Namaku Idan. Umurku 33 tahun. Sementara isteriku, Santi, 26 tahun.
Sejak menikah 2 tahun lalu, pernikahan kami terasa bahagia. Demikian
juga dengan kehidupan seks. Isteriku yang cantik selalu memuaskan.
Sampai saat ini setidaknya kami bercinta 2-3 kali dalam seminggu.
Namun sebagai laki laki, kadang aku memiliki fantasi seks. Dan fantasiku
makin menjadi jadi saat pembantuku Marni membawa anaknya dari kampung
yang baru berumur 12 tahun, Andin.
Andi baru lulus SD dan Marni membawanya ke Bandung untuk meneruskan SMP.
Aku dan isteriku setuju saja. Hitung hitung membantu Marni agar anaknya
mendapat pendidikan yg lebih baik. Dan aku udah menjanjikan seluruh
biaya pendidikannya kutanggung.
Saat pertama melihat Andi aku memang udah tertarik. Anak ini cantik
sekali. Kulitnya putih, hidungnya mancung, matanya sipit tapi rada belo
mirip Agnes Monica. Lalu aku suka membayangkan susunya yang baru tumbuh
dengan putingnya yang kecil, atau memek anak anaknya yang pasti masih
imut imut.
Aku mencoba menekan fantasi itu, terlebih Andin masih anak anak. Tapi
makin kutekan fantasiku makin menjadi jadi. Aku tak kuat membayangkan
saat kontolku yang gede menerabas memeknya yang mungil itu. Tak
terbayang betapa enaknya. Dan setiap membayangkan kontolku langsung
tegak mengeras.
Lama lama aku tak tahan juga. Akhirnya sore itu sehabis pulang kerja dan
kebetulan isteriku lagi ga ada di rumah, karena dinas luar kota selama 3
hari, aku datangi Marni dan ngobrol dengannya. Pertama aku mengucapan
terima kasih karena aku nilai pekerjaan Marni bagus dan rajin.
Berikutnya tak lupa aku memuji kecantikan Marni dan Andin. Walaupun ga
dipoles apa apa tapi ibu dan anak itu memang cantik. Dan akhirnya aku
mengutarakan niatku ingin bercinta dengan Andin.
Seketika Marni terlihat kaget. Mukanya memerah. "Yang bener Pak? Andin
kan masih kecil banget. Belum tau apa apa... Baru lulus SD..." Ujar
Marni gemetar.
"Iya Marni aku tau. Maafkan aku Marni. Ini memang fantasiku dan aku
tidak memaksa. Tapi tolong pertimbangkan kasian kontolku yang selalu
tegang melihat anakmu yang cantik itu," ujarku dengan bahasa vulgar biar
Marni tau bagaimana gairahku.
Marni terdiam lama. "Baiklah Pak, kasih kesempatan Marni untuk berpikir
ya. Besok Marni bilang sama Bapak." Aku pun tersenyum dan mengangguk.
***
Besoknya Marni menepati janji menemuiku. "Pak, Marni udah pikirkan.
Bapak dan ibu itu baik banget ama Marni. Segalanya dikasih, Andi pun mau
disekolahkan, jadi Marni tak kuasa untuk menolak. Tapi kalau boleh
Marni menawar, bolehkan ama Marni aja Pak jangan ama Andi... Dia kan
masih kecil..."
Aku berpikir sejenak. "Mar, bukannya aku tak ingin dengan kamu. Tapi... Aku terobesi bercinta ama Andin...."
Kali ini Marni yang berpikir. "Baiklah Pak kalau begitu. Marni coba
panggil Andinnya. Tapi saat Bapak mencoba bercinta Marni ikut lihat ya
dan kalau Andin kesakitan jangan diteruskan...."
"Asiiikkkkk...." Ujarku girang. "Kamu memang baik Mar. Iya oke, ga apa
apa sambil dilihat..." Aku pun memeluk Marni sakit girangnya. Saat
memeluk terasa gumpalan susu marni menekan di dadaku, masih terasa
kenyal juga dadanya.
Tak lama kemudian Marni datang lagi bersama anaknya, Andin ke kamarku.
Anak itu memang cantik sekali dan ngegemesin. Apalagi sekarang dia pake
rok mini warna kuning di atas lutut. Sementara atasannya kaos ketat
warna putih.
Habis kututup pintu, aku duduk berdua dengan Andin di atas kasur,
sementara marni duduk di kursi rias isteriku. Lalu Andin ku ajak
ngobrol, soal belajar yang harus rajin dll. Sampai kemudian pertanyaan
mulai menjurus.
"Andin cantik banget ya..."
"Om juga ganteng..."
"Hehe bisa aja kamu..."
"Eh din.. Boleh bantu om ngga?"
"Bantu apa om?"
"Kamu tau tau kan kontol Din? Kamu boleh bantu kontol om dielus elus ga? Soalnya pegel..." Ucapku sekenanya.
"Iya tau om.. Tapi itu kan ga boleh..."
"Ga apa apa Din coba aja..."
Tanpa menunggu jawaban Andin, aku segera memelorotkan celana panjangku
hingga kini tinggal celana dalam dan atasan. Lalu kupelorotkan celana
dalam. Tampak kontolku yang masih tertidur dengan bulu bulunya yang ga
terlalu panjang karna sudah dipotong.
Lalu kupapah tangan kanan Andin yang masih mungil itu untuk menyentuh
kontolku. Kulihat Andi ragu ragu. Tapi akhirnya tangan mungil itu
menyentuh juga. Hanya hitungan beberapa detik aja kontolku berdiri
tegak.
"Tuh kan sekarang jadi gede... Coba ya Din dielus elus.." Ujarku dengan
mata mulai merem melek keenakan. Fantasi kontolku dielus elus tangan
mungil kini jadi kenyataan. Kontolku semakin tegang dan keras. Birahiku
pun makin meninggi. Lalu aku pun menanggalkan seluruh pakaianku. Bugil.
Sementara Andi terus mengelus ngelus kontolku.
"Din buka dong bajunya kaya om.." Pintaku. Andin kelihatan ragu ragu,
lalu melihat ibunya. Marni tersenyum sambil menanggung lalu mendekati
Andin. Tanpa kuduga Marni sendiri yang membuka kaosnya Andi sentra bra
kecilnya.
Dan luar biasa. Bener bener pemandangan langka. Susu yang baru tumbuh
dengan puting kecilnya berwarna coklat memerah. Kontolku dibuat kencang
aja dibuatnya. Aku pun tak sabar untuk merabanya.
"Om..." Bisi Andin saat kusentuh putihnya. Sepertinya anak sekecil Andi
merasakan pula sensasi geli yang dibuatnya. Aku semakin gemas aja
memainkan putingnya. Tak sabar aku pun berlutut di depan Andi yang duduk
di pinggir ranjang dan mulai ngemut putingnya yang kecil itu. "Om....L
bisiknya lagi. Sementara itu, Marni dengan serus memperhatikan permainan
kami dari pinggir.
Rasanya birahiku makin menggebu gebu. "Din.. Boleh ga Andin ngemut kontol Om kaya om ngemut puting kamu tadi?" Pintaku.
Tanpa menunggu lama Andin setengah berlutut didepanku dan meraih
kontolku untuk dimasukan ke mulutnya. Kepala kontolku mulai masuk ke
mulut Andin yang mungil. "Ahh Andinn... Mainin lidahmu di kontol Om..."
"Ahhh terus Dinn..." Andin mulai memainkan lindahnya. Aku pun makin
kegelian. Kontolku yang gede hanya seperempatnya aja masuk mulut Andin.
Hampir 10 menit kontolku dimanjakan pilinan lidah Andin. Aku makin nafsu
saja.
Kuangkat badan Andi sampai berdiri. Tanpa ku berkata lagi kulucuti
roknya. Nampak kini CD mungilnya berwarna merah. "Kubuka ya CDnya Mar?"
Tanyaku pada ibunya untuk meyakinkan dia sudah rela atau belum. Dan
Marni pun mengangguk sambil tersenyum.
Segera saja kubuka CD itu. Kini di depan mukaku terlihat jelas memek
mungil yang indah itu. Masih putih bersih dengan lubangnya yang kecil.
Kuangkat Andi dan kurebahkan di kasur. Lalu ku berbaring di sampingnya.
Aku kembali menjilati putingnya sambil tanganku mulai meraba memeknya.
Sedikit demi sedikit jariku kumasukkan ke dalam memeknya dan kumainkan.
Kucari cari kelentitnya dan terus kugerakkan. "Ommmm...." Bisikan Andin
semakin jelas. Dan jariku pun mulai terasa basah. Ternyata anak sekecil
Andin sudah bisa merasakan rangsangan seksual dan kini dia sedang
merasakan enaknya. Aku pun semakin tak kuat untuk segera memasukkan
kontolku ke memeknya.
Aku pun segera bangkit dan kini sudah di atas tubuh Andin. Lalu mulai
kuarahkan kontolku ke memeknya. Dari pinggir Marni mulai menggam tangan
anaknya sambil berujar kepadaku, "pelan pelan ya Pak..."
Kini kepala kontolku sudah berada di bibir memeknya Andi lalu kutekan
perlahan lahan. "Ommmm...." Erangnya. Tangannya mulai mencengkram tangan
ibunya. Lalu kutekan lagi kontolu hingga kepalanya kini seluruhnya
sudah terbenam. "Ommmmm....." Andin semakin mengerang. Tangannya pun
semakin mencengkram. Ibunya nampak mulai khawatir.
Sementara kontolku mendapat sensasi yang luar biasa. Lubang memek Andi
memang masih sangat kecil. Kontolku dihimpit luar biasa. Ingin rasanya
aku segera memasukkan seluruhnya. Tapi aku masih sadar ini pertama kali
memek kecil itu dimasuki kontol dan aku harus hati hati.
Lalu kumasukkan lagi lebih ke dalam kontolku. "Ibuuuuuuuuu...." Jerit Andin.
"Pak Pak udah Pak..." Marni kaget. "Din kamu sakit sayang? Mau udahan?" Tanya Marni.
"Ga apa apa Bu, Om nya lebih pelan aja..." Ujar Andin lirih.
Hatiku lega. Kini kumasukkan lagi kontolku dan tiga per empat kontolku
sudah terbenam. Kontolku yang besar dan panjang rasanya tak akan bisa
masuk seluruhnya. Makanya setelah tiga per empat aku tak memaksakan lagi
kini aku hanya tinggal memaju mundurkan.
"Ooommmm......" Desah Andin. Aku tahu Andin mulai merasakan nikmatnya.
Aku pun semakin terbakar birahiku. Kumaju mundurkan kontolku.
"Oommmmmmmmmmm....." Andin makin meracau. Tubuhku pun semakin dijalari
kenikmatan. Air pejuh rasanya makin terdesak ke ujung kepala kontolku.
"Dinnn enakkk bangetttt....." Erangku.
"Iya omm andin geliiii... Ooommm..." Rupanya Andin mau mencapai
puncaknya. Dannn.... Crot crot crotttttttt.... Air pejuhku pun
membanjiri memek Andin. Aku memeluk Andin erat begitupun Andin memelukku
erat. Nikmat sekali rasanya.
Setelah beberapa lama kontolku kucabut. Nampak sedikit bercak merah di
kontolku. Itu sepertinya darah perawannya Andin. "Biar Marni bersihin ya
Pak.." Tiba tiba Marni berujar. Lalu dia mengambil handuk kecil basah
dan mulai mengelap kontolku dan membersihkannya.
"Makasih ya Din.. Makasih ya Marni... Jangan pernah bilang ke siapapun
kejadian ini..." Pintaku. Pasangan ibu dan anak itu pun tersenyum dan
mengangguk. ***
No comments:
Post a Comment