, kembali Widya menolak tawaranku untuk
bergantian. Akupun kembali menerima kocokan Mas Edi, kali ini dari
belakang, Widya masih terbaring di sebelah kami, melihat expresi
kenikmatan di wajahku saat menerima sodokan dan hentakan keras. Tak lama
kemudian Widya kembali bergabung bersama kami, tubuhnya berada
dibawahku yang sedang nungging menerima kocokan Mas Edi, dia menarik
tubuhku dalam pelukannya. Seperti orang sedang bercinta, aku dan Widya
berpelukan dan berciuman, tubuh telanjang kami menyatu dalam ikatan
birahi dihiasi keringat yang saling yang bercampur menjadi satu. Buah
dada kami saling berhimpit, kurasakan kelembutan sentuhan kulit kami
menimbulkan sensasi tersendiri.
Sesekali ciuman bibirku terlepas saat Mas Edi menyentakku keras tapi
Widya kembali meraih dan mengulumnya. Mungkin terbawa sensasi, kocokan
dan sodokan dari belakang makin keras dan liar, serasa mengaduk aduk
rongga vaginaku. Entah sudah berapa lama kami bercinta, ketika tiba tiba
Mas Edi mencabut penisnya dengan kasar, dia bergeser ke arah kepala
kami lalu menyodorkan penisnya diantara wajahku dan Widya. Kulihat mata
Widya melotot ke Mas Edi, tapi tanpa protes dia segera membuka mulutnya,
penis yang masih ada cairan vaginaku itu langsung mengisi mulutnya yang
terbuka, akupun jadi terbawa gairah mereka. Sambil kepala penis keluar
masuk mulut Widya, aku tak mau kalah dengan menjilati batangnya, lalu
berganti penis Mas Edi keluar masuk mulutku.
Akhirnya tanpa bisa ditahan lagi, menyemprotlah spermanya ke mulutku,
namun belum habis denyutan di mulut, Widya mengambil alih dan segera
memasukkan ke mulutnya. Sperma itu tercecer ke di mulut dan wajah kami
berdua, Mas Edi tampak tersenyum puas melihat spermanya menghiasi wajah
cantik kami. Aku dan Widya berpelukan sesaat sebelum akhirnya turun dari
tubuhnya. Kami bertiga rebah berjejer di atas ranjang, tanpa suara
namun jari tangan kami saling meremas seakan menyalurkan getaran getaran
birahi yang menurun.
Babak kedua kami lakukan 30 menit kemudian, Widya masih menolak saat
kutawari berbagi penis Mas Edi di vaginanya. Berulang kali dia memintaku
mengulum puting dan vaginanya namun sebanyak itu pula aku menolak
permintaannya, untuk yang itu aku masih belum bisa melakukannya. Aku
tahu dia kecewa tapi dalam hal ini tak seorangpun bisa memaksaku, dia
boleh melakukannya padaku tapi tidak sebaliknya. Akhirnya dia
mendapatkan orgasme dari jilatan dan kocokan jari tangan Mas Edi, tanpa
penetrasi penis ke vaginanya. Kali ini sperma Mas Edi dikeluarkan di
dalam vaginaku saat aku berada di atasnya, dan kembali Widya menyambar
penis itu begitu keluar dari vaginaku, dia sangat menyukai sperma yang
ada di penis.
"Sorry Wid, aku nggak bisa melakukan apa yang kamu lakukan padaku" aku
minta maaf telah berkali kali menolak permintaannya, berharap pengertian
darinya.
"Nggak apa kok, lagian aku udah dapat orgasme dari Mas Edi" jawabnya menyenangkan hatiku.
"Kalo aku tanya marah nggak" tanyaku sambil menatapnya serius, dia membalas tatapanku
"Tanya apa?"
"Kenapa sih kamu selalu menolak penis Mas Edi di vagina?" kuberanikan
diri setelah kulihat isyarat gelengan kepala pertanda tak keberatan
dengan pertanyaanku.
"Aku udah berkeluarga dan tak kubiarkan penis laki laki lain menyentuh
kehormatan dan vaginaku, ini hanya untuk suamiku dan aku tak mau
selingkuh" jawabnya dengan mimik serius
"Apa ini bukan selingkuh?" pertanyaanku semakin berani seperti orang tolol
"Ya nggak toh, selama tidak ada penetrasi atau pertemuan kelamin ya aku masih tetap suci tak tercemar laki laki lain" lanjutnya.
Aku menjadi bingung, ternyata dia mempunya definisi sendiri tentang arti perselingkuhan.
*****
Meski aku tanpa sengaja menikmati ciuman, lumatan, jilatan bahkan
sentuhan dari wanita lain, tapi aku tak ingin melakukannya lagi, kecuali
"kecelakaan" semacam ini. Ini pengalaman yang sama sekali baru bagiku,
entah apa aku bisa melakukan lagi dengan wanita lain meskipun tak ada
keinginan mengulangi.
No comments:
Post a Comment