Sunday 27 May 2018

Namaku Idan (2) : Lia OB Kerudung Itu

Namaku Idan. Umurku 33 tahun. Sementara isteriku, Santi, 26 tahun.

Pengalaman pertamaku merealisasikan fantasiku bercinta dengan Andin membuat aku terus terbayang bayang. Pengalaman tak terlupakan dan kenikmatan yang luar biasa. Tapi diam diam aku khawatir Andin trauma. Bagaimanapun dia masih kecil. Takut itu terjadi pagi itu sebelum berangkat kerja aku segera bertanya padanya.

“Din, ga apa apa kan semalem? Andin ga sakit?” tanyaku.
Andin tersenyum. “Nggak kok Om, Andin Cuma kaget aja tapi ngga apa apa. Andin ngga sakit.”
“syukurlah...” ucapku lega.
“Kalau enak?” tanyaku mulai nakal.
“hehehe... geli geli gitu Om,” ucap Andin manja.
Sehabis itu aku memberi Andin uang Rp 200 ribu buat jajan. Dan Andin pun senang sekali, tak lupa mengucapkan terima kasih.

Setelah pamit ke Marni untuk jaga rumah aku pun berbegas pergi ke kantor. Mobil Chevrolet Captiva yang baru aku beli sebulan lalu segera aku nyalakan. Aku pun melesat menembus jalan Dago untuk menuju kantorku di kawasan Asia Afrika.

Setibanya di kantor aku sejenak merebahkan diri di kursi. Kerjaanku di sebuah bank nasional sudah sudah memiliki posisi yang baik sehingga akupun memiliki ruangan yang besar dan nyaman sesuai posisiku. Sambil merebahkan diri, pikiranku melayang. Aku ingat Santi isteriku yang besok sudah pulang dinas. Lalu aku juga ingat petualangan pertamaku dengan Andin.

Keberhasilanku merealisasikan fantasiku dengan Andin membuat aku memiliki keberanian untuk merealisasikan fantasiku yang lain. Aku jadi teringat Lia, OB kantorku yang cantik dan pakai kerudung. Umurnya masih 16 tahun. Biar pun agak pendek dan tubuhnya agak berisi, tapi dia cantik sekali. Bukan berisi gendut tapi bohay dan seksi. Kulitnya putih sekali. Kalau sudah tersenyum terlihat giginya yang putih dan rapi.

Lia memang sering kupanggil untuk minta tolong ini itu atau beli ini itu. Dengan senang hati dia selalu membantuku. Tak lupa sehabis minta tolong aku selalu memberikan uang buatnya. Dia suka menolak tapi selalu kupaksa untuk menerima, dan dia biasanya kemudian menerima dengan senang.

Pagi itu aku jadi berfantasi gimana nikmatnya kalau aku bercinta dengan Lia. Ah, tapi apa mungkin? Dia kan pakai kerudung, pikirku. Tapi kenapa tidak dicoba, kan selama ini aku sudah sangat baik padanya.

“Lia bisa ke ruangan saya sekarang? Minta tolong.” Aku segera SMS Lia
“Baik Pak” tak lama kemudian Lia menjawab.

Sepuluh menit kemudian pintu ruang kerjaku diketuk dari luar.
“Masuk,” ucapku.

Lia pun masuk. Perempuan ini memang cantik sekali. Hari ini dia mengenakan seragam OB. Celana panjang hitam, kemeja putih dan kerudung putih.

“Lia masih sibuk ga?” tanyaku.
“Nggak kok Pak, udah pada selesai kerjaan Lia. Ada yang bisa saya bantu Pak? Mau dibeliin sarapan?”
“Nggak kok Lia aku udah sarapan. Syukur deh kalau udah selesai. Boleh kan aku ngajak ngobrol ngobrol kamu?” tanyaku.

Lia tersenyum. “boleh Pak... Bapak ngga sibuk Pak?”
“Istirahat sebentar Lia. Nanti deh sejaman lagi baru kerja. Di luar gimana teman teman pada kerja?”
“Iya Pak pada sibuk semua masing masing.”

“Eh Lia, kalau menurut kamu bapak baik ga?”
“baik banget Pak. Bapak paling baik di kantor ini mah...”
“hehehe... biasa aja kamu. Kamu juga baik... dan cantik banget...”
“ah bapak yang bisa aja....” Lia tersipu malu.

“iya bener sih... kalau rambut kamu segimana sih?”
“sebahu Pak.. kok jadi nanya rambut Pak?”
“Abis sendainya aku bisa liat pasti makin cantik...” jawabku mulai merayu.r
“kira kira bisa ga aku liat rambutnya Lia?”
“Ya ga bisa Pak, kan Lia pake kerudung...”
“ya maksudnya kerudung kamu dibuka gitu...” ucapku pelan.

Lia terdiam. “kok ingin liat rambut Lia sih pak? Kan ngga boleh...”
“aku ingin melihat cantukmu Lia...” ucapku pelan merayu.

Lia terdiam lagi. “Iya deh Pak, lia hanya buka kerudung di rumah dan ama Bapak sekarang... karena Bapak baik...” ucapnya lirih.
“makasih Lia..” ucapku pendek. Dan di dalam hati aku mengucapkan... horeeeee.....

Tak lama kemudian tangan gemulai Lia mulai membuka pin yang menempel di kerudungnya. Aku dibuat deg degan, padahal belum apa apa. Sesaat kemudian kerudung itu pun mulai terbuka. Dan Lia meletakkan kerudungnya di pangkuannya.

Ah, anak ini memang cantik sekali. Rambutnya lurus tebal sebahu. Mukanya yang biasa tertutup sebagian oleh kerudung kini terbuka seluruhnya. Cantiknya, anggunnya, sunggu sempurna.

Ingin rasanya aku membelai rambutnya, tapi takut dia kaget dan menolak. “kamu memang cantik sekali Lia....” ucapku sedikit berbisik. Lia Cuma tersenyum tersipu. Aku makin dibuat deg degan saja.

Aku bangkit dari tempat dudukku dan menghampiri lia. Sumpah aku benar benar ga tahan, dan aku akan nekat saja, pikirku.

“lia... bisa pegangin kontol bapak ga?” ucapku berdiri di samping Lia sambil membuka resleting dan mengeluarkan kontolku yang sudah tegang karena membayangkan Lia.

Lia dibuat kaget alang kepalang. “Mmm...ma.. maaf pak... ini tidak boleh, Lia tidak bisa Pak,” ucap Lia terbata bata. “Lia keluar ya Pak,” ucap Lia sambil segera pergi keluar. Aku sendiri segera memasukkan kembali kontolku dan segera menutup resleting dan memperbaiki posisi celanaku. Aku pun kembali duduk di kursi dengan nafas sedikit terengah. Nafsuku tak tersalurkan.

Sekitar 15 menit kemudian hpku berbunyi tanda SMS masuk. Rupanya dari Lia. Segera kubaca. “Maafin Lia ya pak.. sekarang Lia lagi nangis di dapur.”

Akupun dibuat tak enak hati. Meskipun aku nafsu, tentu semuanya harus atas dasar kerelaan. Aku jadi merasa bersalah telah membuat Lia terkaget kaget.

“maafin bapak juga Lia, kamu tidak bersalah. Lalu kenapa kamu menangis?”

“Lia menangis karena bingung Pak. Lia tau itu tidak boleh, tapi Lia jg sedih tidak bisa menyenangkan Bapak.”

“Sudahlah Lia ga usah dipikirkan, kamu tidak salah.” Begitu SMS-ku singkat.

No comments:

Post a Comment