Perkenalkan, namaku Santi. Saat ini usiaku 21 tahun. Aku sekarang
berkuliah di Universitas X di Jakarta. Aku ingin menceritakan
pengalamanku pertama kali mengenal sex. Sebenarnya pengalaman ini sudah
lama terjadi, yaitu ketika aku masih kelas 2 SMA, tetapi aku baru berani
menceritakannya sekarang. Ini adalah tulisan pertamaku, jadi maaf bila
kurang baik.
***
Ketika aku masih bersekolah di SMA X, aku punya banyak sekali kesibukan
seperti les dan belajar kelompok. Akibatnya, seringkali aku pulang
malam. Aku sendiri tidak takut, karena sudah sering. Jika pulang malam,
aku menggunakan jasa ojek untuk mengantarku ke rumah. Oya, aku akan
menceritakan diriku terlebih dahulu. Saat itu, aku berumur 16 tahun.
Kulitku sawo matang seperti kebanyakan gadis jawa, rambut lurus panjang
berwarna hitam sepunggung. Bentuk fisikku biasa saja, tinggi 163 cm
dengan berat 51 kg. Ukuran bra 34B. Ketika itu, aku belum tahu tentang
sex sama sekali. Maklum, aku tinggal di lingkungan yang baik-baik.
Kejadian yang mengubah hidupku terjadi ketika suatu hari aku pulang dari
rumah temanku. Waktu itu sekitar bulan November, ketika Jakarta
memasuki musim hujan. Aku pulang dari rumah teman sekitar jam 8 malam
dengan menggunakan ojek. Aku selalu memilih pengemudi ojek yang
tampangnya baik-baik. Pengemudi ojek yang kutumpangi kali ini sudah agak
tua kira-kira 40 tahunan dan tampangnya penuh senyum. Sepanjang
perjalanan dari daerah Lenteng Agung ke rumahku di Srengseng Sawah,
beliau mengajakku ngobrol dengan sopan sambil melajukan motornya
pelan-pelan. Namun di tengah jalan hujan mulai turun dan semakin deras.
Bajuku sudah setengah basah akibat hujan dan tampaknya bapak ojek ini,
sebut saja Pak Amir (aku hingga kini tidak tahu namanya), tidak membawa
jas hujan. Melihatku hampir kuyup dan kedinginan, beliau mengajakku
berteduh terlebih dahulu di pos ojek terdekat. Pos itu tidak seperti
gubuk-gubuk yang biasa dijadikan pos ojek dan penerangannya cukup baik.
Di dalamnya terdapat dua pengemudi ojek lain yang juga menunggu hujan,
sebut saja namanya Pak Doni dan Pak Budi (aku hingga kini juga tidak
tahu nama mereka) yang usianya kira-kira 30 tahunan. Pak Amir memintaku
masuk agak ke dalam karena hujan sudah sangat deras. Sementara itu, Pak
Amir terlihat ngobrol dengan Pak Doni dan Pak Budi sambil sesekali
melihat ke arahku. Agak risih juga, karena aku gadis seorang diri di
sana sementara baju SMA ku yang sudah lembab terlihat agak transparan.
Beberapa lama kemudian, karena hujan belum reda, Pak Doni menawarkan teh
manis hangat yang tersedia di pos tersebut. Tanpa curiga aku meminumnya
sementara mereka melihatku sambil tersenyum. Setelah itu, mereka
mengajakku ngobrol macam-macam. Kira-kira 5 menit kemudian, aku mulai
merasa agak panas. Rasanya gerah sekali bajuku, padahal masih lembab.
Anehnya aku juga mulai berkeringat.
Mereka yang melihat reaksiku, berkata: Kenapa neng, gerah ya?
Iya nih pak, jawabku
Buka saja neng bajunya, timpal mereka lagi
Gila, yang benar saja. Aku diam saja mendengar omongan mereka, aku
anggap hanya lelucon orang dewasa. Tapi beberapa saat kemudian, tangan
mereka mulai nakal menggerayangi pahaku yang masih terbungkus rok
abu-abu. Aku yang semakin kepanasan mencoba menepis tangan mereka.
Ih, apa sih pak, jangan macam-macam ah, kataku
Ga papa dong neng, sekali-sekali, ntar neng juga doyan kok
Sial, berani benar mereka, aku mencoba melawan dan teriak minta tolong,
tetapi karena hujan sangat deras dan jalanan sepi, tidak ada yang
mendengarku. Seketika itu juga, aku didorong hingga rebah di dipan pos
tersebut. Tangan dan kakiku dipegangi.
Pak Amir berkata: Neng, kalo neng diem, kita janji deh ga bakalan bikin neng kesakitan, malah kita puasin.
Aku diam saja melihat mereka, pikiranku antara sadar dan tidak, aku
merasa kepanasan seolah ikut bergairah meladeni mereka. Pak Doni dan Pak
Budi mulai melepas kancing seragamku sedangkan pak Amir menyingkap
rokku dan mengelus-elus pahaku. Sekarang Mereka mulai mencumbui daerah
dadaku dan pahaku.
Ahh, pak, jangan pak
saya belum pernah
ahh
Mereka malah semakin liar menjilatinya. Pak Doni mulai menggerayangi
punggungku mencari kancing bra, namun anehnya aku malah ikut mengangkat
punggungku untuk membantunya.
Seketika itu juga dadaku terpampang jelas di depan mereka, menjulang
keluar seperti bukit, dengan puting warna coklat muda. Pak Doni dan Pak
Budi kemudian menghisap putingku perlahan, membuat putingku makin tegak
berdiri dengan keras. Jilatan Pak Amir semakin nakal di CD ku,
kadang-kadang menyelinap ke balik CD ku yang sudah basah membuatku
semakin kepanasan.
ahh
Pak
Ouch
kataku makin tak jelas, sementara Pak Amir mulai menarik CD ku. Aku mengangkat pantatku untuk membantunya.
Wah, cantik banget neng, memeknya. Masih perawan ya, begitu kata
beliau ketika melihat memekku yang berwarna merah muda dengan bulu memek
yang jarang dan tampak mengkilat karena lendir kewanitaanku, sekarang
saya bikin neng puas deh, dan setelah itu beliau mulai menjilati daerah
pribadi saya. Saat itu, saya berpikir saya sedang dikerjai, tapi justru
saya menikmatinya. Ketika mereka sudah tidak menahan tangan dan kaki
saya, tangan saya malah mulai ikut menekan-nekan kepala pak Doni dan Pak
Budi sedangkan kaki saya menjepit kepala Pak Amir seolah ingin
mendapatkan kenikmatan lebih.
ahh
ahh
ahh
Pak
ahh
enakh
trus.. aku meracau terus tanpa henti
ketika pak Amir memainkan klitorisku
Ahhh
Pak
aku mau pipis
ah
Arrhhhh
aku teriak sekencangnya ketika aku orgasme untuk pertama
kalinya. Seketika itu badanku lemas tidak bisa bergerak. Sementara
mereka malah keenakan menjilati memekku bergantian, menghabiskan lendir
kewanitaanku yang sudah banjir di rok. Kemudian sisa bajuku dilepas
semua hingga aku bugil. Mereka juga melepaskan baju mereka hingga kami
berempat bugil di pos.
Waktu sudah sekitar jam 9 malam tapi hujan masih sangat deras hingga tak
ada seorangpun di luar dan menyadari kejadian ini. Mereka mulai
merangsangiku lagi dengan menjilatiku, kali ini Pak Amir dan Pak Budi
menjilati putingku, sedangkan pak Doni menjilati liang kewanitaanku. Aku
yang masih dibawah pengaruh obat perangsang kembali bergairah menerima
perlakuan mereka.
ahh
ahh
, udah ahh
jangan
trusin
ahhh
emh.. pak
enak banget
kataku tak karuan
Pak Doni menjawab, Memekmu juga enak say
ahh
ahh aku menggelinjang menerima perlakuan mereka, sekarang adegan
yang seharusnya pemerkosaan sudah berubah menjadi adegan sex yang
kuinginkan lebih.
ahhh
pak aku mau keluar
Kali ini ketika mereka tahu aku mau orgasme, mereka berhenti
merangsangku. Aku yang sudah sangat horny sedikit kecewa waktu itu, tapi
Pak Doni malah rebah di sampingku dan kedua pengojek lain menuntunku ke
atas tubuh Pak Doni. Ketika bibir memekku tersentuh kepala kontol Pak
Doni, aku merasa sangat terangsang. Dalam keadaan terangsang berat, aku
mulai memegang kontol Pak Doni yang sudah sangat besar, dan memainkannya
di bibir memekku. Sesekali Pak Doni menarikku hingga kepala kontolnya
masuk ke memekku. Sementara dua pengojek lainnya masih memainkan
putingku dan bibirku. Aku merasa sangat kenikmatan. Kukocok kontolnya di
ujung memekku, semakin lama ku dorong semakin dalam dan akhirnya..
ahhh
ahhhh
ahhhhhhh tembus sudah keperawananku. Pak Doni mendiamkan
batang kontolnya sebentar, membiarkanku beradaptasi dengan benda besar
di dalam kemaluanku sambil menikmati pijatan dinding memekku yang masih
sangat rapat. Sesaat kemudian Pak Doni mulai menaik-turunkan badanku
hingga aku mendesah keenakan. Lama kelamaan aku bisa mengocok kontolnya
dengan memekku sendiri.
Ahhh
ahhh
cplok cplok
. ehhhhhggghhh
begitu bunyi permainan kami.
Enak banget memekmu, say. Masih rapet kata Pak Doni yang kemudian menarikku dan menghisap putingku.
Hmmm ahhh
Ssshhhh enghhhhh
ahhhhh
awhhhh
aku tak bisa berkata-kata
lagi karena terlalu keenakan menikmati kontol Pak Doni. Pak Amir
mengocok batang kontolnya melihat adegan kami, sedangkan Pak Budi
mencoba mengeksplorasi liang pantatku. Beliau memasukkan jarinya.
ahhh sakit pak
ahhh
begitu kataku, ketika jari tengahnya masuk.
Sabar neng, nanti juga enak
kata pak Budi, kemudian malah memasukan
batang kontolnya yang besar ke anusku
tentu saja rasanya sangat sakit
arrrghh
arkk sakit pak
sudah
tapi beliau tak peduli, kontolnya
terus dimasukkan hingga dalam kemudian aku dibiarkan istirahat dalam
posisi sandwich.
Setelah terbiasa, mereka berdua mengocokku, aku seperti isi sandwich,
Pak Doni mengocok memekku dari bawah sedangkan Pak Budi mengocok anusku
dari atas
aku teriak sejadi-jadinya antara keenakan dan kesakitan
arrrgghh
ahhh
ahhh
Owhhh
enakkk
. trusss
.. ssshshhhhhh
.
Pak Amir yang melihat adegan kami dipanggil kedua rekannya,
Pak, jangan bengong aja, ni masih nyisa satu lobang sambil menunjuk mulutku
Selanjutnya Pak Amir memasukkan kontolnya ke mulutku hingga aku sesak
napas. Kepalaku ditariknya maju mundur hingga ke tenggorokan. Aku
semakin kewalahan menghadapi nafsu binal mereka. Semakin lama aku
semakin tidak sadar dengan apa yang ku perbuat.
Ahhh.. ahh
desahku di antara hisapan kontol Pak Amir.
ahhkk
neng enak banget memeknya
kata Pak Doni
trus neng, jangan berhenti kata Pak Amir
Neng, bentar lagi keluar nih kata Pak Budi
Arrrrrhhhh
. ssshhhhh Seluruh tubuhku terasa bergetar
kemudian aku
ambruk di atas pak Doni, kukeluarkan seluruh lendir kewanitaanku hampir
bersamaan dengan ketiga orang itu mengeluarkan spermanya di dalam
tubuhku.
***
Sesaat kemudian aku tak sadarkan diri. Ketika aku sadar, aku sudah
kembali berpakaian dengan kusut. Seluruh tubuhku lemas. Jam menunjukkan
pukul setengah 11 malam. Memek dan anusku masih penuh dengan sperma
mereka. 5 menit kemudian ketika aku sudah mampu berdiri, Pak Amir
mengantarku hingga ke rumah. Orangtuaku menanyaiku tetapi aku telalu
lelah sehingga aku langsung masuk kamar dan tidur. Begitulah pengalaman
pertamaku melakukan hubungan sex dengan orang-orang yang hingga kini aku
sendiri tidak kenal. Sampai saat ini, seringkali aku rindu disetubuhi
oleh tiga orang lagi tapi aku masih tidak berani.
No comments:
Post a Comment