Sunday 27 May 2018

Nikmatnya disetubuhi adik sepupu

Namaku Shinta, usiaku 25 tahun, belum menikah, kini tinggal di kota S dan bekerja sebagai pns di salah satu dinas kota itu. Aku ingin menceritakan pengalaman pertamaku berhubungan seks. Meskipun hal itu kulakukan dengan orang yang masih belum cukup umur..

Saat itu aku menginap di rumah tanteku , karena diminta untuk menemani anaknya Wandi yang masih kelas 5 sd, kebetulan tanteku dan suaminya sedang ada keperluan di luar kota. Beberapa hari sudah aku menginap di rumah tanteku, awalnya tak ada yg aneh di rumah itu, sampai suatu pagi aku bangun kesiangan dan hampir telat masuk kerja, lalu dengan tergesa-gesa aku rapikan baju tidurku dan tak lupa mengenakan jilbab, kemudian dengan berlari aku menuju kamar mandi, namun ternyata kamar mandi terkunci dan rupanya Wandi sedang mandi.

Karena takut terlambat akhirnya aku menggedor pintu kamar mandi memita izin sama Wandi untuk ikut mandi, tak lama pintupun terbuka. Dengan cuek Wandi yang dalam keadaan telanjang menyuruh aku masuk, tanpa pikir panjang aku langsung masuk, setelah masuk ke kamar mandi dengan acuh aku melepas baju tidurku, lalu dengan segera tampaklah payudaraku, kemudian melepas celana dan terlihatlah vaginaku yang bersih tanpa rambut sedikitpun karena aku rajin merawat bagian sensitifku dan memberinya shaved cream agar permukaan vagina tidak tumbuh rambut .. aku memang biasa tidur tanpa mengenakan bra maupun celana dalam.. Dengan tanpa ragu aku telanjang bulat di depan Wandi, toh dia masih kecil pikirku. Saat aku hendak melepas jilbabku, Wandi menatap ke bagian selangkanganku dengan tatapan heran.. “mbak, vagina tuh kaya gitu ya???” tanpa ku duga keluar pertanyaan seperti itu dari mulut Wandi dan tanpa sadar aku lupa untuk meneruskan melepas jilbab “Loh emang kenapa, aneh ya?” kataku.. “masalahnya mbak, di film yang Wandi liat vagina itu banyak rambutnya!!!” seketika aku terkejut mendengar pernyataannya itu, dan saat menoleh ke arahnya aku semakin terkejut ternyata penisnya menegang...

“Boleh megang ga mbak???” gila fikirku, aku mematung kaku dengan pertanyaan yang diajukan Wandi, tanpa sadar dadaku terasa berdesir saat melihat penis Wandi yang belum disunat dan belum keluar rambutnya itu mengacung di depanku “Cuman megang kan? pegang aja.. nih... “ dengan senyum nakal aku mendekati Wandi dan meraih tangan kirinya lalu meletakannya di bibir vaginaku, dan lagi-lagi dia bikin aku terkejut karena dengan beraninya dia memasukkan jari tengahnya ke lubang vaginaku... otomatis perbuatannya itu membuat libidoku naik... “Ouh.... di... jangan dimasukin dong..” “kenapa mbak, enak ya???” dengan wajah polosnya dia menggodaku...

Setelah beberapa saat jarinya bermain di lubang vaginaku kemudian dia berkata “mbak.. aku masukin punya Wandi kesini ya...???” dia berkata seperti itu sambil ngarahin penisnya ke vaginaku tapi tentu saja tidak sampai karena aku lebih tinggi dari dia. “Ga boleh Wandi masih kecil...!!!” aku terpaksa berkata seperti itu karena aku masih perawan dan tidak pernah melakukan hubungan seks sebelumnya.. tapi dia terlihat kecewa dengan perkataanku... “sekali aja mbak pliis...!!!” akhirnya dia memohon di depan aku.. melihat dia memohon seperti itu aku tidak tega juga.. Lagi pula aku juga penasaran ingin merasakan bagaimana rasanya bersetubuh dan dengan anak yang masih kecil!

“Ya udah sekali aja ya...” “Horee....!!!” dia pun teriak kegirangan. . lalu saat hendak melepas jilbab Wandi berkata “Jangan dilepas mbak jilbabnya!!!” “Kenapa..?” tanyaku.. “Mbak lebih cantik kalau pakai jilbab..” aku tersenyum mendengar rayuan Wandi.. lalu aku merapikan jilbabku, kemudian dengan perlahan aku duduk di atas lantai sambil merenggangkan kedua kaki, kemudian Wandi langsung jongkok dan mengarahkan penisnya ke vaginaku, dengan ukuran penis yang kecil tentunya bisa dengan mudah masuk menerobos vaginaku walau masih perawan dan sudah basah. “Pelan-pelan ya di.. mbak belum pernah nglakuin ini..” Wandi terlihat terkejut “Yang bener mbak??? Jadi aku dong yang pertama kali ngentotin mbak???” Dengan malu aku menjawab, “Iya mbak belum pernah ngentot…” Dengan matanya yang nanar dan nafasnya yang penuh birahi akhirnya seluruh penis kecilnya masuk ke dalam lubang vaginaku.. “ Ternyata seperti ini rasanya disetubuhi.. rasanya tidak sakit tapi sedikit ngilu.. “Mbak Wandi genjot ya?” “Iya sayaang..” jawabku yang sudah terbuai nafsu.. Dengan perlahan dia mengeluar-masukkan penisnya dan semakin lama semakin cepat gerakannya “Uuuuh.. dii.. Ooooh.. dii emmmngh!!!!” akhirnya aku mendesah akibat permainan anak sd yang begitu agresif mengoyak-oyak vaginaku itu, walaupun kecil tapi gerakannya yang brutal mampu menyentuh setiap dinding vaginaku.. terasa sekali gesekan kulup penisnya yang belum disunat.. Oooh rasanya sangat nikmat.. Gila aku benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan anak tanteku ini.., seperti sudah terbiasa Wandi dengan ganasnya menghujam vaginaku dengan penis mungilnya.. “Ooh.. aagh akhh te..rus Wandi akh akh akh terus genjot mbak sayang aah ooh..” aku mengerang di telinganya dengan harapan dia tidak akan berhenti memompa vaginaku.. dengan nakalnya dia melahap payudaraku dan mengulum putingku yang mengeras sedari tadi.. Ooh sungguh rangsangan yang luar biasa.. Pompaan penis kecilnya beserta kuluman bibirnya di putingku membuatku menggelinjang dan melayang.. setelah sekitar 10 menit penis kecil Wandi memompa vaginaku yang disertai erangan nafsuku di telinganya yang tak henti-hentinya rupanya membuatnya tak bisa bertahan lagi dan akhirnya dia pun menumpahkan spermanya di dalam vaginaku... “Mbak aku mau keluaaaaa..rr” erang Wandi, “iya sayang keluarin aja di dalam rahim mbak.. aaaaakh..” Serr serr terasa sesuatu mengalir di dalam vaginaku.. dan setelah itu Wandi langsung melepas penisnya, “Makasih ya mbak Shinta.. aku berangkat sekolah dulu..” aku terkejut Wandi dengan mudahnya meninggalkanku dalam keadaan telanjang bulat dan masih memakai jilbab tergeletak di lantai kamar mandi beserta tumpahan spermanya di vaginaku.. aku yang belum sempet klimaks jadi uring-uringan sendiri , karena hasratku belum tersalurkan sepenuhnya.. “Dasar.. Wandiii mbak belum keluaaar…”

No comments:

Post a Comment