Wednesday 6 June 2018

Terbawa Nafsu

Perkenalkan namaku Azizah. Aku tinggal di kota hujan. Aku baru saja menyelesaikan study S1 ku. Aku ingin menceritakan sebuah kisah kelam masa laluku dengan temanku. Ya bukan sekedar teman. Dulunya dia adalah gebetanku.

Kejadian ini bermula saat ramadhan 2012 silam. Aku mulai akrab dengan salah satu teman SMA ku. Dia seusia dengan diriku. Aku baru saja beberapa hari akrab dengannya. Kenapa? Karena aku mengenyam study di sekolah berasrama. Jadi wajar saja ketika lulus kami baru saja akrab.

Kedekatanku bermula ketika Dendi mulai menyapaku ketika kami bertemu di acara buka puasa bersama. Kala itu dia datang menegur diriku. Kusapa balik dirinya. Sampai akhirnya kamipun terhanyut dalam obrolan ringan. Lalu kami salig bertukar nomer ponsel. Dan sejak saat itu kami intens berkomunikasi melalui aplikasi chatting yg sangat populer.

Kedekatanku dengan dendi membuat kami saling bertanya soal kabar. Mulai dari basa basi ringan hingga sebuah obrolan melalui telpon. Ketika menelpon, waktu yg kami butuhkan tak cukup sebentar. Pasti membutuhkan waktu 2 sampai 3 jam. Lama memang, tapi begitulah kami.

Setelah sebulan intens berkomunikasi dengannya, kini aku merasakan nyaman ketika bersama dia. Aku rasa aku sedang jatuh hati padanya. Karena ketika dia tak memberikan kabar, aku merasa rindu. Namun aku tak berani memulai sebuah percakapan itu.

Lama sudah kami hanya berkomunikasi lewat ponsel. Akhirnya datanglah momen yg ditunggu tunggu. Dendi mengajakku bertemu. Akhirnya aku iyakan ajakannya.

Aku sudah datang di tempat yg disepakati. Aku menunggunya sudah 10 menit. Mungkin jalanan macet. Aku mencoba untuk sabar menunggu kehadirannya. Walau sebenarnya aku sangat rindu. Dan ya, itu dia datang dengan motor putihnya. Lalu kami pergi ke arah cipanas menuju Taman Bunga Nusantara.

Sampai di sana tak begitu lama. Karena jalanan tak begitu padat. Kamipun masuk menikmati taman taman yg indah. Mengelilingi setiap tempat indah di sana. Sampai akhirnya menuju sebuah taman labirin. Kami berjalan dari 2 sisi yg berbeda dan berharap bisa bertemu ditengah labirin tersebut. Aku mulai memasuki labirin itu. Aku mencari jalan dan menebak nebak jalan ke arah tengah. Bukan karena ingin sampai di tengah lebih awal. Tapi karena memang aku rindu dengan dirinya. Aku merasa tak bisa jauh dari dirinya.

Selang lima menit berlalu akhirnya kami bertemu ditengah. Dia mendatangiku dan memegang kedua tanganku. Ah indahnya siang itu. Dendi menarik tanganku dan mendekatkan badanku ke arah badannya. Kami saling berdekatan. Jantungku berdegup menjadi lebih cepat. Karena ini pertama kalinya aku mendekatkan diriku ke lawan jenisku. Indah rasanya seperti ini. Tak ingin aku menjauh darinya. Sampai akhirnya aku terkaget ketika bibirnya mendarat tepat dibibirku. Dia menciumku. Aku kikuk dibuatnya. Pipiku memerah. Menahan rasa malu dan indahnya bercumbu.

Dia mencoba membuka rongga bibirku. Namun aku masih bingung. Aku masih merapatkan kedua bibirku. Dia sepertinya begitu antusias berusaha. Sampai akhirnya aku terhanyut dan membuka bibirku. Dan disitulah terjadi my first kiss. Bibir kami saling berpagutan. Menikmati indahnya dunia dibawah teriknya sengatan matahari. Walau panas, bagi kami ini adalah hari yg indah.

Aku masih merasakan indahnya ciuman pertama itu. Masih saling berdekatan dan masih saling balas ciuman. Lalu aku dikagetkan ketika tangannya mendarat di dadaku. Ya, tepat dikedua payudaraku. Aku sontak melepas ciuman itu dan menolak tangannya berada di dadaku.

"Apa-apaan sih kamu?! Ga boleh jail tangannya!! Awas kalo jail lagi!!" Aku memperingatkannya sambil sedikit emosi.
"ok sorry. My bad" jawabnya singkat.

Aku masih merasa kaget dengan kejadian tadi. Kaget ketika ada orang yg berani memegang payudaraku. Namun aku merasakan hal yg berbeda. Seperti ada sesuatu yg mengalir dengan cepat ketika payudaraku dipegang. Aku merasakan sedikit senang namun marah. Ah susah untuk dijelaskan. Yang pasti aku marah.

Kemudian dia mendekatkan kembali bibirnya ke arah bibirku. Kami berciuman kembali. Kali ini lebih nafsu dan bersemangat. Aku senang ketika berciuman. Semua penat dan pusing dikepalaku hilang.

Lima menit sudah mungkin kita ciuman. Tangannya sopan tak menyentuh dadaku. Kini aku malah menanti untuk disentuh. Kenapa?? Kenapa ini bisa terjadi?? Baru saja aku memarahinya. Namun aku menanti tangannya mulai nakal lagi. Aku tak mengerti bagaimana perasaanku saat itu. Aku bingung sekalu. Tapu aku menginginkan dadaku disentuh lagi.

Lama aku menanti dadaku disentuh. Akhirnya tangannya kembali bergerilya. Tangannya meraih kedua paayudaraku. Aku tak bereaksi menahan tangannya lagi. Aku bebaskan dia untuk menjamahi dadaku. Dia meremas dadaku. Aku mulai merasakan sesuatu yg belum pernah aku rasakan. Nikmat sekali. Seluruh aliran darahku seolah naik ke otak lalu turun lagi. Badanku bereaksi menikmati cara dia menyentuh dadaku. Sesaat kemudian dia melepas bibir dan tangannya dari diriku sambil berkata, "nyari tempat yang agak nyaman yuk biar lebih nyantai" ucapnya memecah hening.
"Lah ini kan nyaman den. Kurang nyaman apa lagi?" Jawabku dengan nada sedikit meninggi karena sedikit kecewa.
"Kalo di sini masih bisa ketauan orang kalo kita ciuman. Kalo di ruang tertutup kan enggak" lanjutnya menjelaskan.
"Tempat tertutup gimana?" Aku bingung.
"Ya kaya villa gitu kan tertutup"
"Kalo divilla jadi fitnah den." Aku menjawab sekenanya.
"Ga bakalan jadi fitnah. Ga ada yg kenal kita kok" jawabnya meyakinkanku.

Aku langsung mengiyakan karena masih penasaran dengan rasa yg kurasakan tadi.

Akhirnya kami berdua menuju kesuatu tempat yg dendi maksud. Dia menjalankan motornya ke arah lokasi yg bertuliskan "villa kamar disewakan". Kami dipandu dengan seotang lelaki paruh baya menuju villa tersebut. Singkat cerita kami sudah berada di dalam kamar berukuran lumayan besar. Aku baru tahu kalau villa kamar itu ya hanya kamar yg disewakan. Selama ini bayanganku villa adalah sebuah rumah untuk disinggahi. Kamar yg kami tempati cukup bersih. Sepreinya putih bersih dengan kamar mandi di dalam, serta ada TV berukuran 21 inch.

Aku duduk di bibir ranjang. Aku kikuk. Bingung. Karena ini adalah pertama kalinya aku berada di kamar berduaan dengan seorang lelaki yang bukan muhrim. Aku tak tau harus bagaimana. Tapi sudah terlanjur. Kami sudah masuk ke dalam kamar itu. Dendi menuju kamar mandi. Entah apa yg dia lakukan. Aku masih terdiam dipinggiran ranjang.

Tak lama dendi keluar. Dendi memakai celana pendek sekarang. Celana panjangnya sudah terbuka. Aku semakin tak karuan. Aku bingung dan semakin tak menentu. Dia duduk disebelahku. Bertanya kepadaku, "kamu pernah ciuman sebelumnya?". Pertanyaan yang sangat mudah dijawab. Namun lidahku kaku. Aku malu menjawab pertanyaan itu. Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku. Dendi mengerti maksudku. Hffft. Syukurlah dia mengerti.

Dendi memegang wajahku. Dia menolehkanku kearah wajahnya. Kami mulai ciuman lagi. Kali ini aku merasa canggung namun lebih nyaman ketibang tadi di sebuah taman. Tak butuh waktu lama untuk dendi agar aku merasa sangat nyaman tanpa canggung. Kali ini aku sudah sedikit lebih lega. Ciuman kami saling penuh nafsu. Tangan dendipun mulai bergerilya lagi ke dadaku. Akupun mulai terhanyut dalam suasana yg dibuatnya. Dendi terus meremas kedua payudaraku. Dia lihay sekali dalam hal ini. Fikirku ini bukan pertama kalinya dia menjamahi tubuh wanita. Karena dia terlihat begitu hebat.

Ciuman kami semakin panas. Tangannya juga semakin bernafsu. Sampai aku tak sadar kalau tangannya sudah berada di dalam gamisku. Aku tersadar ketika kaitan BH ku terlepas. Lalu aku melepas bibirnya. Aku tertunduk kaku. Serba salah. Karena aku tahu. Jika diteruskan pasti akan semakin memanas.

Dendi mencoba buka kerudung pink ku. Aku sedikit menolak. Namun dia berhasil merayuku. Dengan alasan "gerah nanti kalo ga dibuka neng". Akhirnya dia berhasil membuka kerudungku. Malu rasanya membuka aurat di depan pria yg bukan muhrimku. Namun aku sudah berada di dalam bersamanya.

Dia mulai membawaku ke dalam suasananya lagi. Bibir kami saling berpagutan kembali. Aku merasa lebih bebas. Karena kerudungku sudah terlepas. Ditengah asyiknya aku menikmati ciuman dan payudara yg diremas, dendi berkata.
"Gamisnya dibuka aja neng. Lecek nanti."
Aku yang sudah terbawa nafsu birahi menuruti saja perkataannya. Malahan rokku otomatis aku buka. Karena di dalam rok aku masih memakai celana panjang. Jadi sekarang hanya tersisa kaos dan celana panjangku.

Aku direbahkan oleh dendi. Dia mencium bibirku. Kaos hitamku sudah melesat sampai kedada. Kini payudaraku terlihat jelas olehnya. Karena kaitan behaku pun sudah berhasil ia lepas. Sesekali mulutnya menjilat dan menghisap puting susuku. Aaaaah. Nikmatnya. Aku suka dengan hal itu. Sampai akhirnya aku menahan kepalanya agar terus menghisap puting susuku. Kedua puting susuku dihisapnya. Aku sudah sangat nafsu. Libidoku naik. Kini aku baru tersadar. Kaus dan bh yg menutupi bagian atas tubuhku sudah terlepas. Aku sudah setengah telanjang. Namun sudah terlanjur nafsu. Aku tidak menolak hal itu. Tapi malah menikmati semua service yg ia berikan. Ketika aku melihat ke arah dirinya, ternyata ia telah membuka kaos dan celana pendeknya. Kini ia hanya memakai sehelai celana dalam dengan sesuatu yg mengeras di dalamnya. Aku deg degan. Tapi menikmati.

Dendi berhenti sejenak dan duduk sembari berkata, "kamu suka ga sama yg tadi?" Aku hanya manggut tanda suka akan hal itu. Lalu dia melanjutkan, "aku mau juga dong di kasih perlakuan yg sama. Hehe"
"Aku ga tau harus gimana. Aku bigung" jawabku sambil menunduk.
"Ini punyaku dihisap juga sama kaya punya kamu" dia betkata sambil menunjuk ke arah sesuatu yg keras dibalik celana dalamnya.
"Aku malu den." Jawabku singkat.
Dendi lalu membuka CD nya dan itu berarti kini dendi tak berpakaian sehelaipun didepanku. Aku tak berani melihat kearah dirinya. Lalu tanganku dituntuk menuju kemaluannya. Dan aaaaah. Tanganku memegang sesuatu yg belum pernah aku pegang dan lihat sebelumnya. Lalu aku beranikan diri untuk melihat. "Waaaah besar sekali" fikirku dalam hati. Karena selama ini aku hanya melihat kemaluan keponakanku yg berusia 2 tahun.

"Kamu masukin ini kemulutmu sambil dihisap. Trus tangab kamu sambil ngocok ngocok." Dia mencoba memberitahukanku. Lalu aku mencoba memasukan benda itu ke dalam mulutku. Jijik rasanya. Namun ketika sudah berada dimulut, rasa jijik itu hilang. Aku seperti ngemut sebuah permen besar. Tak butuh waktu lama bagiku untuk terbiasa melayani dirinya. Kini aku sudah mengerti cara melayani dia.

Selang 5 menit dia memintaku berhenti. Padahal aku sudah sangat menyukai hal itu. Huh.

"Aku buka ya celana kamu" pintanya. Aku terdiam tak menjawab perkataannya. Nafsuku sudah dipuncaknya. Namun akal sehatku masih menolak permintaan itu. Nafasku memburu. Degub jantungku bertambah kencang. Aku merasakan antara malu, takut, dan penasaran. Semua bercampur aduk menjadi satu.

"Boleh ya?" Dia bertanya sekali lagi. Tapi aku masih belum sanggup menjawab permintaannya. Aku masih disebelahnya. Dengan posisi merebahkan badan dan bagian atas tubuhku terbuka tanpa penutup. Sesekali aku melirik ke arah kemaluannya. Masih sangat kencang. Bagian atas kemaluannya dipenuhi bulu bulu tipis. Sepertinya dia sangat merawat bagian vital itu.

"Mau ngapain buka celana?" Aku bertanya soal keinginannya itu.
"Ya biar kamu ga ribet pake celana panjang. Kan masih ada kancutmu yg menutupi" dia mencoba menjelaskan.
"Tapi jangan cd ku juga ya kamu buka" aku menjawab sekenanya.

Setelah mendengar ucapanku barusan, dendi langsung membuka celana panjangku. Dia buka kaitan atas celana dan menurunkan resleting celanaku. Sungguh sangat tidak kuduga aku mampu melakukan itu. Saat dia menurunkan celana, kubantu dia dengan menaikkan bokongku agar celana itu tak sulit dibuka. Kini aku hanya ditutupi sehelai celana dalam warna putih. Diriku canggung sejadi jadinya. Aku tak dapat menahan rasa malu itu. Kupeluk dirinya sambil berbisik, "plis jangan kasih tau orang kita pernah begini ya". Dia mengangguk tanda setuju.

Sesaat keadaan menjadi hening dan canggung bagiku. Aku masih memeluknya. Bersandar pada tubuhnya membuat diriku sangat nyaman. Sampai aku merasakan payudaraku mulai diremasnya kembali. Payudara kananku diremas dengan tangan kirinya. Aku menjadi bernafsu kembali. Kuarahkan bibirku kearah bibirnya. Kami saling bercumbu siang itu. Tubuh kami sangat dekat. Hanya sehelai celana dalam putihku yg masih menyisakan jarak antara tubuh kami.

Nafasku semakin memburu. Libidoku naik lagi. Tangannya masih sangat telaten menjamahi bagian dadaku. Aku sangat terbawa suasana saat itu.

"Aaaaaah" aku hanya sanggup mengerang merasakan serangan darinya. Sekarang mulutnya mengarah kepayudaraku. Dia jilat seluruh bagian dadaku. Membuatku menjadi bergejolak. Dia tak langsung mengarah ke putingku. Masih bermain main disekitar gundukan dadaku. Aku semakin bernafsu. Kuarahkan mulutnya ke puting susuku. Dia langsung menyerobot dan menghisap kedua payudaraku. Sepertinya dia mengerti apa yg kumau. Bibirnya menjamahi payudara kiriku. Tangan kirinya masih asyik bermain main di payudara kananku. Aku sudah tak lagi memakai akal sehatku. Semuanya seolah lenyap ditelan nafsu yg menggebu.

Tangan kirinya mengelus elus perutku. Membelai setiap inch dari bagian atas tubuhku. Semua sentuhannya membuat vaginaku berdenyut. Kurasakan celana dalamku mulai basah. Aku bingung. Karena sepertinya yg keluar agak lengket. Aku semakin bersemangat dengan segala perlakuannya. Lalu tangan kirinya menyentuh vaginaku yg masih ditutupi oleh selembar cd. Dia menyentuh dengan lembut vaginaku dari luar cd. Aku makin tak karuan. Semua gelora nafsu menjadi semakin naik.

Tangan kirinya mencoba menyusup dari atas bagian cdku. Aku deg degan. "Apa yg akan dia lakukan?" Pikirku dalam hati. Namun tak bereaksi menahan pergerakan tangannya. Ya! Kini tangannya sudah berhasil masuk dan menyentuh bibir vaginaku. Tubuhku gemetar. Gemetar karena merasakan sensasi yg sangat luar biasa. Ini adalah pertama kalinya vaginaku tersentuh dengan orang lain. Terlebih dengan seorang pria. Sentuhannya membuatku merasakan denyutan di vaginaku semakin kencang.

Aku masih merebah di sebelah kanan dirinya. Dia menahan tubuhnya dengan sikut kanannya. Dia miringkan badannya kearahku. Bibirnya mencium bibirku lagi. Tangan kanannya mencoba meraih payudara kiriku. Tangan kirinya masih asik menjamahi setiap senti dari selangkanganku. Aku merasakan hari yang indah saat itu. Indah sekali.

Tangan kirinya kini berusaha menurunkan celana dalamku. Aku tau dia menginginkanku bugil. Karena otak warasku sudah kalah dengan segerombolan nafsu, aku kalah. Celana dalamku sudah terbuka. Kini aku tak lagi tertutupi benang sehelaipun. Tubuhku kini sudah jelas terlihat. Tak ada lagi malu, tak ada lagi pembatas, hanya nafsu dan fikiran untuk menikmati hari berduaan saat itu.

Dia menuju pinggir ranjang. Dia terduduk dan melihatku tanpa busana seraya berkata, "kamu cantik banget. Janji jangan ada lagi pria yg menyentuh dirimu ya selain aku. Akupun akan janji kepadamu" aku hanya mengangguk tanda setuju.

Dia berlutut di pinggir ranjang. Aku terus memandanginya. Aku menunggu apa yang akan dia lakukan. Dendi menarik kakiku. Tubuhku bergeser hingga bokongku berada tepat dipinggir ranjang. Dia membuka kedua pahaku. Aku gemetar. Aku tau dia akan mengarah ke vaginaku. Vagina yang baru terlihat oleh dirinya. Dan dialah yg pertama kali memegang kemaluanku itu.

Lidahnya menjulur kearah bibir vaginaku. Aku menahan nafas sejenak serta menutup kedua mataku. Aku tak berani melihat yang ia lakukan. Akhirnya cess!! Ujung lidahnya mendarat tepat di sana. Aku dapat merasakannya. Astaga apa yg telah aku lakukan. Aku membiarkannya menjamahi bagian paling vital dari diriku. Namun tak dapat aku melawan serta menolak.

Kemaluanku terus disapunya menggunakan lidah. Bulu yg kucukur halus pasti membuatnya lebih mudah melihat dengan jelas kemaluanku itu. Aku masih memejamkan mataku. Diam tak bergeming. Hanya menikmati sapuan lidahnya. Lidahnya terkadang mencoba menerobos masuk ke dalam kemaluanku. Tubuhku merasakan sensasi yang sangag luar biasa. Aku belum pernah merasakan itu sebelumnya. Sungguh itu adalah hal terindah yg pernah kurasakan.

Kini ia sudah menegakkan badannya. Aku tersadar dan melihat kearahnya. Kulihat dia memegang batang keras kemaluannya. Aku tau dia akan mencoba menerobos masuk ke dalam vagina imutku. Aku mau. Aku takut. Aku senang namun sedih. Semua bercampur aduk. Dia mendekatkan ujung kemaluannya ke bibir vaginaku. Semakin dekat kemaluannya semakin aku menjadi deg degan.

Ujung kemaluannya sudah tepat berada di depan belahan daging berwarna pink. Dia terdiam tak melakukan apa apa. Hanya menempelkan kemaluannya saja. Lalu dia berucap, "boleh ya?". Aku hanya memejamkan mata tak menjawab. Fikiranku sudah terbang jauh merasakan indahnya kegiatan terlarang ini.

Aku merasakan ada yg mencoba menekan masuk ke dalam vaginaku. Ternyata dia beranikan diri untuk meneruskan apa yg diperbuatnya. Aku tegang. Perlahan namun pasti, tekanan itu semakin berasa. Terasa seperti sudah mulai membuka kedua belahan mungil itu. "Aaaaaaaah" aku mengerang kenikmatan. Klitorisku disentuhnya menggunakan jempol tangan kirinya. Vaginaku semakin basah.

"Aaaaaaarrrggghh!!" Aku menjerit sedikit tertahan. Sakit sekali. Aku merasakan ada sesuatu yg mengganjal di dalam kemaluanku. Ku tengok ke arah selangkanganku, penisnya sudah setengah masuk ke dalam. Dia menahannya di sana. "Sakit ga?" Dia bertanya kepadaku.
"Sedikit. Tapi gapapa lanjutin aja. Udah nanggung." Aku menjawab.

Perlahan batang itu semakin mendesak ke dalam. Semakin dalam semakin terasa penuh rongga kemaluanku. Penuh tersumpal dengan bongkahan daging yg mengeras. Aku merasakan sakit. Sangat sakit. Namun kejadian itu tak berlangsung lama. Sampai akhirnya dia mencoba menggerakkan batang kemaluannya. "Aaaarrrgghh!!" Aku merasakan kesakitan itu berubah menjadi sebuah kenikmatan. Aku tau kini aku tak lagi perawan. Aku tak menesalinya kala itu. Aku ingin menikmati saja setiap detik yg terjadi.

Pinggulnya bergerak maju mundur dengan teratur. Batang kemaluannya bergerak keluar masuk dari vaginaku. Persis seperti piston motor ketika sedang bekerja. Aku sangat merasakan setiap pergerakan yg terjadi. Nikmat sekali.

Dendi membungkukkan badannya. Tangannya mencoba meraih kedua gundukan daging yg ada di dadaku. Meremas dan memilin puting susuku. Ketika vaginamu terisi penuh oleh sebuah batang keras dan payudaramu dimainkan dengan tangan lalu dihisap, itu adalah kejadian yg sangat luar biasa. Aku sangat menyukai ini.

Dendi masih terus menggerakkan pinggulnya. "Aaaaarrrrrgggghhh deeeeen. Lebih cepet dooong" aku meminta padanya agar mempercepat gerakan pinggulnya. Aku sudah mulai rileks dengan hal ini.

Sepuluh menit dendi menggenjotku. Sampai akhirnya gerakan pinggulnya menjadi semakin cepat. Sangat cepat. Dan akhirnya dia mencabut kemaluannya dan mengocok batang itu tepat diatas perutku. Beberapa detik kemudian "crot..crot..crot". Kemaluannya mengeluarkan cairan kental berwarna putih. Aku teriak karena jijik. Lalu dendi berkata, "ini namanya sperma sayang". Aku mencoba berhenti berteriak. Lalu memperhatikan cairan itu. Lengket.

Aku menudahi kegiatan itu lalu menuju kamar mandi untuk bersih bersih. Kami mandi bersama. Lalu kemudian merebahkan badan diatas kasur lagi sampai kami terlelap.

No comments:

Post a Comment