Wednesday 6 June 2018

Ibu Poppy, guruku yang pengertian

Waktu aku kelas 6 SD ada guru IPA yang cantik dan anggun. Namanya Ibu Poppy umurnya 27 tahun,
kulitnya putih dan mulus, kontras sekali dengan kulitku yang hitam dan banyak luka yang berkoreng.
Tubuhnya padat berisi terlebih lagi dia menikah pada usia 24 tapi sekarang janda karena suaminya
meninggal waktu usia perkawinan mereka baru tiga bulan karena
kecelakaan lalulintas. Yang aku senang dari Ibu Poppy adalah jika
mengajar ia sering mengikatkan ujung jilbabnya ke leher sehingga
bagian atas krah bajunya agak terbuka dan tali BH pada bagian
pundaknya sering terlihat, selain itu ada belahan yang tinggi di rok ibu Poppy membuat
bagian belakang pahanya yang putih dan mulus sedikit terlihat, sungguh pemandangan yang indah
bagi anak-anak puber seperti kami. Aku jika pelajarannya selalu
mengambil duduk di depan dekat meja guru. BH yang dia gunakan selalu
warna krem dan itu selalu menjadi tontonan gratisku setiap
pelajarannya. Pagi itu sekitar jam delapan lewat kami sudah
dipulangkan karena akan ada rapat guru. Aku agak kesal karena
pelajaran kedua IPA artinya aku gak bisa ngeliat pemandangan
indah hari ini, dan untuk menghilangkan suntuk aku pun pergi main
ke tempat temanku. Aku masih tak tahu aku akan dapat rejeki nomplok.
Sekitar jam sepuluh pagi aku pergi pulang, dan pada saat lewat
sekolah aku melihat Ibu Poppy sedang menunggu angkot, aku pun
mengajaknya ” mari saya antar Bu ” ajakku tanpa berharap dia mau
” tapi rumah ibu agak jauh lho ” ia mencoba menolak
” gak pa-pa kok bu, saya ingin jadi murid teladan ” candaku
setelah berpikir sebentar akhirnya ia mau ” iya deh tapi ibu
berat, km kuat gonceng ibu? ” tanyanya, “ kuat kok bu, saya juga pernah gonceng ibu saya ke pasar”
” silahkan bu ” setelah itu aku mengayuh sepedaku dengan
kecepatan sedang. Tangan Ibu Poppy yang berpegangan pada pahaku
menyebabkan reaksi pada penisku, apalagi saat mengerem aku merasa ada sesuatu yang empuk menekan dari belakang.
Sampai di rumahnya yang agak berjauhan dengan rumah-rumah yang lain
aku disuruh masuk dulu. Dan ketika sudah duduk di sofa empuk
Ibu Poppy bicara “ibu ganti baju dulu ya Din ”
Setelah itu ia masuk kamar dan menutup pintu mungkin karena kurang
rapat sehingga pintu itu terbuka lagi sedikit. Entah setan mana
yang masuk ke kepala ku sehingga aku memberanikan diri untuk
mengintip ke dalam. Di dalam sana aku bisa melihat bagaimana
Ibu Poppy sedang membuka satu persatu kancing bajunya dan setelah
kancing terakhir ia tidak langsung menanggalkan bajunya, tapi itu
sudah cukup membuat nafasku memburu karena aku bisa
melihat kalau sepasang dadanya yang besar seperti hendak melompat
keluar. Karena terlalu asyik pintu itupun terbuka lebar. Aku kaget
dan hanya bisa mematung karena ketakutan. Bahkan penisku langsung
mengkerut. Melihat aku, Ibu Poppy tidak terlihat kaget dan tetap
membiarkan bajunya terbuka. Setelah itu ia mendekati aku
” kamu sering ngeliat BH dan paha ibu kan? ” tanyanya didekat telingaku
” i..iya Bu ” jawabku ketakutan.
” kalau gitu ibu kasih kamu hukuman.. ” lalu ia menarikku dan
didudukkan di tepi tempat tidur.” sekarang kamu berbaring, tutup mata
dan jangan gerak.. ” katanya dengan suara
nafas yang agak memburu. Aku pun menurut karena merasa bersalah.
Lalu ia membuka baju krem PNSnya tanpa melepas jilbab dan BH, mengangkat
rok panjangnya hingga pinggang lalu menurunkan celana dalamnya dan terlihatlah vagina ibu Poppy
yang sangat mulus dan bersih tanpa rambut kemaluan, kemudian beliau mengelus-elusnya dengan lembut,
setelah vaginanya agak basah disodorkannya ke wajahku “auh.. uh.. uuh ..” rintihnya menahan
kenikmatan semantara tangan Ibu Poppy membenamkan kepalaku
ke selangkanganya.“ah .. mmhh.. ohh” rintihnya karena aku menjilat
dan menghisap miss v-nya. Sesekali kujelajahi lubang vagina
Ibu Poppy dengan lidahku, malah aku semakin hebat menyedot
klitorisnya. Tubuh Ibu Poppy semakin mengejang dan tanpa bisa
dibendung lagi, muncratlah cairan putih dan aku langsung
menelannya sambil berpegangan pada dua pangkal paha putih mulus
milik Ibu Poppy Rasanya seperti sedang melayang, kutelan habis
cairan orgasme Ibu Poppy sementara aku masih terbaring kaku, malu takut
dan senang bercampur jadi satu. Ibu Poppy lalu berdiri dan
tersenyum “gimana..lebih enak dari pada cuman liat khan..?”
sambil kedua tangannya menjambak rambutku
“iya bu enak sekali” jawabku mulai berani sambil ikut berdiri.
Setelah wajah kami berhadapan ia menciumku dengan lembut, lalu
membimbingku duduk di tempat tidur. Kami berpelukan dan ibu Poppy
kembali menciumku, lalu melumat bibirku sementara tangannya
menanggalkan seluruh pakaian ku, penisku yang belum disunat mengacung tegak dan
berkedut-kedut. Ibu Poppy lalu membelai dan mengocok perlahan penis kecilku itu.
Dengan tangkas aku mengimbangi gerakan tangan itu sehingga akhirnya kusingkapkan cup BH
yang menutupi buah dada Ibu Poppy. Bagian depan jilbabnya aku sibakkan ke belakang agar
tidak menutupi buah dadanya. Tali BHnya turun ke lengannya karena memang sengaja tidak aku lepas pengaitnya.
Ibu Poppy melepaskan ciuman di bibirku lalu mengarahkan kepalaku
ke bawah yaitu payudaranya, aku segera meremas-remas dadanya,
sekali-sekali aku puntir putingnya sehingga ia melenguh panjang.
Puas meraba aku lalu menyapu seluruh dadanya dengan lidahku dan
menyedot ujung putingnya sambil digigit-gigit sedikit. Hasilnya
hebat sekali Ibu Poppy bergoyang sambil meracau dengan kata-kata
yang tak jelas. Setelah itu Ibu Poppy berdiri sehingga aku
berhadapan dengan vaginanya, wangi yang baru pernah kucium itu
membuatku bertambah panas sehingga kujilati semua permukaan
vaginanya yang sudah banjir itu.
Setelah itu Ibu Poppy merebahkan diri di ranjang, tangannya
mendekap kepalaku dan pahanya dibuka lagi. Sehingga memudahkan aku
menjilat dan memasukkan lidahku kedalam vaginanya dan
menggigit-gigit bagian daging yang merah jambu. Sehingga tubuh
Ibu Poppy semakin mengejang hebat
“sshh.. aahh.. terus Diinhh..” pintanya diikuti desah nafasnya.
Sekitar lima menit ku sapu vaginaya aku melepaskan dekapan pada
kepalaku dan kembali mengulum bibirnya. Lalu bu Poppy berkata,
“masukkan burung kamu ya Diiin.. Ibu udah gak tahan” katanya dengan terengah..
kemudian tangan ibu Poppy membimbing penis kecilku
menerobos goa miliknya yang tak pernah lagi
merasakan penis semenjak suaminya meninggal. Dengan mudahnya penis kecilku
menerobos masuk lubang vagina ibu Poppy yang sudah sangat basah.
Aku merasakan kenikmatan yang sangat hebat. Lalu setelah masuk semua,
aku maju mundurkan penisku “slep..slep..slep”
kuputar-putar di dalam sambil mengikuti goyangan pantat Ibu Poppy.
sambil kupompa bibir kami terus berpagutan, walau ibu Poppy harus membungkuk untuk
mencapai bibirku karena perbedaan tinggi tubuh kami, dan tanganku meraba dan
meremas payudaranya, sambil sesekali kurapikan jilbabnya dan kemudian memuntir puting payudaranya.
“uh..ah..mm..ssh..terus Diin..mmh” desahnya sambil meremas pantatnya.
Penisku terasa semakin menegang dan vaginanya semakin hebat
berdenyut memijit penisku, tak terasa sudah sepuluh menit kami
“bercinta”.“ooh ..mmh.. aah udah gak kuaat.. biarin aja di situ
Diiin..ngggh.. mmh ..” rintih Ibu Poppy terpejam.
Akupun semakin memperdalam tusukanku dan mempercepat tempo
karena juga merasakan sesuatu yang akan keluar.
“sshh..aaaaakhhh” jeritnya sambil mencengkram punggungku,
“aahh..aahh” desahku pada saat yang bersamaan sambil mulutku
menyedot kedua puting susunya kuat-kuat secara bergantian.
Air maniku muncrat bertepatan dengan air hangat yang terasa
memandikan penisku didalam vaginanya. Kami menikmati puncak
orgasme sampai betul-betul habis, baru aku mencabut penisku
setelah sangat lelah dan berbaring di sebelahnya sambil meremas
dadanya pelan-pelan. Kemudian dia menindihku dan bertanya
“gimana hukuman dari Ibu Poppy..?”
“enak bu, hukuman terenak di dunia, makasih ya bu Poppy”
“ibu yang terima kasih udah lama ibu membendung hasrat,
hari ini dan seterusnya ibu akan tumpahkan ke kamu semuanya”
sambil menciumku. Setelah istirahat beberapa waktu kami kembali
melanjutkan aktivitas itu tentu saja dengan teknik dan gaya yang
berbeda-beda. Tak terhitung berapa kali aku melakukannya sewaktu
kelas 6 SD, yang jelas jika aku pulang ke sana pasti kami melakukan lagi
dan lagi…​

No comments:

Post a Comment