Mardi adalah lelaki berusia 35 tahun yang masih juga ngejomblo dan
pekerjaan sehari-harinya sebagai guru di SMP swasta di kota
S*****(Edited).
Kenapa tetap ngejomblo?
Ceritanya diusia belasan dulu, Mardi pernah dikecewain Mustinah, gadis
kampung idamannya yang kemudian kawin dengan bandot tua bernama Muksin,
juragan tanah di kampung itu. Setelah merantau dan menjadi guru di kota
S, Mardi juga pernah beberapa kali menjalin asmara, misalnya dengan
Susi, karyawati disebuah hotel di kota S. Tapi, Mardi pun jadi kecewa
setelah tahu kalau Susi tak lebih hanyalah wanita panggilan yang
tubuhnya sudah seringkali dijamah lelaki hidung belang. Sedangkan dengan
Erna, anak kepala desa di kota S, orangtua Mardi dikampung kurang
sregg, jadi Mardi terpaksa hengkang meninggalkan Erna. Takut kualat sama
ortunya.
Di kota S, Mardi tinggal dikompleks pengajar di SMP swasta itu. Nah
kelakuan bejat Mardi mulai terjadi dua tahun terakhir, dan semakin
menjadi-jadi karena selama itu tak pernah ketahuan.
Awalnya, suatu pagi Mardi bingung sekali harus bagaimana. Semalam
sebelumnya, ia bersama beberapa teman bujang disekitar kompleks pengajar
habis melototin adegan layak sensor dari VCD miliknya. Gambaran adegan
porno yang ditontonnya membuat libido Mardi terus melonjak dan butuh
tersalurkan, sementara istri belum punya. Mau belanja ke lokalisasi,
Mardi takut kepergok kenalan. Profesi sebagai guru yang patut digugu dan
ditiru tentu saja melarangnya secara sosial untuk melakukan itu.
"Ayo Linda, kamu maju kedepan dan kerjakan tugas ini dipapan," perintah
Mardi pada muridnya. Pagi itu Mardi mengajar matematika untuk kelas
satu. Jumlah murid kelas 1A hanya 30 orang, yang cowok 10 dan cewek 20.
Begitu dapat perintah Mardi, Linda maju kedepan untuk mengerjakan
perintah pak guru Mardi.
"Sudah pak.., sudah selesai," kata Linda setelah mengerjakan tugas
dipapan tulis. Mardi bangkit dari duduknya, dan mengamati tugas yang
dikerjakan Linda.
"Wah., kamu ini pasti tidak pernah belajar ya? Kok ini salah semua..
Sini kamu Linda, bapak beri hukuman," Mardi sedikit melotot meminta
muridnya mendekat.
Linda adalah gadis ABG berusia 13 tahun. Bagi Mardi, murid yang satu ini
cukup manis dan cantik, walaupun masih ABG alias bau kencur. Body Linda
yang mulai remaja membuat daya tarik tersendiri bagi Mardi, apalagi
tubuh bongsor Linda membuat susu yang baru tumbuh terlihat sexy tak ber
BH.
"Nih.. Lain kali belajar yang rajin ya..," Mardi mencubit bokong Linda dengan gemas sampai gadis cilik itu meringis kesakitan.
"Ampun pak guru.. Iya besok saya belajar," Linda takut sekali dimarahi pak guru Mardi.
"Anak-anak yang lain, kalau kalian tidak belajar maka kalian akan
bernasib sama kayak Linda. Nah Linda, jam istirahat nanti kamu menghadap
pak guru ya, kalau nggak ada diruang guru kamu cari bapak dirumah,"
perintah Mardi lagi, Linda merunduk ketakutan. Setelah jam pelajaran
Matematika selesai, Mardi kembali kerumahnya yang hanya beberapa meter
dari sekolah. Kelas 1A kemudian diajar bu Westi untuk pelajaran IPA.
Kesempatan jam istrirahat satu jam lagi dinanti Mardi dirumahnya, akal
bulusnya mulai disusun untuk dapat melampiaskan nafsu yang terpendam
pada Linda.
"Teng.. Teng.. Teng," bel istirahat berbunyi, anak-anak SMP terlihat
berhamburan keluar untuk beli aneka jajanan dikios-kios sekitar sekolah.
Diruang tamu rumahnya, Mardi menunggu Linda datang. Dan betul saja,
beberapa menit setelah lonceng berbunyi Linda terlihat menuju rumah pak
guru Mardi.
"Ayo masuk Linda, duduk disini," kata Mardi begitu Linda sampai.
"Iya pak guru," Linda langsung duduk dikursi di depan Mardi.
"Nah sekarang kamu jelaskan kenapa kamu ini terlambat sekali
berpikirnya, apa dirumahmu banyak pekerjaan yang harus kau lakukan, atau
memang kamu malas belajar hah?" Mardi berlagak marah membuat Linda
ketakutan.
"Eh.. Anu pak.., saya kalau dirumah memang repot jagain adik yang masih
kecil, jadi sering lupa belajar, maaf pak guru," Linda tertunduk.
Mardi tersenyum simpul melihat Linda yang ketakutan, ia pun segera
berpikir untuk menggarap murid bongsor itu. Mardi kemudian menjelaskan
pada Linda kalau dirinya bisa pintar secara instan tak perlu belajar,
tentu saja itu akal-akalan Mardi.
"Kalau kamu mau, kamu harus datang kesini nanti sore biar bapak kasih tahu rahasia pintarnya," kata Mardi meyakinkan.
"Mau pak.. Saya mau sekali asal bisa pintar dan jadi juara," jawab Linda
lugu. Waktu pun disepakati, Linda akan datang jam 5 sore untuk menerima
rahasia ilmu dari pak guru Mardi.
Mardi sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk menggarap tubuh Linda
sore itu. Ia tahu benar kalau sore itu kompleks pengajar yang hanya tiga
rumah akan sepi karena pak Mad dan bu Westi ada acara arisan keluarga.
Mardi tak ikut karena belum berkeluarga.
"Tok.. Tok.. Tok," pintu rumah terdengar ketukan.
"Eh kamu Linda.. Kok cantik sekali kamu..," Mardi menyambut Linda dengan genit.
"Jadi kan bapak kasih ilmunya?" tanya Linda dimuka pintu.
"Jadi dong, ayo masuk kamu," Mardi menuntun Linda masuk kerumahnya,
setelah itu pintu utama ditutup rapat. Linda pakai rok sekolah sebatas
lutut dipadu kaos ketat warna pink, membuat susu yang baru tumbuh nampak
tersembul kedepan.
"Nah sekarang bapak mau kasih rahasia pintar, tetapi kamu janji dulu
untuk tidak cerita kepada siapapun. Soalnya, kalau murid yang lain tahu
mereka akan cemburu dan minta ilmu itu juga, nanti kamu banyak saingan
dan susah jadi juara, mau kan?" kata Mardi.
"Iya.. I.. Iya pak saya janji," jawab Linda lugu.
"Oke kalau begitu, sekarang kamu duduk disini ya, biar bapak kasih
ilmunya," Mardi menyuruh Linda duduk di bangku kayu, Linda menurut saja.
Setelah Linda duduk, Mardi mendekat dan berbisik-bisik ketelinga kanan Linda.
"Kalau mau pintar, telingamu harus dijilati seperti ini," kata Mardi,
lidahnya langsung menyapu daun telinga Linda berkali-kali sambil
tangannya memegangi kepala Linda.
"Aduh.. Geli pak guru.. Geli sekali," Linda kegelian berusaha berontak.
"Geli ya?, ya memang begitu, tahan sedikit ya," Mardi berhenti sebentar
untuk meyakinkan Linda, tapi jilatan itu dilanjutkan lagi setelah Linda
mengangguk. Puas menjilati telinga Linda, jilatan Mardi turun keleher
Linda, dan tangannya ikut turun juga mengusap dan sedikit meremasi susu
baru tumbuh milik Linda.
"Engghh geli pak guru..," Linda menepis tangan Mardi, Mardi pun menghentikan aktifitasnya.
"Eh kamu ini gimana sih? Mau pintar apa tidak?" kata Mardi sedikit melotot dan berlagak marah. Linda jadi takut.
"Iya pak, mau," jawab Linda tertunduk.
"Baiklah, telingamu sudah bapak bersihkan. Nah sekarang kamu buka bajumu
dan mandi gih di kamar mandi itu, tapi jangan pakai sabun, biar bapak
yang nyabunin nanti. Mengerti?" Mardi memerintah lagi. Linda yang anak
kampung menurut saja, tak menaruh curiga.
Gebyar.. Gebyur.. Linda mulai mandi telanjang. Pintu kamar mandi tak
ditutup, dan Mardi menikmati tubuh telanjang Linda dari pintu itu.
"Sudah pak guru, sekarang sabunnya mana?" tanya Linda.
Tubuh Linda yang beranjak remaja membuat nafsu Mardi naik. Susu yang
baru tumbuh dan vagina Linda yang belum berbulu dipandangi Mardi
bergantian, lalu Mardi mendekati tubuh berkulit putih itu.
"Ehm.. Bapak sabuni badanmu ya," tanpa menunggu jawaban Linda, Mardi segera mengusapi tubuh Linda dengan sabun yang dipegangnya.
Tangan Mardi mulai nakal dan menjamahi susu Linda, mengusap-usap dan
menekan nekan. Meski kegelian, Linda nggak berani melawan, takut dimarah
pak guru. Eh tangan Mardi lebih berani lagi mengusap di pangkal paha
Linda berkali-kali. Setelah puas menjamahi tubuh Linda, Mardi menyuruh
Linda menyelesaikan mandi, dan menyuruhnya melilitkan handuk saja
setelah selesai. Mardi menunggu diruang tamu.
"Saya sudah selesai mandi pak," Linda keluar kamar mandi dengan tubuh terbungkus handuk.
"Itu baru pintar. Sekarang ikut bapak," kata Mardi dengan mata berbinar,
lalu mengamit tangan Linda dan menuntutnya masuk kekamar.
"Sekarang bobo'an disitu ya, biar bapak kasih ilmunya," suruh Mardi pada Linda, lagi-lagi Linda nurut saja.
Setelah Linda berbaring di ranjangnya, Mardi mendekat dan duduk
disamping kanan ranjang itu. Tangan Mardi dengan terampil menghempaskan
handuk yang dikenakan Linda sehingga tubuh putih Linda yang baru mekar
itu langsung terpampang tanpa halangan dihadapan Mardi. Linda sedikit
bingung melihat perlakuan gurunya, tetapi gadis cilik itu tak berani
protes. Jakun leher Mardi naik turun memandangi susu ranum Linda yang
putingnya masih kecil dan tonjolannya pun belum sempurna. Lidah Mardi
segera menyapu bibirnya sendiri begitu matanya membentur selangkangan
Linda yang ranum belum ditumbuhi bulu.
Tangan Mardi menggerayangi tubuh Linda, sementara Linda tak berkutik
menahan geli. Kemudian Mardi naik keranjang dan mulai menciumi tubuh
telanjang Linda.
"Pakhh.. Geli pakhh," Linda menolak kepala Mardi saat lidah Mardi menjilati susunya.
"Uh.. Kamu ini gimana sih? Mau pintar apa tidak? Nilai kamu nanti bapak
kasih merah semua lho," Mardi mengancam dengan mata melotot.
"Iya deh pak, saya mau pintar.. Tapi geli pak," Linda pasrah akhirnya.
"Nah gitu donk, geli dikit ya ditahan..," ketus Mardi dan kembali mencumbui gadis bau kencur itu.
Linda bukan main kegelian, apalagi selama ini belum pernah dijilatin
susunya, berpikir untuk itu pun belum karena usianya masih kecil. Tapi
untuk melawan ia tak mampu, selain takut sama Mardi, ia juga ingin
mendapat ilmu pintar dari gurunya itu. Jadi, Linda hanya bisa menggeliat
sambil terpekik kecil menahan perlakukan Mardi, hal itu membuat Mardi
tambah bernafsu melumati tiap jengkal tubuh Linda.
Ciuman dan jilatan Mardi terus turun keperut dan selanjutnya turun lagi
menuju selangkangan Linda. Mardi berhenti sejenak, disingkapnya paha
Linda agar lebih mengangkang. Mata Mardi hampir loncat melihat vagina
Linda yang sangat indah. Gadis berusia 12 tahun itu memiliki vagina yang
sip, bibirnya tipis dan bersih tanpa bulu.
"Nah.. Linda, sekarang saatnya pak guru menambah ilmu tadi biar kamu
lebih pintar lagi," kata Mardi. Linda tetap pasrah menerima perlakuan
gurunya, dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya tanpa banyak
tanya.
"Ahh pakhh..," Linda terpekik tapi tak berani melawan saat lidah Mardi
menjalari permukaan vaginanya. Pinggulnya hanya bisa bergerak kecil
menahan geli yang sangat dijilati Mardi.
"Sakit ya Lin?" tanya Mardi ditengah jilatannya.
"Engghaak Pakhh.. Cuma gelii..," jawab Linda.
Jilatan Mardi diteruskan, dan lama-lama Linda merasakan perasaan yang
selama ini belum pernah dirasanya. Geli itu berubah menjadi rasa nikmat
yang sensasional bagi Linda. Cairan kental mulai merembes dari vagina
Linda, lidah Mardi menerima cairan itu dan melanjutkannya, cairan itu
ditelan Mardi. Sore itu Mardi benar-benar mempraktekan fore play yang
ditontonnya di VCD porno, kepada Linda muridnya. Lidahnya makin berani
menelusup dibelahan bibir vagina Linda.
"Ahh.. Pakk Ghuuruu.. Linda pingin pipisshh pakhh..," Linda merasakan
seluruh sendi dibokongnya kejang dan terasa enak, tanda-tanda orgasmenya
mulai muncul. Mardi tak menyia-nyiakan kesempatan itu, vagina Linda
semakin dilumat dan disedot-sedot dengan bibirnya.
"Mmmphhff.. Ahh hayoo.. Pipiss aja Linn.. Mmffphh," Mardi menambah
jilatannya divagina Linda, sampai tubuh Linda tersentak-sentak menahan
geli.
"Ahh.. Iyaa.. Linndaa piipisss Pakhhh... Uhhh.. Pipiss.. Tuhhh.. Aahhh,"
Linda kejang beberapa kali. Orgasme pertama yang dirasakannya membuat
Linda melambung kenikmatan. Mardi pun menghentikan aksi jilatnya.
"Sakit ya Linn?" tanyanya memandangi wajah Linda yang semakin ayu dilihat.
"Eh.. Enggak paakk.. Bapak jangan marah ya, Linda pipis dimulutnya
bapak.. Habis Linda nggak tahan geli sekali sih," Linda takut kalau
Mardi marah, cairan nikmatnya itu disangka air kencing.
"Bapak nggak marah, tapi apa yang kau rasakan tadi?" Mardi memancing Linda.
"Enggh.. Geli pak,"
"Enak nggak,"
"Iya.. Geli tapi enak pak," jawab Linda malu.
Bersambung...
No comments:
Post a Comment