Wednesday 6 June 2018

Dosen Bahasa Inggrisku Yang Tampan

Namaku Ani Wulandari, panggil saja Ani. Saat itu ketika berumur 20 tahun, saya kuliah disalah satu perguruan tinggi terkenal dengan jurusan PRnya (Public Relations) di Jakarta yaitu THE LONDON SCHOOL. Tinggiku 160cm, berat 49 kg (saat itu) dan bra ukuran 36B. Wajahku sangat cantik mirip artis IDA AYU. Para pembaca forumers bisa mencarinya sendiri di google. Aku sejak kecil menyukai pakaian serba merah, baik baju atau kaos, rok atau blouse bahkan sampai BH dan Celana Dalamnya pun berwarna merah. Aku juga sangat menyukai kebersihan, sampai-sampai Vagina ku pun tak lepas dari perawatan rutin dengan ramuan wangi dan dicukur tanpa sehelai rambutpun alias gundul bening yang menambah indahnya bentuk kemaluanku itu disamping sangat harum.

Terus terang di sekolahku tidak banyak laki-laki yang mengambil jurusan PR itu, namun diluar kampusku, banyak laki-laki yang selalu mendekati diriku atau menatap tajam lekuk-lekuk tubuhku saat berjalan. Disamping kecantikan dan kemolekan tubuhku, juga karena aku senang memakai pakaian berwarna terang dan agak transparan terutama kalau berwarna merah, ditambah rok mini yang berada kurang lebih 15cm diatas lututku, yang mengumbar kemolekan paha putihku. Sering aku perhatikan kalau sedang makan di McD Thamrin, banyak sekali laki-laki yang sering mencuri pandang paha bahkan mungkin CD ku karena aku sering duduk agak mengangkang dan berpindah-pindah posisi kaki yang mengakibatkan CD ku mungkin sering nampak dan aku yakin membuat batang kemaluan laki-laki yang melihatku itu sedikit bergejolak jika matanya menikmati CD merahku.

Salah satu dosen yang aku perhatikan sangat perhatian padaku adalah Pak Adi. Pak Adi adalah dosen bahasa Inggris lulusan sekolah ternama di Australia, Monash University. Pak Adi sangat tampan dengan tinggi badan sekitar 176cm dan berat 62kg, badannya terlihat sangat atletis dan terlebih masih lajang dengan usianya yang 30 tahun. Aku tidak tahu kenapa pria tampan dan pintar itu masih melajang diusianya yang memasuki kepala 30 itu. Aku selalu berdebar-debar jika mata Pak Adi bertatapan dengan mataku saat mengajar. Karena sering mata kami bertatapan, pada suatu ketika, aku memberanikan diri untuk bertanya kepada Pak Adi sambil bercanda maksudnya. “Pak, bapak kok suka melihat saya, bapak naksir ya,” candaku sambil tertawa. Pak Adi dengan senyum manisnya menjawab dengan singkat; “habis kamu cantik sih Ani” sambil berlalu.

Jawaban itu kontan sering membuatku melamun, dan saat aku berada dikantin sekolah sambil melamun tiba-tiba Pak Adi menepuk punggungku sambil berkata, “hayo, siapa yang kamu lamunin?”. Aku terkaget dan secara reflex tanpa sengaja tanganku memukulnya yang tanpa kuduga terkena kemaluannya. Aduh, Ani, kamu memukul, oh…pekik Pak Adi saat itu. Dengan muka merah aku meminta maaf, maaf-maaf Pak, aku benar-benar tidak sengaja, sambil secara spontan aku katakan kalau aku mau mentraktir Pak Adi atas kekhilafanku tersebut. Dan dengan tersenyum manis Pak Adi berbisik lembut ditelingaku. “Aku memaafkan kamu ya Ani, tetapi kamu harus mau aku ajak menonton bioskop malam minggu ini, bagaimana?”. Karena aku merasa bersalah dan ditambah membayangkan lamunanku jika berjalan berdua dengan Pak Adi, maka aku bersedia menerima ajakannya itu.

Sabtu sore itu aku mandi dengan bersih, semua bagian-baian tubuhku tak luput dari sabun atau pembersih atau wewangian karena menyambut kencanku dengan pria tampan yang tak lain adalah dosenku sendiri itu. Vaginaku kucukur lagi agar terasa lebih halus dan mengkilat serta aku baluri dengan minyak wewangian agar baunya harum. Semua serba merah aku siapkan, kaos “you can see”, bh, cd dan juga rok mini ketat yang semuanya berwarna merah telah kusiapkan. Jam menunjukkan pukul 17.00, ketika sebuah suara klakson mobil kijang telah siap didepan kosku dan siap membawaku berkencan. Kalau santai begini, panggil saja aku Mas, ucap pria tampan yang saat itu mengenakan kaos ketat yang ditengahnya bertuliskan “Fuck Me, I’m Famous” dan celana pendek selutut itu. Baik Pak, ehmmm …Mas, sedikit ragu aku meng-iyakan panggilan tersebut. Aku dan Mas Adi segera meluncur ke 21 Sarinah dan film yang kami pilih adalah “The Silence Of The Lamb” salah satu film horor yang cukup mendebarkan saat itu. Tanpa sepengetahuanku, rupanya Mas Adi sengaja memilih bangku pojok kiri paling belakang yang tanpa aku ketahui maksudku. Sepanjang berjalan dengan Mas Adi, aku tampak berdebar-debar sekaligus bangga karena selain tampan juga badannya sangat atletis sehingga banyak wanita yang mungkin iri melihatku. Tak lupa kami membeli beberapa makanan ringan termasuk pop corn dan minuman untuk bekal di dalam bioskop nanti.

Jam pertunjukan segera tiba, terdengar suara perintah untuk segera masuk ke gedung bioskop. Berdegup kencang saat tiba-tiba Mas Adi memegang tanganku untuk menuntunnya masuk. Pegangan yang sangat gagah membuat jantungku semakin berdegup kencang. Rupanya Mas Adi mengetahui sikapku yang gemetaran tersebut, tapi nampaknya dia bersikap santai seolah-olah tidak tetapi aku dapat merasakannya itu.
Lampu-lampu didalam gedung bioskop mulai dimatikan dan kelihatannya pertujukan segera dimulai, dan entah disengaja atau tidak genggaman tangan mas Adi tidak dilepaskan sejak menuntunku masuk ke dalam tadi. Aku juga seolah menikmati genggaman itu. Mungkin karena tidak ada penolakan, tangan Mas Adi bergeser lebih merapat dan secara tak sengaja menyenggol puting susunya dari luar kaosku. Jantungku semakin berdegup, rasa enak dan nyaman mulai mengalir didalam tubuhku, tidak ada rasa penolakan sama sekali bahkan aku kesannya sangat menikmatinya. Ditengah gelapnya ruangan bioskop, Mas Adi berkata dengan lembut: “Ani, kamu sangat cantik, bolehkah aku menciummu?”.

Termenung aku mendengar permintaan itu, dan belum sempat aku menjawabnya, tiba-tiba sebuah kecupan lembut mendarat di bibirku. Ciuman itu semakin lama semakin hangat, membuat getaran ditubuhku semakin sulit untuk aku kendalikan, terasa sangat nikmat. Ciuman mas Adi dibibirku membuatku lupa segalanya. Sangat romantis dan menggirahkan sebab baru kali ini aku merasakan ciuman itu sehangat ini. Ciuman itu terasa seperti aliran listrik yang mengurut-urut ujung bibirku, terasa ringan dan enak sekali. Tidak butuh waktu terlalu lama untuk aku membalas ciumannya dengan lembut…Sekali-sekali Mas Adi menggigit bibirku, kemudian berusaha mengambil lidahku dengan kedua bibirnya. Ohhh rasanya nyaman sekali. Mas Adi terus mengulum bibirku, sambil tangannya mulai menyentuh lembut payudaraku dari luar kaosku. Ohhh…ohhh, mas adi.., oh…enak mas…., hanya kalimat itu yang terucap dari mulutku.

Sambil terus menciumi bibirku, kemudian turun ke leherku dimana leherku adalah salah satu titik lemahku, kembali suaraku yang parau berkicau. Ohhh..ohhh mas, tak kupedulikan walau itu didalam ruang bioskop. Tak ketinggalan tangan mas Adi mengelus-elus payudaraku dari luar kaosku semakin menambah birahiku. Sedetik kemudian tampak tangan mas adi menyelipkan tangannya ke dalam rok miniku. Aku yang sudah sangat bernafsu karena ciuman mas Adi dileher terus menerus, segera membuka pahaku agar mudah bagi tangan mas Adi menyentuh vaginaku dari balik cd merahku. Sambil tersenyum manis, mas Adi berbisik di telingaku, “ Ani, vagina kamu terasa lembut dan halus seperti bayi, aku sangat menyukainya”. Ucapan itu serasa membuatku bertambah melayang. Usapan-usapan lembut jari-jari mas Adi terhadap vaginaku walaupun dilakukan dari balik cd merahku membuat tubuhku bergetar hebat. Usapan-usapan it uterus menjelajah sepanjang bibir vaginaku dan sekali-sekali mencolok tengah vaginaku. Aku seperti kesurupan merasakan sentuhan-sentuhan jari mas Adi, kurang lebih 15 menit sentuhan itu terus menerus menerjang kemaluanku, tiba-tiba seperti terasa ada yang ingin keluar dari vaginaku. Aku berusaha menahannya, tetapi desakan itu terasa sangat bergelora ingin keluar seiring dengan gerakan-gerakan jari-jari mas Adi yang semakin cepat mencolok-colok klitorisku. Dan beberapa detik kemudian, aku mengeluh lirih, “ohhh…mas…ohhh mas…ohhhh massss Adi”, diiringi orgasme ku yang membanjiri cd merah kesayanganku.

Aku terdiam sejenak menikmati orgasmeku barusan, kemudian terdengar suara lembut mas Adi mengajakku untuk keluar dari bioskop itu sebelum film yang kami tonton selesai. “Ani, ayo kita lanjutkan permainan ini dihotel sebelah, kamu maukan?”, ajaknya. Seperti kerbau dicocok hidungnya, aku menuruti kemauan mas Adi, entah karena aku sangat menikmati permainan tadi atau karena aku ternyata juga diam-diam mencintainya.
Mandi dapat menyegarkan tubuhmu kembali Ani, begitu suara mas Adi setelah kami berdua memasuki kamar hotel. Aku akan memandikamu Ani, kamu bisa menikmatinya. Setelah tubuhku telanjang bulat dengan vagina yang halus dan bening, segera disabuninya kulitku yang mulus itu. Tangan mas Adi kini merasakan secara langsung bagaimana halus dan empuknya bukit kembar yang indah punyaku. Aku hanya bisa memandang dengan penuh perhatian. Kedua bukit kembarku disabuni, dibelai. Ooooh…nikmat! Oohhh….enak sekali rasanya. Putingku yang merah itu jadi tegak, karena diremas-remasnya, badanku sampai merinding dibuatnya. Lubang vaginaku jadi terasa lembab. Tangan mas Adi ini bener-bener usil. Lereng-lereng bukit kembar itu dielus dan ditelusuri. Aku terbuai sampai mataku aku pejamkan sesaat.

Mas Adi lalu berjongkok, tanpa dapat aku cegah, mulut mas Adi melahap bibir-bibir vaginaku. Karena nikmatnya, sampai aku mengangkat-angkat sebelah kakiku. Mulut mas Adi terus menjilati vaginaku sementara kedua tangannya meremas-remas pantatku. Aku menggelinjang-linjang dibuatnya. Sesaat kemudian tubuhku diguyur air berkali-kali sampai bersih.

“Ani, tolong lepaskan celanaku. Gerah sekali rasanya,” mas Adi meminta dengan sangat karena aku lihat batang kemaluannya sudah mengeras. Perlahan Aku melepaskan celana juga CD dosen bahasa Inggrisku itu. Hah? Rupanya benda berwarna coklat itu terasa mulai memanjang dan mengeras. Sambil memejamkan mata dan pura-pura takut, aku mulai mengurut-urut “burungnya” dengan sabun. Masih dengan mata terpejam dan ragu-ragu aku terus meremas-remas penis mas Adi. Makin lama terasa makin mengembang dan bertambah besar. Telapak tanganku terasa tak muat lagi. Rasa-rasanya benda ini bertambah panjang terus. Aku membuka mata dan terkejut; “…ohhh….. kok jadi segede ini?”. Aku taksir panjangnya sekitar 18cm dan diameternya 6 cm. Penampakan itu membuatku tambah horni. Rupanya mas Adi tak tinggal diam, segera dia mengusap-usap vaginaku. Sentuhan di vaginaku itu menambah hebat rangsangan birahiku. Aku hanya bisa menggigit bibir.

“Aduh, Mas, sudah Mas ohhh begitu erangku.” Ketika sampai di puncaknya aku sudah tidak tahan lagi. Tanpa aku sadari pinggulku bergoyang seiring jari-jari lebut mas Adi menerobos liang vaginaku. Mas Adi paham betul kalau aku sudah “on”. Dia segera berjongkok. Lubang kemaluanku segera dibuka dengan sapuan lidahnya. Jempol kakiku tegak ke atas, menahan seakan bagai tersengat setrum ribuan watt dari lidah mas Adi. Matanya tak lepas dari vaginaku yang mulus itu, dan aku melihat lidah itu menari-nari di lubang kemaluanku. Menusuk-nusuk bagaikan jari-jari yang basah dan hangat. Tanganku tanpa sadar meremas sabun di tanganku. Sabun hotel yang tipis itu sampai putus dan hancur. “Kenikmatanku” semakin bertambah ketika dua tangan mas Adi ikut meremas bukit kembarku yang mulai membesar itu. Oohhh…gila, mengapa bisa senikmat ini. Sinyal gelombang kenikmatan itu datang silih berganti dari dada dan vaginaku terus menerus. “Sudaaaaahhhh Massss!” Aku merancau tak karuan sambil merasakan gelombang nikmat tiada tara.

Mas Adi mengangkatku keluar dari kamar mandi dan menelantangkanku di kasur. Pahaku yang putih mulus terpampang indah. Di tengah-tengah selangkangan yang putih itu terlihat kemaluanku yang sangat mulus dan lembut. Kemaluanku Nampak kelihatan bersih karena tanpa sehelai rambutpun dan licin seperti bayi.. Kembali lubang kemaluanku itu dijilatin dan digigit-gigit tipis oleh mas Adi. Aku melenguh sambil mengangkat sedikit pantatku, jilatan-jilatan lidah mas Adi membuatku bergelinjang hebat. Kadang vaginaku dibuka sedikit dengan kedua jarinya, kemudian lidahnya menyusuri kulit-kulit sensitif didalam vaginaku. “Ohhh…ohhh.oohhh mas…eee…..nak mas…ohhh enak…,” erangku nikmat. Hanya rancauan seperti itu yang bisa aku ucapkan. Jari-jari mas Adi mulai memainkan klitorisku…, terasa akan ada cairan yang bergerak maju untuk keluar dari liang vaginaku. “Ohhh mas Adi…ohhh mas…oh mas aku mau….oh…,” desakan itu semakin kuat untuk keluar tetapi aku berusaha kuat untuk menahannya. Disaat aku hendak mengeluarkan cairan itu karena hamper tidak tahan, mas Adi segera menghentikan permainannya.

Sesaat kemudian, mas Adi membuka lebar pahaku dan memasukkan benda besar yang ternyata penisnya itu ke liang vaginaku. Penis itu terasa pelan sekali memasuki liang vaginaku, terasa nikmat tiada tara seiring kedalaman penis itu menembus liang vaginaku. Pelan tapi pasti perasaanku menjadi semakin enak, semakin menikmati permainan tersebut. Perlahan-lahan penis mas Adi menyeruak vaginaku, yang membuat vaginaku semakin gatal dan terus berdenyut-denyut. Penis mas Adi terasa memenuhi seluruh liang vaginaku. Terus terang aku memang pernah berhubungan badan sekali saat pacarku dulu mengambil keperawananku (nanti akan aku tuliskan untuk penggemar cerita dewasa ini), namun penis pacarku dulu rasanya tidak bisa memenuhi seluruh vaginaku seperti saat ini.

Mas…ohhhh…mas…ohhh, suara lenguhanku karena penis mas Adi terus menggenjot-genjot liang vaginaku. Kadang pelan, kadang sedang dan kemudian cepat gerakannya membuat tubuhku terus bergelinjang, tak lupa mulut mas Adi terus menyerbu payudaraku sehingga aku hampir-hampir melayang karena keenakan permainan mas Adi ini. Genjotan-genjotan itu membuat vaginaku semakin lama semakin mengeras dan menjepit penis mas Adi. Vaginaku seakan-akan menyedot-nyedot ujung kepala penisnya, membuat gerakan mas Adi semakin cepat dan bertenaga. Gerakan penis mas Adi yang menggenjot vaginaku semakin lama semakin cepat membuat reaksi tubuhku tak terkendali. Bergerak kekiri-kekanan, diselingi rancauanku yang tak karuan. “Ohhh…mas,.. ohhhh mas, ohhhh….mas a…di…, mas aku mau…ohhhh mas, aku tidak kuat ohhh mas…oh mas….aku mau sam…pai mas oh, erangku menahan sesuatu yang akan keluar dari liang vaginaku. Seolah tanpa memperdulikan eranganku, mas Adi terus memacu gerakannya, membuat aku semakin tidak kuat dan “oh….masss…ohhhhhhhhhh, masss…. “.

Tiba-tiba terdengar suara mas Adi, tahan sebentar Ani, saya juga mau keluar habis vaginamu sangat peret dan menyedot-nyedot ujung kepala penisku. “Ohhh Ani…ohhhh,” ayo Ani kita keluarkan bersamaan ya. Vaginaku semakin berdenyut-denyut, mengeras dan terus bertambah gatal terasa terus menyedot-nyedot kepala penis mas, sementara mas Adi merasa penisnya menyentuh liang-liang rahim kemaluanku. Vaginaku terasa semakin geli dibuatnya. Juga vaginaku terasa semakin kuat menyedot-nyedot ujung kepala penis mas Adi. Dan beberapa saat kemudian mas Adi merancau hebat: “oohhhh Ani..Ohhhhh Ani, Mas Adi… mau ohhhhhh mau keluar ohhhh”. Sesaat kemudian “crott…crot..crottttt, suara peju dari kemaluan mas Adi beradu dengan cairan yang keluar dari kemaluanku. Kami berdua berpelukan erat kemudian melenguh panjang bersamaan, seiring cairan peju putih kami berdua mengalir seperti air yang tak tertahan dari bendungan. Kami berdua mengalami orgasme yang bersamaan dan ini adalah kenikmatan tiada tara.
 

No comments:

Post a Comment