Kejadian ini benar-benar terjadi, di mana saya mendapatkan suatu
pengalaman bercinta dengan seorang gadis bule. Memang dalam hal bercinta
saya sering melakukannya, tapi bercinta dengan orang asing adalah suatu
pengalaman baru bagi saya. Di mana saya yang baru saja pindah dari
negara tercinta, Indonesia ke negara Paman Sam, yang di kenal dengan
segala macam kebebasan. Saya tinggal di suatu kota yang kecil, yang
populasi penduduknya tidak sebesar Jakarta, kalau saya bandingkan sama
saja dengan daerah sukabumi.
Dua bulan sudah saya menetap, akhirnya saya mendapatkan suatu pekerjaan,
sebenarnya saya ke sini untuk sekolah, tapi apa boleh buat saya harus
membayar uang sekolah itu dengan biaya sendiri, memang saya hidup dengan
orang tua di sini tapi biarpun begitu saya juga harus bayar segala
macam yang saya gunakan di rumah. Dua minggu sudah saya bekerja di
perusahaan laundry, dengan gaji yang cukup lumayan, siang itu terasa
panas sekali, siang itu saya sedang tidak mood untuk bekerja, tetapi
tiba-tiba bos saya datang kepada saya, "Hey, could you help me, tell
her, what she had to do".
"Ok", saya tertegun melihat seorang gadis kulit putih dengan wajah yang
cantik, manis, tubuh yang mantap, buah dada yang menantang. Lamunanku
buyar setelah dia memperkenalkan diri, "Hi, my name Erika"
"Oh, you can call me Tha", memang saya biasa memperkenalkan diri dengan
nama singkat saya, karena kalau saya perkenalkan nama lengkap saya orang
sini bingung untuk melafalkannya.
Akhirnya saya tunjukkan pekerjaan apa yang harus dia kerjakan, sambil
mencuri-curi saya pandangi buah dadanya, terkadang kalau dia bingung
saya ajarkan sambil memegang tangannya. Hari berlalu, sebelum pulang
saya ajak Ericka ngobrol, ya macam-macam lah, dia sebelumnya bilang
kalau dia itu tidak mahir berbahasa Inggris, lalu dia memberitahuku
kalau dia keturunan Puerto Rico. Ya, memang agak susah ngobrol
dengannya. Dengan nada bahasa yang sedikit aneh di telinga, akhirnya
saya menawarkan jasa untuk mengantarnya pulang, dia setuju, lumayan jauh
jarak rumahku dengan rumahnya, begitu sampai di rumahnya saya di
persilakan masuk, ternyata dia tinggal di sebuah apartmen kecil, dengan
ruangan yang kecil, sempit tapi tertata rapi. Dia hidup seorang diri,
saya duduk di sofa yang di depannya ada sebuah monitor TV ukuran 20".
"Tha, anggap saja seperti rumahmu sendiri, ambil aja minuman yang kamu mau".
"Baik deh", dia melangkah ke kamar mandi sementara saya mengikutinya
dari belakang untuk mengambil 2 kaleng minuman. Dia masuk ke kamar mandi
saya terus menuju ke belakang, begitu saya ingin kembali ke ruang depan
saya melewati kamar mandi yang pintunya tidak tertutup rapat, saya
lihat Ericka sedang ganti pakaian, betapa indahnya tubuhnya ketika
melepas celana jeansnya dan menggantinya dengan celana pendek boxer.
Lalu dia membuka BH-nya, terlihat jelas gundukan buah dada yang lumayan
besar dengan puting yang berwarna merah kecoklatan, birahiku sudah naik
dari tadi, penisku mengeras di balik celana, tiba-tiba dia melirik ke
arah pintu dan saya langsung jalan bergegas ke ruang depan dengan rasa
cemas takut kalau dia marah.
Aku kembali duduk sambil menenangkan diri, dia datang dengan senyuman
yang lebar, terlihat jelas puting susunya dari balik kaos ketat berwarna
putih itu.
"Tha, lagi ngelamun ya?", tanyanya.
"Ah, enggak", jawabku sambil mengarahkan pandangan mataku ke arah TV.
"Such a lie, you were see me naked aren, t you?", aku tidak menjawabnya hanya senyum kecil yang keluar dari mulutku.
"Tha, jangan berbohong deh, kamu lagi ngelamunin gue kan", kaget saya
dia berkata begitu, teringat saya pada pacarku di Jakarta di mana kita
sering melakukan hubungan intim, saya alihkan pembicaraannya.
Saya tanya, "Sekarang usiamu berapa?".
"20 tahun", wah sama nih dalam hatiku, saya bertanya tentang
kehidupannya, dia cerita bahwa dia itu lari dari orang tuanya yang ingin
mengawininya dengan anak relasi orang tuanya, padahal dia sudah
mempunyai pacar, tapi dia mengambil keputusan untuk lari dan melepas
semuanya, dengan di bantu temannya semasa kecil dulu, dia mencoba
bangkit dari penderitaan yang dialaminya, tidak sedikit penderitaannya,
dia juga pernah hampir diperkosa oleh teman-teman tempatnya bekerja
dulu, tapi untungnya keperawanannya tidak hilang karena polisi segera
datang setelah ia berteriak.
Tetesan air matanya mengalir, saya hapus air mata di pipinya, lalu saya
belai rambutnya, dia terdiam dengan mata terpejam, dalam hati saya
berkata kok baru kenal begini, dia sudah cerita macam-macam, akankah
akan berakhir dengan making love, tanyaku dalam hati
"Tha", suaranya yang lirih memanggil namaku, memecah keheningan.
"Ya", balasku mesra.
"Eh, temenin gue dong malam ini?", saya makin bingung, pikiranku tidak
menentu, teringat paras wajah pacarku, akankah saya menghianatinya?,
tanyaku dalam hati.
Serasa di bius saya menyanggupinya, saya ambil gagang telepon, saya
beritahu kalau saya menginap di rumah teman. Lalu dia bangkit dari
duduknya menuju ke kamarnya, ditariknya tanganku, dia memintaku memakai
celana pendeknya dan juga kaosnya. Lalu dia keluar dari kamarnya,
setelah mengganti baju kuhampiri dia yang terbaring di sofa, saya duduk
di bawah samping sofa, saya belai rambutnya yang pirang, dia memejamkan
mata, saya kecup keningnya. "Tha, Cium aku", desahnya. Saya kecup
bibirnya yang mungil, bibir kami saling berpagutan, tangan kananku
memeluk tubuhnya dari samping, terasa hangat buah dada yang menempel di
dadaku, aku turunkan ciumanku ke arah lehernya lalu ke buah dadaya,
matanya terus terpejam ketika tangan kananku meremas buah dadanya
sebelah kiri, sementara bibirku bermain di buah dadanya yang sebelah
kanan yang masih terhalang kaosnya.
Lalu aku bangkit dan duduk di sampingnya yang masih di atas sofa, aku
bangkitkan badannya, kubuka kaosnya dan kurebahkan kembali, terlihat
buah dada yang sudah mengeras, kembali kumainkan tanganku dan mulutku
mencium bibirnya, dengan posisiku yang agak membungkuk tangan kananku
meraba perutnya lalu turun terus hingga akhirnya masuk ke dalam celana
dalamnya. Saya raba dengan halus bulu-bulu kemaluannya, saya turunkan
tangan kananku menuju liang vaginanya. Ketika saya raba clitorisnya dia
mendekapku dengan erat, saya mainkan jari saya di clitorisnya, desahan
dan erangannya menghebat, lalu kucoba memasukkan jariku ke dalam liang
vaginanya, sempit sekali dan becek, kutarik tanganku dan kulepaskan
ciumanku seraya itu aku bertanya, "Ericka kamu masih perawan?".
"Yeah, tapi jangan khawatir, keperawananku akan kupersembahkan
kepadamu", sambil kembali mendaratkan ciumannya ke bibirku, dalam hatiku
baru pertama kali begini di sini dapat yang perawan.
Permainan jariku di dalam liang vaginanya membuatnya semakin liar,
tangan kirinya kini mencoba meraih penisku yang sudah dari tadi minta di
pegang. Kemudian dia bangkit melepas celananya dan melepas seluruh
pakaianku. Kini kita sudah tidak terbungkus sehelai benangpun, aku
rebahkan diriku di lantai yang beralaskan karpet, terlihat penisku
menegang, di raihnya penisku di jilatinya, pertama hanya kepalanya lalu
dia masukan penisku ke dalam mulutnya, hanya setengah yang bisa masuk ke
dalam mulutnya, tapi biar begitu aku sangat menikmatinya, kuraih
bongkahan pantatnya, kini liang vaginanya tepat berada di depan mukaku,
kujilati liang vaginanya, terus kukulum daging kecil berwarna merah yang
menyempil keluar kujilati terus, sampai pada akhirnya dia mengerang
hebat, hisapan terhadap penisku semakin erat, buah dadanya mengeras,
tubuhnya tegang aku tahu kalau dia itu ingin orgasme, terus kujilati
sampai akhirnya dia teriak kecil dengan nafas yang terengah-engah,
kuhisap semua cairan yang keluar dari liang vaginanya sebagian menetes
di pipiku.
Dia terlihat lelah lalu merebahkan diri di sampingku, kubiarkan dia mengatur nafasnya, kusodorkan soft drink ke arah mulutnya.
"Capek", tanyaku.
"Belum, terusin aja Tha", jawabnya.
Lalu aku naik ke atas tubuhnya, kucium bibirnya sambil mengarahkan
penisku ke liang vaginanya, kugesekkan penisku lalu kudorong pelan, dia
mengerang kesakitan, kutahan posisi penisku lalu kucoba perlahan-lahan
mendorongnya, erangannya sudah tidak kupedulikan lagi sampai pada
akhirnya batang penisku masuk semua, sengaja kudiamkan sebentar penisku
yang sudah masuk seluruhnya, lalu kucoba menariknya dan mendorongnya,
erangannya terus terdengar selama dua menit, lalu berubah menjadi
desahan-desahan yang di bisikkan di telingaku, aku tak hanya terdiam
sambil terus menaik-turunkan pantatku, kucium bibirnya, kerasnya lantai
membuat kami tidak nyaman, lalu kugendong dia tanpa melepaskan penisku
menuju kamarnya. Dia terus menggoyang pantatnya ke kiri dan ke kanan,
nikmat sekali dalam hatiku lama juga aku tidak merasakan seperti ini,
kurebahkan tubuh kami di atas kasur, lalu kami merubah posisi kini aku
berada di bawah, kini dia menggoyang pantatnya ke kiri dan ke kanan,
lalu dia mengerang kembali dengan hebat, dia kembali orgasme, kurasakan
penisku di pijat lembut di dalam vaginanya.
Kembali aku naik ke atas tubuhnya yang sudah kelelahan, kembali kuayun
pantatku, aku merasakan badannya kembali menegang, begitu juga tubuhku,
kontraksi antara vaginanya dengan penisku semakin nikmat saja, akhirnya
kami berdua mencapai puncak orgasme.
"Thaa oh.., aahh", desahnya tertahan.
"Aku nggak kuat lagi, mau keluar", kami berdua keluar bersamaan, kutekan lebih dalam lagi, nikmat sekali rasanya.
Ketika aku ingin mencabut penisku dia menahannya sambil berkata, "Terima kasih Tha, kamu sungguh luar biasa".
"Kamu juga hebat".
Akhirnya penisku tetap tertanam di dalam liang vaginanya sampai pagi,
pagi harinya aku bangun, penisku juga bangun, lalu kami bercinta lagi,
hari itu kami tidak berangkat kerja, tapi kami tetap "bekerja" sampai
sore.
Sampai sekarang kami tetap berhubungan, dia juga tahu tentang pacarku,
tapi dia tidak peduli akan hal tersebut, yang kita pikirkan saat ini
hanyalah kenikmatan semata.
No comments:
Post a Comment