Wednesday 6 June 2018

Kursus seks

Rapotku rangking dua dikelas, tapi rangking duapuluh untuk seluruh kelas satu. Nilainya
biasa2 saja, yang istimewa hanyalah nilai matematikaku terbaik di seluruh kelas satu.
Hal ini yang menyebabkan di kelas dua aku dijadikan asisten oleh Pak Darman guru
matematika. Tugasku memeriksa nilai2 anak kelas satu. Sepulang dari sekolah, hampir
setiap hari Pak Darman mengajar kursus privat matematika untuk SMA dan SMP di rumahnya.
Dia punya ruang kelas yang bangunannya terpisah dari rumahnya, dengan halaman yang
penuh bermacam pohon buah2an. Waktu itu Pak Darman harus mengikuti
penataran dari Dinas Pendidikan, yang dilaksanakan setiap selasa dan kamis siang,
selama sebulan. Sehingga kursus matematika yang diadakan pada hari2 itu tak bisa
terlaksana. Pak Darman menawarkan aku menjadi pengganti sementara untuk mengisi
kursus itu. Yang hari selasa adalah kursus matematika untuk anak kelas 3 SMP,
sedangkan yang kamis adalah untuk anak kelas 1 SMA. Aku setuju dan dua kali seminggu
memberi kursus matematika pada mereka.Pada Selasa minggu kedua, seusai memberi
kursus matematika, sekitar 20an peserta kursus berhamburan keluar, kecuali empat
siswi. Salah seorang dari mereka, Vira, menghampiriku, “Kakak bisa kasih kursus
biologi?”, tanyanya. “Bisa saja. Tapi biologi kan gampang, cuma
hapalan, tidak perlu kursus”, kataku sambil membereskan bahan pelajaran.
“Sekarang topiknya tentang perkembang biakan. Kami susah pahamnya”, kata Vira.
Aku melihat mereka semua. “Memangnya semua tidak ngerti?” tanyaku.
“Susah Kak”, kata mereka hampir serempak. “Oke deh. Kakak siapkan bahannya dulu.
Minggu depan setelah kursus matematika, kita lanjut dengan kursus Biologi disini”, jawabku
“Kalau hari kamis bisa nggak Kak? Kalau gak bisa disini, di rumah Ranti juga boleh, dia
punya kamar belajar”, kata Vira “Oke deh. Aku tanya ke Pak Darman, kalau bisa
disini, disini saja”, kataku.“Ini bahan pelajarannya Kak”, Vira memberikan buku Aku Ingin Punya Adik. Lalu
kami pulang kerumah masing2. Sampai dirumah kubaca buku yang diberi Vira.
Astaga, ini sih buku tentang reproduksi manusia. Menjelaskan bentuk dan fungsi alat
kelamin ayah dan ibu, lalu bagaimana ayah berhubungan dengan ibu, lalu ibu
mengandung dan melahirkan, lalu menyusui anaknya, lalu membesarkan dan menjadi adik.
Gambar2nya sangat gamblang. Mungkin belum cocok untuk anak SMP. Tetapi bila kuingat,
waktu SMP aku sudah menonton film porno, dan sudah mendapat pelajaran seks.
Hari kamis setelah memberi kursus matematika untuk kelas 1 SMA, Vira datang ke
rumah Pak Darman menemuiku. “Kak ada 3 orang lagi yang mau ikutan kursus biologi.
Jadi kursusnya di rumah Ranti saja. Mereka sudah menunggu disana”, katanya lalu menjelaskan alamat dan jalan menuju rumah Ranti.
Kedatanganku ke rumah Ranti disambut Vira
dan diantar ke salah satu ruang yang katanya
ruang serbaguna keluarga. Disana telah ada 7
siswi duduk lesehan di karpet, 4 anak kelas 3
SMP dan 3 lagi anak kelas 2 SMP Katanya sih
mereka satu geng. Selebihnya aku merasakan
suasana sepi di rumah itu. Saat kutanya,
ternyata memang Ranti anak tunggal dan
orangtuanya sedang ke Medan, sedangkan
beberapa temannya menginap menemani
Ranti. Merasa tidak enak, aku bermaksud
membatalkan kursus tetapi ditahan oleh
mereka. “Please..”. “Iya, please Kak..”, kata
mereka. Akhirnya aku mengalah.
“Jelasin yang sejelas2nya ya Kak. Soalnya ada
yang sudah punya pacar nih”, kata Beti, salah
satu dari mereka. Maka aku mulai menjelaskan
mengenai proses perkembang biakan manusia.
Mereka menyimak ceritaku dan visualisasinya.
Dan setelah itu, seperti biasa, aku
mempersilahkan mereka untuk bertanya kalau
ada yang belum jelas.
“Apakah kami ada yang sudah bisa hamil?”
tanya Eti.
Aku suruh mereka berjejer dari kiri ke kanan
berurutan dari yang paling muda sampai yang
paling tua. Ternyata umur mereka antara 13
sampai 15 tahun. Vira yang paling senior, 15
tahun kurang 4 bulan. Intan yang paling
muda, 13 tahun lebih 3 bulan. Tetapi secara
fisik, Beti yang paling kecil. Kutanya apakah
ada yang sudah menstruasi, mereka menjawab
sudah semua. Apakah mereka suka sama
cowok, dijawab suka semua, dan tersebutlah
nama2 bintang film dan penyanyi idola dalam
negeri dan luar negeri. Belakangan ini mereka
memang mendapat pendidikan pengenalan
seks, makanya mereka ingin tahu lebih dalam
lewat kursus ini.
“Apakah ada yang sudah terangsang untuk
berhubungan seks?”, aku bertanya lagi. Mereka
saling memandang, jawaban mereka beragam
“Iya kali ya”, “Nggak tahu”, “Nggak kayaknya”.
“Bagaimana tandanya orang terangsang?” tanya
Vira.
Aku menghampiri Vira, kupegang wajahnya
dan kucium bibirnya. Vira gelagapan, yang lain
melongo. “Bagaimana rasanya?”, tanyaku. Vira
belum bisa menjawab. “Sekarang tutup
matamu, nanti kakak cium lagi”.
Vira menutup mata lalu kucium lagi bibirnya,
agak lama. Siswi yang lain melongo lagi dan
memperhatikan. Kudengar nafas Vira mulai
cepat dan jantungnya berdetak, maka
kuhentikan ciuman. “Bagaimana rasanya?”
“Deg degan”, kata Vira.
“Nah itulah tanda terangsang. sekarang yang
lain gantian. Nanti kakak cium. Yang dicium
menutup mata, yang tidak dicium boleh
melihat bagaimana cara ciuman. Jadi nanti kita
tahu siapa yang bisa terangsang”, kataku.
Maka mulailah aku menciumi bibir 6 siswi
lainnya satu persatu. Asyik juga mencium
beraneka bentuk bibir dan reaksi mereka
berbeda-beda. Dan mereka tampak
bersemangat dan jantungnya berdegup
kencang.
“Ferina sudah punya pacar dan pernah ciuman
ya?”, aku menyimpulkan karena cara ia
menerima ciuman dan membalas
menunjukkan bahwa dia pernah berciuman.
Ferina mengiyakan.
Selesai menciumi 7 siswi, Vira bertanya,
“Terus apa Kak?”
“Tanda cewek yang terangsang itu terlihat dari
pentil susunya yang mengeras”, kataku.
Mereka saling memandang dan memegang
susu masing2. Aku segera menghampiri Vira,
“Coba lihat susumu”, kataku. Vira ragu.
“Katanya mau tahu terusannya”, aku
memancing. Dan akhirnya Vira membuka
kancing bajunya dan menyingkapkan bh
putihnya, lalu tampaklah kedua susunya.
Besarnya sekepalan tangannya, ukuran yang
pas untuk usianya. Kulitnya coklat muda dan
putingnya kecil berwarna coklat.
“Sekarang Kakak coba merangsang susu. Vira
boleh melek boleh juga merem supaya lebih
terangsang”, kataku. Vira memilih merem.
Maka kuelus2 kedua susunya yang sudah
mulai membesar, kumainkan pentil susunya
dengan jariku. Selanjutnya kuciumi susu2 itu,
kujilati, lalu kumainkan pentilnya dengan
mulutku dan kuhisap2. Degup jantung Vira
semakin mengencang. “Nah ini tandanya Vira
terangsang”, kataku.
Siswi lain terdiam terpaku melihatku
menciumi susu Vira, sebagian menelan ludah.
Lalu kusuruh siswi lainnya menunjukkan
susunya. Ada yang malu2 karena merasa
ukurannya kecil. Kukatakan ukuran susu tidak
mempengaruhi rangsangan, tetapi sensor
rangsangan ada di kulit susu dan di pentilnya.
Akhirnya mereka membuka baju dan
menyingkap bh, sebagian siswi yang susunya
baru tumbuh tidak memakai bh dan hanya
memakai kaos dalam top tank.
Aku menikmati pemandangan susu yang
ukurannya beragam, tetapi semua masih kecil,
hanya ada 2 siswi yang susunya lebih besar
dari Vira, yaitu susu Ferina dan susu Ratna.
Warna pentilnya juga beraneka, ada yang agak
pink ada juga coklat kehitam2an. Lalu
kulakukan hal yang sama kepada mereka,
mengelus, meremas, mencium dan menghisap.
Lucu juga menggengam dan menghisap susu
yang keci. Baru kubuka mulut, seluruh bagian
susu sudah masuk kedalamnya. Lidahku
memainkan pentil susu yang ada didalam
mulutku. Kucoba menghisap sekuat mungkin
agar pentil susunya mancung mengeras.
Hasilnya, mereka semua menjadi deg2an tak
keruan. Tentu saja mereka terangsang karena
mereka semua sudah mens, yang artinya
memang sudah bisa terangsang.
“Kalian semua ternyata sudah bisa terangsang,
jadi kalian semua bisa hamil. Demikian
pelajaran biologi hari ini”, kataku
menyimpulkan.
Karena masih terangsang dan bergairah,
mereka minta untuk diteruskan pelajarannya.
“Masa cuma ngemut susu bisa hamil?”, Ferina
bertanya sekaligus protes.
“Maksudnya?”, tanyaku.
“Kan harus ada alat kelamin baru bisa hamil”,
sahutnya, didukung oleh yang lain.
“Betul. selain susu, tanda cewek terangsang
juga terlihat di memeknya. Memek yang
terangsang dan siap dihamili adalah memek
yang basah dan merekah”, jawabku.
“Coba lihat punya masing2”. Aku minta
mereka untuk menunjukkan vagina. Mereka
ragu2, dan selalu Vira dulu yang berinisiatif.
Ia menyingkap rok dan memelorotkan celana
dalamnya sedikit. Yang lain mengikuti, ada
yang mengangkat rok dan menyingkap celana
dalam, ada yang memelorotkan celana dan
menyingkap celana dalam.
Lalu kusuruh Vira untuk merebahkan diri dan
mengangkat kedua kakinya, sehingga
vaginanya terlihat jelas. Aku mengamati
vaginanya. “Tuh lihat, memek Vira sudah
basah dan sudah agak merekah sehingga
terlihat itil dan lubang memeknya”, aku
menjelaskan dan siswi2 itu melihat vagina
Vira.
“Sekarang coba kakak lihat yang lainnya”.
Maka mereka semua merebahkan diri
terlentang dan mengangkat kakinya keatas.
Aku memperhatikan satu persatu vagina
mereka. Vagina2 itu masih mungil2 dan belum
banyak bulunya. Warna vaginanya bermacam2
dari pink hingga hitam. Tebal bibirnyapun
bermacam2. Aku menyimpulkan, Vira yang
paling siap, yang banyak cairannya dan
vaginanya sudah membuka sendiri. Sedangkan
Intan yang paling kurang siap. Kuminta Vira
dan Intan berjejer dan menyuruh siswi2 itu
untuk melihat dan membandingkan vagina
yang paling siap dan yang kurang siap.
“Kalau yang belum siap, gimana supaya bisa
siap?” , mereka bertanya.
“Ya harus dirangsang lagi sampai siap”,
jawabku
“Caranya?” tanya mereka ingin tahu.
Karena vagina Intan yang belum siap maka
kusuruh ia terlentang lagi. Melihat posisi
celana dalam yang masih dipaha dapat
mengganggu praktek, kuminta Intan mencopot
celana dalamnya, lalu roknya disingkap
keperut. Paha Intan merapat menutupi
vaginanya, kuminta kakinya untuk dibuka. Aku
segera menghampiri selangkangan Intan dan
kuminta yang lain memperhatikan.
Lalu mulailah aku merangsang vagina Intan.
Mulai dari membelai bulu dan bibir vagina,
mencari dan memainkan itil, menciumi vagina
dan menjilati seluruh bagian vagina. Intan
merem melek dan mendesah “Aww.. ahh..”.
“Intan kenapa? enak ya?”, yang lain bertanya.
Kakinya menutup menjepit kepalaku.
Kurenggangkan lagi agar terlihat oleh semua
siswi. Para siswi melihat dengan berbagai
reaksi, ada yang jijik ada juga yang pingin.
“Nah sekarang memek Intan sudah siap. Coba
sekarang Beti. Copot dulu celana dalamnya”.
Kulakukan hal yang sama terhadap Beti dan
supaya adil kumainkan juga vagina siswi
lainnya. Lidahku menyapu itil yang besarnya
berbeda. Itil Beti paling besar dan itil Ferina
paling kecil. Lidahku juga merasakan cairan
asin vagina yang berbeda2.
Mereka semua sudah mabuk kepayang dan
bergairah. “Kalau yang punya laki2, bagaimana
terangsangnya?”, tanya Vira. Aku mengangkat
bahu yang berarti tidak mau menjawab.
“Kakak curang, mana bisa perempuan hamil
tanpa laki2”, kata mereka.
Akhirnya aku mencopot celana dan terlihat
dibalik celana pendekku penis yang mulai
terangsang. Siswi2 itu melihat serius dan
menungguku memelorotkan celana pendek.
“Ada yang sudah pernah melihat kontol?”,
mereka menggeleng. “Cuma digambar”, kata
Vira.
Aku copot celana pendek dan tampaklah
penisku. “Woww..”, siswi2 itu bergumam.
“kok nggak ngaceng?”, Ratna bertanya. “Harus
dirangsang”, kataku. “Bagaimana caranya?”,
tanya Eti. “Dielus2 dan dicium”, kataku. Tiba2
semua siswi maju ingin mengelus penisku.
“Gantian dong”, kataku. Mereka bergantian
mengelus dan mencium penisku. Lama2
penisku membesar dan tegang. “Woww..”,
mereka bergumam lagi.
“Tadi kakak menjilati memek kami, jadi kontol
kakak juga boleh dijilat ya?”, Vira agresif
bertanya.
“Ya, boleh dijilat dan diemut. Siapa mau
duluan”, aku menantang dan Vira duluan
meraih penisku menjilatinya lalu
mengemutnya. Lalu yang lain bergantian.
“Ada asinnya”, kata Beti. “itu tandanya kontol
kakak sudah terangsang dan sudah siap”, aku
menjelaskan.
“Siap apa?”, tanya Intan. “Siap berhubungan
seks”, jawabku. “Bagaimana caranya?”, tanya
Vira memancing2
“Bagaimana kalau kita bugil semua”, aku mulai
mencopot seluruh pakaianku. Lalu Vira bugil,
lalu yang lain akhirnya mengikuti bugil.
Kusuruh lagi Vira tidur terlentang, aku
mendekatinya, merangkak diatas tubuhnya.
Jantung Vira berdegup kencang. Siswi yang
lain melihat penuh ketegangan. lalu kutindih
tubuhnya, semua siswi seperti menahan
napasnya, melihat pemandangan laki2 bugil
menghimpit wanita bugil. Kucium bibir Vira
dan susunya. Vira merem melek dan
jantungnya berdetak kencang.
Lalu kuluruskan penis ke vaginanya,
kurenggangkan sedikit pahaku agar penisku
dan vagina Vira bisa dilihat. Kusuruh siswi2
itu untuk melihat posisi penis dan vagina. Aku
meraba lubang vagina Vira, ”Ini lubang
memek. Waktu berhubungan seks, kontol
dimasukkan ke lubang ini. Dengan posisi ujung
kontol persis di lobang memek, tinggal
didorong maka kontol akan masuk memek,
lalu terjadilah hubungan seks, seperti
penjelasan dalam buku”.
Aku menggoyang sedikit pantatku sekali
sehingga menggesek bibir vagina dan itilnya.
Dia menahan napas. Lalu aku beranjak dan
berdiri meninggalkan Vira yang terlihat mulai
berkeringat.
“Sekarang gantian yang lain”, aku memandang
mereka. Intan segera merebahkan diri
terlentang, ingin praktek duluan. Aku merayap
diatas Intan dan menindihnya. Intan
memejamkan mata dengan jantung yang juga
bergetar kencang. Aku merenggangkan paha,
“Coba ambil kontol kakak lalu tempelkan ke
lubang vagina Intan”. Ranti meraih penisku
dan diarahkan ke vagina Intan. Aku memberi
aba2 untuk agak kebawah sedikit. Kugesek
sekali.
Lalu gantian siswi lainnya kutindih satu
persatu dan kutempelkan ujung penis kelubang
vagina masing2, lalu digesekkan sekali. Setelah
itu mereka terlentang semua, menunggu
tindakanku.
“Nah dalam buku itu ada orgasme. Kakak akan
ajarin bagaimana rasanya orgasme. Ayo Vira
duluan lagi”, kataku.
Kembali, mulai dari Vira aku menindih dan
menempelkan penis ke vagina. Lalu aku mulai
menggenjot pinggulku dan menggesek2an
penisku di vaginanya dan juga menggesek2
itilnya. Aku menggenjot berulang2 sambil
meremas susu dan sekali2 mencium dan
menghisap susunya.
Vira mendesah2 “ahh..ahh.ahh”. Karena
memang sudah terangsang dari tadi, Vira
segera orgasme. “a a a aahh..”, vira
mengerang panjang dan memelukku erat “enak
banget”, katanya pada teman2nya. Melihat
Vira mencapai puncak yang lain semakin
terangsang dan ingin orgasme juga.
Satu persatu kutindih dan kugesek2kan penis
ke vaginanya. Beragam cara mereka mendesah
nikmat dan beragam cara mereka mengerang
mencapai orgasme. Lalu semua terlentang
kecapean sambil saling tersenyum dan tertawa
kecil. Aku sendiri juga merasakan nikmatnya
menindih berbagai ukuran badan siswi2 itu,
dan ingin juga mencapai puncak orgasme.
“Supaya terjadi pembuahan, yang laki2 juga
orgasme. sekarang dicontohkan bagaimana
kakak orgasme”, kataku. Kuminta Vira
terlentang lagi dan kucumbu Vira seperti
berhubungan seks, tetapi penisku hanya
menggesek di vaginanya. Vira terangsang lagi
akupun terangsang, kuteruskan dan
kupercepat genjotanku. Sampai akhirnya aku
merasa akan mengeluarkan mani. Segera
kuangkat penisku dan kukocok dengan tangan.
“Lihat. Sebentar lagi kakak orgasme dan keluar
mani”, mereka segera bangkit dari rebahnya
dan memperhatikan penisku. Segera kukocok
penis dengan cepat, dan .. crot..crot..crot..
maniku berhamburan di perut Vira. “Woww..”
mereka terpana melihat mani keluar dari
penis. Lalu memegang2 maniku yang putih
kental.
Aku lemas, tapi berusaha menjelaskan sambil
terengah2, “Nah, kalau air mani ini masuk ke
memek kalian, kalian bisa hamil, bisa menjadi
anak. Jadi hati2 jangan sampai hamil”.
“Kami masih perawan kan?”, tanya Intan. “Iya,
karena tadi kontol kakak tidak masuk memek.
Dan tidak ada darah perawan yang pecah”, aku
menenangkannya.
“Terimakasih kakak”, kata Intan memeluk dan
mencium pipiku. Yang lain ikut2an
mengucapkan terimakasih, memeluk dan
menciumku.
“Ayo, Sekarang semua membersihkan memek.
Vira juga harus mengguyur mani diperut”,
kataku.
Kami membersihkan diri, berpakaian. Kulihat
wajah mereka tersenyum puas. Karena sudah
mulai malam, kami memesan makanan. Vira
dan Beti tetap tinggal karena akan menginap
di rumah Ranti, mereka akan ditemani maktek
(bibi) yang datang agak malam.
Demikianlah aku memberi kursus seks singkat
dan dilengkapi praktek, kepada Vira, Ranti,
Beti, Ferina, Intan, Eti dan Ratna. Setelah
kejadian itu aku masih beberapa kali memberi
kursus matematika kepada sebagian dari
mereka, lalu kami tidak pernah bertemu.
Tahun berikutnya aku bertemu Ferina sebagai
adik kelas di SMAku. Waktu kusapa, dia masih
ingat aku yang memberi kursus seks.
Menurutnya dulu itu karena rasa ingin tahu
saja. Sekali lagi dia mengucapkan terimakasih
karena aku tidak memanfaatkan kesempatan
kelemahan mereka. Sehingga perawan mereka
terjaga.

No comments:

Post a Comment