Sunday 27 May 2018

Namaku Idan (1) : Andin Kecilku

Namaku Idan. Umurku 33 tahun. Sementara isteriku, Santi, 26 tahun.

Sejak menikah 2 tahun lalu, pernikahan kami terasa bahagia. Demikian juga dengan kehidupan seks. Isteriku yang cantik selalu memuaskan. Sampai saat ini setidaknya kami bercinta 2-3 kali dalam seminggu.

Namun sebagai laki laki, kadang aku memiliki fantasi seks. Dan fantasiku makin menjadi jadi saat pembantuku Marni membawa anaknya dari kampung yang baru berumur 12 tahun, Andin.

Andi baru lulus SD dan Marni membawanya ke Bandung untuk meneruskan SMP. Aku dan isteriku setuju saja. Hitung hitung membantu Marni agar anaknya mendapat pendidikan yg lebih baik. Dan aku udah menjanjikan seluruh biaya pendidikannya kutanggung.

Saat pertama melihat Andi aku memang udah tertarik. Anak ini cantik sekali. Kulitnya putih, hidungnya mancung, matanya sipit tapi rada belo mirip Agnes Monica. Lalu aku suka membayangkan susunya yang baru tumbuh dengan putingnya yang kecil, atau memek anak anaknya yang pasti masih imut imut.

Aku mencoba menekan fantasi itu, terlebih Andin masih anak anak. Tapi makin kutekan fantasiku makin menjadi jadi. Aku tak kuat membayangkan saat kontolku yang gede menerabas memeknya yang mungil itu. Tak terbayang betapa enaknya. Dan setiap membayangkan kontolku langsung tegak mengeras.

Lama lama aku tak tahan juga. Akhirnya sore itu sehabis pulang kerja dan kebetulan isteriku lagi ga ada di rumah, karena dinas luar kota selama 3 hari, aku datangi Marni dan ngobrol dengannya. Pertama aku mengucapan terima kasih karena aku nilai pekerjaan Marni bagus dan rajin. Berikutnya tak lupa aku memuji kecantikan Marni dan Andin. Walaupun ga dipoles apa apa tapi ibu dan anak itu memang cantik. Dan akhirnya aku mengutarakan niatku ingin bercinta dengan Andin.

Seketika Marni terlihat kaget. Mukanya memerah. "Yang bener Pak? Andin kan masih kecil banget. Belum tau apa apa... Baru lulus SD..." Ujar Marni gemetar.

"Iya Marni aku tau. Maafkan aku Marni. Ini memang fantasiku dan aku tidak memaksa. Tapi tolong pertimbangkan kasian kontolku yang selalu tegang melihat anakmu yang cantik itu," ujarku dengan bahasa vulgar biar Marni tau bagaimana gairahku.

Marni terdiam lama. "Baiklah Pak, kasih kesempatan Marni untuk berpikir ya. Besok Marni bilang sama Bapak." Aku pun tersenyum dan mengangguk.

***

Besoknya Marni menepati janji menemuiku. "Pak, Marni udah pikirkan. Bapak dan ibu itu baik banget ama Marni. Segalanya dikasih, Andi pun mau disekolahkan, jadi Marni tak kuasa untuk menolak. Tapi kalau boleh Marni menawar, bolehkan ama Marni aja Pak jangan ama Andi... Dia kan masih kecil..."

Aku berpikir sejenak. "Mar, bukannya aku tak ingin dengan kamu. Tapi... Aku terobesi bercinta ama Andin...."

Kali ini Marni yang berpikir. "Baiklah Pak kalau begitu. Marni coba panggil Andinnya. Tapi saat Bapak mencoba bercinta Marni ikut lihat ya dan kalau Andin kesakitan jangan diteruskan...."

"Asiiikkkkk...." Ujarku girang. "Kamu memang baik Mar. Iya oke, ga apa apa sambil dilihat..." Aku pun memeluk Marni sakit girangnya. Saat memeluk terasa gumpalan susu marni menekan di dadaku, masih terasa kenyal juga dadanya.

Tak lama kemudian Marni datang lagi bersama anaknya, Andin ke kamarku. Anak itu memang cantik sekali dan ngegemesin. Apalagi sekarang dia pake rok mini warna kuning di atas lutut. Sementara atasannya kaos ketat warna putih.

Habis kututup pintu, aku duduk berdua dengan Andin di atas kasur, sementara marni duduk di kursi rias isteriku. Lalu Andin ku ajak ngobrol, soal belajar yang harus rajin dll. Sampai kemudian pertanyaan mulai menjurus.

"Andin cantik banget ya..."
"Om juga ganteng..."
"Hehe bisa aja kamu..."
"Eh din.. Boleh bantu om ngga?"
"Bantu apa om?"
"Kamu tau tau kan kontol Din? Kamu boleh bantu kontol om dielus elus ga? Soalnya pegel..." Ucapku sekenanya.
"Iya tau om.. Tapi itu kan ga boleh..."
"Ga apa apa Din coba aja..."

Tanpa menunggu jawaban Andin, aku segera memelorotkan celana panjangku hingga kini tinggal celana dalam dan atasan. Lalu kupelorotkan celana dalam. Tampak kontolku yang masih tertidur dengan bulu bulunya yang ga terlalu panjang karna sudah dipotong.

Lalu kupapah tangan kanan Andin yang masih mungil itu untuk menyentuh kontolku. Kulihat Andi ragu ragu. Tapi akhirnya tangan mungil itu menyentuh juga. Hanya hitungan beberapa detik aja kontolku berdiri tegak.

"Tuh kan sekarang jadi gede... Coba ya Din dielus elus.." Ujarku dengan mata mulai merem melek keenakan. Fantasi kontolku dielus elus tangan mungil kini jadi kenyataan. Kontolku semakin tegang dan keras. Birahiku pun makin meninggi. Lalu aku pun menanggalkan seluruh pakaianku. Bugil. Sementara Andi terus mengelus ngelus kontolku.

"Din buka dong bajunya kaya om.." Pintaku. Andin kelihatan ragu ragu, lalu melihat ibunya. Marni tersenyum sambil menanggung lalu mendekati Andin. Tanpa kuduga Marni sendiri yang membuka kaosnya Andi sentra bra kecilnya.

Dan luar biasa. Bener bener pemandangan langka. Susu yang baru tumbuh dengan puting kecilnya berwarna coklat memerah. Kontolku dibuat kencang aja dibuatnya. Aku pun tak sabar untuk merabanya.

"Om..." Bisi Andin saat kusentuh putihnya. Sepertinya anak sekecil Andi merasakan pula sensasi geli yang dibuatnya. Aku semakin gemas aja memainkan putingnya. Tak sabar aku pun berlutut di depan Andi yang duduk di pinggir ranjang dan mulai ngemut putingnya yang kecil itu. "Om....L bisiknya lagi. Sementara itu, Marni dengan serus memperhatikan permainan kami dari pinggir.

Rasanya birahiku makin menggebu gebu. "Din.. Boleh ga Andin ngemut kontol Om kaya om ngemut puting kamu tadi?" Pintaku.

Tanpa menunggu lama Andin setengah berlutut didepanku dan meraih kontolku untuk dimasukan ke mulutnya. Kepala kontolku mulai masuk ke mulut Andin yang mungil. "Ahh Andinn... Mainin lidahmu di kontol Om..."

"Ahhh terus Dinn..." Andin mulai memainkan lindahnya. Aku pun makin kegelian. Kontolku yang gede hanya seperempatnya aja masuk mulut Andin. Hampir 10 menit kontolku dimanjakan pilinan lidah Andin. Aku makin nafsu saja.

Kuangkat badan Andi sampai berdiri. Tanpa ku berkata lagi kulucuti roknya. Nampak kini CD mungilnya berwarna merah. "Kubuka ya CDnya Mar?" Tanyaku pada ibunya untuk meyakinkan dia sudah rela atau belum. Dan Marni pun mengangguk sambil tersenyum.

Segera saja kubuka CD itu. Kini di depan mukaku terlihat jelas memek mungil yang indah itu. Masih putih bersih dengan lubangnya yang kecil. Kuangkat Andi dan kurebahkan di kasur. Lalu ku berbaring di sampingnya. Aku kembali menjilati putingnya sambil tanganku mulai meraba memeknya. Sedikit demi sedikit jariku kumasukkan ke dalam memeknya dan kumainkan. Kucari cari kelentitnya dan terus kugerakkan. "Ommmm...." Bisikan Andin semakin jelas. Dan jariku pun mulai terasa basah. Ternyata anak sekecil Andin sudah bisa merasakan rangsangan seksual dan kini dia sedang merasakan enaknya. Aku pun semakin tak kuat untuk segera memasukkan kontolku ke memeknya.

Aku pun segera bangkit dan kini sudah di atas tubuh Andin. Lalu mulai kuarahkan kontolku ke memeknya. Dari pinggir Marni mulai menggam tangan anaknya sambil berujar kepadaku, "pelan pelan ya Pak..."

Kini kepala kontolku sudah berada di bibir memeknya Andi lalu kutekan perlahan lahan. "Ommmm...." Erangnya. Tangannya mulai mencengkram tangan ibunya. Lalu kutekan lagi kontolu hingga kepalanya kini seluruhnya sudah terbenam. "Ommmmm....." Andin semakin mengerang. Tangannya pun semakin mencengkram. Ibunya nampak mulai khawatir.

Sementara kontolku mendapat sensasi yang luar biasa. Lubang memek Andi memang masih sangat kecil. Kontolku dihimpit luar biasa. Ingin rasanya aku segera memasukkan seluruhnya. Tapi aku masih sadar ini pertama kali memek kecil itu dimasuki kontol dan aku harus hati hati.

Lalu kumasukkan lagi lebih ke dalam kontolku. "Ibuuuuuuuuu...." Jerit Andin.

"Pak Pak udah Pak..." Marni kaget. "Din kamu sakit sayang? Mau udahan?" Tanya Marni.

"Ga apa apa Bu, Om nya lebih pelan aja..." Ujar Andin lirih.

Hatiku lega. Kini kumasukkan lagi kontolku dan tiga per empat kontolku sudah terbenam. Kontolku yang besar dan panjang rasanya tak akan bisa masuk seluruhnya. Makanya setelah tiga per empat aku tak memaksakan lagi kini aku hanya tinggal memaju mundurkan.

"Ooommmm......" Desah Andin. Aku tahu Andin mulai merasakan nikmatnya. Aku pun semakin terbakar birahiku. Kumaju mundurkan kontolku.

"Oommmmmmmmmmm....." Andin makin meracau. Tubuhku pun semakin dijalari kenikmatan. Air pejuh rasanya makin terdesak ke ujung kepala kontolku.

"Dinnn enakkk bangetttt....." Erangku.
"Iya omm andin geliiii... Ooommm..." Rupanya Andin mau mencapai puncaknya. Dannn.... Crot crot crotttttttt.... Air pejuhku pun membanjiri memek Andin. Aku memeluk Andin erat begitupun Andin memelukku erat. Nikmat sekali rasanya.

Setelah beberapa lama kontolku kucabut. Nampak sedikit bercak merah di kontolku. Itu sepertinya darah perawannya Andin. "Biar Marni bersihin ya Pak.." Tiba tiba Marni berujar. Lalu dia mengambil handuk kecil basah dan mulai mengelap kontolku dan membersihkannya.

"Makasih ya Din.. Makasih ya Marni... Jangan pernah bilang ke siapapun kejadian ini..." Pintaku. Pasangan ibu dan anak itu pun tersenyum dan mengangguk. ***

No comments:

Post a Comment