Sunday 27 May 2018

Miss M Dee 1

Banyak orang hanya tahu akan akhir dari kisah hidupku, bagaimana aku difitnah sebagai pembobol Bank terbesar, mencuri uang klien, padahal mereka tidak pernah tahu bagaimana awal perjalanan hidup kami dan apa yang sebenarnya terjadi.
Singkat cerita, namaku MD lahir tahun 1964, awal perjalanan keluargaku sebenarnya cukup baik bahkan bisa dibilang mapan. Suamiku Mas Aa, awalnya sudah bekerja di PMA sebagai Manager Purchasing. Berpenghasilan cukup besar waktu itu, kami biasa menerima sekitar Rp 25 jt/bln nya. Aku menikah umur 21 tahun, karena tergolong mahasiswi yang cerdas aku dapat merampungkan kuliahku dalam 3,5 tahun. Karena sudah pacaran lama aku memutuskan segera menikah dengan Mas Aa. Pernikahan kami dikaruniai 2 anak, malangnya anak kami yang pertama menderita sindrom autism yang harus menjalani terapi terus menerus dalam waktu cukup lama.
Ternyata cobaanpun datang menerpa, saat usiaku menginjak 25 tahun, Mas Aa bersengketa dengan direksinya seorang Taiwan dan berakibat dengan pengunduran dirinya. Sebagai istri, aku coba untuk bertahan, tapi apa daya pembaca, suamiku yang saat itu sudah berumur 35 tahun mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan. Satu per satu harta kamipun habis kami pergunakan terutama karena terapi anak kami. Bahkan pertengkaranpun kerap terjadi diantara kami. Hal ini berlangsung hingga 2 tahun, rumah kamipun terpaksa kami jual dan kontrak karena mahalnya kehidupan di Jakarta. Hingga puncaknya suatu malam kami bertengkar hebat, aku berbicara dengan agak mendesak :” Mas, kerjaanmu itu mending dilepas saja, sudah boros waktu, tenaga, statusnya kontrakan lagi, gajinya Cuma 3 jt lagi, biaya makan kita saja tidak cukup apalagi terapi putra kita. Mbok nyari kerjaan yang lainnya”, Entah Mas Aa kondisinya letih atau lagi down, saat itu justru marah-marah “ Emang nyari kerjaan aja gampang sekarang?, Saya sudah berusaha lho, tp dapetnya itu, emang seperti kamu ngurusi anak aja bisanya. Mbok sekali-sekali kita tukar kerjaan, saya yang ngurusi anak, kamu yang kerja.” Nah dari omongan tersebutlah aku mencoba membuktikan bahwa aku meskipun seorang wanita bisa bekerja lebih bagus dari suamiku.
Maka mulailah aku mencari pekerjaan dengan melamar pulusan lowongan dikoran. Entah karena parasku yang masih kelihatan imut-imut karena waktu itu umurku masih 27 th dan banyak temenku yang bilang katanya wajahku awet muda. Itulah sebabnya kalau berjalan dengan suami sering banyak orang memikir saya keponakannya Mas Aa. Aku diterima oleh sebuah perusahaan Bank Asing yang bonafit saat itu. Hatiku berbunga-bunga, usai menjalani test terakhir, perusahaan Bank tsb setuju untuk memberikan gaji awal Rp. 2,5 juta dan kebetulan aku karena lulusan accounting, aku dimasukkan dalam staff marketing divisi deposit. Katanya mereka memang saat itu ada team marketing mereka yang membutuhkan staff cewek untuk pengelolaan dana yang didepositokan. Sewaktu diperkenalkan kepada Kepala Seksi marketingku, aku terkejut, karena dia adalah Donny(samaran) teman sekolahku sewaktu SMP. “Lho Anda Danny khan? Teman SMP saya.” Donny tersenyum :”Benar Lin, sayalah yang merekomendasi lamaranmu dan lagipula saya mencari seorang patner kerja yang cantik, cerdas seperti kamu.” Aku tersipu, dipuji oleh Donny, memang badanku waktu itu masih langsing, payudaraku juga berisi karena ASI ku sedikit, memang dulu hanya berukuran 34 saja(sebelum sekarang kayaknya 38B Gan), serta dulu sempat ikut fitnes, tapi wajah masih seger. Sedangkan Donny, cowok Menado Jawa, putih, ganteng dan telihat plente, jam tangan dan bajunya saja bermerk. Kami sempat berbincang-bincang kehidupan kami sekarang krn lama tak berjumpa lagian dia kan bakal jadi atasanku. Tapi karena waktu sudah jam 16.00, Donny menawariku untuk mengantarkan pulang ke rumah dengan mobilnya, akupun ok saja, sekalian bertanya apa kerjaan yang harus aku lakukan besoknya. Di dalam mobil kamipun bercanda layaknya teman lama, sayapun juga bercerita latar belakang saya kembali bekerja. Sedangkan dari yang kudapat Donny masih membujang karena ambisinya untuk bekerja sangat besar. Tiba-tiba Donny menyeletuk “ Lin, baju kamu besok jangan seperti ini yah”,”Lha yang gimana Don?” “Coba kita mampir ke butik deh, saya sih tahu bajunya tapi lupa namanya” . “OK, sapa tahu aku uda punya dirumah baju seperti itu”. Tapi didalam hari aku agak sedikit gelisah, karena aku hanya membawa uang Rp 75 rbu saja. Klo ke butik mana cukup, paling hanya di jembatan merah ato mangga dua baru dapat baju harga segituan. Dengan agak berdebar-debar, saya mengikuti Donny ke tempat Butik yang dimaksud. “Nah, ini lho jenis bajunya, kayak kemeja cowok tapi lengan panjang, tp ada juga yang tidak berlengan. Lha untuk roknya, pake yang seperti ini saja”, sambil dia menggambil rok yang mini. Aku jadi pucat dan memerah wajahku, karena dari lulus kuliah aku tidak pernah kerja, aku jadi tidak punya lagi baju ginian, klo pun ada iya sudah kusam, karena usia ditambah harganya aku lirik Rp. 85.0000 per potong wah mana mungkin nih. “Don, klo pake baju yang ada dulu gmn?” tanyaku mengiba. “Wah jangan Lin, Bank Perusahaan kita mengutamakan penampilan, bisa kena marah saya nantinya”. Seolah mengerti akan situasi yang aku hadapi, Donny dengan santainya mengambil 3 stel T Shirt dan 3 stel rok mini buatku. “Dicoba dulu, cocok nda? Jangan pusing mbayarnya”, katanya. Wajahku memerah, tidak ada cowok lain yang pernah membelikan baju semahal ini untukku kecuali Mas Aa, itupun sudah 2 tahun yang lalu. Setelah itu kamipun pulang.
Suamiku menanggapi dingin-dingin saja pekerjaanku, entah dia marah atau malu, tapi semenjak itu hubungan kami jadi dingin, Mas Aa menepati janjinya mengurusi anak-anak sambil kerja dan aku juga mulai sibuk dengan pekerjaanku. Hal ini membuat hubungan sex kami jadi dingin, Mas Aa jarang sekali menyetubuhiku, kalaupun iya, dia langsung maen sodok saja itupun paling sebulan sekali. Justru pada saat-saat itu, karier aku dibawah Donny menanjak. Donny merasa terbantu karena kehadiranku, beberapa perhitungan Deposito calon klien aku kerjakan dengan memuaskan, sehingga banyak klien yang terpikat. Pernah saat-saat menjelang 3 minggu aku mulai bekerja, Donny sempat mengajakku ke Café untuk bertemu salah seorang klien, ternyata klienku terpesona oleh tutur kata kami dan mau menandatangani kontrak senilai Rp. 500 jt. Itulah kontrak pertamaku yang tertinggi dengan Mas Donny, tapi cara transfernya gimana, semuanya diselesaikan oleh Donny yang belakangan saya tahu tidak pernah dananya masuk Bank kami, tetapi diputar oleh Donny sendiri. Tapi karena saya merasa berhutang dengan Mas Donny sayapun mendiamkan hingga esok harinya, dia mengajakku makan siang bersama disebuah café. “Lin, ini ada fee sedikit buat kamu dari kontrak kita kemarin.” Aku kaget dan terbelalak, karena amplopnya kok tebal, “Buat apa Don? Kok banyak “? Kataku sambil berusaha menolak. “ Udah Lin, kita satu Team, saya jamin uangnya aman, sambil dia memperlihatkan beberapa deposito tapi punya Bank lain ataupun lembaran sertifikat saham, yang penting bunganya kita bayarkan ke klien. Klien ok aja khan”, katanya. “Tapi ini berbahaya Don”, kataku takut-takut. “Tenang aja Lin, saya dibake up ama beberapa atasan kita, mereka juga dapet ginian, tapi lebih gede, yang penting buating tanda terima blangko pake nama Bank kita, klien kita tidak akan tahu”, sambil dia menyerahkan blangko yang sama tapi bukan dibuat oleh Bank kami. Aku sebenarnya ragu-ragu, tapi mengingat beratnya himpitan ekonomi kami atau mungkin juga salahku pemirsa, aku terlalu trauma untuk jadi pas-pasan, jadi begitu ada jalan menjadi cepat kaya, aku menyambarnya. Hal ini membuatku sadar diakhirnya bahwa ambisiku ternyata melewati ambisi Donny. Uang yang aku terima saat itu berjumlah Rp 7 jt, aku berbunga-bunga, karena sudah lama aku tidak memegang uang sebanyak itu. Mas Aa suamiku sempat bertanya-tanya dari mana uang sebanyak itu berasal, aku menutupinya dengan berkata komisi dari perusahaan. Hal ini terjadi berulang-ulang dari bulan ke bulan, yang dibawah Rp 500 jt kami setor ke perusahaan dan yang diatasnya kami pergunakan untuk investasi diluar. Jadi pemirsa sebenarnya tidak benar jika saya dianggap jadi pencuri uang nasabah, karena uangnya masih utuh bahkan berbunga lebih banyak. Seseorang jika sudah kaya, maka dia sudah terlalu sibuk untuk mencari investasi yang bagus, jadi kamilah yang berinvestasi. Apalagi ditambah ketakutan banyak orang akan hancurnya Bank x2 domestik membuat orang-orang kaya ini memilih jadi picik dan menyimpannya di perusahaan Bank kami yang nota bene Bank asing dengan bunga kecil.
Bulan demi bulan aku lalui, jutaan demi jutaan aku terima dari Donny atasanku yang baik hati itu, Kadang 7 juta, 15 bahkan pernah hingga 30 jt. Padahal aku baru bekerja selama 9 bulan dibawahnya Donny ( Aaah, belum sampe dibawahnya betulan seh) . Yang namanya Marketing, akhirnya akupun juga kebawa ama Donny ke tempat-tempat hiburan seperti Pub ataupun diskotik. Kata Donny, kita harus mengerti maunya klien barulah kita dipercaya. Spontan hal ini menambah akrab hubunganku dengan Donny, kadangkala mengajakku dance, tingkahnya lucu sekali, kadangkala pegangan tangan, semuanya itu aku lakukan demi entertain dengan klienku. Pada level inipun aku masih bisa dikata wanita normal, meskipun spontan suamiku Mas Aa mengingatkan akan kerjaanku, mungkin karena pengalamannya sewaktu kerja di PMA dulu dia juga sering dientertain kali. Tapi aku cuek saja. Bahkan aku menikmatinya, minum sedikit bir, dapet uang banyak, punya atasan yang mau mengerti aku, ganteng orangnya. Hal ini membuat suamiku makin dingin terhadapku, bahkan dia sengaja pindah kekamar anakku dengan dalih menjaga anak.
Nah pemirsa saat tiba bulan yang ke 12, aku dan Donny diutus ke Bali untuk mengikuti seminar Perbankan. Seminarnya hanya 2 hari 1 malam saja, tapi disinilah awal penyesalan atau pelampiasanku dimulai. Ya pelampiasan atas perlakuan suamiku yang dingin 5 bulan ini. Hari pertama waktu seminar kami sudah mulai bosan, karena isinya regulasi peraturan Bank yang sebenarnya hanya untuk Bank Lokal, jadi Donny mengajakku pergi makan malam diluar sambil pulangnya have fun di discotik. Saya spontan menyetujuinya. Donny orangnya santun, pendengar yang baik, entah karena pergaulannya dengan karoke, pub dengan segudang ceweknya, akupun lama kelamaan jadi curhat klo suamiku uda membeku 5 bulan ini. Dia agak kaget, sambil memegang tanganku dia merayu dengan gombal : “Lin, aku sanggup menghangatimu” Malam itu tiba-tiba aku jadi deg-degan ketika disentuh tanganku, apalagi sudah lama tidak dijamah suamiku. Aku buru-buru menarik tanganku sambil berkata “Atasan playboy kamu”. “Klo aku playboy, kamu bawahan playgirl”. Kami tertawa bersama.
Malam itu aku dan Donny menikmati sisa malam dengan menuju ke sebuah Pub di sebuah hotel, tempatnya sejuk dan ada band yang dapat menghentak-hentak tapi juga bisa romantis sekali. Malam itu entah sengaja atau tidak, Donny mengajakku minum cukup banyak, tapi semua minumanku manis dan menarik. Ada yang 7 rainbow, lemon drop martini dan semuanya ini membuat tubuhku jadi terasa ringan dan bebas. Kami menari, bercakap-cakap dengan ceria. Sampai waktu menunjukkan pukul 01.00, aku berdansa dengan berpelukan Donny, tidak ada rasa malu, mungkin karena pengaruh minuman atau rasa ingin disayang oleh laki-laki, aku sungguh-sungguh terbuai. Donny tetap memelukku dengan mesra, aku memang agak terpengaruh dengan akohol yg diminum, tetapi aku masih bisa berjalan dengan baik dan mengingat kamarku. Sampai didepan kamarku, Donny pamit, “Met tidur bawahan yang cantik”, entah apa yang merasukiku, tiba-tiba timbul niatan untuk menggoda Donny, “Ha ha, Atasanku benarinya sampe depan pintu saja” sambil membelakanginya dan membuka pintu kamarku. Tiba-tiba Donny memelukku sambil menantang dan mendekati wajahku “ Hayo saya uda berani nih”. Demikian dekatnya hingga aku dapat merasakan hebusan nafasnya. Seluruh saraf ditubuhku seperti bergetar memohon Donny menciumku. Dan Donny tiba-tiba mencium tepat dibibirku dengan lembut sekali seolah-olah tidak mau menakutiku, kemudian dia berhenti. Aku membuka mata dan memandangnya dari dekat sejenak, sambil menunggu reaksi setelah ini. Donny mengerti apa yang wanita butuhkan, itulah kata-kata yang tepat pemirsa. Dia kembali menghujaniku dengan ciuman di bibirku sambil menjulurkan lidahnya menjilati mulutku. Mendapat perlakuan seperti ini, membuatku melayang, ada hasrat yang tiba-tiba sulit kubendung, semua sarafku ikut merespon mengikuti setiap ciuman, kuluman dan sedotan dari bibir Donny. Ditambah hangatnya pelukan Donny malam itu, aku membiarkan Donny menciumku lebih jauh lagi. Kemudian Donny mendorongku masuk melewati pintu kamarku dan menutup pintunya. Kali ini Donny menciumku lebih hangat lagi, leherku dan telingaku dijilatinya, hingga aku tenggelam dalam hasrat bersetubuh dengannya. Sambil menjilati leherku tangannya dengan halus mulai menerobos kemejaku dan membelai perutku. Nafasku mulai jadi terburu-buru, tubuhku menyambut setiap rangsangan yang Donny berikan. Kami masih dalam posisi berdiri, Donny tiba-tiba turun dan mulai mencium sambil menjilat pusar perutku dan area rusukku. Ada rasa nikmat dan geli yang membuatku berguma mesra :” Aaaaah, aaahhhh, aaaahhhh”, menikmatinya. Tanganku juga semakin liar memeluk kepala pria ini, seolah-olah minta lebih lagi. Ciuman Donny mulai naik dan tangannya mulai membuka kancingku, satu per satu, hingga terpampanglah payudaraku yang bulat padat dan berisi meski terbalut BH warna merah menyala. Donny mulai mencium dadaku yang terbuka dari balutan BH, ini membuatku semakin berahi dan gemas karena dia menunda untuk mencium putting susuku. Saat Donny melepas BH ku, dia mulai membelainya dan memegang putting payudaraku dengan mesra dan berbisik mesra “ Payudaramu indah ya Lin”, melihat susuku yang masih ranum dengan warna kuning langsat serta ada coklat kemerahan pada putingnya. Tiba-tiba ia menjulurkan lidah dan menjilati putting susuku dengan ganasnya. Akupun mengerang : “ Heemm, niiiikmaat Don”. Tubuhku jadi lemas, semua otot-ototku menegang karena kenikmatan. Melihat hal ini Donny menggendongku dan membawaku sambil terus mencium payudaraku. Donny dengan hati-hati meletakkan tubuhku dan membuka bajunya serta melucuti rokku. Aku tak kuasa mencegahnya, ada kegairahan yang terpendam dan ingin terpancarkan dengan kuatnya. Aku sudah telanjang dan menyisakan celana dalamku yang telah basah oleh cairan vaginaku akibat rangsangan Donny. Sedangkan Donny dengan panasnya mulai merangkak turun dengan jilatan lidahnya dari semua centi permukaan payudaraku menuruni kearah vaginaku sudah banjir dengan cairan dan mulai menarik celana dalamku ke bawah. Sensasi geli dan nikmatnya ciuman Donny membuatku bergerak-gerak kayak cacing kepanasan, sampai Donny memegang pinggulku dan mulai menciumi area selangkangan pahaku. Aku sudah tak sabar lagi menunggu pria ini memasukkan tongkat keperkasaannya, memang penis Donny berukuran hanya 12 cm tapi ketika aku menggenggamnya terasa sangat tegap dan kuat. Tapi Donny justru sangat menikmati menciumi dan menjilati area selangkangan hingga pantatku. Hingga satu titik dia merebahkan dirinya dengan kepala menghadap ke Miss V ku. Terus terang aku belum pernah merasakan dioral ataupun diciumi di lubang vaginaku, aku dengan lemas menolak,” Jangan itu kotor lho”, “ Lin vaginamu harum dan indah kok, aku ingin merasakannya” dan tiba-tiba dengan menahan kedua pahaku, Donny menggulum vaginaku tanpa sungkan-sungkan, pinggulku menegang dan terangkat sedikit, menerima rangsangan yang hebat ini. Belum pernah aku diperlakukan seperti ini, suamiku saja paling hanya mau menggesekkan dengan tangan, tapi Donny menggodaku dengan menciumi bibir-bibir vaginaku, dia juga memasukkan lidahnya menjilati setiap relungan didalam mulut vaginaku. Saat dia menemukan klistorisku, dia menjilatinya dengan gerakan memutar kadang menyedotnya dengan bibirnya. Ini membuatku merasakan kenikmatan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya, seluruh otot-otot vaginaku serta pinggulku berkontrasi naik turun sesuai jilatan Donny. Seringkali aku menjerit kecil “Oouuuw Don” setiap saat Donny menyedot klistorisku. Berkali-kali diperlakukan seperti itu, membuatku lupa diri, aku menarik lebih dalam lagi kepala Donny dan semakin liar. Ada rasa ngeli dan nikmat yang menyerang tubuhku, hingga aku merasakan ada getaran cairan yang ingin menyembur keluar, “ Donny, aaaakkk uuu…. Mau keluar” Tetap saja Donny menjilati klistorisku bahkan semakin cepat, “ Aaaaah, aku orgasme Don, kamu pintar Don”. Donny melihatku dengan mesra, ” Gimana Lin, enak khan” “Tapi kamu khan juga belum keluar apa-apa Don”, tanyaku bingung. “ Sebentar lagi giliranku ya”, kata Donny sambil menindihku dan mulai menciumi payudaraku dengan panasnya. Mendapat perlakuan ini aku mulai berani meraba tubuhnya, kadang membalas ciuman kearah susunya Donny, cukup lama kami bergumul hampir 10 menit, hingga tiba-tiba Donny melebarkan pahaku, sambil mengarahkan penisnya kearah vaginaku. Sleppp, vaginaku menerima penis Donny dan tiba-tiba ada sensasi nikmat yang kembali menyerangku, seolah-olah ada yang menggelitik dari dalam vaginaku. Gerakan keluar masuk penis Donny, aku ikuti dengan kontrasi pinggulku, sampai-sampai sangking enaknya, penis Donny berbunyi ketika memasuki lubang kenikmatanku, slrep, slep. Sudah hampir 15 menit aku merasakan kenikmatan itu, saat Donny menindihku semakin kuat aku semakin menikmatinya sampai pada satu puncak aku merasakan seluruh tubuhku bergetar hebat, otot-otot vaginaku menegang, aku mendesis sambil merasa ingin pipis dan aku kembali orgasme lagi, hingga ranjang kami basah. Donny rupa-rupanya juga sudah hampir mencapai puncak kenikmatannya terbukti akhirnya aku merasakan penis Donny berdenyut-denyut dan menyemburkan spermanya di dalam vaginaku, sambil kemudian rebah diatas badanku. Aku tidak takut hamil, karena sudah sejak lama memakai KB suntik.
Donny inilah yang kemudian mengajariku meraih kenikmatan dan kekayaan. Dialah yang mengajari aku semua trik didunia perbankan, menarik klien, mendekati atasan dsb. Masih ada lagi kisahku mengenai persetubuhan pertama dengan klienku serta caraku mendapat hati dari atasan-atasan perusahaanku pemirsa. Semoga melalui cerita-ceritaku ini teman-teman dapat menilai aku bukan dari satu sisi saja.

No comments:

Post a Comment