Malam ini saya ingin menceritakan pengalaman saya beberapa waktu yang
lalu dan mungkin menarik bagi yang ingin membacanya. Suasana malam ini
begitu sunyi di ruang tidur ini dan kebetulan suami malam ini sedang
tidak berada di sini karena dinas ke luar. Mungkin suasana malam ini
begitu mirip dengan suasana yang akan saya ceritakan itu. Sepi dan tidak
bisa tidur, ingin ada seseorang yang menemani saya di sini malam ini,
ada perasaan hati yang membuat saya tidak tenang, mungkin memang sedang
dalam hari hari yang sangat menginginkan sex. Sedikit sedikit membuat
saya terangsang. Seperti beberapa saat tadi, sehabis berenang di kolam
renang yang sepi dan hanya di terangi dengan lampu kolam yang berada di
tengah bangunan rumah, saya mandi. Entah bagaimana ketika menyabuni
diri, berkali kali tangan saya menyabuni kedua payudara dan lama
kelamaan saya mulai menekan nekan payudara dan terasa begitu sensitif
puting saya ketika tersentuh oleh tangan. Tapi segera saya menyudahi
kelakuan tangan saya itu.
Beberapa waktu lalu perusahan saya
mendapat undangan seminar di Singapore. Setelah melihat tanggal dan
waktu yang memungkinkan, kami dari perusahaan sebanyak empat orang akan
menghadirinya. Dari management perusahaan 2 orang termasuk saya dan 2
orang lagi staff biasa yang ada kaitannya dengan seminar tersebut, salah
satunya bernama Dani.
Ratih
Mengenai Dani, saya
sudah pernah menceritakannya tentang dia sebelumnya. Masih muda, anaknya
termasuk yang berbakat, pintar dan satu hal yang khusus tentang
hubungan dia dengan saya adalah selain sebagai staff saya, dia pernah
tidur dengan saya. Sejak kejadian di apartement nya hubungan saya dengan
dia biasa biasa saja dan tidak ada yang khusus. Itu pun mungkin saya
memang berusaha membuat keadaan seperti itu dan pernah mengatakannya ke
dia bahwa jangan pengalaman dia dengan saya itu di bawa ke hati atau
jangan dengan perasaan. Anggap saja itu suatu kebetulan.
Ketika
Dani saya pilih untuk ikut dalam seminat itu pun bukan karena ada unsur
pribadi, hanya saja kebetulan dia adalah staff yang ada hubungannya
dengan seminar nanti. Seminar tersebut hanya 2 hari, di mulai hari kamis
dan sampai jumat sore. Saya sudah minta sekretaris untuk booking hotel
untuk dua malam. Ketika Dani tahu dia terpilih untuk mengikuti seminar,
dia segera menemui saya di ruang kerja saya dan mengucapkan terima
kasih, tapi segera saya ingatkan dia bahwa ini bukan untuk jalan jalan
tapi kerjaan. Maklum staff muda, kadang kadang dinas ke luar negeri suka
lupa akan tugas pokoknya dan lebih banyak mainnya.
Kami
berangkat hari rabu malam. Saya sendiri berangkat langsung dari kantor.
Dua staff saya termasuk Dani juga berangkat bersama saya dengan
kendaraan yang sama. Pesawat berangkat sesuai jadwal dan sampai di
Singapore juga sesuai jadwal. Dari airport ke hotel kami dengan dua
taxi. Saya naik terlebih dahulu dan rekan saya naik ke taxi yang
satunya, kemudian terlihat dua staff saya saling ragu yang satu mau ikut
siapa. Segera saya memanggil Dani untuk ikut dengan saya. Seperti anak
kecil yang sudah dari tadi berharap, begitu masuk dan duduk di sebelah
saya, dia tersenyum senyum. Kemudian saya tanyakan kenapa tersenyum
senyum, dia menghindar untuk menjawab pertanyaan saya.
Sampai
di hotel saya segera check-in dan malam itu saya segera tidur, mungkin
karena sudah lelah. Belakangan saya tahu bahwa rekan saya dan dua staff
saya setelah check-in mereka masih sempat jalan jalan keluar, mungkin
karena letak hotel kami di pusat perbelanjaan, sehingga suasana di jalan
masih cukup ramai.
Esok harinya saya bangun cukup pagi dan
setelah mandi dan berias, segera saya turun ke loby hotel untuk sarapan
di coffe shop di hotel itu. Suasana coffe shop pagi itu begitu ramai dan
susah mendapat tempat duduk yang kosong. Ketika sedang melihat lihat
meja yang kosong kemudian saya melihat staff saya Dani sedang duduk di
salah satu meja yang untuk dua orang tapi sepertinya dia sendirian dan
sedang menunggu pesanan datang. Saya hampiri mejanya dan menegurnya. Dia
agak kaget karena sepertinya sedang melamun memandang ke jendela luar.
Segera saya ledek dia karena melamun, dia agak kikuk karena tidak di
sangka ada saya berada di sana. Segera saya tanya apakah kursi yang
berhadapan dengan dia itu kosong. Dia segera mempersilahkan saya duduk
dengan senyumnya yang khas.
Tidak lama setelah duduk, pelayan
restoran menghampiri saya dan menanyakan pesanan, karena masih sedang
melihat menu yang ada di meja, saya minta dibawakan coffe dulu saja.
Kemudian saya meneruskan melihat lihat menu sambil menanyakan Dani
apakah yang dia pesan. Ketika itu saya sadar bahwa dia sedang
memperhatikan saya dengan mencuri curi pandangannya. Saya tahu kemana
matanya memandang, mungkin karena saya memakai blus yang silangan baju
yang di dada agak rendah dan blus nya juga sedikit agak tipis sehingga
bra yang saya pakai tampak sedikit terlihat terbayang bayang. Karena
bukan di Jakarta makanya saya memakai pakaian yang mugnkin kalau di
Jakarta akan terlalu menyolok, tapi di negeri itu mungkin suatu hal yang
tidak menyolok.
Karena saya sudah mengenal benar dia, jadi
saya sendiri tidak terlalu resmi berbicara dengan dia. Selagi menunggu
sarapan pagi, saya menanya ini itu tentang dia, sampai juga soal
pacarnya. Dia katakan pacarnya baik baik saja dan katanya ingin
dibelikan oleh oleh alat kosmetik dan beberapa set pakaian dalam dan dia
sendiri mengeluh agak bingung bagaimana memilihnya. Saya katakan biar
nanti belanjanya sama sama saya saja. Dia sepertinya senang dengan
tawaran saya.
Sejak
kejadian di apartementnya itu memang saya selalu bersikap biasa biasa
saja agar dia sendiri tidak jadi bingung, dan berusaha tidak berbicara
yang sifatnya menjurus ke arah sana, begitu juga ketika kami sarapan
pagi itu. Selalu saya menunjukkan sikap ke dia bahwa apa yang dilakukan
saya dan dia di apartementnya itu adalah hanya hubungan badan dan jangan
perasaan dibawa masuk kedalamnya. Karena saya tahu kalau saya tidak
bersikap demikian, walaupun sedikit dia akan mengharapkan saya terus dan
tidak mau melupakannya, ini akan kurang baik nantinya hubungan kami,
apalagi dia memiliki pacar dan bisa mengganggu hubungan mereka dan saya
tidak mau yang demikian.
Selesai sarapan kami menuju ruang
seminar yang diadakan di hotel yang sama juga. Dani saya suruh menuju
ruangan itu dahulu, karena tidak enak dilihat rekan kerja dan staff saya
yang lainnya kalau kami datang berduaan.
Seminar baru
selesai jam empat sore, cukup capai juga seharian mendengarkan orang
bicara. Sebelum keluar ruangan saya menghampiri Dani dan dengan sedikit
berbisik saya mengajak dia untuk menemani saya belanja. Ternyata dia
dengan senang hati mau menemaninya. Tapi saya katakan bahwa minta
menunggu dulu sebentar karena saya mau membahas sebentar masalah kerjaan
dengan rekan saya di coffe shop. Dia setuju dan katanya dia mau
menunggu di kamar hotel nya saja. Saya setuju dan akan call dia apabila
sudah selesai karena saya juga mau kembali ke kamar dulu untuk mandi.
Sekitar
satu setengah jam kemudian saya turun ke loby hotel dan bertemu dengan
Dani. Mungkin karena sudah lama tidak terlalu banyak bicara dengan saya
selama ini di kantor sehingga pagi hari dia sedikit agak kaku, tapi sore
itu dia sepertinya sudah mulai terbiasa dan terlihat santai bahkan dia
sempat mengatakan saya berpakaian seperti abg dengan berkelakar. Memang
sore itu saya perpakaian agak santai, memakai celana jeans panjang yang
pas di pinggul dan atasannya baju kaos yang pas di badan dengan kancing
di depan. Memang belahan dadanya agak rendah dan bawahnya pendek sebatas
puser modelnya.
Cukup lama juga saya berbelanja ke sana
sini, keluar masuk departement store seperti umumnya wanita kalau
belanja, sepertinya Dani agak kecapaian juga menemani saya. Ketika masuk
kesalah satu departement store dan di bagian pakaian wanita khususnya
di bagian pakaian dalam saya mencari beberapa yang bagus untuk saya dan
anak anak. Ketika memilih milih saya teringat tentang pacarnya Dani yang
katanya ingin dibelikan baju dalam. Saya lihat Dani malu untuk mendekat
ke bagian pakaian dalam wanita, karena hanya wanita saja yang ada di
sana. Segera saya menghampirinya dan lengannya saya tarik agar dia ikut
bersama saya ke bagian celana dalam dan bra. Kemudian saya tanya
ukurannya, ternyata dia lupa mencatat ukurannya, kemudian saya tanya
apakah pacarnya berukuran seperti saya. Dani hanya senyum senyum dan
mengatakan kira kira sama dengan saya sambil dia melihat dada saya.
Terus saya pertegas lagi supaya jangan kira kira, nanti takut salah
ukuran. Sedikit agak nakal, Dani saya isengi sambil saya berbisik ke
telinganya, “kamu kan pernah mengukurnya dengan tangan kamu, gimana sama
tidak dengan aku?”. Dia terlihat malu, mukanya menjadi merah dan
mengangguk angguk menandakan sama. Akhirnya saya pilihkan dua set bra
dan celana dalam buat pacarnya sambil saya katakan biar saya saja yang
membayarnya, tapi bilang ke pacarnya bahwa dia yang beli, sehingga
uangnya dia bisa untuk beli yang lain. Dia senang sekali mendengar itu
sambil berkali kali mengucapkan terimakasih. Mungkin karena begitu
senangnya, dia menawarkan diri untuk membawa semua tas belanjaan saya,
padahal lumayan banyak juga.
Sebelum pulang ke hotel kami
makan malam dahulu di dekat situ di fast food. Dani membawakan tas
belanjaan saya sampai ke kamar. Ketika masuk kamar, dia sempat melirik
ke tempat tidur karena ada sesuatu yang menarik perhatian dia. Saya
sadar ketika juga menolehnya. Beberapa bra dan celana dalam tergeletak
di atas tempat tidur, saya lupa menyimpan ke koper lagi ketika selesai
memilih milih untuk dipakai tadi sore. Segera saya ambil dan di masukkan
ke laci, Dani ketika itu berpura pura sedang sibuk menaruh tas
belanjaan, saya tahu dia melihatnya tapi mungkin karena tidak enak
dengan saya. Dani saya tawarkan minum dahulu di kamar, dan dia mengambil
sendiri dari kulkas dan duduk di kursi. Sementara itu saya sibuk
membuka buka tas belanjaan, ketika itu saya merasa dan melihat dari
sudut mata bahwa Dani memandangi saya, tidak melihat ke acara tv.
Mendadak dia memanggil nama saya dengan agak ragu. Kemudian saya menoleh
ke arah dia dan menanyakan ada apa, tapi kemudian dia membatalkan untuk
berbicara dengan mengatakan tidak ada apa-apa, tidak jadi bicara.
Ketika itu memang wajahnya cukup lucu bagi saya, terlihat seperti ingin
mengucapkan sesuatu tapi tidak berani. Saya segera tahu, dia ingin
membicarakan masalah pribadi terutama hubungan dia dan saya, tapi saya
sengaja bersikap seperti tidak ada apa-apa. Selesai minum Dani segera
minta izin untuk kembali ke kamar hotelnya dan saya ucapkan selamat
tidur dan sampai besok pagi. Saya mengajaknya sarapan pagi bersama sama
seperti pagi hari itu.
Saya pun setelah itu segera mandi
walaupun tadi sore sudah mandi. Terasa badan lengket berkeringat.
Selesai mandi dan mengeringkan badan saya mencoba beberapa pakaian yang
baru saja di beli termasuk beberapa set bra dan celana dalam. Senang
juga mendapatkan pakaian yang saya senangi modelnya. Set bara dan celana
dalamnya juga bagus bagus dan beberapa terkesan sexy. Terakhir saya
mencoba celana dalam warna putih yang cukup manis bentuknya dan lucu.
Bagian depannya berbentuk segi tiga yang benar pas dengan saya. Tidak
memakai karet, tapi memakai tali kain tipis yang bersimput di kiri kanan
pinggul, jadi cukup melepas dan mengikat simpulnya saja ketika mau
mengenakan atau melepasnya. Karen malas membuka koper lagi, saya
langsung tidur pakai itu saja, selain adem juga terasa nyaman untuk di
pakai. Malam itu saya memang tidur hanya mengenakan celana itu saja.
Entah
kenapa malam itu saya susah tidur. Saya berusaha memejamkan mata tapi
tidak bisa tidur juga. Badan terasa panas, padahal ac sudah cukup dingin
dan saya tidur hanya mengenakan celana dalam saja. Mungkin refleks atau
bagaimana, tidak sadar saya merasa enak dengan menekan nekan payudara
dan setiap jari dan telapak tangan menyentuh puting, terasa menjadi
terangsang sendiri dan terasa agak ngilu ujung putingnya. Saya
perhatikan jadi malu sendiri, puting jadi tegak seperti sehabis di cium
saja. Tapi saya terus meremas remas payudara sengaja sampai saya puas
supaya bisa tidur. Mata saya pejamkan terus. Mendadak dalam benak saya
terbayang muka staff saya Dani, dan terbayang kejadian ketika di
apartementnya. Segera saya berhenti meremas payudara dan membuka mata.
Heran sendiri mengapa jadi wajah si Dani yang terbayang. Saya jadi
senyum sendiri, mungkin karena kebanyakan bersama dia hari ini sehingga
timbul wajahnya di angan angan. Saya segera bangun dari tempat tidur dan
mencoba untuk sedikit minum minuman yang tersedia di mini bar di
ruangan itu. Sambil mencicipi minuman sedikit sedikit, saya berdiri di
depan jendela kamar dan memandang pemandangan malam yang penuh dengan
lampu gemerlapan. Kadang kadang saya melihat dari pantulan jendela diri
saya yang sedang berdiri dengan hanya memakai celana dalam. Saya merasa
ingin suami malam itu ada di sisi saya, tentu akan menjadi malam yang
menyenangkan kalau dia ada di sisi saya.
Rxxxx
Entah
bagaimana seakan hanya menuruti kehendak hati, tangan saya mengambil
telpon dan menghubungi kamar Dani. Segera ada yang mengangkat di sana,
suara Dani. Sebelumnya saya minta maaf dan menanyakan apakah dia sudah
tidur dan mengganggu dia atau tidak. Ternyata dia belum tidur dan segera
menanyakan saya apakah ada sesuatu masalah. Mungkin dari suara saya dia
bisa mengetahui itu, tapi saya sendiri sudah lupa waktu itu apa yang
saya katakan. Singkatnya waktu itu saya tawarkan untuk ngobrol ngobrol
di kamar karena saya belum mau tidur. Dani dengan senang hati mau
menemani saya untuk ngobrol di tempat saya. Setelah telepon pun saya
masih terus memandangi pemandangan malam dan sempat melamun juga. Tidak
sadar tiba tiba kamar di ketuk dan saya mengintipnya dari lobang
pengintip yg ada di pintu. Tidak sadar Dani sudah di depan pintu. Segera
saya minta dia tunggu sebentar karena saya mau berpakaian dulu. Dengan
cepat saja saya mengambil kemeja dan rok yang ada di lemari baju dekat
pintu masuk. Karena terburu buru memakainya, terkesan sedikit kacau,
tapi sempat membetulkan rambut dulu sebantar. Pintu pun segera saya buka
dan saya suruh masuk. Dia begitu rapih penampilannya. Kemudian saya
komentari bahwa mau ngobrol saja kok rapih sekali. Dia hanya tersenyum
dan mengatakan takut kalau nanti diajak jalan ke luar.
Segera
saya membuat dua minuman, karena tidak ada apa apa, jadi hanya wisky on
the rock saja. Dia menanyakan lagi apakah ada sesuatu, saya hanya ingin
ngobrol saja menjawab pertanyaannya. Banyak juga obrolan kami dari yang
serius sampai yang becandaan. Ada juga becanda yang agak nyerempet
nyerempet. Ketika dia berbicara kadang kadang matanya tidak memandang
saya, awalnya saya pikir dia malu menatap mata saya tapi kemudian saya
memahaminya ketika saya akan menambah minumannya, saya melihat
penampilan saya di depan kaca. Saya hanya memakai kemeja yang kebetulan
warnanya putih dan agak tipis dan tidak memakai bra, sehingga sedikit
berbayang kedua payudara saya dan juga mungkin karena saya memakai rok
mini dan ketika duduk agak sedikit ketarik ke atas karena sofa yang
diduduki agak rendah, apalagi kalau sedang menyilangkan kaki. Waktu itu
saya sudah tidak menghiraukannya, apalagi itu hanya sedikit berbayang
saja. Tapi anehnya setelah saya tahu itu, ketika sudah duduk kembali
berhadap hadapan, kalau ujung payudara menyentuh baju saya, terasa ngilu
dan terasa payudara kencang dengan rasa sedikit sakit yang agak sulit
saya ungkapkan di sini. Hati ini seperti ada perasaan sedang
terhipnotis, semakin membiarkan lebih banyak dia memandang tubuh saya.
Dani pun sepertinya semakin tidak tenang kelihatan duduknya.
Segera
saya merubah topik pembicaraan sambil berdiri dan pindah duduk di ujung
tempat tidur agar tidak memandang langsung Dani. Saya sudah dari tadi
memang kaki terasa agak pegal, mungkin karena kebanyakan jalan, terutama
bagian betis dan telapak kaki. Saya meneruskan perbincangan sambil
tangan memijat mijat betis. Saya juga sempat tanyakan Dani apakah dia
juga pegal kakinya, dan ternyata dia juga sama dengan saya merasa pegal
juga kakinya. Sambil tertawa saya minta maaf sudah mengajak jalan kesana
kemari. Malam semakin larut tapi pembicaraan kami semakin mengasyikkan
sehingga semakin tidak ngantuk saja.
Entah ide dari mana saya
minta Dani memijat betis saya. Segera saja dia menghampiri saya tergesa
gesa seakan takut kehabisan sesuatu. Tapi kemudian saya suruh dia
menarik kursinya mendekat ke saya agar dia bisa memijit betis saya
sambil duduk saja. Dani menuruti apa kata saya saja.
Kemudian
kami meneruskan pembicaraan sambil Dani memijat mijat betis saya. Enak
juga dia memijatnya, tidak terlalu keras dan juga tidak terlalu lembut.
Telapak kaki saya letakkan di busa kursi tempat Dani duduk diantara
kedua pahanya tapi tidak sampai menyentuh dia, dan dia pun terus memijat
paha saya sambil matanya tetap memandang wajah saya. Sekali sekali dia
melirik ke arah betis saya yang sedang di pijitnya dan mungkin juga
sambil melihat paha saya. Kalau saya pikir sekarang mungkin saja paha
saya mudah dia lihat sampai ke tempat yang paling dalam, karena kepala
dia hampir sejajar dengan paha saya. Ujung tempat tidur yang saya duduki
posisinya lebih tinggi dari pada kursi yang Dani duduki.
Mungkin
suasana yang begitu mengasyikkan saya pun tidak sadar menikmati pijitan
dia dan lama kelamaan sentuhan telapak tangannya membuat saya terlena.
Begitu asyiknya bicara dan menikmati pijatan tangan Dani, tidak sadar
tangannya sudah bergerak perlahan lahan ke atas menuju paha dan tentu
saja itu dengan kesadaran dia. Saya juga secara refleks mungkin tidak
sadar sedikit demi sedikit semakin merengganggkan kedua paha saya.
Seperti air yang mengalir tanpa bisa di bendung, saya semakin menikmati
sentuhan tangannya yang mulai memijiti paha. Ketika sadar saya sudah
begitu terlena dan membiarkan tangannya memijat dan meraba paha saya,
dan kemudian saya berhenti bicara dan memejamkan mata dan mengatakan
enak sekali pijitan dia dan terus terdiam menikmati itu. Dengan sengaja
Dani mendekatkan telapak kaki saya ke selangkangannya dan sampai
menyentuh celananya, terasa ada sesuatu yang keras di balik celananya.
Saya semakin tidak peduli dan ingin terus menikmati keadaan itu.
Tangannya semakin naik ke atas sampai mendekati pangkal paha. Ketika
mencapai pangkal paha, mungkin bukan rasa nikmatnya pijitan dia yang
terasa tapi saya merasa terangsang dengan sentuhan telapak tangannya.
Seakan Dani mulai mengendalikan saya.
Tangannya tidak
berhenti sampai di pangkal paha saja, terasa salah satu jarinya
menyentuh celana dalam dan saya tetap membiarkannya. Dani semakin berani
karena saya membiarkannya. Salah satu jarinya menyelinap dari tepi
celana dalam yang tepat menutup vagina bagian luar. Terasa sedikit ujung
jarinya menyentuh clitoris dan bergerak di sekitarnya. Saya sempat
refleks menarik nafas karena sentuhan jarinya itu. Tapi kemudian dia
menarik jarinya dan mengatakan sesutu yang begitu membuat saya semakin
terangsang. Saya membuka mata dan tanpa di sadari kepalanya sudah dekat
sekali dengan dengan dengkul saya dan seakan mau menyelinapkan mukanya
diantara kedua paha saya.
Dia memandang muka saya sambil
menunjukkan jarinya yang tadi memainkan clitoris saya. Jarinya basah
berkilauan dilapisi cairan dari dalam vagina dan mengatakan,
“Mbak….sudah basah sekali”. Tentu saja kata katanya membuat saya semakin
terangsang, terasa dari dalam vagina mendadak seperti sesuatu mengalir
dengan banyak ke luar. Apalagi setelah itu dia menjilati jarinya yang
penuh dengan cairan saya.
Seperti
sudah refleks, tangan saya segera menggenggam kepala dan rambutnya dan
membiarkan wajahnya membenamkan diri ke selangkangan saya. Sudah tidak
ingat lagi bagaimana urutannya tapi bersamaan dengan itu kedua tangannya
menyelinak dalam kedalam rok yang saya pakai dan menggenggam kedua
pinggul saya dan meraba raba tali simpul celana dalam dan dengan
pintarnya dia melepas simpul itu. Setelah itu saya agak kurang ingat
lagi karena begitu terangsang dan menikmati kelakuan Dani. Begitu
terkesan, yang saya ingat dia menjilati clitoris dengan lidahnya. Entah
saya tidak sadar lagi apakah saya mengeluarkan suara atau tidak saat
itu. Dani sudah semakin pintar dibanding dengan dulu ketika di
apartement nya. Gerakan lidahnya begitu lincah dan tidak hanya memainkan
clitoris saja tapi masuk ke dalam vagina. Walaupun tidak dalam, tapi
sudah membuat saya terangsang sekali. Seperti ada sesuatu yang bergerak
gerak di dalam vagina dan juga terdengar suara dia menjilati vagina
seperti seorang sedang mencicipi minuman panas.
Tidak ingat
lagi berapa lama dia terus menjilati vagina saya, seakan tidak ingin dia
berhenti menjilati. Saya baru bisa sadar kembali ketika dia berhenti
menjilati vagina dan berpindah menciumi paha saya. Kemudian saya mencoba
untuk membalas dia dengan minta dia berdiri dan membuka bajunya.
Kancing celananya saya buka dan resletignya di turunkan. Bersama dengan
celana dalamnya, celananya saya turunkan sampai ke bawah.
Terlihat
dengan jelas penisnya yang sedikit berukuran besar itu sudah begitu
kencang. Segera saya balas dengan menciumi penisnya itu. Sepertinya dia
juga sudah begitu terangsang, terasa ketika ujung penisnya saya mainkan
dengan ujung lidah dan bibir, sedikit sedikit keluar cairan dari belahan
yang ada di kepala penis. apalagi ketika agak saya tekan dengan ujung
lidah bagian belahan itu. Kebanyakan pria tidak tahan menikmatinya
ketika belahan itu ditekan dengan ujung lidah. Terdengar berkali kali
dia memanggil manggil nama saya karena nikmatnya. Saya bisa merasakan
dengan mulut saya memang ukurannya termasuk yang besar. Tapi saya tidak
terlalu lama melakukan oral terhadap Dani, takut dia tidak bisa menahan
diri dan saya tidak ingin segera berakhir. Segera saya menjauh dari
penisnya dan merebahkan diri di tempat tidur.
Dani segera
menyusul merebahkan diri di atas saya dengan sedikit tergesa gesa. Tapi
kemudian saya berbisik ke dia supaya perlahan lahan jangan tergesa gesa
dan saya minta dia membukakan baju saya. Dani dengan cepat melepas
seluruh kancing baju saya dan membukanya lebar lebar. Belum sempat semua
terlepas dari saya, dia sudah mulai menciumi payudara dan puting saya.
Tangan yang satu meremas remas payudara. Melihat begitu energik nya dia,
saya semakin terangsang. Saya biarkan dia memainkan kedua payudara saya
dan sementara itu saya berusaha melepas rok sendiri dan perlahan lahan
baju juga bisa terlepas semua. Lama juga dia memainkan kedua payudara
saya dengan mulut dan jari jarinya, terlihat begitu mahir dia, tidak
seperti permainan dia dulu ketika di apartement nya. Saya berusaha
membenarkan posisi saya agar dia mudah masuk dengan melebarkan kaki.
Beberapa kali terasa ujung penisnya menyentuh vagina bagian luar dan
clitoris, tapi belum juga dia menekan dan meneruskannya untuk masuk.
Setiap siap untuk masuk, dia menggeser badannya sehingga penisnya
bergeser. Saya sudah tidak sabar lagi menunggunya dan mengatakan itu
kepada Dani, Dia kemudian berbisik di telinga saya dan mengatakan dia
tidak bawa kondom. Rupanya dia ragu untuk memasuki saya. Sebenarnya di
dompet saya ada kondom yang selalu saya selipkan di situ, tapi ketika
itu saya sudah tidak ingin bergerak kemana mana lagi, tidak ingin
terputus yang sedang saya rasakan ketika itu.
Penisnya saya
pegang dan ujungnya saya sengaja tempelkan di mulut vagina sambil saya
katakan nanti keluarkan di luar saja. Setelah itu seperti sudah tidak
sabar dari tadi, dia mendorong badannya dengan cepat dan tersa penisnya
masuk kedalam saya. Sulit saya ungkapkan dalam tulisan rasa yang saya
rasakan ketika penis Dani masuk kedalam vagina, begitu nikmat dan terasa
masuk sampai kedalam sekali. Tapi setelah itu gerakan pinggulnya begitu
berirama dan seperti sudah bisa mengontrol diri, saya pun menikmati
gerakan pinggulnya dan bisa mengikuti iramanya dengan menggerakan
pinggul saya juga. Entah berapa kali dia mengucapkan pujian dan kata
kata yang membuat trangsang kepada saya selama gerakan itu. Tidak
seperti ketika di apartementnya, kali ini saya biarkan dia yang bergerak
dan ber inisiatif dengan fantasinya. Saya juga sempat memuji dia bahwa
dia sudah begitu pintar permainannya. Tapi sepertinya dia tetap tidak
tahan kalau sering saya jepit penisnya ketika di dalam vagina, dia
mengatakan sendiri soal itu.
Fantasi
sex Dani juga sudah begitu pintar, tidak monoton. Dia berusaha juga sex
dengan posisi sama sama duduk, irama gerakan pinggulnya begitu indah
sehingga pinggul saya bisa mengikuti iramanya, ketika gerkan menekan,
dia dan saya sama sama menekan hingga terasa penisnya masuk begitu
dalamnya kedalam saya dan dia begitu pintar mengatur saya. Tapi yang
begitu terkesan bagi saya ketika dia melakukan dengan gaya dari arah
belakang. Dia mengatur saya untuk ber pose seperti akan merangkak dan
dia dari arah belakang memasuki saya. Begitu menikmati saya dengan
gerakan dia ini dan sebenarnya saya juga menyenagi sex model ini selain
pose duduk diatas pria. Biasanya suami dengan pose dari belakang ini
tidak bisa terlalu lama. Suami sendiri yang mengatakan bahwa dia tidak
tahan dengan gaya dari belakang, menurutnya penisnya begitu terangsang
karena menyentuh bagian vagina yang menurut dia begitu membuat dia bisa
cepat mencapai klimaksnya.
Sudah tidak ingat lagi berapa lama
kami melakukan sex waktu itu, tapi sebelum saya sampai mendekati
klimaks, Dani sepertinya sudah tidak bisa lama lagi. Kami kembali dalam
pose normal dan Dani semakin kencang gerakannya. Dia mendekat ke saya
dan berbisik bahwa sudah tidak kuat lagi dan akan mencapai klimaks. Tapi
terus saya minta dia tetap berada di dalam saya. Saya minta dia
menyelesaikannya di dalam saya, dan tidak lama setelah itu Dani mencapai
klimaks dan terasa dari penisnya keluar cairan yang menekan kedalam
vagina dan saya membantunya dengan menjepit berkali kali penisnya ketika
ejakulasi. Saya juga merasakan kenikmatan saat dia mencapai klimaks
walaupun saya belum mencapai orgasme.
Setelah itu saya kurang
begitu ingat lagi, tapi yang jelas saya merasakan badan begitu lemas
dan tidak kuat lagi untuk membuka mata. Hanya saja sebelum tertidur
terasa Dani menyelimuti saya sambil berbisik mengucapkan sesuatu yang
sudah tidak ingat lagi waktu itu dan mencium pipi saya dan ketika dia
mau bangun dari tempat tidur dan akan ke kamar kecil, saya pegang
tangannya sambil minta supaya pagi hari saja dia kembali ke kamarnya.
Setelah itu saya tertidur.
Entah jam berapa saya terbangun
dan lampu tidur saja satu menyala dan terlihat diluar sana masih gelap,
korden hotel terbuka sejak malam hari. Saya belum mengenakan apa apa.
Setelah selesai permainan sex dengan Dani, saya tertidur. Segera saya
menoleh tempat tidur sebelah saya yang terpisah dengan tempat tidur saya
oleh meja lampu. Terlihat Dani sedang tertidur nyenyak. Saya segera
menuju kamar mandi. Setelah bersih bersih segera kembali ke tempat
tidur, tapi tidak segera tidur, sempat duduk di tepi tempat tidur dan
memandangi Dani yang sedang nyenyak tidur. Tidak lama entah kenapa saya
pindah duduk di tepi tempat tidur dimana Dani tidur. Saya sebenarnya
mengharapkan dia terbangun ketika duduk di tepi tempat tidur dia, tapi
dia sepertinya dia tidur dengan lelapnya. Ada sesuatu perasaan yang
masih terasa di hati ini dan begitu penasaran. Pelan pelan dan dengan
hati hati selimut Dani saya buka sedikit, dadanya terlihat. Kemudian
semakin besar selimut yang saya buka sampai semuanya terbuka.
Dani
tidur tidak mengenakan apa apa. Mata saya segera memandang ke arah
penis Dani. Perlahan lahan penisnya saya sentuh dengan tangan. Dia tidak
bereaksi apa apa. Kemudian saya dekati penisnya dan saya coba cium
sedikit. Tapi seperti orang keterusan makan, perlahan lahan penisnya
saya jilat dan coba untuk saya masukkan ke mulut dan beberapa kali saya
gerakkan keluar masuk. Dia sedikit bergerak tapi kembali tenang. Terasa
penisnya membesar di dalam mulut saya dan menjadi kencang. Perlahan
lahan saya menaiki tempat tidur Dani dan coba berlutut dan menaiki dia.
penisnya saya coba tempelkan di mulut vagina, dan saya coba tekan supaya
masuk ke vagina, tapi sepertinya susah. Setelah agak sedikit lama, saya
juga mulai basah kembali dan baru terasa baru bisa memasukkan penis
Dani kedalam saya. Terus saya masukkan sampai terasa menyentuh bagian
yang paling dalam. Tentu saja ketika masuk pertama kali ini sangat enak
rasanya. Perlahan lahan saya mulai gerakkan pinggul saya, dan terasa
nikmat sekali, terasa semakin banyak cairan yang keluar dan mudah penis
Dani keluar masuk ke dalam vagina. Tapi tidak lama setelah itu Dani
terbangun dan sambil memanggil nama saya. Segera jari saya menutup
mulutnya dan saya berbisik di telinganya supaya dia diam saja. Setelah
itu kedua tangannya menggenggam kedua pinggul saya. Kali ini saya ingin
menikmati dia dari atas. Dia juga sedikit sedikit menghela nafas. Tanpa
henti hentinya saya bergerak dan kelihatannya Dani kali ini bisa
bertahan lebih lama. Mungkin karena tadi dia sudah sekali mencapai
klimaks.
Sulit saya ungkapkan dengan kata-kata rasa yang saya
rasakan ketika saya berada atas Dani itu, mungkin hanya bisa
mengatakannya dengan kata Nikmat saja. Apalagi Dani juga sempat
memainkan dan menggenggam payudara saya. Saya juga tidak ingat lagi
bagaimana saya bersuara karena nikmatnya apa yang sedang saya lakukan,
mungkin Dani lebih mengetahuinya dari pada saya. Sempat juga ketika saya
mendekati puncaknya, Dani mengatakan bahwa dia sudah tidak tahan lagi
tapi terus saya katakan jangan selesai dulu karena saya juga ingin
sampai orgasme dan gerakan sedikit saya kurangi. Tapi sepertinya tidak
bisa lebih lama lagi, tiba tiba pinggulnya ikut bergerak begitu cepat
dan kedua tangannya menggenggam bokong saya dan mendorong menekan ke
arah dia sehingga terasa beberapa kali ujung penisnya menyentuh vagina
saya yang paling dalam dan tidak lama kemudian terasa penisnya berdenyut
dan mengeluarkan cairan. Saya semakin berkonsentrasi sampai akhirnya
tidak lama setelah itu saya juga mencapai klimaks. Ketika itu sesaat
saya tidak ingat apa apa lagi, seakan semuanya gelap dan seperti darah
berkumpul semua di kepala dan begitu nikmat rasanya yang sangat sulit
untuk di ungkapkan dengan kata kata. Sampai baru belakang saya sadar
bahwa salah satu pundak Dani sedikit luka karena kuku saya menekan dia
ketika diremas tangan saya menahan nikmatnya orgasme. Saya minta maaf
akan hal itu.
Setelah itu saya begitu lemas dan merebahkan
badan di atas Dani dan dia membiarkan saya sampai tidak sadar saya
tertidur. Saya membiarkan penisnya tetap berada di dalam saya. Masih
terasa kadang kadang perlahan lahan dia menggerakkan penisnya.
Saya
terbangun ketika Dani membangunkan saya dipagi hari. Udara di luar
terlihat masih sedikit merah dan saya baru sadar tertidur dengan
tengkurep dan Dani tidur di samping saya. Saya membalikkan badan sambil
menarik selimut menutupi badan saya yang masih seperti tadi malam itu.
Saya tanyakan kapan dia mau check-out hotel. Sebelum menghadiri seminar
hari ini dia akan check-out dan kopernya akan di titip di front hotel.
Sore hari baru dia ambil dan langsung menuju airport dan pulang. Dia
balik bertanya kepada saya rencananya. Saya katakan bahwa saya baru
pulang besok siang. Terlihat wajah Dani sedikit kecewa, mungkin karena
saya tidak pulang bersama sama yang lainnya. Saya berbalik tanya soal
tiket pesawatnya apakah bisa di rubah jadwalnya, karena saya sedang
memikirkan sesuatu. Dia sedikit mengerutkan alisnya kembali bertanya
mengapa saya bertanya seperti itu. Tapi sebelum saya menjawab
pertanyaannya, saya menanyakan lagi dengan sedikit nada menawarkan
sesuatu. Mungkin pembicaraannya seperti begini;
“Dan…kamu punya acara pribadi besok hari?” saya bertanya.
“Tidak Mbak, …. kenapa?” Dani menjawabnya.
” Enggak ada apa apa sih, hanya kalau kamu mau…temani aku pulang sama sama besok siang”.
“Bisa saya tanyakan ke airline nya sih Mbak, mungkin bisa saja….tapi….” Dani berhenti berbicara karena ragu ragu.
“Tapi
reserve hotel hanya sampai pagi ini dan harus checkout. Kalau untuk
semalam lagi saya….tidak punya uang….” Dani meneruskannya dengan agak
malu.
“Begini saja….kamu tanya dulu ke airline, kalau sudah OK, malam ini kamu tidur di sini saja….” kata saya.
Dani segera memahami tawaran saya dan memahami senyuman saya.
“Tapi
saya tidak mau kamu ketahuan staff yang lain, jadi diam diam saja dan
pokoknya kamu atur sendiri ya” saya memberi syarat ke Dani.
Sebelum
meninggalkan kamar saya, dia seperti akan bicara lagi, tapi segera saya
potong pembicaraannya agar dia segera kembali ke kamarnya dan saya
katakan bicaranya nanti saja di coffee shop ketika sarapan.
Setelah
Dani keluar kamar, saya segera mandi dan berias. Saya menyempatkan diri
menelpon ke rumah menanyakan keadaan rumah dan anak anak. Begitu juga
dengan suami, saya sempat sebentar berbincang bincang. Kebetulan dia
juga lagi dinas keluar dan baru kembali Minggu malam.
Di
coffee shop tidak terlalu banyak pembicaraan yang berarti dengan Dani,
apalagi setelah rekan kerja saya dan staff yang satu juga gabung di meja
yang sama. Ketika baru saya dan Dani saja di meja itu, dia sempat
menyingung tentang tadi malam dengan berbagai pujian kepada saya. Tapi
saya hanya mengatakan terimakasih saja. Salah satu ucapannya yang saya
masing ingat, dia mengatakan bahwa malam itu ketika saya mencapai
orgasme terlihat wajah saya begitu cantik dan suaranya tidak bisa
terlupakan. Tentu saja saya ketika mendengar komentar itu dalam hati
kecil saya senang sekali, tapi karena takut terdengar orang lain, segera
saya senggol kakinya dengan kaki saya sambil memberi kode untuk jangan
di teruskan, takut terdengar orang lain.
Ketika kami berempat
sedang sarapan pada umumnya hanya cerita seputar soal jalan jalan dan
shopping di sekitar hotel itu. Tapi sempat saya dan Dani agak terkejut
ketika staff saya yang satu menanyakan Dani kemana semalam. Karena
menurutnya mendekati tengah malam dia menelpon ke kamar Dani, tapi tidak
ada yang mengangkat. Saya sempat melirik ke arah dani dengan penuh
arti. Dani juga agak bingung menjawabnya, tapi segera saya follow-up
dengan meledek Dani kemungkinan dia jalan jalan malam cari yang cantik
cantik. Terjadilah gelak tawa dan Dani sedikit mengelak sambil ketawa
dan topik pembicaraan pun berpindah ke tempat yang lain.
Seminar
berjalan lancar sampai siang hari dan ketika sedang istirahat siang
saya lihat Dani selesai makan dia menghilang dan tidak berada di ruang
seminar maupun di sekitarnya. Sebelum seminar mulai saya ke kamar kecil
dan ketika keluar dari kamar kecil, Dani sudah berada di sekitar situ
dan menghampiri saya dan mengatakan flight nya sudah dapat di rubah dan
menjadi flight yang sama dengan saya. Terlihat wajahnya begitu senang.
Setelah itu saya keluarkan kunci kamar saya yang berbentuk credit card
dari dompet dan saya serahkan ke Dani. Kebetulan dari hotel saya
mendapat 2 buah kunci, dan saya suruh Dani memindahkan kopernya sekarang
juga ke kamar saya dan saya kembali ke ruangan seminar.
Sore
sekitar jam empat seminar selesai dan rekan saya segera mengambil koper
dan berangkat menuju airport begitu juga staff saya yang satu. Dani
ketika itu segera menghilangkan diri dari mereka dan mengatakan mereka
ada yang mau di beli dulu dan flight nya sudah diganti dengan
penerbangan terakhir.
Dani memang mau membeli sesuatu yang
kemarin hari belum sempat di beli, dia mau membeli kamera digital. Saya
juga sempat titip sesuatu untuk sekalian dia beli dan dengan sedikit
berbisik saya minta nanti waktu kembali ke hotel dibelikan fast food
saja untuk malam hari karena malam ini saya malas keluar.
Hari
itu memang saya mau santai di hotel, jadi selesai seminar saya segera
kembali ke hotel. Ketika mandi saya menyempatkan diri berendam di bak
mandi dengan air yang hangat. Tersa otot otot badan ini menjadi kendur
dan begitu releks rasanya. Lama juga saya berendam malam itu. Setelah
keluar dari bak mandi saya juga sempat merapihkan rambut seputar
selangkangan dengan memotongnya hingga rapih dan tersisa sedikit saja
tipis. Saya memang selalu rajin merapihkan bulu sekitar situ dan kadang
kadang saya potong habis sampai licin, terutama suami saya senang kalau
saya melicinkan habis bulu di sekitar situ.
Terus terang
memang malam itu saya ingin menikmati sesuatu bersama Dani dan juga
ingin memberikan suatu hadiah. Saya baru saja mendengar dari staff saya
yang ikut seminar bahwa Dani dalam waktu dekat akan menikah dengan
pacarnya dan saya juga sudah bertanya langsung ke dia.
Malam
itu tidak ada rencana keluar, tapi hampir seluruh badan saya beri
parfume yang selalu saya pakai. Dari lemari baju saya keluarkan baju
tidur yang baru saya beli kemarin hari. Warnanya hitam panjang tipis dan
transparan, sangat sexy kesannya. Segera saya pakai dan kemudian
berkaca di cermin besar. Saya sengaja tidak memakai apapun di balik baju
tidur itu sehingga terlihat jelas dari cermin badan saya yang tembus
pandang itu. Tidak ketinggalan berias muka dengan memaki lipstik merah
terang dan sedikit di beri lips gloss.
Di luar terlihat
matahari sudah sejak tadi terbenam dan sudah gelap, tapi Dani belum
kembali. Sambil menunggu, saya memandangi keramaian jalan di malam hari
dari balik jendela. Tidak begitu lama kemudian terdengar suara pintu
terbuka, saya melihat Dani masuk ke kamar dari pantulan jendela. Dia
menghampiri saya yang sedang berada di dekat jendela dan menghadap
keluar. Setelah dia sampai di belakang saya, Saya berbalik dan menghadap
dia dan bersamaan dengan itu dia memanggil nama saya, tapi kemudian dia
tidak meneruskan pembicaraannya lagi dan terlihat wajahnya agak kaget
dan surprise. Dia memandangi baju tidur yang saya kenakan dan juga
memandang yang ada di balik itu yang terlihat transparan. Tapi segera
saya suruh dia mandi karena terlihat sudah kusut penampilannya. Ketika
dia mandi saya membuatkan dia minuman.
Saya kembali menghadap
jendela dan memandangi lampu lampu malam. Tidak lama Dani keluar dari
kamar mandi dengan mengenakan bath tub, terlihat dari pantulan kaca
jendela. Saya sengaja tidak mengajak bicara apa apa. Dia mendekati saya
dan tepat berhenti di belakang saya. Saya sengaja membuat perhatian dia
dengan berdiri sedikit membungkuk dan kedua tangan menahan badan di tepi
jendela. Dengan sekedar basa basi dia menanyakan apa yang sedang saya
lihat dan bersamaan dengan itu terasa badannya menyentuh bokong saya.
Saya hanya menjawab pendek seperlunya saja. Saya ketika itu sudah tidak
melihat pemandangan luar lagi tapi memandang Dani dari pantulan kaca
jendela. Semua gerakan dia terlihat oleh saya. Dia membuka tali bath tub
yang sedang dipakainya sehingga terlihat dibalik itu dia tidak
mengenakan apa apa. Saya sudah tahu apa yang selanjutnya akan dilakukan
Dani. Terasa sesuatu yang agak keras dari badannya menekan belakang saya
dan sayapun tidak bergeser dan bergerak sehingga semakin keras terasa
menekan belakang saya.
Kedua tangannya mulai mengelus elus
kedua paha saya dari atas baju tidur saya. Sentuhan tangannya begitu
terasa seakan menyentuh kulit saya langsung. Kedua tangannya pun
kemudian bergeser ke depan dan berusaha membuka kancing baju tidur saya
yang di sekitar paha. Dia hanya membuka satu kancing saja karena
selebihnya ke bawah sengaja tidak saya kancing. Kemudian kedua tangannya
menyelinap kebalik baju tidur dan mengelus elus paha saya sampai ke
pangkal paha. Jarinya sempat terasa menyentuk vagina bagian luar dan
clitoris seakan hanya ingin memeriksa keadaan vagina saya, kemudian dia
menyingkap bagian bawah baju tidur saya dan kemudian kedua tangannya
memeganng kedua pinggul saya. Terasa sekarang badannya menyentuh
langsung belakang saya. Penisnya sudah berada di antara selangkangan
saya dan menempel di bibir bawah. Dia menggerakkan pinggulnya pelan dan
terasa penisnya menggesek bagian yang sensitif saya di vagina bagian
luar berkali kali. Saya juga ikut memegang kepala penisnya dari arah
depan saya dan sedikit di genggam. Beberapa saat saya menikmati rasa
sentuhan dan gesekan penis Dani di vagina bagian luar. Terasa clitoris
tergesek oleh gerakan penis kedepan dan kebelakang.
Kemudian
saya membalikkan badan memunggungi kaca jendela dan berhadap hadapan
dengan Dani. Matanya terus memandangi wajah saya seakan akan menguasai
saya dan memang saya sengaja membiarkannya, sudah tidak ada lagi
perasaan sebagai atasan maupun bawahan, yang ada hanya terlihat seorang
pria muda yang akan memberi kenikmatan sex kepada saya. Bath tub yang
dia kenakan sengaja saya lepaskan hingga jatuh ke lantai. Penisnya
terlihat sudah begitu tegang. Kemudian dia mendekat kembali hingga benar
benar rapat dan kemudian tangannya membuka kancing kancing baju tidur
saya dari atas sampai semuanya terbuka. Sementara dia membuka kancing
baju, wajahnya mendekat menuju wajah saya dan seperti sudah mengerti,
dia mulai menyentuh bibir saya. Baru sekarang dia mencium saya, malam
sebelumnya dia sama sekali tidak mencium bibir saya dan memang sengaja
saya menghindar untuk di ciumnya.
Cara ciuman Dani tidak
terlalu mahir, terkesan terburu buru dan tidak soft. Saya coba
menuntunnya dengan memberi ciuman yang soft tapi nikmat. Kedua tangannya
sudah mulai memainkan payudara saya dan sebentar sebentar jarinya
menekan puting yang membuat saya semakin terangsang. Ketika dia mulai
menciumi payudara saya, sepertinya begitu nafsu dia terdengar nafasnya,
berkali kali dia memainkan puting saya dengan lidahnya di dalam
mulutnya. Saya pun sengaja mengeluarkan suara agak keras supaya dia
semakin tidak sabar. Sementara dia menciumi dan meremasi payudara, saya
mencoba menggenggam dan mempermainkan penisnya dengan tangan saya.
Tangan saya gerakkan ke depan belakang dan sengaja menahan penisnya agar
tidak menyentuh sekitar bagian sensitif saya.
Lama kelamaan
saya juga jadi tidak sabar ingin segera Dani memasuki saya, apalagi saya
juga merasa dia juga sudah begitu terangsang. Setiap ibu jari saya
menekan belahan yang ada di kepala penisnya dan segera terasa sedikit
demi sedikit mengeluarkan sedikit cairan. Penisnya saya lepaskan dan
segera dia merapatkan badannya ke saya sehingga terasa penisnya menekan
dan masuk diantara selangkangan kaki dan menempel di bibir bawah. Saya
sudah tidak sabar menunggu Dani untuk segera masuk ke dalam saya, tapi
tidak juga segera memasuki saya, penisnya hanya terasa menggesek vagina
bagian luar saja. Ketika itu sepertinya dia sulit untuk memasuki saya
dengan pose sama sama berdiri, kemudian saya berbisik ke dia agar salah
satu lengannya menyilang ke paha saya dan mengangkatnya. Dia menuruti
kata saya dan mencobanya sehingga sekarang kaki dan paha saya dia angkat
dan di tahannya, Saya hanya berdiri dengan satu kaki dan bersender ke
kaca jendela.
Kemudian kepala penisnya saya bantu dengan
tangan saya untuk menempel di mulut rahim. Segera setelah itu dia
mendorong badannya dan terasa penisnya masuk perlahan lahan. Seperti
sudah dapat menguasai diri, dia kemudian mulai bergerak berirama keluar
masuk vagina saya. Beberapa saat dia terus bergerak seperti itu dan saya
juga sudah tidak ingat lagi apa yang terjadi dan pasrah dikuasai Dani.
Sampai akhirnya dia berhenti bergerak dan menurunkan kembali kaki saya.
Seperti begitu kuat percaya dirinya, dia membalikkan badan saya meng
hadap jendela. Segera saya mengerti yang dia inginkan. Saya membungkuk
dalam dan kedua tangan menahan beban badan sendiri. Dengan pintarnya dia
memasuki miliknya dari arah belakang memasuki vagina sampai dalam.
Dengan menggenggam kedua pinggul saya, dia bergerak kembali kedepan dan
ke belakang. Begitu terangsangnya, saya merasakan cairan dari vagina
begitu banyaknya yang keluar hingga membasahi selangkangan kaki. Bunyi
suara penis Dani keluar masuk kedalam saya menambah semakin terangsang.
Saya sendiri sudah begitu terangsang dan sulit untuk saya menggambarkan
dan menceritakan perasaan saya waktu itu, tidak ada kata kata yang bisa
saya jelaskan.
Setelah agak lama kami melakukan sex di dekat
jendela hotel, kami pun pindah ke tempat tidur dan terus bermain dengan
menyerahkan diri kepada Dani untuk diapakan saja. Saya juga sempat
merasakan penisnya dengan pose diatas dia. Ini benar benar terasa masuk
sampai menekan bagian yang paling dalam.
Seperti tidak ingin
kehilangan kesempatan, Dani sempat malam itu mengulangi lagi bermain
dengan penuh gairah. Saya juga dengan senang hati melayani dia karena
saya juga menikmati permainan dia.
Pagi hari kami terbangun
agak siang karena semalaman Dani begitu bergairah bermain dengan saya.
Begitu energiknya dia. Saya sendiri bangun duluan dan mandi dan baru
setelah itu membangunkan Dani.
Selama
perjalanan pulang Dani tidak terlalu banyak bicara tapi begitu segar
terlihat wajahnya. Kami sampai di Jakarta sesuai jadwal dan karena arah
rumah saya sejalan dengan arah apartementnya, dia saya tawarkan ikut
sama sama saya. Ketika sampai di gedung apartement nya, saya
mengantarkan dia turun sampai di loby apartement. Sebelum berpisah dia
mengucapkan terimakasih selama perjalanan dinas dan saya mengerti apa
yang dia maksud. Saya segera kembali ke mobil dan pulang menuju rumah.
No comments:
Post a Comment